Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai
resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini
anak usia sekolah dasar perlu mendapat pengawasan kesehatan, karena pada tahap
ini merupakan proses tumbuh kembang yang teratur. Anak pada usia ini pada 5-6
hari dalam seminggu akan pulang dan pergi ke sekolah dengan melewati berbagai
macam kondisi lalu lintas dan lingkungan yang mengalami polusi, sumber
penyakit, bergaul dengan teman yang semuanya rawan terkena penyakit (Zaviera,
2008).
Masa usia sekolah dasar juga sering disebut sebagai masa intelektual atau
masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif,
anak-anak lebih mudah di didik dari pada masa sebelum dan sesudahnya (Yusuf,
2012). Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi
ancaman penularan penyakit jika tidak di kelola dengan baik. lebih dari itu, usia
sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang penyakit (Maryunani,
2013).
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan
anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,
kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah (Kemenkes
RI, 2013).
Jumlah anak di indonesia rata-rata 30% dari total penduduk indonesia dan
usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menamkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) sehingga berpotensi sebagai change agent atau agen perubahan
untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Peserta didik atau murid/siswa pada hakekatnya merupakan
kelompok paling mudah dan cepat untuk menerima perubahan. Diharapkan
dengan kelompok sasaran anak sekolah ini maka apabila sejak kecil terbiasa,
budaya hidup bersih dan sehat akan terbawa sampai besar dan pada saat dewasa
budaya tersebut tidak akan berubah lagi (Maryunani, 2013).
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan.
Hal ini di sebabkan karena banyaknya data yang menyebutkan bahwa munculnya
sebagian penyakit yang menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), misalnya diare,
kecacingan dan anemia ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Dampak
lainnya dari kurangnya pelaksanaan PHBS diantaranya yaitu suasana belajar yang
tidak mendukung karena lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya semangat
dan prestasi belajar dan mengajar di sekolah, menurunnya citra sekolah di
masyarakat umum. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah
merupakan kebutuhan mutlak (Maryunani, 2013). Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas hidup
masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa setiap tahun 100.000 meninggal akibat diare. Sementara data
hasil survei morbiditas diare menunjukan pernurunan angka kesakitan penyakit
diare yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per
1.000 penduduk pada tahun 2010. Sedangkan jumlah penderita pada KLB diare
pada tahun 2012 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2011 dari 3.003
kasus menjadi 1.585 kasus pada tahun 2012. KLB diare terjadi di 15 provinsi
dengan penderita terbanyak terjadi di sumatera selatan, sumatera barat dan
sumatera utara masing-masing sebanyak 292,274 dan 241 penderita (Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2012).
Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah
diatas, ternyata umumnya berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh
karena itu, Perilaku Hidup Bersih dan sehat disekolah merupakan kebutuhan
mutlak dan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan itu sendiri. Penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat disekolah adalah upaya untuk memberdayakan
siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat,dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat (Proverawati, 2012).
Berdasarkan penelitian Sitinjak (2011), di peroleh hasil bahwa ada
hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare yaitu
bahwa sebagian variabel yang mempunyai hubungan dengan kejadian diare yaitu
menggunakan air bersih (p=0,017), menggunakan air minum (p=0,018),
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) yaitu menggunakan air bersih, menggunakan air minum,
menggunakan jamban, cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare di Desa
Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011.
Berdasarkan observasi langsung peneliti di lokasi dan wawancara pada
beberapa anak di lokasi penelitian SD Kelurahan Padang Bulan, dari hasil
observasi peneliti melihat perilaku bermain antara anak pada sekolah dasar bahwa
mereka sering bermain tanpa memperdulikan kebersihan, seperti sering bermain
di lantai yang kotor seperti bermain kelereng dan lain-lain. Dengan permainan
yang langsung bersentuhan dengan tanah atau lantai tentu anak akan dapat
terkontaminasi dengan bakteri ataupun cacing tanah dan berisiko terserang
penyakit. Terlebih lagi, ketika peneliti melakukan wawancara pada 5 siswa di
salah satu lokasi penelitian, 3 dari 5 siswa mengatakan tidak mencuci tangan
setelah melakukan permainan dengan teman-temannya.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
di sekolah yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan
sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang
bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk,
tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
setiap 6 bulan, membuang sampah pada tempatnya (Proverawati dan Rahmawati,
2012). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari tidak sehat
menjadi sehat dengan menciptakan lingkungan sehat di sekolah. Kesehatan
memberdayakan anggota lingkungan sekolah agar sadar, mau dan mampu
melaksanakan kesehatan lingkungan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit serta berperan aktif dalam
menggerakkan kesehatan lingkungan sekolah (Depkes, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
kepada anak Sekolah Dasar terkait dengan 8 indikator diatas guna melihat
bagaimana pelaksanaan PHBS pada anak sekolah dasar yang berjudul
"Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar
di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru".
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan
Baru.
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada bidang keperawatan,
4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat
khsususnya dalam praktek perawat komunitas dan pihak sekolah untuk terus
menerapkan PHBS di sekolah dan meningkatkan kualitasnya.
4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat
komunitas, puskesmas maupun tenaga kesehatan lain bahwa perlunya
penyuluhan kesehatan dan penerapan program UKS pada anak usia sekolah
terkait dengan PHBS.
4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil peneltian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
peneliti dan di harapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya