Jakarta, 5 Oktober 2017
BERBASIS SUMBER DAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
Sekretaris Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan
POTENSI
WISATA BAHARI
3,257
Juta km²Luas Laut
95.181
kmPanjang Garis Pantai
17,9
Juta HaLuas Kawasan
Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
590 jenis karang
2.057 ikan karang
12 jenis lamun
34 jenis mangrove
1.512 jenis crustacean
6 jenis penyu
850 jenis sponge
24 jenis mamalia Laut
Scientific
1. Laut akan semakin terbuka, pengguna sumber daya laut akan semakin banyak 2. Laut akan semakin sesak dan kompetitif
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG DAN SUMBER DAYA SEMAKIN MENINGKAT
Tanjung Benoa, Bali salah satu wisata yang sangat padat
Bagaimana WISATA BAHARI ?
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
TANTANGAN PEMBANGUNAN WISATA BAHARI
TANTANGAN
TERBATASNYA INFRASTRUKTUR
TERBATASNYA AKSESIBILITAS
Lemahnya Kebijakan dan
Regulasi
Keberlanjutan Lingkungan,
Kesehatan, Sanitasi Kurangnya SDM
Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan
dan perikanan
Mengembangkan sistem perkarantinaan ikan,
pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan,
dan keamanan hayati ikan
Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi dan
keanekaragaman hayati laut
Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya
Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan
T U J U A N kapasitas SDM, dan
pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan inovasi iptek kelautan dan
perikanan 6
7
5
VISI KKP
yang mandiri, maju, kuat“Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia dan berbasis kepentingan nasional “MISI KKP
Keterkaitan dalam pengembangan WISATA BAHARI : Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, pengelolaan yang berkelanjutan, dengan melakukan pengawasan (monitoring dan pendampingan) dan
LANDASAN HUKUM
WISATA BAHARI
UU No. 32/2014 tentang Kelautan (Pasal 28)
“ Wisata bahari untuk kesejahteraan rakyat mempertimbangkan aspek kepentingan lokal dan kearifan lokal serta kawasan konservasi perairan”
UU No. 1/2014 tentang Pengelolaan WP3K (Pasal 23 ayat 2)
“ Pemanfaatan sumber daya perairan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan wisata bahari”
“Pariwisata salah satu kegiatan prioritas dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya”
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
LANDASAN HUKUM
Permen KP No. 47/PERMEN-KP/2016 tentang
Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan
(antara lain: perizinan kegiatan dan pengusahaan pariwisata alam perairan di kawasan konservasi perairan nasional)
WISATA BAHARI
BERKELANJUTAN
1. Di Kawasan Konservasi Perairan (Kecuali Zona Inti) 2. Kawasan Strategis Nasional Tertentu
3. Kawasan Pemanfaatan Umum
4. Pulau-pulau Kecil dan Perairan sekitarnya
1. Izin Lokasi
2. Izin Pengelolaan Masih dalam RPP
Amanat UU 1 th 2014
1. Kesesuaian dengan Rencana Zonasi WP3K 2. Pelibatan Masyarakat dan Peningkatan
Kapasitas SDM [MOU KKP – KEMENPAR utk kurikulum}
3. Interaksi Pengunjung (biota unik dan dilindungi, mitra dan masyarakat Pengelolaan Dampak Lingkungan]
4. Peningkatan Mutu Pelayanan, Keselamatan dan Kenyamanan Wisatawan
5. Pengembangan Sarana, dan Prasarana 6. Perbaikan dan peningkatan aksesibilitas
kelokasi [destinasi]
7. Mendukung Upaya Konservasi Lingkungan.
Strategi Pengembangan Pariwisata dilakukan secara utuh dan holistic melalui Prinsip
Integrated Coastal Management (ICM)
PENGELOLAAN WISATA BAHARI
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
EKOWISATA
1. Pembuatan Tata Ruang dan Zonasi Pariwisata (Kesesuaian RZWP3K)
2. Pengelolaan Dampak Lingkungan 3. Pengembangan Infrastruktur
4. Mendukung Upaya Konservasi Lingkungan. 5. Pelibatan Masyarakat dan Peningkatan
Kapasitas SDM
Co-Ownership Co-management Co- responsibility
1. Pengakuan keberadaan masyarakat setempat 2. Dukungan
Pemda
1. Pemda dan Pusat 2. Berbasis
Masyarakat 3. Dunia Usaha
1. Keberlanjutan lingkungan 2. Keberlanjutan
usaha
3. Kesejahteraan
PENDEKATAN EKOWISATA WISATA BAHARI
TATA KELOLA WISATA BAHARI Regulasi dan Kebijakan
PENGELOLAAN DESTINASI Atraksi, Amenitas, Aksesbilitas
PENGELOLAAN SDM Masyarakat dan Industri
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN Pemasaran, Pengawasan,
Peningkatan Ekonomi
• Wisata bahari yang belum terkelola dengan baik
• Regulasi dan kebijakan belum terimplementasi dengan baik
• Kapasitas Sumber daya Manusia belum memadai
KONDISI SAAT INI
KONDISI DIHARAPKAN
• Wisata bahari berkelanjutan
• Harmonisasi Peraturan dan Kebijakan
• Kepastian Regulasi
• Pelibatan Masyarakat dan kearifan lokal
• Peningkatan ekonomi masyarakat
COMPERATIVE STRATEGY COMPETITIVE STRATEGY COOPERATIVE STRATEGY
•Keunikan daya tarik wisata
•Tersedianya Regulasi
• Kemudahan dan menciptakan iklim berusaha
• Kemudahan Perijinan lokasi dan pengelolaan
• Fasilitasi sarana dan Prasarana yang memadai
• Penyiapan sumberdaya manusia
• Kemitraan
• Peran serta dan
Kelembagaan Masyarakat
PENGEMBANGAN EKOWISATA WISATA BAHARI
• Pembangunan Kawasan Wisata Bahari sebagai
Kawasan Ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,
mempriorotaskan keberlanjutan ekosistem dengan mengembangkan potensi dan masyarakat lokal.
