321
PROGRAM KERJA PERPUSTAKAAN SMP DAAR EL-SALAM
2013-2014
Pengantar
Beberapa dekade yang lalu, pengembangan perpustakaan sekolah di Indonesia cukup memprihatinkan. Data mengungkapkan baru 32% SD yang memiliki perpustakaan sekolah, sedangkan SLTP sebanyak 63% dengan penyebaran yang tidak merata untuk tiap-tiap daerah. Untuk Daerah Istimewa Yokyakarta 72,8% yang telah memiliki perpustakaan sekolah, bahkan ada daerah yang hanya 5% memiliki perpustakaan.
Data dari Perpustakaan Nasional mengungkapkan, bahwa dari 260.000 sekolah dasar negeri hanya 1% yang memiliki perpustakaan sekolah (Kompas, 25/7/02). Meskipun ada beberapa sekolah yang memiliki perpustakaan, itupun pada kondisi belum dikelola dengan baik, koleksi serta sarana dan prasarana belum memadai (hasil penelitian program studi Ilmu Perpustakaan USU 2009). Koleksi buku, sarana dan prasarana, serta tenaga pengelola masih jauh dari harapan.
Apalagi di era saat ini yang berbasis teknologi informasi, nampaknya hal ini belum menyentuh perpustakaan sekolah. Jangankan pelayanan yang berbasiskan teknologi informasi, masih banyak lagi sekolah yang belum memiliki perpustakaan.
Menghadapi keadaan seperti ini pemerintah, saat ini, tidak tinggal diam. Melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemerintah menginginkan adanya
pengembangan perpustakaan sebagai sumber belajar. Hal ini nampak dari alokasi anggaran pengembangan perpustakaan yang diwajibkan bagi sekolah penerima BOS.
Namun, sebenarnya hal itu tidak cukup. Karena harus ada aspek-aspek lain yang juga perlu diperhatikan.
Program Pengembangan Perpustakaan Sekolah Daar el-Salam
1. Meningkatkan pelayanan kepada guru dan siswa dengan cara menganalisis kebutuhan mereka serta menyediakan koleksi sebagai alternatif sumber informasi yang dibutuhkan. 2. Penulisan ringkasan dan abstraksi, agar pengguna memahami keragaman koleksi yang
dimiliki perpustakaan (buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, media audio-video dan sebagainya).
3. Melakukan rintisan digitalisasi katalog dan koleksi sumber informasi yang dimiliki. 4. Melakukan rintisan katalog secara online --online public access catalogue
(OPAC)-- dalam situs internet/Sekolah Daar el-Salam
6. Memberikan informasi kepada guru dan siswa terkait cara mengakses informasi yang diselenggarakan perpustakaan Daar el-Salam.
7. Meningkatkan minat baca kepada guru dan siswa.
8. Bedah buku dan bursa buku sebagai salah satu faktor penggalangan dana dan public relation.
9. Supervisi tenaga kepustakaan serta memberikan pelayanan (NUPTK, sertifikasi bagi mereka yang telah memenuhi syarat, tunjangan fungsional).
10. Pengelolaan media audio-visual 11. Pengelolaan anggaran.
12.Melanjutkan program2 rutin pengelolaan perpustakaan seperti sebelumnya;
Penjelasan;
1. Meningkatkan pelayanan kepada guru dan siswa dengan cara menganalisis
kebutuhan mereka serta menyediakan koleksi sebagai alternatif sumber informasi yang dibutuhkan.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan menganalisis silabus mata pelajaran yang ada di Sekolah Daar el-Salam, menyebarkan angket serta interview.
Data yang terkumpul dijadikan sebagai dasar pengadaan koleksi perpustakaan, baik dalam bentuk buku, terbitan berkala, peta,
rekaman suara, gambar, animasi, media audio-visual dan sebagainya).
2. Penulisan ringkasan dan abstraksi, agar pengguna memahami keragaman koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang pustakawan harus bisa menulis, minimal menulis ringkasan atau abstraksi koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Ringkasan dan abstraksi ini kemudian dipublikasikan, baik melalui selebaran, poster, orasi atau
pengumuman secara langsung, bahkan melalui media online. Hal ini penting untuk dilakukan agar pengguna perpustakaan dapat memiliki gambaran yang memadai tentang koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan, dalam rangka memenuhi kebutuhan akses informasi mereka. Hal ini juga diperlukan oleh guru sebagai sumber bahan pengajaran sehingga materi pembelajaan semakin kaya.
3. Melakukan rintisan digitalisasi katalog dan koleksi sumber informasi yang dimiliki. Hal ini perlu dilakukan agar perpustakaan mulai mengupdate dirinya, sehingga tidak nampak kuno, lebih modern, up to date, yang pada gilirannya bisa memuaskan pengguna perpustakaan. Aspek
audio-visual-- bisa ditampilkan dalam bentuk slide show di ruang-ruang publik lingkungan sekolah, atau minimal di ruang-ruang
perpustakaan).
4. Melakukan rintisan katalog secara online --online public access catalogue (OPAC)-- dalam situs Sekolah Daar el-Salam.
Saat ini katalog online sudah bisa diakses pada perpustakaan-perpustakaan terkemuka (Perpustakaan Senayan, British Library, American Library dan sebagainya). Hal ini sebagai upaya
meningkatkan mutu layanan. Guru juga lebih mudah untuk
mengakses informasi, (misalnya) dalam rangka mengembangkan materi atau bahan ajar. Demikian juga bagi siswa, mereka bisa memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
5. Melakukan rintisan mengunggah sumber informasi yang telah terdigitalisasi secara online (dengan tetap memperhatikan aspek penghargaan pada hak cipta).
Di beberapa perpustakaan umum, saat ini sudah tersedia fasilitas atau fitur-fitur yang menarik. Pembaca tidak hanya browsing, membaca informasi. Bahkan bisa men-download sumber informasi yang
dibutuhkan. Hal ini tentu saja harus memperhatikan aspek hak cipta, atau ijin dari pemegang hak ciptanya.
Penataan koleksi untuk pembelajaran bisa dilakukan dengan sistem pengelompokkan berdasar kelas dan berdasar materi pelajaran.
6. Memberikan informasi kepada guru dan siswa terkait cara mengakses informasi yang diselenggarakan perpustakaan Daar el-Salam.
Kegiatan ini bisa dilakukan, misalnya melalui kegiatan raker guru, saat awal masuk tahun ajaran baru, serta saat masa orientasi siswa baru.
7. Meningkatkan minat baca kepada guru dan siswa melalui berbagai kegiatan.
Kegiatan pelatihan ataupun lomba speed reading (membaca
cepat) pada even-even tertentu bisa dilakukan, baik oleh guru maupun siswa.
Demikian juga ajang lomba menulis, baik antar siswa, antar
sekolah atau yang bersifat nasional, bisa dijadikan agenda tetap dari perpustakaan dalam rangka menumbuhkan budaya membaca dan menulis.
Menumbuhkan minat baca bisa juga dilakukan dengan program story-telling, lomba penulisan resensi buku/abstraksi/ringkasan buku.
Pelatihan jurnalistik untuk anak dan guru bisa juga sebagai sarana untuk meningkatkan minat baca (dan tulis).
Penerbitan media (buletin, koran, majalan, bahkan majalah
tulisan siswa dan guru, bisa juga dijadikan sarana untuk menumbuhkan minat dan budaya membaca dan menulis.
8. Bedah buku dan bursa buku sebagai salah satu faktor penggalangan dana dan public relation.
Sudah jelas.
9. Supervisi tenaga kepustakaan serta layanan sertifikasi bagi mereka yang telah memenuhi syarat.
Sudah jelas
10. Pengelolaan media audi-visual.
Termasuk dalam program ini adalah pemutaran film secara terjadwal, di ruang yang representatif. Film-film yang memiliki "nilai lebih" bisa diputar (tentu saja setelah sebelumnya ada publikasi). Pelaksanaan program ini juga menuntut adanya penyediaan koleksi dalam bentuk audio visual yang memadai.
11. Pengelolaan anggaran.
Sebagaimana perpustakaan pada umumnya, pengelolaan anggaran diperlukan untuk keberlangsungan kinerja perpustakaan.
12. Melanjutkan program2 kerja yang sebelumnya; Sudah jelas.
Keunggulan OPAC (online public access catalogue) dari Katalog Kartu atau Katalog Manual
Sebelum OPAC muncul, telah ada berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan
bentuk katalog yang paling luas digunakan ialah katalog kartu Akan tetapi setelah OPAC muncul pada permulaan tahun 1980-an, sejumlah perpustakaan tertentu telah mulai mengkonversi katalog kartu dan beralih ke bentuk OPAC.
Perpustakaan mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan untuk beralih dari
katalog kartu ke OPAC. Menurut mereka, OPAC adalah katalog yang paling cocok saat ini digunakan di perpustakaan. OPAC jauh melebihi katalog kartu dan katalog lainnya yang digantinya. Katalog kartu memiliki sejumlah keterbatasan dibanding dengan OPAC. Sekalipun fungsi dasarnya sama yaitu sebagai sarana temu balik di perpustakaan, namun diantara katalog kartu dan OPAC terdapat banyak perbedaan.
penelusuran (searching capabilities), keluaran dan tampilan (output and display), serta ketersediaan dan akses (availability and access).
OPAC dinyatakan sebagai katalog yang interaktif. Disebut interaktif karena sistem tersebut menyediakan komunikasi antara pengguna dengan komputer dalam suatu mode atau cara yang bersifat dialog. OPAC dapat memberi reaksi dan merespon pengguna dalam suatu cara yang cerdas. Cara itu dapat digunakan untuk menunjukkan pilihan penelusuran yang
tersedia, mengoreksi pengoperasian yang salah, menunjukkan alternatif dokumen yang cocok dengan kriteria penelusuran dan menuntun pengguna selama melakukan penelusuran.
Pendekatan penelusuran yang interaktif ini tidak mungkin bisa dilakukan pada katalog kartu.
OPAC mempunyai kemampuan untuk menyediakan bantuan pengguna dalam berbagai cara dan tingkatan, yang bisa langsung dibaca pengguna perpustakaan. Paling tidak ada empat kategori bantuan yaitu, bantuan temu balik (retrieval aids), bantuan bahasa (linguistic aids), bantuan menjelajah (navigational aids), dan bantuan arti kata (semantic aids). Bantuan penelusuran seperti ini, tidaklah mungkin ditemukan pada penelusuran menggunakan katalog kartu dan katalog manual lainnya.
Kepuasan pengguna merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan perpustakaan. Umumnya, pengguna mengakui bahwa ada tingkat kepuasan yang tinggi dengan OPAC, dimana pengguna lebih menyukai bentuk OPAC dari pada katalog kartu. Pengguna lebih menyukai OPAC karena beberapa alasan berikut ini:
a) menelusur di OPAC menyenangkan,
b) menelusur di OPAC menghemat waktu,
c) OPAC menyediakan layanan baru,
d) OPAC menyediakan ciri khas yang baru, yang lebih mendekatkan koleksi perpustakaan karena pengguna lebih memiliki gambaran yang memadai, abstraksi, ringkasan, bahkan bila tersedia termasuk langsung bisa mengakses content-nya dengan cara mengunduhnya.
Keunggulan lain sistem OPAC dari katalog kartu dan katalog manual lainnya, adalah kemudahan dalam penelusuran. Melalui OPAC, pengguna bisa menelusur dokumen yang dibutuhkan dengan berbagai cara, yang tidak mungkin dapat dilakukan pada katalog kartu atau katalog manual lainnya, misalnya menelusur berdasarkan kata kunci ke semua ruas, menelusur menggunakan operator Boolean, operator word adjacency dan sebagainya. Sistem OPAC biasanya menawarkan atau menyediakan akses yang luas kepada seluruh cantuman bibliografi. Hasil penelusuran melalui sistem OPAC dapat ditampilkan secara sistematis dan bervariasi.
OPAC dapat diakses melalui terminal pada tempat yang berbeda dari dalam atau dari luar gedung perpustakaan, melalui local area networks (LAN) dan wide area networks (WAN), atau secara online dengan basis internet, sedangkan pada katalog kartu dan katalog manual lainnya hal itu tidak mungkin dilakukan. Pengguna yang berbeda, yang berada di dalam atau di luar gedung perpustakaan dimungkinkan menggunakan sistem OPAC secara bersama, sekalipun menelusur cantuman yang sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan bila menggunakan katalog kartu, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan. Kelemahan
penggunaan sistem OPAC ialah dipengaruhi faktor luar seperti terputusnya aliran listrik. Konklusi
Hal yang menjadi peran penting dari perpustakaan adalah mutu layanan dan koleksi yang dimiliki. Semakin baik mutu layanan, semakin lengkap koleksi yang dimiliki, semakin bisa memberi kepuasan kepada pemakai (guru, siswa, orang tua, bahkan masyarakat umum), maka hal ini menunjukkan peran penting perpustakaan telah berhasil dilaksanakan.