• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba. Jama ah Jum ah Rahimakumullah Namun, manusia sebagai makhluk yang sempurna yang dibekali Allah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba. Jama ah Jum ah Rahimakumullah Namun, manusia sebagai makhluk yang sempurna yang dibekali Allah"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Khutbah Jum’at

LIMA LANGKAH GAGALKAN GODAAN SETAN

ﻦﻳﺪﻟا ﻰﻠﻋ هﺮﻬﻈﻴﻟ ﻖﺤﻟا ﻦﻳدو ىﺪﻬﻟﺎﺑ ﻪﻟﻮﺳر ﻞﺳرأ ىﺬﻟا ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟا نا .اﺮﻴﻨﻣ ﺎﺟاﺮﺳو ﻪﻧذﺎﺑ ﻪﻠﻟا ﻰﻟا ﺎﻴﻋادو اﺮﻳﺬﻧو اﺮﻴﺸﺑ ﻪﻠﺳرأ .ﻪﻠﻛ .أﺮﺧذ ﻪﺋﺎﻘﻠﻟ ﺎﻫﺪﻋا ةدﺎﻬﺷ .ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ هﺪﺣو ﻪﻠﻟا ﻻا ﻪﻟا ﻻ نا ﺪﻬﺷأ ﻢﻠﺳو ﻞﺻ ﻢﻬﻠﻟا .ارﺪﻗ ﺔﻳﺮﺒﻟا ﻊﻓرا .ﻪﻟﻮﺳر و هﺪﺒﻋ اﺪﻤﺤﻣ نا ﺪﻬﺷاو ﺎﻣأ .اﺮﻴﺜﻛ ﺎﻤﻴﻠﺴﺗ ﻢﻠﺳو ﻪﺑﺎﺤﺻأو ﻪﻟأ ﻰﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧﺪﻴﺳ ﻰﻠﻋ كرﺎﺑو نﻮﻤﻠﺴﻣ ﻢﺘﻧأو ﻻا ﻦﺗﻮﻤﺗﻻو ﻪﺗﺎﻘﺗ ﻖﺣ ﻪﻠﻟاﻮﻘﺗا سﺎﻨﻟا ﺎﻬﻳأﺎﻴﻓ .ﺪﻌﺑ. Alhamdulillah, hari Jum’at ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang Mang Maha Kuasa untuk menjalankan salah satu perintahnya melaksanakan jama’ah shalat Jum’ah. Walaupun sebenarnya kita mafhum bersama bahwa keberhasilan kita menjalankan perintahnya merupakan bukti pemberian rahmat dariNya. Oleh karena itu sudah selayaknya kalau kita saling berwasiat untuk menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita bersama. karena hanya dengan taqwalah kita dapat mendekatkan diri kepadanya sekaligus menjadikannya pelindung tunggal dari godaan setan yang terkutuk.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ululmiddin pernah berkata bahwa diantara hal yang harus dimengerti oleh seorang hamba adalah mengetahui tipu daya setan dan godaannya. Sesungguhnya pemahaman ini fardhu ain adanya. Hanya saja kebanyakan manusia tidak mau mengerti dan lebih suka disibukkan oleh pengetahuan-pengetahuan yang menjebak dirinya sendiri masuk ke dalam kubangan setan.

Oleh karena begitu akutnya tipu daya setan, maka seorang hamba harus mengerti berbagai kiat mematahkan bujuk rayu setan. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan dirinya dari para setan yang terkutuk. Terkutuk karena godaan dan rayuan itu dihembuskan oleh setan bersama dengan hembusan nafas manusia. Sehingga Al-Hasan suatu ketika pernah ditanya oleh Abu Said “apakah setan itu tidur?”. Al-Hasanpun menjawa “jika setan itu tidur, pasti kita bisa istirahat”. Sayangnya setan tidak mengenal sekat ruang dan waktu. begitu juga godaan-godaan mereka yang

(2)

mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba. Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Namun, manusia sebagai makhluk yang sempurna yang dibekali Allah dengan kemampuan bernalar harus memiliki kemauan untuk mngalahkan setan. Dan oleh karenanya Al-Ghazalai dengan jelas menerangkan lima kiat mematahkan godaan setan. Pertama, membuat kurus setan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah swt. Rasulullah saw pernah bersabda:

هﺮﻔﺳ ﻰﻓ هﺮﻴﻌﺑ ﻢﻛﺪﺣأ ﻰﻀﻨﻳ ﺎﻤﻛ ﻪﻧﺎﻄﻴﺷ ﻰﻀﻨﻳ ﻦﻣﺆﻤﻟا نإ

Sesungguhnya orang mukmin itu membuat kurus setannya, sebagaimana seseorang diantara kamu membuat kurus ontanya dalam perjalanan.

Jika sebuah binatang liar telah dikuruskan pastilah ia akan mudah diatur dan menjadi penurut. Karena ketergantungan kepada majikannya. Begitu juga setan, jika seorang hamba telah bisa m e n g u a s a i s e t a n d e n g a n t i d a k s e r t a m e r t a m e m e n u h i keinginannya, pastilah setan akan kurus badannya.

Kedua, janganlah seorang hamba mendekatkkan dirinya kepada tempat-tempat kemaksiatan dan orang-orang mungkar. Sungguh hal itu memperkuat daya pikat setan membujuk manusia.

Rasulullah secara legoris menyatakan: ﻪﻴﻓ ﻊﻘﻳ نأ ﻚﺷﻮﻳ ﻰﻤﺤﻟا لﻮﺣ مﺎﺣ ﻦﻣ

Baran siapa berputar-putar di sekitar tempat larangan, maka besar kemungkinan ia akan terjerembab ke dalamnya.

Demikianlah Jama’ah yang Berbahagia

Dua langkah pertama mencoba membikin setan tidak nyaman menggoda kita dengan harapan setan akan segera bosan dan kecewa karena keteguhan kita. Meskipun keduanya bukan hal yang mudah tetapi harus terus dicoba.

Ketiga, hendaknya seorang hamba selalu sadar bahwa sesungguhnya tujuan setan menggoda hanyalah ingin menjerumuskan kita kelembah kenistaan dan kemadharatan abadi. Tidak ada godaan setan yang membawa pada kemanfaatan. Sesungguhnya setan berbuat demikian karena setan ahli cuci tangan. Ibarat penjegal yang merasa puas jika korbannya jatuh tersungkur dan dia terkekeh dengan bangganya. Dalam surat al-Hasyr ayat 16 Allah menerangkan

(3)

…ﻲِّﻧِإ َلﺎَ ﻗ َﺮَﻔَﻛ ﺎَّﻤَﻠَﻓ ْﺮُﻔْﻛا ِنﺎَﺴْﻧِ ْﻺِﻟ َلﺎَ ﻗ ْذِإ َﻚْﻨِﻣ ٌءيِﺮَﺑ …

…ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka t a t k a l a m a n u s i a i t u t e l a h k a f i r , m a k a i a b e r k a t a : “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu…

Para Hadirin Rahimakumullah

Kemudian keempat, seorang hamba harus selalu ingat bahwa selain berusaha cuci tangan, setan juga bersifat pengecut. Ia menginginkan banyak teman dalam kesesatannya. Semakin banyak teman yang menemani dirinya dalam kesesatan ia akan semakin puas. Karena sesungguhnya neraka sair itu sungguh luasnya. Dan karenanya setan menginginkan kawan untuk mengisinya. Demikian keterangan al’A’raf 16-17 menerangkan

َﻚَ ﻃاَﺮِ ﺻ ْﻢُﻬَﻟ َّنَﺪُﻌْ ﻗَ َﻷ ﻲِﻨَﺘْﻳَﻮْﻏَأ ﺎَﻤِﺒَﻓ َلﺎَ ﻗ ِﻦــْﻴَﺑ ْﻦــِﻣ ْﻢــُﻬَّﻨَﻴِﺗَ َﻵ َّﻢــُﺛ (16) َﻢﻴِﻘَﺘــْﺴُﻤْﻟا ْﻦَﻋَو ْﻢِﻬِﻧﺎَﻤْﻳَأ ْﻦَﻋَو ْﻢِﻬِﻔْﻠَ ﺧ ْﻦِﻣَو ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَأ َﻦﻳِﺮِ ﻛﺎَ ﺷ ْﻢُﻫَﺮَﺜْﻛَأ ُﺪِﺠَﺗ َﻻَو ْﻢِﻬِﻠِﺋﺎَﻤَ ﺷ –

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Dan terakhir, kelima guna mendukung keempat kiat tersebut seorang hamba harus senantiasa dalam kondisi lapar. Karena kondisi lapar akan mempermudah seorang hamba dalam mengingat Allah swt.

عﻮﺠﻟﺎﺑ ﻪﻳرﺎﺠﻣ اﻮﻘﻴﻀﻓ مﺪﻟا ىﺮﺠﻣ مدأ ﻦﺑا ﻦﻣ ىﺮﺠﻳ نﺎﻄﻴﺸﻟا نإ

Innas syaithana yajri min ibni adam majrad dammi, fadhayyiqu majariyahu bilju’i

Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia di tempat jalannya darah. Maka persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut.

Demikianlah khotbah jum’ah kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

ِﻢـْﻴِ ﻈَﻌﻟْا ِنآْﺮـُﻘﻟْا ْ ﻲـِﻓ ْﻢـُﻜَﻟَو ْ ﻲـِﻟ ُﻪـﻠﻟا َكَرﺎـَﺑ ِتَﺎــﻳﻵْا َﻦــِﻣ ِﻪــْﻴﻓِ ﺎــَﻤﺑِ ْﻢُﻛﺎــَّﻳإَو ﻲــِﻨَﻌَﻔَﻧَو

(4)

ُﻪَﺗَوَ ﻼِﺗ ْﻢُﻜْﻨِﻣَو ﻲِّﻨِﻣ َﻞَّﺒَﻘَﺗَو ِﻢْﻴِ ﻜَﺤْﻟاِ ﺮْﻛﺬﻟاَو ُﻢْﻴِﻠَﻌﻟْا ُﻊْﻴِﻤَّﺴﻟا َﻮُﻫ ُﻪَّﻧإ

khutbah LIMA LANGKAH GAGALKAN GODAAN SETAN

Khutbah Jumlat

Tiga Hal Penyelamatan dan Penebusan

ﻦﻳﺪﻟا ﻰﻠﻋ هﺮﻬﻈﻴﻟ ﻖﺤﻟا ﻦﻳدو ىﺪﻬﻟﺎﺑ ﻪﻟﻮﺳر ﻞﺳرأ ىﺬﻟا ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟا نا .اﺮﻴﻨﻣ ﺎﺟاﺮﺳو ﻪﻧذﺎﺑ ﻪﻠﻟا ﻰﻟا ﺎﻴﻋادو اﺮﻳﺬﻧو اﺮﻴﺸﺑ ﻪﻠﺳرأ .ﻪﻠﻛ .أﺮﺧذ ﻪﺋﺎﻘﻠﻟ ﺎﻫﺪﻋا ةدﺎﻬﺷ .ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ هﺪﺣو ﻪﻠﻟا ﻻا ﻪﻟا ﻻ نا ﺪﻬﺷأ ﻢﻠﺳو ﻞﺻ ﻢﻬﻠﻟا .ارﺪﻗ ﺔﻳﺮﺒﻟا ﻊﻓرا .ﻪﻟﻮﺳر و هﺪﺒﻋ اﺪﻤﺤﻣ نا ﺪﻬﺷاو ﺎﻣأ .اﺮﻴﺜﻛ ﺎﻤﻴﻠﺴﺗ ﻢﻠﺳو ﻪﺑﺎﺤﺻأو ﻪﻟأ ﻰﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧﺪﻴﺳ ﻰﻠﻋ كرﺎﺑو نﻮﻤﻠﺴﻣ ﻢﺘﻧأو ﻻا ﻦﺗﻮﻤﺗﻻو ﻪﺗﺎﻘﺗ ﻖﺣ ﻪﻠﻟاﻮﻘﺗا سﺎﻨﻟا ﺎﻬﻳأﺎﻴﻓ .ﺪﻌﺑ. Pada kesempatan ini pertama-tama khatib ingin mengajak diri sendiri dan jama’ah semua untuk meningkatkan taqwa. Sesungguhnya taqwa itu Bermula dari mengihdar larang-larangannya.

Dinamika kehidupan selalu saja berubah dan berkembang. Demikian pula kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berurusan dengan sesamanya -hablum minannas- ataupun berhubungan dengan Tuhannya -hablum minallah-. Dalam proses sosialisasi inilah manusia sering menemukan pengalaman baru sebagaimana selalu berubahnya kondisi kehidupan ini yang turut mempengaruhi kehidupan dan pola pikirnya. Bahkan mempengaruhi juga pada nuansa hubungan dengan Tuhannya. Disinilah aplikasi dari hadits al-imanu yazid wa yanqush bahwa iman itu terkadang tambah (menebal), terkadang pula berkurang (menipis).

Tentunya semua umat muslim berharap kondisi iman yang ada dalam dirinya akan terus stabil kalaupun tidak selalu bertambah. Namun seringkali tidak demikian, karena setan yang diberi tugas menggoda manusia selalu saja memiliki trik yang menarik untuk menjadikan manusia muslim pembelot yang taat.

(5)

Kesadaran ini harus selalu tertanam dalam diri kita, karena dosa yang disertai dengan rasa bersalah lebih baik dari pada keta’atan yang dibarengi dengan kepuasan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sehubungan dengan kondisi ini ada baiknya kita menengok hadits Rasulullah saw yang seolah menjelaskan kepada kita betapa manusia itu sangat rapuh untuk bertahan melawan godaan, tetapi bersama itu Allah Dzat Yang Maha Pemurah juga selalu menyediakan langkah untuk membendung godaan beserta hadiah bagi mereka yang berhasil bertahan. Hadits tersebut sebagaimana diterangkan dalam Syarah Nashaihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi Al-Bantani berbunyi:

تﺎﻴﺠﻨﻤﻟا ﺎﻣا .تارﺎﻔﻛ ثﻼﺛو تﺎﺟرد ثﻼﺛو تﺎﻜﻠﻬﻣ ثﻼﺛو تﺎﻴﺠﻨﻣ ثﻼﺛ ﻰﻓ لﺪﻌﻟاو ﻰﻨﻐﻟاو ﺮﻘﻔﻟا ﻰﻓ ﺪﺼﻘﻟاو ﺔﻴﻧﻼﻌﻟاو ﺮﺴﻟا ﻰﻓ ﻪﻠﻟا ﺔﻴﺸﺨﻓ ءﺮﻤﻟا بﺎﺠﻋإو ﻊﺒﺘﻣ ىﻮﻫو ﺪﻳﺪﺷ ﺢﺸﻓ تﺎﻜﻠﻬﻤﻟا ﺎﻣا و .ﺐﻀﻐﻟاو ﻰﺿﺮﻟا ﻞﻴﻠﻟﺎﺑ ةﻼﺼﻟاو مﺎﻌﻄﻟا مﺎﻌﻃإو مﻼﺴﻟا ءﺎﺸﻓﺈﻓ تﺎﺟرﺪﻟا ﺎﻣاو .ﻪﺴﻔﻨﺑ ماﺪﻗﻻا ﻞﻘﻧو تاﺮﺒﺴﻟا ﻰﻓ ﺆﺿﻮﻟا غﺎﺒﺳﺎﻓ تارﺎﻔﻜﻟا ﺎﻣاو .مﺎﻴﻧ سﺎﻨﻟاو ةﻼﺼﻟا ﺪﻌﺑ ةﻼﺼﻟا رﺎﻈﺘﻧاو تﺎﻋﺎﻤﺠﻟا ﻰﻟا.

Hadits ini dapat dibagi menjadi empan bagian utama, bagian pertama menerangkan tiga hal yang dapat menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Ketiga hal tersebut adalah: ﺮﻘﻔﻟا ﻰﻓ ﺪﺼﻘﻟاو ﺔﻴﻧﻼﻌﻟاو ﺮﺴﻟا ﻰﻓ ﻪﻠﻟا ﺔﻴﺸﺨﻓ تﺎﻴﺠﻨﻤﻟا ﺎﻣا ﺐﻀﻐﻟاو ﻰﺿﺮﻟا ﻰﻓ لﺪﻌﻟاو ﻰﻨﻐﻟاو

Pertama, merasa takut kepada Allah swt secara lahir maupun bathin. Kedua, hidup dengan sederhana, dan ketiga, berlaku adil baik dalam keadaan longgar maupun dalam kondisi emosi. Dalam konteks kondisi iman yang selalu fluktuatif, maka ketiga treatmen ini sangatlah bermanfaat untuk selalu diingat. Takut kepada Allah swt artinya takut akan berbagai siksaan dan ancamannya. Mereka yang takut akan pedihnya siksa neraka tentu akan berusaha menghindar dan lari sejauh-jauhnya dari hal-hal yang menyebabkan kita menjadi penghuninya. Sebagaimana tunggang langgang mereka yang menghindar bertemu singa atupun ular karena sangat takutnya.

Kedua hidup sederhana dan sewajarnya saja walaupun dalam kondisi berlebih, apalagi dalam kondisi kurang. Tentunya hal ini adalah kritik akan tingginya konsumerisme yang berakar

(6)

dari nafsu ingin memiliki dan pamer. Padahal yang demikian itu adalah pekerjaan setan, innal mubadzdzirina kanu ikhwanas syayathin.

Dan ketiga berusaha seadil dan sebijaksana mungkin walaupun sedang kondisi emosi. Sesungguhnya emosi adalah pintu masuk bagi setan menguasai manusia. Lihat saja ketika seseorang marah, maka akal yang rasional itu tidak lagi berfungsi. Apakah ketika foto pengantin dibanting masakan itu akan menjadi asin? Mereka yang marah akan kehilangan akal dan dikuasai setan. Al-ghadhab yuzilul aqla.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah

Itulah tiga hal utama yang kiranya dapat dijadikan pegangan bagi seorang muslim dalam kehidupan kesehariannya agar iman yang ada tidak mudah surut menipis. Sekaligus hendaknya seorang muslim juga menghindarkan diri dari tiga hal perusak yang akan menurunkan kwalitas iman manusia diantaranya:

ﻪﺴﻔﻨﺑ ءﺮﻤﻟا بﺎﺠﻋإو ﻊﺒﺘﻣ ىﻮﻫو ﺪﻳﺪﺷ ﺢﺸﻓ تﺎﻜﻠﻬﻤﻟا ﺎﻣا و

Pertama, pelit yang amat sangat. Kedua, menuruti hawa nafsu. Dan ketiga ujub (merasa puas dengan diri sendiri).

Ketiga hal ini dinilai sebagai unsur perusak jika berdiam dalam diri seseorang. Sangat Pelit atau kikir amat sangat adalah penghalang seseorang dekat sesama makhluk, apalagi dengan Allah swt, pasti akan semakin jauh. Dan sebaliknya kikir akan membawa seseorang mendekat pada neraka. Bukakah demikian bunyinya an-naru darul bukhala’ bahwa neraka adalah rumah bagi mereka yang kikir.

Adapun unsur perusak kedua adalah hawa nafsu yang terlalu dimanja. Artinya, seseorang yang menuruti hawa nafsunya berarti merusak diri dan imannya sendiri. Karena hawa nafsu senantiasa condong pada berbagai maksiat yang melanggar aturan-aturan Allah swt. Untuk unsur kedua ini sudahlah maklum adanya. Sehingga Allah berfirman wala tattabiul hawa…janganlah engkau sekalian menuruti hawa nafsumu.

Adapun ujub merupakan satu unsur perusak. Ujub adalah merasa diri paling benar dan paling baik sehingga menimbulkan rasa bangga dan takjub pada diri sendiri sehingga menjadikan yang bersangkutan lalai bahwa apa pada dirinya saat ini merupakan

(7)

nikmat Allah swt. Ujub bila selalu dipupuk sangatlah berbahaya, ia akan menyebabkan seseorang merasa menjadi tuhan dalam dirinya sendiri. Karena sejatinya ujub adalah kesombongan yang tersembunyi. Dan jika telah terjangkit penyakit sombong maka ingatlah hadits Rasulullah saw yang artinya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terbersit sifat sombong walaupun sebesar dzarrah.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah

Demikian tiga unsur perusak utama yang harus diwaspadai. Meskipun Allah swt telah menyiapkan tiga program yang dapat mengangkat derajat seorang muslim yaitu:

سﺎﻨﻟاو ﻞﻴﻠﻟﺎﺑ ةﻼﺼﻟاو مﺎﻌﻄﻟا مﺎﻌﻃإو مﻼﺴﻟا ءﺎﺸﻓﺈﻓ تﺎﺟرﺪﻟا ﺎﻣاو مﺎﻴﻧ

Pertama menyebarkan salam. Kedua, memberi makan . Dan ketiga, shalat di tengah malam ketika yang lain terlelap tidur.

Jika dianalisis maka program pertama merupakan usaha perluasan jaringan. Dengan berucap salam kepada siapapun baik yang kenal maupun tidak kenal, berarti kita telah membangunkan kembali rasa persaudaraan sesama muslim, yang secara otomatis melenyapkan perasaan saling mencurigai (su’udh dhan). Ini adalah awal bagus untuk dilanjutkan dalam langkah selanjutnya memperluas silaturrahim sesama umat muslim. Adapun memberi makan sebagai program peningkatan derajat seorang muslim yang kedua merupakan aplikasi dari teori bersedekah saling berempati atas nasib sesama muslim. Dalam taraf tertentu ini merupakan program pengentasan kemiskinan secara bertahap.

Dan program ketiga, adalah shalat dalam sepinya tengah malam ketika yang lain sedang terlelap tidur. Tepatya di sepertiga terakhir malam yang tersisa. Waktu ini adalah ruang spesial yang dapat difungsikan oleh seseorang untuk mengevaluasi dirinya dan kehidupannya selama ini. Baik yang berhubungan dengan sesama ataupun dengan Yang Maha Kuasa.

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Itulah tiga kategori penting dalam hadits ini mulai dari sisi keselamatan, unsur perusak dan program peningkatan derajat. Meski demikian Allah swt dengan ke-Maha Murahannya masih memberikan kepada umat muslim tiga hal sebagai penebus jikalau

(8)

sampai terjadi khilaf. Ketiga hal tebusan tersebut adalah

تﺎﻋﺎﻤﺠﻟا ﻰﻟا ماﺪﻗﻻا ﻞﻘﻧو تاﺮﺒﺴﻟا ﻰﻓ ﺆﺿﻮﻟا غﺎﺒﺳﺎﻓ تارﺎﻔﻜﻟا ﺎﻣاو ةﻼﺼﻟا ﺪﻌﺑ ةﻼﺼﻟا رﺎﻈﺘﻧاو.

Pertama, menyempurnakan wudhu ketika hawa sangat dingin. Kedua, melangkahkan kaki untuk shalat jama’ah dan ketiga sengaja menunggu waktu shalat ketika telah usai melaksanakan shalat .

Ketiga hal ini dianggap pahalanya mampu menggantikan -meskipun tidak berarti menghapus- berbagai kesilapan yang telah terjadi. Hal itu karena beratnya menjalankan ketiga hal ini, pertama menyempurnakan wudhu dalam kondisi sangat dingin. Artinya, seseorang yang dengan gigih melawan rasa dingin demi mengambil air wudhu yang akan dipergunakannya untuk beribadah menunjukkan kegigihannya mengedepankan pengabdian kepada Allah swt mengalahkan kepentingannya sendiri. Bahkan rasa dingin yang menusuk tulangnya itu sama sekali tidak diindahkannya. Kedua, melangkahkan kaki untuk shalat jama’ah. Artinya, menyengaja dengan niat penuh melaksanakan shalat jama’ah. Sesungguhnya shalat jama’ah itu keutamannya dua puluh tujuh kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Begitu pentingnya posisi shalat jama’ah hingga Allah swt menjanjikan fadhilah yang sangat tinggi karena shalat jama’ah yang pada dasarnya merupakan urusan dengan Allah swt, ternyata mengandung hikmah yang sangat luas. Diantaranya dengan shalat jama’ah seseorang akan berjumpa dengan sesama muslim lain yang memungkinkan terjalinnya silaturrahim antar mereka. Selain itu shalat jam’ah juga dapat menjadi tanda syiar dan kokohnya agama Islam. Sehingga pemeluk agama lain akan merasa kagum dengan solidaritas dan ketaatan umat muslim yang selalu berkumpul lima kali dalam sehari.

Dan yang terakhir adalah menunggu waktu shalat tiba setelah melakukan shalat. Maksudnya adalah ketika seseorang usai dengan shalat maghrib lalu tidak menggeser diri dari masjid/mushalla dengan tujuan menunggu shalat isya, maka itu adalah bukti pengorbanan seseorang untuk mengutamakan urusan ibadah di atas urusan lainnya. Artinya dengan mennggu waktu shalat selanjutnya, seseorang berarti menghentikan kegiatan

(9)

lainnya dan segala urusannya hanya untuk menghadap kepada Allah swt.

Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia,

Demikianlah tiga hal dalam empat kategori yang diterangkan Rasulullah saw kepada umatnya. Semoga kita senantiasa mampu menjaga diri dan iman kita dengan memanfaatkan peluang yang diberikan Allah swt Yang Maha Pemurah.

ِﻢـْﻴِ ﻈَﻌﻟْا ِنآْﺮـُﻘﻟْا ْ ﻲـِﻓ ْﻢـُﻜَﻟَو ْ ﻲـِﻟ ُﻪـﻠﻟا َكَرﺎـَﺑ ِتَﺎــﻳﻵْا َﻦــِﻣ ِﻪــْﻴﻓِ ﺎــَﻤﺑِ ْﻢُﻛﺎــَّﻳإَو ﻲــِﻨَﻌَﻔَﻧَو ُﻪَﺗَوَ ﻼِﺗ ْﻢُﻜْﻨِﻣَو ﻲِّﻨِﻣ َﻞَّﺒَﻘَﺗَو ِﻢْﻴِ ﻜَﺤْﻟاِ ﺮْﻛﺬﻟاَو ُﻢْﻴِﻠَﻌﻟْا ُﻊْﻴِﻤَّﺴﻟا َﻮُﻫ ُﻪَّﻧإ

Khutbah Tiga Hal Penyelematan dan Penebusan

Pengantar

Kolom Ma’arif merupakan pertukaran idea atau gagasan pendidikan yang dikemas dalam bahasa yang ringan dan komunikatif hususnya yang berada pada lingkungan PC LP Ma’arif NU Cilacap maupun NU pada umumnya. Sehingga Kolom ini dapat tercipta sinergitas antar berbagai komoponen pendidikan yang ada. Disamping itu juga merupakan media komunikasi dalam membangun dan mengembangkan kemajuan lembaga pendidikan dilingkungan PC LP Mararif NU Cilacap.

Kolom Ma’arif ini dapat juga sebagai media intereaksi dan penyemaian ide bembelajaran sekaligus berfungsi sebagai pengembangan pembelajaran pendidikan bagi guru maupun peserta didik. Disamping itu pula dapat menjadi ajang kreatifitas, untuk lebih giat menggunakan bahasa tulis, atau menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang kemudian akan menjadi

(10)

kebiasaan.

Kebiasaan ini merupakan upaya yang sungguh-sunguh dalam memberikan informasi dan menyampaikan gagasanya,secara tertulis dan sistematis dalam tradisi pendidikan. Kolom ini juga akan disampaikan sercara variataif sesuai dengan tema gagasan yang sedang berjalan atau aktual dalam dunia p e n d i d i k a n . . S e h i n g g a a p a y a n g d i t u a n g k a n d a p a t terdokumentasikan dan gagasan itu dapat dinikmati serta dibaca banyak orang.

PC LP Ma’arif NU ini merupakan lembaga dibawah Nahdlatul Ulama (NU) Cilacap , pada akhirnya harus dapat menjadi pendorong dari berbagai lini pendidikan, untuk tumbuhnya perkembangan dan kemajuan, ditengah dinamika pendidikan yang sudah ada. ……. Kreativitas kegiatan pendidikan LP. Ma’arif NU adalah sesuatau yang tidak bisa ditawar lagi, semua jajaran dan lembaga pendidikan dibawah naungan LP. Ma’arif NU Cilacap, sekarang ini harus dapat terbuka dan saling menopang sehingga kita dapat merasakan kebersamanya, bukan malah sebaliknya saling bersaing dan berkonflik sehingga justru menu utama pendidikn kita jadi terabaikan.

Harapan besar LP. Ma’arif NU Cilacap lewat kolom ini dapat digunakan penyampaian obrolan yang terencana dan terprogram, sehingga kelangsungannya dapat terjaga dengan baik. Disamping itu kolom ini dapat menjadi penyambung gagasan pendidikan. Sehingga kolom ini dapat terwujudkan

Kolom ini yang berda dalam websai LP. Ma’arif NU Cilacap ini, akan tampail seminngu sekali i pada setiap hari Ju’mat, sehingga keberadaanya dapat diterima oleh warga LP. Ma’arif NU Cilacap..dan akan disampaikan langsung oleh saya. Sehingga menia ini dapat menjadi urun rembug pada dunia pendidikan khususnya yang ada pada LP. Ma’arif NU Cilacap. Yang kita cintai.

(11)

dapat menjadi aspiarsi bagi warga LP. Ma’arif NU Cilacap, ekaligus dapat menginspiasi dalam setiap kegiatan kemanujuan madrasah maupun dalam kegiatan pendidikan. Semoga.

Ketua

PC LP Ma’arif NU Cilacap

Hijrah

Oleh: Muniriyanto

Disadari atau tidak kita sudah meninggalkan Tahun 1435 H. dan masuk pada Tahun 1436 H. Hijrah secara generika bermakna perpindahan, meninggalkan, memutuskan atau keluar dari sebuah negeri ke negeri yang lain.

Dalam term Islam hijrah dimaknai sebagai awal momentum berpindahnya Nabi Muhammad SAW. dan pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Kemudian adalah orang-orang yang berhijrah (Nabi Muhammad SAW. dan penggikutnya) disebut dengan Muhajirin dan yang menerimanya di Madinah sebagai sahabat Ansor.

Karena begitu pentingya peristiwa tersebut dan sekaligus pengambilan momentum yang tepat, oleh Khalifah Umar bin Khattab ra, pada tahun 638 atau 17 tahun setelah peristiwa Hijrah, diabadikan sebagai Kalender Islam yang disebut Tahun Hijriah.

(12)

Mengingat pentingnya peristiwa itu, maka hijrah bukan saja dalam perbuatan Nabi SAW, tapi hijrah juga bisa dimaknai sebagai; segala hajat kehidupan manusia, dalam rangka untuk berubah atau perpindahnya sikap manusia menuju kebaikan baik maghdloh (prifat) maupun ghoiruu Maghdloh (sosial).

Maka tak pelak lagi pada setiap momentum Hijrah itu, khususnya bagi lembaga pendidikan untuk selalu meningkatkan usaha transformatif pendidikan, menuju kearah yang lebih baik. Itu semua dapat dilakukan dengan segala lini. Misalnya; pengelolaan admisintrasi sekolah dengan mempertimbangkan aturan-aturan dan juklas yang sudah ada, sumberdaya keguruan secara ktreatif dan sungguh-sungguh, mau meningkatkan kemampuannya untuk kemajuan sekolahnya, serta siswa menaikkan derajat belajar dalam rangka mencapai prestasi disekolah maupun diluar sekolah.

Penentuan hijrah ini menyiratkan perlu adanya upaya untuk berubah menjadi lebih baik dalam porsi dan posisinya masing-masing. Didasarkan keimaanan yang utuh, berjuang untuk melalakukan dakwah dan kebaikan yang diniatkan untuk mencapai Keridloan Alloh SWT

Akhirnya pada momentum Hijriyah ini, tahun ini hijriyah sebagai upaya refleksi menuju yang lebih baik. Kita tidak perlu meniru orang-orang yang tidak mengerti, apalagi meniru orang diluar ajaran Islam dengan berfoya-foya di dalam menyambut datangnya tahun baru. Datangnya tahun baru bagi kita berarti kita mau melepas segala kekurangan menuju keutuhan manusia, bangkit dari kebodohan yang kita miliki menuju kecerdasan bersama, demikian pula mari dalam Hijriyah ini kita tingkatkan dan tetap menjalankan amal kebaikan dengan senantiasa memohon rahmah dan ampunan Alloh SWT.

(13)

Syekh Siti jenar Versi Damar

Shashangka

Syekh Siti Jenar (Bagian: 1) Oleh : Damar Shashangka

Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, datang ke Jawa dan bermukim di Bukit Amparan Jati ( Daerah Cirebon sekarang ). Disana, beliau bertemu dengan Syeh Dzatul Kahfi, seorang ulama sepuh yang sudah lama menetap di Bukit Amparan Jati. Ulama sepuh inilah guru dari Pangeran Walang Sungsang dan Dewi Rara Santang, putra-putri dari Prabhu Silih Wangi, Raja Pajajaran.

Setelah menetap berdekatan dengan Syeh Dzatul Kahfi, Syeh Abdul Jalil kemudian berpindah ke Carbon Girang. Disana beliau mendirikan sebuah Pesantren dengan nama KRENDHASAWA. Banyak yang tertarik dengan ajaran beliau yang bernuansa spiritual murni. Sama sekali berbeda dengan para ulama-ulama lain yang juga mengurusi kenegaraan. Sibuk ingin mendirikan Kekhalifahan Islam.

Di Pesantren Krendhasawa, para santri tidak menemui nuansa politik seperti itu. Ajaran tassawuf begitu kental. Nuansa kedamaian sangat terasa.

Kehadiran Syeh Abdul Jalil, menyita perhatian Dewan Wali Sangha yang berpusat di Ampeldhenta ( Daerah Surabaya sekarang ). Sudah menjadi kesepakatan bersama, seyogyanya, para ulama yang menetap di Jawa, masuk menjadi anggota Dewan Wali. Syeh Abdul Jalil tidak menolak ajakan itu. Beliau bersedia masuk menjadi anggota Dewan Wali Sangha.

Begitu menjadi anggota Dewan Wali, beliau mendapat julukan Syeh Lemah Abang atau Syeh Ksiti Jenar ( Lemah = Tanah, Abang = Merah. Ksiti = Tanah, Jenar = Kuning ). Beliau mendapat gelar seperti itu karena beliau tinggal didaerah Jawa bagian barat yang terkenal tanahnya berwarna merah kekuning-kuningan, beda dengan tanah jawa bagian tengah dan bagian timur. Kata

(14)

KSITI yang artinya tanah, lama-lama berubah menjadi SITI. Maka terkenallah beliau dengan sebutan Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang atau Sunan Kajenar.

Beliau bukan keturunan bangsawan. Kebanyakan, para ulama yang waktu itu dikenal dengan sebutan Wali, berasal dari kalangan bangsawan. Sebut saja Sunan Ampel, dia berdarah bangsawan Champa. Sunan Benang ( lama-lama berubah menjadi Bonang ), Sunan Darajat ( lama-lama berubah menjadi Drajat ), Sunan Lamongan, ketiganya putra Sunan Ampel, berdarah bangsawan Champa dan Tuban ( karena istri Sunan Ampel masih keturunan Kadipaten Tuban ), begitu juga Sunan Kalijaga ( berdarah Tuban), Sunan Giri ( berdarah Blambangan ), dll.

Syeh Siti Jenar, tidak berdarah biru. Namun beliau memiliki ‘kecemerlangan’ melebihi para menak berdarah keraton. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu faktor sehingga beliau sama sekali tidak tertarik dengan tetek bengek urusan perpolitikan, selain memang ‘kesadaran’ beliau yang benar-benar tinggi.

Konon, Syeh Siti Jenar adalah putra Syeh Datuk Sholeh yang bermukim di Malaka. Syeh Datuk Sholeh putra dari Syeh Datuk Isa. Syeh Datuk Isa putra Syeh Khadir Khaelani. Syeh Khadir Khaelani adalah putra Abdullah Khannuddin. Dan Abdullah Khannuddin putra Ashamat Khan atau Syeh Abdul Malik, yang konon tinggal di India sebelah barat yang sekarang wilayah Pakistan. ( Nah, bisa diketahui kan, kebijaksanaan beliau berasal dari mana? : Damar Shashangka ).

Namun, status keanggotaan Syeh Siti Jenar didalam Dewan Wali Sangha tidak-lah berlangsung lama. Sebab, begitu melihat para ummat Islam yang semula benar-benar murni memperbaiki akhlaq, lama-lama terpengaruh gerakan militansi Islam yang mulai digalang oleh Sunan Giri, santri senior Sunan Ampel. Ditambah lagi, hal serupa juga tengah dilakukan oleh Pangeran Cakrabhuwana, penguasa Carbon Girang.

Kegiatan-kegiatan ruhani Islami, kini berubah diwarnai dengan latihan-latihan tempur. Fokus utama memperbaiki diri, kini berubah menjadi out action, menyalahkan fihak lain. Suasana damai antara penganut Islam, Hindhu dan Buddha, lama-lama

(15)

mulai goncang.

Syeh Siti Jenar tidak menyukai hal ini. Dimana-mana, aksi sepihak dari ummat Islam membuat suasana menjadi panas. Penganut Hindhu dan Buddha yang selama ini merasa damai bersanding dengan penganut agama baru ini, mulai terusik. Syeh Siti Jenar, melayangkan surat protesnya ke Ampeldhenta. Namun Sunan Ampel meyakinkan, semua masih wajar dan tidak berlebihan. Namun, bagi Syeh Siti Jenar, apa yang dikatakan Sunan Ampel tidaklah sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Ada seorang ulama yang menyuarakan hal serupa, dialah Sunan Kalijaga. Bersama Syeh Siti Jenar, Sunan Kalijaga mencoba membendung gerakan-gerakan ummat Islam yang kini berubah radikal. Mau tidak mau, diam-diam, ummat Islam terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang militan dan merasa dirinya paling benar karena katanya mengikuti anjuran Al-Qur’an dan Hadist secara kaffah di dipimpin Sunan Giri, Sunan Giri menyatakan, siapa saja yang menolak pergerakan ummat Islam yang tengah gencar-gencarnya saat ini, sama saja menjalankan ajaran bid’ah. Sunan Giri mengklaim, golongannya adalah golongan PUTIHAN (Kaum Putih), dan ummat Islam yang tidak sepaham dengan golongannya, di tuduh sebagai penganut bid’ah, golongan ABANGAN (Kaum Merah).

Untuk mengukuhkan pengakuannya, pengikut Sunan Giri bahkan menyebarkan desas-desus bahwa Syeh Siti Jenar adalah seorang penganut ilmu sihir dari India. ( Jelas diceritakan dalam Babad Tanah Jawa, Syeh Siti Jenar mencuri dengar wejangan agama dari Sunan Bonang yang kala itu tengah mewejang Sunan Kalijaga. Syeh Siti Jenar konon berubah menjadi cacing tanah. Sunan Benang sendiri yang menambal bagian perahu yang sedikit berlobang kala hendak berlayar ke tengah laut untuk sekedar memberikan wejangan rahasia kepada Sunan Kalijaga. Sunan Benang menambalnya dengan segenggam tanah. Padahal, didalam tanah yang sudah tergenggam itu, ada Syeh Siti Jenar yang berwujud cacing. Sunan Benang tahu, tapi dia diam saja. Begitu selesai mewejang barulah Sunan Benang menyuruh cacing itu berubah menjadi manusia. Simbolisasi ini sangat jelas sekali, bahwasanya masuknya Syeh Siti Jenar ke Dewan Wali Sangha

(16)

adalah atas prakarsa Sunan Benang, disimbolkan dengan mengambil tanah berisi cacing. Dan Syeh Siti Jenar dianggap hanyalah rakyat jelata yang sama dengan cacing. Perahu melambangkan Dewan Wali. Di bagian jawa sebelah barat, ada kekosongan pimpinan ummat Islam. Syeh Dzatul Kahfi sudah sepuh. Pangeran Cakrabhuwana bukanlah seorang ulama, dia seorang politikus, ( Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, belum datang ke Cirebon. Dia masih di Mesir. Dengan datangnya ’sang rakyat jelata Syeh Siti Jenar’, kekosongan pemimpin agama bisa ditutupi, tak mengapa walau yang mengisi kekosongan adalah ’seekor cacing’. Cacing ini, rakyat jelata ini, berubah menjadi manusia atas anugerah Sunan Benang. Seorang rakyat jelata, kini disegani sederajat dengan para bangsawan, itu karena andil Sunan Benang. Dan sang cacing ini, sangat dekat dengan Sunan Kalijaga. : Damar Shashangka )

Simbolisasai ini jelas-jelas muncul dikemudian hari setelah Syeh Siti Jenar difatwakan sesat oleh Dewan Wali. Ada ungkapan diskriminatif di Jawa “ Wong ya pancene godhong Krokot, diunggahna nganti dhuwur ya tetep wae cukule melorot.” ( Namanya juga daun Krokot, walaupun diangkat setinggi mungkin, tumbuhnya tetep saja melorot kebawah. ) Ungkapan ini biasanya mencerminkan kekesalan seseorang yang telah berjasa mengangkat orang lain dari kesengsaraan namun kemudian lupa daratan. Dan manakala Syeh Siti Jenar, yang dulu bukan apa-apa, dan dimasukkan ke Dewan Wali oleh Sunan Benang, sehingga kedudukannya terangkat, namun dikemudian hari berani menentang Para Wali yang lain, maka kerluarlah ungkapan kekesalan secara simbolik ini. Namanya saja rakyat jelata, bagaimanapun juga, tetep saja kelakuannya seperti rakyat jelata, seperti cacing. Kurang lebih seperti itu.

Padahal, tingkat ’spiritualitas’ seseorang tidak bisa diukur oleh pangkat dan derajatnya di masyarakat. Para Wali lupa. Karena mereka memang tengah terfokus pada duniawi. Pada Kekhalifahan semata. Namun, tidak demikian dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga, sangat menghormati Syeh Siti Jenar karena tingkat spiritualitasnya benar-benar tinggi.

(17)

Kubu Sunan Giri dan kubu Sunan Kalijaga, tidak pernah sepaham dimana-mana. Dan manakala Sunan Giri memberontak ke Majapahit dan ingin mendirikan Kekhalifahan Islam di Jawa, walaupun lantas bisa dihancurkan oleh Majapahit, Syeh Siti Jenar, menyampaikan protes keras. Bahkan beliau kemudian menyatakan, keluar dari Dewan Wali Sangha.

Pada tahun 1475, Syarif Hidayatullah bersama ibunya Syarifah Muda’im, datang dari Mesir ke Cirebon. Syarifah Muda’im adalah nama muslim Dewi Rara Santang. Dia adalah adik kandung Pangeran Cakrabhuwana, penguasa Carbon Girang.

Mendengar kedatangan Syarif Hidayatullah, Sunan Giri segera mengirim utusan untuk memintanya bergabung bersama Dewan Wali Sangha yang berpusat di Ampeldhenta. Syarif Hidayatullah menyetujuinya. Lantas dia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Dengan adanya Sunan Gunung Jati, kekosongan kepemimpinan Islam di jawa bagian barat yang semula di jabat Syeh Siti Jenar, tertutupi sudah.

Maka kini, ada dua kekuatan besar di Cirebon. Satu Syeh Siti Jenar dan yang kedua Sunan Gunung Jati.

Pada awal tahun 1478, Sunan Ampel wafat. Pimpinan Dewan Wali Sangha berpindah ke tangan Sunan Giri. Hubungan Syeh Siti Jenar dan Sunan Giri yang selama ini terkenal tidak bagus, begitu kepemimpinan Dewan Wali berganti, maka hubungan ini semakin meruncing.

Bahkan, manakala terdengar bahwa Syeh Siti Jenar, mengajarkan Ilmu Tassawwuf tingkat tinggi kepada murid-muridnya, yang sesungguhnya semua wali juga paham akan Ilmu tersebut, oleh Sunan Giri, hal itu dijadikan alasan untuk mencari-cari kesalahan Syeh Siti Jenar.

Syeh Siti Jenar, dipanggil menghadap ke Giri Kedhaton. Dan kisahnya tercatat dalam Pupuh ( Bait-Bait ) Tembang Jawa seperti dibawah ini :

Sinom

Pagurone Syeh Lemah Bang, Wejangane tanpa rericik, Lan wus atinggal sembahyang, Rose kewala liniling,

(18)

Meleng tanpa aling-aling, Wus dadya Paguron Agung, Misuwur kadibyannya, Denira talabul’ilmi,

Wus tan beda lan sagunging aulia. Sangsaya kasusreng janma,

Akeh kang amanjing murid, Ing praja praja myang desa, Malah sakehing ulami,

Kayungyun ngayun sami, Kasoran kang Wali Wolu, Gunging Paguronira,

Pan anyuwungaken masjid,

Karya suda kang amrih agama mulya. Santri kathah keh kebawah,

Mring Lemah Bang manjing murid, Ya ta Sang Syeh Siti Jenar, Sangsaya gung kang andasih, Dadya imam pribadi,

Mangku sa-reh bawahipun, Paguroning Ilmu Khaq, Kawentar prapteng nagari,

Lajeng karan Sang Pangeran Siti Jenar. Satedhaking Majalengka,

Kalawan dharahing Pengging, Keh prapta apuruhita,

Mangalap kawruh sejati, Nenggih Ki Ageng Tingkir, Kalawan Pangeran Panggung, Buyut Ngerang Ing Betah, Lawan Ki Ageng Pengging,

Samya tunggil paguron mring Siti Jenar. Ing lami-lami kawarta,

Mring Jeng Susuhunan Giri, Gya utusan tinimbalan, Duta wus anandhang weling,

(19)

Mangkat ulama’ kalih, Datan kawarna ing ngenu, Wus prapta ing Lemah Bang, Duta umarek mangarsa,

Wus apanggih lan Pangeran Siti Jenar. Nandukken ing praptaning,

Dinuteng Jeng Sunan Giri, Lamun mangkya tinimbalan, Sarenga salampah mami, Wit Jeng Sunan miyarsi, Yen paduka dados guru, Ambawa Imam Mulya,

Marma tuwan den timbali,

Terang sagung ing pra Wali sadaya. Prelu musyawaratan,

Cundhuking masalah ilmi, Sageda nunggil seserepan, Sampun wonten kang sak serik, Nadyan mawi rericik,

Apralambang pasang semu, Sageda salingsingan,

Pangeran Siti Jenar angling,

Ingsun tinimbalan Sunan Giri Gajah. Apa tembunge maring wang,

Ature duta kekalih,

Inggih maksih Syeh Lemah Bang, Pangeran Siti Jenar angling, Matura Sunan Giri,

SYEH LEMAHBANG YEKTINIPUN, ING KENE ORA ANA,

AMUNG PANGERAN SEJATI,

Langkung ngungun duta kalih duk miyarsa. Andikane Syeh Lemah Bang,

Wasana matus aris,

Kados pundi karsandika, Teka makaten kang galih, Wangsulan kang sayekti,

(20)

Pangeran ngandika arum, Sira iku mung saderma, Aja nganggo mamadoni,

INGSUN IKI JATINING PANGERAN MULYA. Duta kalih lajeng mesat,

Lungane datanpa pamit, Sapraptaning Giri Gajah, Marek ing Jeng Sunan Giri, Duta matur wot sari,

Dhuh pukulun Jeng Sinuhun, Amba sampun dinuta,

Animbali Syeh Siti Brit,

Aturipun sengak datan kanthi nalar. Terjemahan :

Perguruan Syeh Lemah Bang,

Wejangannya tanpa menggunakan perlambang ( simbolisasi dan langsung ke inti sarinya ilmu ),

Sholat syari’at tidak dipentingkan, Inti sarinya saja yang dihayati,

Sangat gamblang, jelas dan tidak ditutup-tutupi lagi, Sudah menjadi Perguruan Besar,

Terkenal kehebatannya, Kedalaman Ilmu beliau,

Sudah tak ada beda dengan para Aulia. Semakin terkenal ditengah masyarakat, Banyak yang datang menjadi murid,

Berasal dari kota sampai ke pelosok pedesaan, Bahkan banyak para ulama,

terpikat dan masuk menjadi pengikut, Kalahlah Delapan Wali yang lain, Karena kebesaran perguruannya, Masjid para wali ditinggalkan,

Membuat surut pengikut para Wali yang katanya membawa agama paling mulia.

Banyak para santri yang menjadi pengikut, Menjadi murid Syeh Lemah Bang,

(21)

Semakin banyak yang mencintai, Beliau menjadi Imam tunggal, Jadi panutan para murid,

Perguruannya mengajarkan Ilmu Khaq ( Ilmu Sejati ), Terkenal diseluruh wilayah negara,

Beliau mendapat sebutan, Sang Pangeran Siti Jenar.

Seluruh keturunan Majalengka ( Majapahit ), Termasuk keturunan dari Pengging,

Banyak yang terpikat oleh beliau,

Datang menimba ilmu pengetahuan sejati, Seperti Ki Ageng Tingkir,

Juga Pangeran Panggung,

Buyut Ngerang dari daerah Butuh, serta Ki Ageng Pengging,

Menjadi satu paham dengan beliau. Lama-lama terdengar juga,

Oleh Kangjeng Susuhunan Giri, Beliau segera memanggil utusan,

Sang duta sudah mendapatkan pesan yang harus disampaikan, Berangkatlah dua orang ulama,

Tidak diceritakan di perjalanan, Sudah sampai di Lemah Bang,

Sang duta mendekat dihadapan,

Setelah bertemu langsung dengan Pangeran Siti Jenar. Menyampaikan maksud kedatangannya,

Diutus Jeng Sunan Giri,

Bahwasanya Pangeran Siti Jenar diharapkan menghadap, Berangkat bersama kami,

Sebab Jeng Sunan Giri telah mendengar,

Bahwasanya paduka ( Pangeran Siti Jenar ) telah menjadi Guru Agung,

Menjadi Imam Mulia,

Oleh karena itu tuan dipanggil,

Untuk bermusyawarah menyelesaikan kesalah pahaman dengan Para Wali semua.

(22)

Supaya tidak terjadi perpecahan, Agar tercapai kesepahaman,

Jangan sampai timbul fitnah,

Walaupun Ilmu yang diajarkan memakai metode berbeda, menggunakan kata-kata kiasan dan perlambang,

Intisari-nya jangan sampai berbeda makna, Pangeran Siti Jenar berkata,

Aku dipanggil Sunan Giri Gajah,

( Sunan Giri Gajah, salah satu nama lain Sunan Giri Kedhaton. Ada cerita simbolik mengenai hal ini.Konon, Sunan Giri tengah menggendong anaknya yang terus-terusan menangis. Karena tak juga berhenti, maka Sunan Giri menyabda sebuah batu menjadi gajah. Melihat batu berubah menjadi gajah. Anak Sunan Giri diam tangisannya. Namun, gajah tersebut kemudian berubah menjadi batu lagi Simbolisasinya, Sunan Giri didesak oleh para ulama-ulama yang lain untuk segera membentuk Kekhalifahan Islam. Sunan Giri menurutinya. Dan, diamlah desakan-desakan itu. Walaupun ternyata, kebesaran Giri Kedhaton yang seumpama besarnya seekor gajah, ternyata hanya sekejap saja. : Damar Shashangka )

Apa panggilan Sunan Giri kepadaku?, Kedua duta menjawab,

Beliau memanggil Syeh Lemah Bang, Pangeran Siti Jenar berkata,

Katakan kepada Sunan Giri, SYEH LEMAH BANG SESUNGGUHNYA, DISINI TIDAK ADA,

YANG ADA PANGERAN SEJATI ( TUHAN YANG SESUNGGUHNYA ), Terkejut keheranan kedua duta.

Mendengar kata-kata Syeh Lemah Bang, Lantas berkata,

Bagaimana maksud anda ?

Sampai bisa berkata demikian?

Tolong berikan penjelasan kepada kami, Pangeran Siti Jenar berkata lembut, Kalian hanyalah utusan,

(23)

INGSUN (AKU) INI SESUNGGUHNYA PANGERAN MULYA ( TUHAN YANG MAHA MULIA ).

Kedua utusan lantas keluar, Pergi tanpa berpamitan, Sesampainya di Giri Gajah,

Mendekat kepada Jeng Sunan Giri,

Utusan menghaturkan hasil tugasnya dari awal sampai akhir, Dhuh Yang sangat kami hormati dan yang menjadi junjungan kami, Kami sudah tuan utus,

Memanggil Syeh Siti Brit ( Brit ; Merah ),

Jawaban beliau memanaskan telinga dan tidak memakai nalar. ( Bersambung )

Memasak dan mengurus rumah

itu kewajiban suami

Siapa bilang memasak dan mengurus rumah tangga itu kewajiban seorang istri? Itu adalah persepsi yang salah. Setidaknya, kalaupun itu betul, itu hanyalah tradisi orang Indonesia, yang menganggap bahwa kewajiban seorang Istri adalah “Dapur, Sumur, Kasur.” Mengapa? Karena dalam Islam menafkahi adalah kewajiban seorang suami, bukan istri! Tak ada satupun keterangan bahwa menafkahi itu adalah kewajiban seorang istri. Jadi, dari sini saja sudah ada yang harus diluruskan.

Nah, menafkahi itu apa?

Pertama, memberi tempat bernaung yang layak. Merangkap di dalamnya merawat rumah hingga tetap nyaman untuk ditempati. Jadi, kalau rumah berantakan, suamilah yang wajib membersihkan dan merapikannya. Kalau ada piring kotor dan sampah menumpuk, tugas suamilah untuk membersihkan dan menjaganya tetap bersih. Kenapa? Karena itu bagian dari menafkahi!

(24)

layak, termasuk di dalamnya merawat pakaian agar tetap layak pakai. Jadi, kalau pakaian istri sudah kotor, suamilah yang harus mencucinya. Kalau lusuh, ialah yang harus menyetrikanya. Kenapa? Karena itu bagian dari menafkahi!

Kemudian, tugas selanjutnya adalah memberikan makanan yang halal dan thayyib kepada istrinya. Itu artinya halal, enak, sehat dan bergizi. Termasuk di dalamnya belanja kebutuhan sehari-hari, lalu memasak dan menghidangkan makanan untuk istrinya. Kenapa? Karena itu bagian dari menafkahi!

Lalu, mengurus anak juga adalah tugas dari suami. Seorang ibu bahkan berhak untuk berhenti menyusui anaknya jika ia merasa berat dan kepayahan. Dan ayahnya hendaknya mencarikan seorang ibu susu untuk si bayi jika ingin menyempurnakan masa persusuannya.

Anda tidak percaya? Saya kutipkan satu ayat di surat Al Baqarah: 233

Wa ‘alal mauluudi lahu rizquhunna wakiswa tuhunna bilma’ruufi Yang maknanya, “… dan kewajiban ayahlah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf…”

Ini hanyalah satu contoh ayat yang menegaskan bahwa kewajiban suamilah semua tugas rumah tangga itu, meliputi di dalamnya membersihkan dan merawat rumah, memasak, mencuci, mengurus anak, dan yang semisalnya….

Lalu, apa dong tugas seorang istri?

Dalam rumah tangga, tugas istri sebetulnya hanya satu, dan itu sangat mudah: nurut sama suami!

Jadi, jika istri disuruh memasak, ia harus nurut! Disuruh mencuci pakaian, ia harus nurut!

Disuruh membereskan rumah, ia harus nurut! Disuruh mengurus anak, ia harus nurut! Nah, Lho…?!

Mohon maaf sebelumnya. Ini memang sebuah guyonan, tapi esensinya adalah kebenaran. Di sinilah Islam mengajarkan prinsip keadilan serta keseimbangan. Mengangkat wanita pada derajat yang semestinya dan mendidik setiap suami untuk

(25)

bertanggung jawab. Menikah bukanlah sekedar saling menuntut hak, tetapi juga berbagi kasih sayang.

Seorang suami yang sadar bahwa istrinya telah mengerjakan semua tugas dan tanggung jawabnya, akan menjadikan sang suami menghormati dan makin menyayangi istrinya itu. Siapa lagi yang lebih dermawan dari seorang istri yang mengerjakan tugas-tugas suaminya tanpa meminta bayaran sedikitpun? Padahal itu bukan tugasnya sama sekali, dan secara aturan ia berhak meminta bayaran atas pekerjaannya itu.

Pemahaman semacam itu akan menjadikan suami bersungguh-sungguh dalam bekerja serta menafkahi keluarganya, karena ia tahu bahwa di rumahnya seseorang yang berhati mulia telah menantinya dengan penuh kerinduan. Sungguh Allah akan meliputi mereka dengan barokah serta kasih sayang.

Dan seorang istri yang bersungguh-sungguh melaksanakan pekerjaan rumah tangganya dengan penuh keikhlasan, telah menjadi manusia paling mulia dengan mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan suaminya. Semuanya ia lakukan atas dasar cinta dan ketaatan, dan pemahaman bahwa dalam pernikahan semuanya adalah tentang berbagi dan tolong menolong. Setiap pekerjaan yang ia lakukan dengan ikhlas akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang berlipat-lipat ganda.

Inilah yang seharusnya senantiasa kita terapkan dalam kehidupan rumah tangga kita. Saling menghargai dan mengingatkan dalam kebaikan. Allah mengingatkan kita dengan firmannya di surat Al Baqarah:237,

Yang maknanya, “dan janganlah saling melupakan keutamaan di antara kalian! Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kalian kerjakan.”

Wallahu A’lam S u m b e r :

https://sisableng.wordpress.com/2009/11/28/memasak-dan-menguru s-rumah-itu-kewajiban-suami/

(26)

Orang yang Pandai

ﻦﻳﺪﻟا ﻰﻠﻋ هﺮﻬﻈﻴﻟ ﻖﺤﻟا ﻦﻳدو ىﺪﻬﻟﺎﺑ ﻪﻟﻮﺳر ﻞﺳرأ ىﺬﻟا ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟا نا .اﺮﻴﻨﻣ ﺎﺟاﺮﺳو ﻪﻧذﺎﺑ ﻪﻠﻟا ﻰﻟا ﺎﻴﻋادو اﺮﻳﺬﻧو اﺮﻴﺸﺑ ﻪﻠﺳرأ .ﻪﻠﻛ .أﺮﺧذ ﻪﺋﺎﻘﻠﻟ ﺎﻫﺪﻋا ةدﺎﻬﺷ .ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ هﺪﺣو ﻪﻠﻟا ﻻا ﻪﻟا ﻻ نا ﺪﻬﺷأ ﻢﻠﺳو ﻞﺻ ﻢﻬﻠﻟا .ارﺪﻗ ﺔﻳﺮﺒﻟا ﻊﻓرا .ﻪﻟﻮﺳر و هﺪﺒﻋ اﺪﻤﺤﻣ نا ﺪﻬﺷاو ﺎﻣأ .اﺮﻴﺜﻛ ﺎﻤﻴﻠﺴﺗ ﻢﻠﺳو ﻪﺑﺎﺤﺻأو ﻪﻟأ ﻰﻠﻋو ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻧﺪﻴﺳ ﻰﻠﻋ كرﺎﺑو نﻮﻤﻠﺴﻣ ﻢﺘﻧأو ﻻا ﻦﺗﻮﻤﺗﻻو ﻪﺗﺎﻘﺗ ﻖﺣ ﻪﻠﻟاﻮﻘﺗا سﺎﻨﻟا ﺎﻬﻳأﺎﻴﻓ .ﺪﻌﺑ. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada kesempatan ini pertama-tama khatib ingin mengajak diri khotib dan jama’ah semua untuk meningkatkan taqwa. Sesungguhnya taqwa itu Bermula dari mengindar larang-larangannya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Teringat ketika kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi orang yang pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Tapi apakah kepandaian itu? Mungkin dari kita ada yang menghitung berdasarkan IQ. Tapi kasihan juga orang yang ditakdirkan dilahirkan dengan IQ yang rendah, mereka tidak akan pernah menjadi orang pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.

Yang menarik dalam Islam, kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ nya tidak tinggi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)

(27)

Jadi ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.

Muhasabah

Muhasabah dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres aktifitas dan menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita bisa bernafas dan menata ulang kehidupan kita.

Al Quran menyuruh kita untuk muhasabah [QS. Al-Hasyr 18]:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Sahabat Umar r.a. berkata:

”Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”

Pernyataan sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan atau tahunan.

Muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill Gates, seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau “think week” dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft. Dia akan beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam sehari. Dari kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar dalam pengembangan software.

(28)

Beramal untuk Bekal

Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.

Orang yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang juga beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas dan juga berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir. Dalam surat Al Qashash 77, Allah SWT berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”

Bahkan dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak melupakan kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa diraih.

Secara ringkas, kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu dapat digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk kehidupan di dunia dan akhirat.

Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi seorang muslim yang pandai.

Demikianlah khotabah kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘aalamiin

ِﻢْﻴِ ﻈَﻌﻟْا ِنآْﺮُﻘﻟْا ْ ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟَو ْ ﻲِﻟ ُﻪﻠﻟا َكَرﺎَﺑ ِتَﺎﻳﻵْا َﻦِﻣ ِﻪْﻴﻓِ ﺎَﻤﺑِ ْﻢُﻛﺎَّﻳإَو ﻲِﻨَﻌَﻔَﻧَو

(29)

ُﻪَﺗَوَ ﻼِﺗ ْﻢُﻜْﻨِﻣَو ﻲِّﻨِﻣ َﻞَّﺒَﻘَﺗَو ِﻢْﻴِ ﻜَﺤْﻟاِ ﺮْﻛﺬﻟاَو ُﻢْﻴِﻠَﻌﻟْا ُﻊْﻴِﻤَّﺴﻟا َﻮُﻫ ُﻪَّﻧإ Unduh,

Orang yang Pandai

Imam Syafi’i

Imam Syafi’i

1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi’i

Imam Syafi’i adalah imam ketiga dari empat mazhab menurut urutan kelahirannya. Beliau adalah “Nashirul Hadits,” pembela hadits dan “mujaddid”, pembaharu abad kedua hijriyah.1.

Menurut kebanyakan ahli sejarah bahwa Syafi’i dilahirkan di Ghaza, Palstina, tahun 150 H (767 M). namun ada yang mengatakan lahir di Asqalan, yaitu daerah yang kurang lebih 3 farsakh (8 km atau 3,5 mil) dari Ghaza, dan perjalanan dua tiga hari dari Baitul Maqdis. Ada juga yang mengatakan lebih jauh dari itu yaitu di Yaman.

Imam Nawawi berkata, “Menurut jumhur, Syafi’i lahir di Ghaza.” Diriwayatkan bahwa Syafi’i lahir pada malam hari bertepatan

(30)

dengan wafatnya Abu Hanifah. Jika riwayat ini benar, maka itu adalah kejadian

yang menakjubkan, yakni lahirnya seorang imam bertepatan pada wafatnya imam yang lain.

Nama lengkap beliau adalah Abu Adbullah Muhammad bin Idris bin Abas bin Utsman bin Syafi’i bin Sa’id bin Ubaidillah bin Abi Yazid bin Hasyim bin Mutlalib bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fathimah

binti Abdullah bin Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Asy-Syafi’i lahir di tengah-tengah keluarga miskin. Ayahnya meninggal ketika beliau masih kecil. Kemudian ibunya membawanya ke Mekkah. Ia hidup sebagai anak yatim yang fakir dari keturunan bangsawan

tinggi, keturunan yang paling tinggi di masanya, Asy-Syafi’i hidup dalam keadaan sangat sederhana. Namun, kedudukannya sebagai putra bernasab mulia menyebabkan ia terpelihara dari perangai buruk, selalu berjiwa

besar, dan tidak menyukai kehinaan diri.

Pada usia 2 (dua) tahun imam Syafi’i dibawa ibunya ke Mekkah dari Guzzah yang merupakan tanah tumpah darah asli bagi nenek moyang imam Syafi’i. Pada usia yang relatif muda imam Syafi’i telah mampu

menghafal al-Qur’an. Disamping kecerdasannya dalam menghafal alQur’an ia juga rajin menghafal al-Hadits yang ia dengar. Kemudian dicatat dan dibukukan dalam percetakan sehingga ia dikenal sebagai orang yang

cinta ilmu dan ahli hadits.

Imam Syafi’i hidup di tengah-tengah masyarakat Mekkah kemudian pindah ke kota Madinah. Kedua kota ini adalah bumi Hijaz yang merupakan tempat perbendaharaan sunnah (Hadits). Kota ini tidak begitu

ramai dengan berbagai kebudayaan sebagaimana kota-kota lainnya.

(31)

Kesederhanaan tatanan masyarakat tidak banyak menimbulkan problematika kehidupan masyarakat, dan untuk menyelesaikan masalah pun langsung mendasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits, maka wajar lah

apabila imam Syafi’i ini lebih cenderung pada aliran Hadits. Pada awalnya Imam Syafi’i cenderung kepada syair, sastra dan belajar bahasa Arab sehari-hari. Tapi dengan demikian Allah justru menyiapkannya untuk menekuni fiqh dan ilmu pengetahuan. Terdapat

beberapa riwayat yang menyebabkan Imam Syafi’i seperti itu diantaranya adalah :

Suatu hari, di masa mudanya ketika ia berada di atas kendaraan. Di belakangnya terdapat sekretaris Abdullah Al-Zubairi. Lalu Syafi’i membuat perumpamaan dengan sebuah syair. Maka sang sekretaris itu

memukulkan cambuknya layaknya seorang pemberi nasehat dan berkata, “Orang seperti anda mencampakkan kepribadiannya seperti ini? Bagaimana perhatian anda terhadap fiqh?” hal ini mempengaruhi dirinya dan membangkitkan semangatnya untuk bergegas belajar kepada Muslim

bin Khalid Az-Zanji, Mufti Mekkah.

Syafi’i menuntut ilmu di Mekkah dan mahir di sana. Ketika Muslim bin Khalid Az-Zanji memberikan peluang untuk berfatwa, Syafi’i merasa belum puas atas jerih payahnya selama ini. Ia menuntut ilmu terus

dan akhirnya pindah ke Madinah dan bertemu Imam Malik di sana. Sebelumnya ia telah mempersiapkan diri membaca kitab al-Muaththa (karya Imam Malik) yang sebagian besar telah dihafalkannya. Ketika Imam Malik bertemu dengan Syafi’i, Malik berkata, “Sesungguhnya Allah

SWT. telah menaruh cahaya dalam hatimu, maka jangan padamkan dengan perbuatan maksiat.

(32)

bersamanya hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H. selama itu pula ia mengunjungi ibunya di Mekkah. Kemudian pada tahun 195 H Imam Syafi’i mengembara ke Baghdad, yang merupakan kota yang sudah maju peradaban masyarakatnya pada waktu itu. Di kota ini Imam Syafi’i menetap beberapa tahun lamanya sebelum ia melakukan perjalanan ke kota lainnya, yaitu Mesir pada tahun 199 H dan ia memilih kota ini sebagai tempat tinggalnya. Di Baghdad ia belajar Ilmu Fiqh Madzhab Hanafi, yang terkenal dengan madzhab Ahlul Ro’yi, sebagaimana di Hijaz yang

tradisional. Kemudian ia cenderung kepada sifat itu, maka di kota Irak pun ia cenderung pada kondisi Irak, yaitu kota yang terkenal dengan AhluRa’yu.

Imam Syafi’i telah mendengar berita yang menyatakan kebesaran ulama’ di Irak seperti Abu Yusuf dan Muhammad Ibn Hasan, maka ia berkehendak untuk bertemu dengan mereka. Di kota ini ia berguru kepada

Muhammad Ibn Hasan seorang tokoh ahli Fiqh. Maka terkumpullah pada diri Syafi’i beberapa ilmu dari para ahli Hadits dan Ra’yu.

Syafi’i banyak mengambil manfaat dari beberapa kitab Muhammad Ibn Hasan dari pelajaran Fiqh Irak dan perdebatannya dengan beberapa ulama’ fiqh di sana. Dari sini, ia bisa mempersiapkan diri mengkompromikan fiqh madinah dan fiqh Irak, atau fiqh tekstual dan fiqh kontekstual, sehingga membantunya meletakkan dasar-dasar ushul fiqh, dan kaidah fiqh (qawaid al-fiqhiyah), menjadikan ia terkenal, disebutsebut namanya dan terangkat derajatnya.

Pengetahuan Syafi’i terbentuk dari beberapa sumber. Antara lain, guru, bacaan dan belajarnya, serta perjalanannya ke Yaman, Kufah, Bashrah, Makkah, Baghdad, dan Mesir. Ada juga dari perdebatan yang

serius di masanya antara para pakar teologi dan filsafat, pakar fiqh dan ulama’ hadits dan sebagainya, serta pemikiran dan perenungannya terhadap ilmu dan lingkungan yang kesemuanya itu sangat dominan dalam

(33)

membentuk wawasannya yang sangat luas.

Dengan bekal pengetahuannya, beliau melangkah untuk menyampaikan berbagai kritik dan kemudian mengambil jalan keluarnya sendiri. Mula-mula beliau berbeda pendapat dengan gurunya (Imam

Malik). Perbedaan ini berkembang sedemikian rupa sehingga beliau menulis buku yang berjudul “Khilaf al-Malik” yang sebagian besar kritik terhadap pendapat (fiqh) madzhab gurunya itu, beliau juga terjun dalam

perdebatan-perdebatan sengit dengan madzhab Hanafi dan banyak mengeluarkan kritik sebagai koreksi terhadapnya.

Kritik-kritik imam Syafi’i terhadap dua madzhab tersebut akhirnya ia muncul dengan madzhab baru yang merupakan sintesa dari kedua madzhab (ahli hadits dan ahli ra’yu) yang benar-benar orisinil. Namun demikian yang paling menentukan orisinilitas madzhabnya ini adalah kehidupan empat tahunnya di Mesir. Memang banyak kota di mana imam Syafi’i mengembangkan atau menggali ilmu, seperti kota

Yaman, Persi, Baghdad dan lain-lain. Tetapi di Mesir inilah Imam Syafi’i sampai meninggalnya dipergunakan untuk menulis sebagian besar bukubukunya, bahkan juga untuk merevisi buku-buku yang pernah ditulisnya.

Di kota ini pula ia meletakkan dasar-dasar madzhab barunya yang dikenal dengan kaul jadid.

Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa fiqh Syafi’i adalah fiqh yang lahir karena kondisi masyarakatnya sehingga dengan adanya dua kota yang merupakan tempat yang paling mempengaruhi teori imam Syafi’i

dengan didukung keadaan yang berbeda itu pula, maka fiqh Syafi’i juga dibedakan menjadi dua macam yakni madzhab kaul kadim dan madzhab kaul jadid. Madzhab kaul kadim adalah pendapat imam Syafi’i ketika di Irak dan kaul jadid adalah pendapat imam Syafi’i di Mesir.

(34)

corak pendidikan dan pengalaman dari beberapa negara tersebut, Imam Syafi’i mengkombinasikan dan mengkomparasikan serta mendiskusikan fiqh negara Hijaz dan Irak. Kemudian ia menjadi terkenal dengan sebutan ahli hadits dan ahli ra’yu.

Dalam madzhab fiqhnya, Imam Syafi’i menempatkan al-Qur’an sebagai imam (dasar utama) dalam mengambil hukum. Beliau berkata, “sunnah sejajar kedudukannya dengan al-Qur’an karena as-Sunnah

berfungsi sebagai penjelas al-Qur’an.” Karena itu menurut beliau asSunnah ditempatkan sebagai dasar kedua setelah al-Qur’an.

Misalnya beliau sependapat dengan Imam Malik (ahlu al-Hadits) dalam hal menempatkan al-Qur’an sebagai dasar hukum Islam, karena menurutya as-Sunnah sebagai dasar hukum yang kedua. Dilain fihak Imam

Syafi’i sepakat dengan madzhab Hanafi (Ahlu al-Ra’yu) dalam kecenderungannya memakai ijtihad atau rasio. Namun Imam Syafi’i memberikan suatu batasan bahwa dasar ijtihad atau ra’yu tersebut

hendaklah berbentuk qiyas (analogi).

D a l a m p e m a k a i a n q i y a s i n i i m a m S y a f i ’ i m e m b e r i k a n ketentuanketentuannya. Beliau sependapat dengan Imam Malik dalam mengambil

ijma’ sebagai sumber hukum sesudah al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi

beliau memberikan persyaratan-persyaratan yang ketat, sehingga ijma’

bukan semata-mata hasil pikiran tanpa ketentuan yang pasti. 2. Guru-guru Imam Syafi’i

Imam Syafi’i menerima fiqh dan Hadits dari banyak guru yang masing-masing mempunyai manhaj sendiri dan tinggal di tempat-tempat yang berjauhan satu sama lainnya. Ada di antara gurunya yang Mu’tazili yang memperkatakan ilmu kalam yang tidak disukainya. Dia mengambil mana yang perlu diambil dan dia

(35)

tinggalkan mana yang perlu ditinggalkan.

Imam Syafi’i menerima ilmunya dari ulama-ulama Makkah, Madinah, Iraq dan ulama-ulama Yaman.

Semula Imam Syafi’i berguru pada syekh Muslim bin Khalid AzZanji dan beberapa imam Makkah. Kemudian setelah umur 13 tahun ia pergi ke Madinah dan berkumpul dengan Imam Malik sampai beliau

wafat. Imam Syafi’i juga mempunyai banyak guru yang ia temui di kotakota besar ketika ia berkelana.

Diantaranya ialah gurunya di Makkah, Muslim bin Khalid AzZanji, Sufyan bin Uyainah, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Dawud bin Abdurrahman Al-Athar dan Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin Abi Dawud.

Gurunya di Madinah antara lain, Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad Al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Darawardi, Ibrahim bin Yahya Al-Asami, Muhammad bin Sa’id bin Abi Fudaik dan Abdullah bin

Nafi’ Al-Shani.

Gurunya di Yaman, Muththarif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf, Hakim Shan’a (ibukota Republik Yaman), Umar bin Abi Maslamah AlAuza’i Dan Yahya Hasan.

Gurunya di Irak antara lain, Muhammad bin Al-Hasan, Waki’ bin Jarra Al-Kufi, Abu Usammah Hamad bin Usamah Al-Kufi, Ismail bin Athuyah Basyri dan Abdul Wahab bin Abdul Majid Al-Basyri.11

Imam Syafi’i menerima pelajaran dari tokoh berbagai mazhab. Ia menerima fiqh Malik dari Malik sendiri, Maliklah gurunya yang merupakan bintang, mempelajari fiqh Auza’I dari Umar ibn Abi Salamah,

mempelajari Fiqh Al-Laits dari Yahya ibn Hassan dan mempelajari fiqh Abu Hanifah dari Muhammad ibn al-Hassan. Bahkan ia mempelajari fiqh pada tokoh-tokoh Mu’tazilah, walaupun dalam masalah I’tiqad mereka

(36)

memperluas bidang fiqihnya, memperbanyak materi dan mempertebal kamus pengetahuannya. Dengan demikian Imam Syafi’i dapat mengumpulkan

fiqh Makkah, Fiqh Madinah, Fiqh Syam, Fiqh Mesir dan Fiqh Irak.

3. Murid-murid Imam Syafi’i

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa imam Syafi’i mempunyai banyak guru. Begitu juga murid-muridnya, mereka tersebar di Makkah, Mesir dan sebagian di Baghdad Irak, merekalah yang

menyebarkan madzhab gurunya.

Diantara murid yang ada di Makkah, antara lain: Abu Bakar alHumaidi, Ibrahim bin Muhammad Abbas, Abu Bakar Muhammad bin Idris dan Musa bin Abi al-Jarud. Murid Syafi’i di Irak, antara lain : alHasan bin Muhammad al-Za’farani (wafat : 260 H), Abu Husain al-Karabisi (wafat : 295H), Imam Ahmad bin Hambal (wafat : 241 H) dan Dawud ad-Dhahiri (wafat : 505 H). Sedangkan muridnya yang di Mesir antara lain : al-Bughaisti (wafat : 270 H), al-Mazani (wafat : 269 H) dan ar-Rabi’ah (wafat : 270 H).

Generasi penerus dan penyebar madzhab Imam Syafi’i adalah : Abu Ishaq as-Saerazi (wafat : 478 H) adalah pengarang kitab “alMuhadzdzab”, Imam Ghazali (wafat : 505 H) pengarang kitab “Ihya ‘Ulumuddin” dan “al-Mustahfa”, dan al-Wazid ‘Izzudin ibn Abdi Salam (wafat :660 H0 adalah pengarang kitab “Qawa’id al-Ahkam Fi Masail alal-Ahkam”, Muhyiddin an-Nawawi (wafat : 676 H) yang mengarang kitab Fiqh diantaranya “Majmu’ Syarah Muhadzab” dan “Minhaj athThalibin”, Taqiyuddin as-Shabuni (wafat : 765 H), Jalaluddin as-Suyuti (wafat : 791 H), pengarang kitab “Asybah wan Nadhair” dan kitab “Tanwirul Hawalaik” syarah kitab al-Muwaththa’ Imam Malik dan masih banyak lagi yang lainnya.

4. Karya-karya Imam Syafi’i

(37)

al-Maruzi murid Imam Syafi’i, mengatakan bahwa Imam Syafi’i telah mengarang kitab sebanyak 113 kitab, baik dalam bidang hadits, ilmu fiqh dan ushulnya, tafsir, sastra dan lain-lain. Yaqut menyebutkan dalam kitab “Mu’jam al-Udaba’ juz 17”, puluhan kitab Imam Syafi’i. Yang dimaksud kitab di sini bukanlah kitab yang ada seperti sekarang ini, melainkan beberapa bab masalah fiqh yang kebanyakan telah termuat dalam kitabnya al-Umm. Dan kitab-kitab tersebut bisa dijadikan sebagai pegangan dan pengetahuan yang dapat di nikmati sampai sekarang, diantaranya adalah:

a. Ar-Risalah

Kitab ini disusun berkaitan dengan kaidah ushul fiqh, yang di dalamnya diterangkan mengenai pokok-pokok pegangan Imam Syafi’i dalam mengistinbath hukum. Ar-Risalah merupakan kitab Ushul fiqh

yang pertama. Akan tetapi sebagai penulis ar-Risalah itu sendiri adalah murid Syafi’i yaitu ar-Rabi’ ibn Sulaiman (270 H), dan Rabi’ inilah yang meriwayatkan dari Imam Syafi’i tentang Ar-Risalah

(karena Syafi’i tidak menulisnya secara langsung). Di dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi’i membahas tentang ketentuan-ketentuan nash kitab dan masalah nasikh mansukh, kecacatan dalam hadits, syarat-syarat penerima hadits ahad yang meliputi hadits mursal sebagai hujjah hukum, ijma’ ijtihad istihsan serta qiyas.

b. Al-Umm

Al-Umm adalah kitab yang ditulis sendiri oleh Imam Syafi’i. Kemudian diriwayatkan oleh ar-Rabi’. Segala yang termuat dalam kitab al-Umm adalah pendapat Imam Syafi’i, itulah hujjah dalam mazhabnya.Kitab ini berisi hasil-hasil ijtihad Imam Syafi’i yang telah dikodifikasikan dalam bentuk dan jilid-jilid yang membahas masalah Thaharah, Ibadah, Amaliah sampai pada masalah peradilan seperti

Jinayah, Muamalah, Munakahat dan lainnya. c. Ikhtilaf al-Hadits

(38)

Disebut Ikhtilaf al-Hadits karena di dalamnya mengungkapkan perbedaan para ulama’ dalam persepsinya tentang hadits mulai dari sanad sampai perawi yang dapat dipegang termasuk analisanya tentang hadits yang menurutnya dapat dipegang sebagai hujjah.

d. Musnad

Di dalam kitab Musnad isinya hampir sama dengan yang ada dalam kitab Ikhtilaf al-Hadits, kitab ini juga memaparkan persoalan hadits, hanya saja terkesan bahwa yang ada dalam kitab ini adalah

hadits yang dipergunakan Imam Syafi’i khususnya yang berkaitan dengan fiqh kitab al-Umm, di mana dari segi sanadnya telah dijelaskan secara jelas dan rinci.

R e f e r e n s i

: http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptia in-gdl-s1-2006-mohammadar-1591-bab3_219-2.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dan pembuatan “Rancang Bangun Pintu Masuk Perpustakaan menggunakan Scanning Barcode” yang kami buat ini menggunakan basis mikrokontroler ATmega32,

Perusahaan tidak hanya dituntut untuk menciptakan barang atau jasa yang menarik, akan tetapi peran komunikasi yang dilakukan dalam program promosi oleh perusahaan

Sebagai simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Bidang baru standardisasi adalah bukan semata-mata bidang baru standardisasi yang sedang hangat di bahas di dunia

(b) menerima dan melayani resep $&'& (raat inap dan raat jalan), pembelian langsung tanpa resep, dan permintaan obat dan alat kesehatan dari Ruang kerja

(3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menggunakan media realia dalam pembelajaran struktur daun pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 19 Sungai Raya Kabupaten

peluang pembentuan iatan hidrogen antar dan intramoleul lebih bai daripada dalam rantai yang mengandung banya residu prolina% Pertimbangan ini

Pada kondisi lingkungan yang subur gulma akan tumbuh dengan cepat dan pada kondisi lingkungan yang kurang baik gulma juga dapat tumbuh namun tidak terlalu cepat

Tujuan perancangan dan pembuatan solar tracker ini adalah sebagai pengatur posisi dari solar cell yang didukung dengan beberapa komponen seperti sensor LDR, servo motor, dan