• Pembangunan sarana dan prasarana wisata bahari
• Pengembangan di Kawasan Wisata bahari
(Kewenangan KKP) Rencana PNBP
• Dikawasan wisata Bahari lainnya (Bantuan
Pemerintah, mendukung Pariwisata Nasional)
Pulau Lusi Pulau Cemara Besar
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
2017-2019
• Regulasi (NSPK)
• Sinergitas Pembangunan Pariwisata Bahari
• Penyusunan MasterPlan-DED
• Sosialisasia dan Bimtek
• Penyediaan sarana dan Prasarana
• Pendampingan Monitoring dan evaluasi
LOKASI
Kawasan yang menjadi kewenanangan Pusat
KKPN, KSN, KSNT, Lintas Provinsi
Kawasan Prioritas Nasional
• Peningkatan Sumber Daya Perikanan melalui Keramba Jaring Apung
• Pemanfaatan Karamba Jaring Apung untuk Wisata Pancing dan Kuliner
PENGEMBANGAN MINAWISATA
Wisatamina di Kota Malang
Wisata Diving ShinwaMaru Wreck,
Manokwari, Papua
Ekowisata Mangrove PRPM Sinjai, Sulsel
CONTOH PENGEMBANGAN EKOWISATA WISATA BAHARI
Ekowisata Mangrove, Pulau Lusi, Jatim
Pengembangan Whale watching
TWP Laut Sawu, NTT
Wisata Edukasi Pelepasan Penyu
Ujung Genteng, Sukabumi, Jabar
Hiu Paus di Papua
Lumba-lumba di Pantai Lovina Bali Penyu Bertelur di TWP Pieh
Manta Point di Nusa Penida Paus di Lamalera, NTT Sea turtle watching di Tanjung Benoa, Bali
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
• Kementerian Perhubungan: Aksesibilitas reguler (Penerbangan, Perhubungan Laut)
• Kementerian ESDM: Penyediaan listrik/genset
• Kemenerian Pariwisata: Promosi destinasi
• Kementerian Kominfo: Jaringan komunikasi
• Kementerian PU PERA: Jalan dan infrastruktur
• Kementerian KLHK: Peta Kawasan Taman Nasional Laut
• Kementerian ATR: Tata ruang kawasan
• BPPT : Teknologi miniplant untuk mengolah sampah plastik menjadi
paving block/batu bata, Teknologi/Alat penangkap sampah
• Pemerintah Daerah: Akomodasi dan Penginapan, Perda RZWP3K
• Lembaga /Organisasi Non Pemerintah: Kampanye Public Awareness
• Sektor Swasta: Infrastruktur pendukung seperti resort, dive center, transportasi laut, pendidikan dan pelatihan
Contoh Rancangan Pengembangan Ekowisata
Taman Wisata Perairan Pulau Pieh
(Keputusan Men.KP No.KEP.70/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat)
16
5
JENIS CETACEATWP Pieh merupakan habitat dan perlintasan alami cetacea, dimana telah teramati yaitu: Spinner Dolphin (Stenella longirostris), Indo-Pacific Bottlenose Dolphin (Tursiops aduncus),
Indo-Pacific Humpback Dolphins (Sousa chinensis), Paus Pembunuh Palsu/false killer
Tutupan Karang
Prosentase tutupan karang hidup tahun 2010 - 2016
Sumber:
• Review potensi (2010) dan hasil monitoring (2011 & 2012) dalam dokumen RPZ TWP Pieh
• Kajian LIPI 2014
• Dokumen baseline biofisik TWP Pieh 2015 dan
Catatan:
• Selisih nilai tahun 2010-2012, 2014 dan 2015 yang ada belum dapat menunjukkan perubahan yang terjadi karena perbedaan lokasi/jumlah titik serta metodologi survey
• 2015 & 2016 telah menggunakan transek permanen (40 titik) dan metode UPT sesuai standar LIPI
24,08%
Kondisi Buruk
Kondisi Sedang
Kondisi Sedang
Kondisi Sedang
41.88%
2014Kondisi Sedang
28.38%
2016Kondisi Sedang
• Bleaching pada 2016 mengakibatkan penurunan tutupan karang hidup yang cukup signifikan.
• Hasil monitoring Juli 2017 diketahui terjadi peningkatan populasi Bintang laut berduri (Acanthaster planci) yang cukup masif
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia