PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepiting bakau (Scylla spp.) merupakan komoditi perikanan yang
memiliki nilai jual tinggi karena memiliki rasa yang lezat dan kandungan gizi yang tinggi. Produksi kepiting bakau nasional diperoleh dengan cara budidaya dan penangkapan. Penangkapan kepiting bakau langsung dari alam dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis perangkap dan salah satunya adalah bubu. Usaha perikanan kepiting di Indonesia belum dikembangkan secara
maksimal, walaupun kepiting ini didapatkan hampir di seluruh perairan pantai di Indonesia, terutama di daerah hutan mangrove (Irnawati dkk, 2014).
Kepiting bakau mempunyai habitat hidup di daerah pantai dengan vegetasi
mangrove di sekitar muara sungai. Populasi kepiting bakau secara khas berasosiasi dengan hutan mangrove yang masih baik, sehingga hilangnya habitat
akan memberikan dampak yang serius pada populasi kepiting. Kepiting bakau memiliki penyebaran yang sangat luas yaitu meliputi perairan wilayah Indopasifik (Gita, 2015).
Mangrove merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir dengan karakteristik flora fauna yang hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut,
antara batas air pasang dan surut. Hal tersebut menjadikan mangrove sebagai sumber makanan potensial, dalam berbagai bentuk, untuk semua biota yang hidup di dalamnya. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, komponen dasar dari
hutan mangrove memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti kepiting bakau,
beberapa jenis krustasea, kerang-kerangan, dan gastropoda (Bengen, 2004).
Desa Jaring Halus merupakan daerah pesisir yang terletak di Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Desa ini berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut yang didominasi oleh tumbuhan
mangrove. Hutan mangrove yang berada di desa ini dikelola secara bersama-sama
oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara lantai hutannya menawarkan substrat berlumpur yang kaya akan materi organik sebagai
sumber makanan bagi berbagai jenis biota diantaranya kepiting bakau.
Penelitian mengenai kepiting bakau. di kawasan mangrove desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara masih sangat perlu dilakukan untuk
memberikan informasi dan data-data mengenai struktur komunitas kepiting bakau serta hubungannya dengan faktor fisika kimia. Mengingat kepiting bakau merupakan komoditi perikanan yang bernilai jual tinggi.
Rumusan Masalah
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting pada wilayah pesisir. Terdapatnya aktivitas manusia yang semakin meningkat serta pemanfaatan ekosistem mangrove yang tidak seimbang. Kondisi ini dapat
Ketersediaan berbagai jenis makanan pada ekosistem mangrove ini telah
menjadikan keberadaannya sangat penting karena selain sebagai sumber energi bagi berbagai jenis biota seperti ikan, udang, kerang, kepiting dan berbagai jenis
biota lainnya, juga merupakan tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan dan tempat perlindungan. Struktur komunitas kepiting bakau yang terdapat di ekosistem mangrove dapat memberikan gambaran mengenai keadaan ekosistem
mangrove dan perubahan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi kerapatan vegetasi mangrove di desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
2. Bagaimana struktur komunitas kepiting bakau dan kondisi lingkungan yang terdapat di perairan kawasan mangrove desa Jaring Halus Kabupaten Langkart Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menganalisis struktur komunitas kepiting bakau di perairan kawasan mangrove desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai struktur komunitas kepiting bakau yang dapat dijadikan sumber
informasi oleh masyarakat sekitar dalam pengelolaan dan pemanfataan ekosistem mangrove secara berkelanjutan sebagai habitat biota khususnya kepiting bakau di desa Jaring Halus Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
Kerangka Pemikiran
Kawasan hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dan berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan. Terdapatnya aktivitas masyarakat dapat mempengaruhi kondisi lingkungan dan vegetasi ekosistem mangrove. Telah
disadari bahwa kawasan hutan mangrove bukan sekedar penghasil sumberdaya hutan tetapi juga sangat berperan dalam menunjang perikanan. Nontji (2005) dan Mulya (2000) menyatakan salah satu hasil perikanan pantai bernilai ekonomis
tinggi dan mendiami ekosistem mangrove adalah kepiting bakau. Oleh karena itu diperlukan pengkajian mengenai struktur komunitas kepiting bakau di
perairan kawasan mangrove desa Jaring Halus untuk memperbaharui data maupun informasi bagi masyarakat maupun instansi terkait. Pengelolaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar kawasan mangrove desa Jaring Halus Kabupaten
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pemanfaatan dan Degradasi
Ekosistem Mangrove
Kajian Ekosistem Mangrove Kondisi Lingkungan dan
Perairan Kondisi Vegetasi
Mangrove Struktur Komunitas Kepiting Bakau Rekomendasi Pengelolahan Ekosistem
Mangrove Desa Jaring Halus Ekosistem Mangrove Desa