• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etos Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kema (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etos Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kema (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Etos Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kemampuan Usaha

Chamdan Purnama

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Anwar Mojokerto Chamdan.p@gmail.com

ABSTRACT

This research is intended to study to what extent is the effect of the implementation of business ethos on the ability of small business? The researcher concludes that in order to increase business ability, the needed is business ethos.

Key word: business ethos, business ability, business success Pendahuluan

Perkembangan lingkungan bisnis yang dihadapi dewasa ini dan di masa datang

mensyaratkan perubahan paradigma agar perusahaan mampu bertahan dan bertumbuh dalam

persaingan tingkat dunia. Untuk dapat bertahan hidup dan bertumbuh dalam lingkungan

bisnis yang telah berubah ini, manajemen perusahaan perlu mengubah paradigma manajemen

mereka agar sikap dan tindakan mereka dalam menjalankan bisnis menjadi efektif.

Tantangan persaingan yang semakin tajam pada era globalisasi menuntut peningkatan

kualitas profesi dan efisiensi secara terus menerus, sehingga kemampuan daya saing usaha

bisa lebih kompetetif. Era globalisasi mengubah hakekat kerja dari amatiran menuju kepada

profesionalisasi di segala bidang dan aspek kehidupan. Termasuk di dalam perubahan global

adalah industri kecil. Sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat global, pengelolaan

industri kecil juga dituntut profesionalismenya. Pengusaha kecil yang profesional bukan

sekedar melakukan usaha sebagai alat untuk mengindari kejenuhan saja akan tetapi

melakukan usaha ke arah budaya yang dinamis dan menuntut penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi, produktifitas yang tinggi dan kualitas kerja yang mampu meningkatkan daya

saing usahanya dan keberhasilan usahanya.

Kemampuan organisasi sangatlah tergantung pada efektivitas pemanfaatan sumber

(2)

yang akhir-akhir ini lebih mengarah kepada perkembangan teknologi. Sumber daya organisasi

tersebut lebih dikenal dengan lima M (5 M): man, money, material, machine, dan method (Dharmestha dan Sukotjo, 1993:14). Walaupun keberhasilan organisasi tidak terlepas dari

aktivitas dan efektivitas dari kelima sumber daya tersebut, faktor yang memegang peranan

utama keberhasilan organisasi adalah manusia. Manusialah yang merupakan motor penggerak

utama organisasi, yang mampu melaksanakan pengorganisasian sumber daya yang lain, baik

yang bersifat strategis maupun yang bersifat operasional dan taktis. Tanpa manusia, kinerja

organisasi akan bersifat otomatisasi dan robotisasi. Meskipun demikian, manusialah yang

memegang kendali dalam organisasi (Simamora, 1997:2).

Sumber daya manusia yang menyumbang keberhasilan suatu organisasi ataupun

penyokong utama efektivitas manajemen, sehingga dapat mencapai produktivitas yang tinggi,

namun tidak sedikit juga organisasi atau manajemen menghadapi masalah yang serius dengan

sumber daya manusia yang dimilikinya. Sedemikian pentingnya peran manusia dalam

organisasi, sehingga banyak penelitian yang dilakukan terhadap peranan manusia dalam

organisasi. Hal ini disebabkan lingkungan tidak bersifat statis dan selalu terdapat banyak

perubahan yang sifatnya dinamis.

Harus disadari pula bahwa etos kerja erat kaitannya dengan manusia. Kuatnya etos kerja

akan terlihat dari bagaimana seorang memandang etos kerja sehingga berpengaruh terhadap

perilaku yang digambarkan memiliki motivasi, dedikasi, kreativitas, kemampuan dan komitmen

yang tinggi. Untuk itu perlunya membudayakan etos kerja bagi manajemen industri kecil.

Hakekatnya etos kerja menurut Sinamo (2009:30) bahwa suatu individu atau kelompok

dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai

berikut :

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi

manusia.

c. Kerja dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan, dan sekaligus saran

(3)

e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Hal ini mengandung maksud seseorang bersikap yang baik terhadap kerja dan hasilnya,

sehingga orang selalu bergairah dalam menjalankan roda organisasi yang bernilai ibadah.

endapat ini mengisyaratkan betapa pentingnya kesuksesan organisasi yang harus didukung

oleh etos kerja. Etos kerja memang perlu dimiliki oleh setiap orang agar kehidupan organisasi

bisa berhasil. Mengingat etos kerja merupakan salah satu elemen kunci pengelolaan sumber

daya manusia yang menentukan keberhasilan dan kehancuran (Sulaksono, 2002), maka penting

untuk menganalisis etos kerja manajer sebagai upaya membangun kemampuan organisasi.

Etos Kerja

Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk meningkatkan

mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja. Etos berasal dari

bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter, dan keyakinan atas sesuatu. Etos tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat

(Tasmara, 2003: 15). Sedangkan, kerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan, sehingga kegiatan tersebut mempunyai arti. Kerja menunjukkan suatu aktivitas yang

dilakukan dengan sengaja dan terrencana karena adanya dorongan untuk mewujudkan sesuatu

(Tasmara, 2003: 24). Sondang (2002:25) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan etos kerja

ialah norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta

praktek-praktek yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan

diterapkan dalam kehidupan kekaryaan para anggota organisasi. Abdullah (1986: 75)

mengartikan Etos sebagai sikap mendasar yang dimiliki seseorang dalam memandang hidup.

Dengan demikian, jika dihubungkan dengan kerja, maka dapat dikatakan sebagai identitas

mendasar dalam diri yang menjadi ciri khas dalam berbuat dan berusaha. Sejalan dengan

karakteristik, sikap, kebiasaan, dan kepercayaan atau lebih khusus dalam agama disebut

akhlak, yaitu kualitas esensial seorang atau kelompok. Etos kerja dibentuk dari berbagai

kebiasaan, pengaruh budaya, dan sistem nilai yang diyakini oleh sekelompok masyarakat. Etos

kerja mempunyai hubungan yang erat dengan moralitas (etika/akhlak) yang menjelaskan

(4)

Dengan demikian, etos kerja dapat diartikan sebagai sikap, kepribadian, watak,

karakter, dan keyakinan yang dijadikan sebagai dasar bagi suatu kegiatan yang dilakukan oleh

individu maupun kelompok guna tercapainya tujuan yang diinginkannya. Indikator etos kerja

dalam penelitian ini meliputi; kompetensi intelektual/intellegent, komitmen tugas/accountable,

kejujuran/honest dan kemampuan transformatif/cooperative.

Kemampuan usaha

Kemampuan seseorang itu pada dasarnya merupakan hasil proses belajar, yang meliputi

aspek-aspek knowledge (pengetahuan), attitude (sikap) dan skill (ketrampilan) (Nadler, 1982; dan Thonthowi, 1991) atau cognitive, attitude, dan psychomotor (Gagne, 1992). Begitu juga dengan Grounlund (1977) yang menyatakan bahwa hasil belajar (learning outcomes) yang meliputi tiga domain, yaitu: (a) cognitive, (b) affective dan (c) psychomotor, yang sering juga disebut dengan taxonomy of education objectives.

Kemampuan yang meliputi empat aspek tersebut knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), skill (ketrampilan) dan EQ (kematangan emosional) akan mempengaruhi kinerja pengusaha kecil yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan perusahaan.

Kerangka konseptual

Kerangka konseptual penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana

keterkaitan antar variabel penelitian berdasarkan teori dan berbagai kajian para ahli

sebelumnya. Model kerangka konseptual keterkaitan antar variabel dalam peneitian ini dapat

(5)

Gambar 1 : Model Kerangka Konseptual Penelitian

METODE PENELITAN

Rancangan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

etos kerja yang meliputi kompetensi intelektual, komitmen tugas, kejujuran dan kemampuan

transformatif terhadap kemapuan kerja pengusaha dan keberhasilan usaha industri kecil.

Sesuai dengan tujuannya, maka penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian eksplanatori.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang

bagaimana kemampuan usaha dipengaruhi oleh etos kerja yang dengan indikator kompetensi

intelektual, komitmen usaha, kejujuran dan kemampuan transformatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini digunakan analisis faktor dan regresi dengan model Structural Equation Modelling. Berdasarkan hasil pengujian model, maka didapatkan Konfirmaturi Faktor Analisis dan Critical ratio sebagai berikut:

Etos kerja

Hasil loading factor confrimatury dan Critical ratio tentang etos kerja yang di teliti adalah sebagai berikut:

Etos Usaha (X1)

kompetensi intelektual (X1.1) komitmen usaha (X1.2) kejujuran. (X1.3)

kemampuan transformatif (X1.4)

Kemampuan Usaha (Y1) Pengetahuan (Y1.1) Sikap (Y.1.2)

Keterampilan (Y.1.3)

(6)

Hasil pengujian yang di sajikan pada tabel 1 menunjukkan bahwa jika dilihat dari

bersarnya loading faktor, bahwa keempat indikator tersebut diatas 0,4 menurut Ferdinand

(2000) nilai loading faktor yang diperkenankan masuk dalam model analisis adalah lebeh besar

dari 0,4, Ferdinand lebih lanjut mengatakan sedangkan untuk critical ratio (CR) depersyaratkan

lebih besar dari 1,96 pada tingkat α = 0,05 dan jika dilihat dari tabel 2 nilai CR nya

memperlihatkan bahwa keempat indikator signifikan dengan nilai CR : 1,96 dan besarnya nilai

probability (P) sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji diatas didapat bahwa kelima

indikator tersebut dapat di gunakan sebagai pengukur dalam menjelaskan secara

bersama-sama varibel etos kerja yaitu:

1. Kompetensi intelektual (X1)

2. Komitmen usaha (X2)

3. Kejujuran (X3)

4. Kemampuan transformatif (X4)

Keempat indikator tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dan dari

keempat indikator tersebut yang paling mampu menjelaskan variabel adalah kemampuan

transformatif, kemudian komitmen usaha, diikuti kompetensi intelektual dan yang paling akhir

adalah kejujuran. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading factor dari masing-masing indikator

tersebut.

Kemampuan usaha

Hasil loading factor confrimatury dan Critical ratio tentang kemampuan usaha yang di teliti adalah sebagai berikut :

Hasil pengujian yang di sajikan pada tabel 3 menunjukkan bahwa jika dilihat dari

besarnya loading faktor, bahwa empat indikator tersebut diatas 0,4 menurut Ferdinand (2000)

nilai loading faktor yang diperkenankan masuk dalam model analisis adalah lebeh besar dari

0,4, Ferdinand lebih lanjut mengatakan untuk critical ratio (CR) depersyaratkan lebih besar dari

1,96 pada tingkat α = 0,05 dan jika dilihat dari tabel 4 nilai CR nya memperlihatkan bahwa

(7)

dapat dilihat besarnya nilai probability (P) 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil uji diatas

didapat bahwa keempat indikator, semuanya dapat di gunakan sebagai pengukur dalam

menjelaskan secara bersama-sama varibel kemampuan usaha yaitu:

1. Pengetahuan (Y11)

2. Sikap (Y12)

3. Keterampilan (Y13)

4. Kecerdasan emosional (Y14)

Keempat indikator tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel

kemampuan usaha dari keempat indikator tersebut yang paling mampu menjelaskan variabel

kemampuan usaha adalah kecerdasan emosional, kemudian sikap, diikuti ketrampilan dan

yang paling terakhir pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading faktor dari

masing-masing indikator tersebut.

PEMBAHASAN

Dari temuan ini etos kerja dengan indikator kompetensi intelektual, komitmen usaha,

kejujuran dan kemampuan transformatif. Keempat indikator tersebut secara bersama-sama

mampu menjelaskan variabel etos kerja dan dari keempat indikator tersebut yang paling

mampu menjelaskan variabel etos kerja adalah kemampuan transformatif, kemudian komitmen

usaha, diikuti kompetensi intelektual dan yang paling akhir adalah kejujuran. Sedangkan

kemampuan usaha indikatornya meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan dan kematangan

emosional. Keempat indikator tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel

kemampuan usaha dan dari keempat indikator tersebut yang paling mampu menjelaskan

variabel kemampuan usaha adalah kecerdasan emosional, kemudian sikap, diikuti ketrampilan

dan yang paling terakhir adalah pengetahuan. Hasil pengujian pengaruh etos kerja terhadap

kemampuan usaha bahwa etos kerja berpengaruh terhadap kemampuan usaha dengan

koefisien jalur sebesar 0,587

Dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian ini menunjukkan bahwa etos kerja

berpengaruh positif terhadap kemampuan usaha. Temuan ini menunjukan bahwa hasil yang

sejalan dengan apa yang di utarakan oleh Pickle (1989) dalam penelitiannya menyatakan

(8)

drive, (2) mental ability, (3) human relations ability, (4) communications ability, dan (5)

technical knowledge. Temuan ini juga senada dengan Bufford (1988) dan Steers (1991) bahwa

kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor ability, motivation, dan role clarity. Karena salah satu

realisasi dari kinerja seorang pengusaha industri kecil selaku manajer perusahaan adalah

keberhasilan usaha perusahaannya.

Temuan ini juga mendukung hasil penelitian Luk (1996) yang menemukan variabel

penting penentu keberhasilan kerja di Hongkong yaitu: kemauan untuk berkerja keras,

kemauan keras dalam mencapai tujuan, keterampilan membuat keputusan yang baik,

keterampilan hubungan pribadi yang baik, keterampilan analitik yang baik, yang disebut

personal faktors; keterampilan mengelola produk yang baik dapat memotivasi tenaga kerja

yang disebut management faktors; kemauan mencapai terget, dapat merespon perubahan

pasar, dan keterampilan melayani langganan dengan baik, yang disebut produck and market,

and company factors. Karena berbagai aspek temuan Luk tersebut pada dasarnya adalah

indikator dari etos kerja. Dengan mempunyai etos kerja yang memadai, pemahaman akan apa

yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya, serta dibarengi adanya dorongan yang kuat

dari dalam diri seorang pengusaha untuk melakukan kegiatan usahanya, mereka akan tekun

dalam bekerja, bekerja keras, penuh inisiatif dan kreativitas serta bertanggungjawab dalam

melakukan kegiatan usahanya. Dengan kondisi seperti ini akan cenderung meningkatkan

kepuasan pelanggan, yang pada gilirannya menuju kearah keberhasilan usahnya. Dengan

keadaan tersebut berarti etos kerja memiliki peranan yang penting terhadap kinerja pengusaha

industri kecil sepatu di Jawa Timur. Namun kempat indikator etos kerja (kompetensi

intelektual, komitmen usaha, kejujuran dan kemampuan transformatif) harus berjalan bersama.

Seorang pengusaha yang memiliki keterampilan dan kompetensi intelektual memadai sulit

untuk bisa meningkatkan kinerjanya, tanpa memiliki komitmen usaha, kejujuran dan

kemampuan transformatif. Begitu juga seorang pengusaha yang memiliki komitmen usaha,

kejujuran dan kemampuan transformatif, sulit untuk meningkatkan kinerjanya tanpa memilki

keterampilan dan ketrampilan/kompetensi intelektual untuk berkerja dan tahu apa yang harus

(9)

Dibalik temuan ini menunjukkan bahwa aspek etos kerja dan kemampuan usaha memiliki

peranan yang penting didalam mempengaruhi keberhasilan usaha industri kecil sepatu di Jawa

Timur.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitan dapat disimpulkan bahwa, etos

kerja yang berupa (kompetensi intelektual, komitmen usaha, kejujuran dan kemampuan

transformatif) mempengaruhi keberhasilan usaha industri kecil secara tidak langsung, yaitu

melalui peningkatan kemampuan usaha. Disini kemampuan usaha memiliki pengaruh

langsung terhadap keberhasilan usaha industri kecil sepatu. Keempat indikator tersebut secara

bersama-sama mampu menjelaskan variabel dan dari keempat indikator tersebut yang paling

mampu menjelaskan variabel adalah kemampuan transformatif, kemudian komitmen usaha,

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 1986, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.

Dharmestha dan Sukotjo Ibnu, 1993, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Yogyakarta, Liberty

Simamora, Henry, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Yogyakarta, STIE YKPN

Tasmara, Toto, 2003, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta, Gema Insani Press.

Sondang, Siagian P, 2002. Kiat Meningkatkan Produktifitas, Setakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Algifari, 2003. Ekonomi Mikro Teori dan Kasus, Edisi ke-1 , cetakan pertama, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

As’ad, M., 1995, Psikologi Industri, Edisi Keempat, Penerbit: Liberty, Yogjakarta.

Bufford, 1988. Management in Extension, Alabama Cooperative Extention Service auburn University

Dharmestha dan Sukotjo Ibnu, 1993, Pengantar Bisnis Modern, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Yogyakarta, Liberty

Ferdinand, Agusty, 2000. Structural Equation Modelling Dalam Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gagne,R.M, Briggs,L.J.,Wager,W.W, 1992. Principles of Instructional Desighn (4th ed). New

York, Renerhart and Winston, Inc

Grounlund, M. E, 1977. Constructing Achievement Test (2th ed). Englewood Cliffs, Prectie Hall,lnc

Handoko, T. Hani, 1995, Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia, Yogyakarta, Penerbit Liberty

Hasibuhan Malayu, SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta, Bumi Aksara

Jane, Orpha. 1997. Metode Evaluasi Kinerja Saluran Pemasaran Usahawan Indonesia, Jakarta No. 11/XXVI, Nopember

(11)

Luk, S. T. K., 1996. Succes in Hongkong: Faktors Self Reported by Successful Small Business Owners, Journal of Business Management, Vol. 34, July P. 68- 74

Maslow, Abraham, 1994, Motivasi Dan Kepribadian, Terjemahan, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo

Nadler, L..1982. Designing Training Programs: The Critical Events Model. California: I Addison -Wesley Publising Company, Inc. l,

Pickle, H.B. & Abrahamson, R.L.1989. Small Business Management. Singsapore: John Wiley & Son (SEA) Pte. Ltd.

Robbins, S.R., 2001, Perilaku Organisasi : Konsep Kontroversi Aplikasi, Jilid Pertama, Alih Bahasa : Pearson Educations Asia Pte. Ltd. Dan PT. Prenhallindo, Penerbit PT. Prenhallindo, Jakarta.

Sondang, SP, 2002. Kiat Meningkatkan Produktifitas, Cetakan Pertama, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Siagian, SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Keenam, Jakarta, Bumi Aksara Simamora, H., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-2, Cetakan ke-1, Yogyakarta :

STIE YKPN.

Sinamo, Jansen, 2009, 8 Etos Kerja dalam Bisni, Penerbit Institut Darma Mahardika Nalar, Bandung

Siswanto, Bedjo, 1989, Manajemen Tenaga Kerja, Cetakan Kedua, Bandung, Sinar Baru Steers, 1991. Motivation and Work Behavior. New York: McGraw-Hili, Inc.

Gambar

Gambar 1 : Model Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi lebar goresan karakter pada citra dokumen merupakan satu-satunya informasi yang digunakan dalam proses pengambilan sampel, dimana pengambilan sampel

Peran mitra untuk memperbaiki proses produksi adalah melakukan pengujian bersama dengan tim pengusul pada mesin pencacah pakan ternak unggas yang dibuat, apakah

4.3.1.1 Menjaga kerukunan agar terjadi suasana harmonis disekolah dan lingkungan sekitar tempat tinggal 4.3.1.2 Berperan aktif menjaga kerukunan. dengan

Menurut Ritonga (2010:2), masalah klasik dalam penyusunan anggaran yaitu: Pertama, penyusunan anggaran secara incremental dimana penentuan besaran anggaran dengan

Jika kategori yang berbeda tentunya akan menghasilkan kriteria penilaian yang berbeda dimana nilai interval akan dibagi berdasarkan banyaknya kategori pada kriteria penilaian

Kak Laisa dan Mamak Lainuri mungkin tidak akan pernah kesepian, karena meski jadwal pulang bersama yang lain hanya dua bulan sekali, perkebunan itu tetap ramai

Oleh itu cabaran yang akan diambil oleh kolej komuniti adalah untuk memastikan semua modul pengajaran dan pembelajaran dalam program sijil dan diploma menggunakan bahasa

Selanjutnya peningkatan strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan pembangunan dan pengelolaan RTRW dan lingkungan