• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN GLOBALISASI MELALUI TERPAAN ME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANTANGAN GLOBALISASI MELALUI TERPAAN ME"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TANTANGAN GLOBALISASI MELALUI TERPAAN MEDIA INTERNET TERHADAP UPAYA PEMBINAAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH

ABSTRACT

Tantangan Globalisasi melalui Terpaan Media Massa terhadap Upaya Pembinaan Karakter Siswa di Sekolah. Meita Purnamasari Augustin, 2010.

Globalisasi memiliki implikasi berkaitan dengan keterbukaan antarnegara untuk dimasuki berbagai informasi yang disalurkan secara berkesinambungan melalui teknologi informasi (information technology). Kemampuan konvergensi interconnected-networking (internet) sebagai media baru di era global tidak hanya menghadirkan kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia. Bahkan mengundang sejumlah permasalahan baru melalui kekayaan muatan tidak terbatas yang merambah kedalam kehidupan keluarga dan sekolah yang semula dibangun dan sarat nilai-nilai moral dan norma. Beragam ketersediaan fasilitas dan fungsi perannya dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana tantangan globalisasi melalui terpaan media internet berpengaruh terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah.

Penelitian ini didasarkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu wujud pendidikan karakter (character education). Pada masa transisi dan derasnya arus transformasi budaya saat ini, pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan karakter sebagai “wahana penanaman nilai” yang mengajarkan etika pribadi dan nilai-nilai kebajikan/akhlak kewarganegaraan (civic virtue) sebagai sesuatu yang hakiki menuju peradaban bangsa.

Proses penelitian menggunakan pola “the dominant-less dominant design” dengan pendekatan kuantitatif melalui metode survey. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling sehingga diperoleh besaran sampel 125 siswa kelas XI di SMA Negeri Kota Cimahi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner, wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis korelasi, regresi linear ganda dan analisis kontribusi.

(2)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Cogan (1998:8) menjelaskan bahwa teknologi merupakan unsur yang menentukan bagi globalisasi ditandai peningkatan luar biasa kapasitas untuk berkomunikasi dan mengakses informasi yang disimbolkan oleh telepon genggam dan internet. Hanya dengan fasilitas search engine-situs pencari informasi maka pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternatif dan pilihan informasi yang diperlukannya dengan mengetikkan kata kunci di form yang disediakan. Bahkan setahun terakhir sejak internet menjadi media yang paling diminati oleh masyarakat dunia, banyak sekali kasus-kasus yang muncul sehubungan penggunaan media ini. Mulai dari caci maki hanya karena emosi sesaat pada individu maupun institusi, pemuatan foto-foto pribadi yang seharusnya tidak layak untuk disiarkan di ruangan publik sampai “perang kata-kata” yang tidak pantas untuk diketahui publik.

Sejumlah penelitian tentang dampak dan pemanfaatan internet menunjukkan bahwa internet menjadi sumber utama untuk belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia, hiburan, bergembira, relaksasi, untuk melupakan masalah, menghilangkan kesepian, untuk mengisi waktu, sebagai kebiasaan dan untuk melakukan sesuatu dengan teman atau keluarga (Severin dan Tankard, 2005:454). Namun dibalik kemudahan mengaksesnya kehadiran internet dapat membawa sisi buruk bagi penggunanya. Salah satu kelemahan internet yang paling nyata dan merusak adalah item-item asusila tak bermoral yang dapat dengan mudah diakses di jaringan internet. Jaringan pertemanan pun dipergunakan untuk memesan sekaligus menjual ganja (Setiawan, 2009:10). Tidak sedikit siswa menghabiskan harinya di warung internet (warnet) sekedar untuk chatting atau main game online. Di sebuah kota di Jawa Barat pernah ditemukan kasus banyaknya siswa yang ketagihan games online. Para siswa menjadi lupa waktu, bahkan sampai memakai uang bayaran sekolah untuk membayar sewa games online (http://www.wonosari.com). Fenomena yang terjadi pada saat ini, suatu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan masyarakat harus dicapai dengan mengorbankan identitas dan kepribadian bangsanya (Suryadi dan Budimansyah, 2009:127).

Dengan demikian tantangan yang dihadapi negara-negara yang mengalami pertumbuhan cepat adalah penyusunan kebijakan dan program pendidikan yang mampu menghasilkan manusia-manusia cakap dan memiliki karakter yang didukung oleh penguatan dalam pewarisan budaya dan identitas bangsanya. Siswa remaja sebagai salah satu pengguna internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Terlebih lagi perusahaan-perusahaan yang terkait dengan dunia internet dan pemasaran selalu menjadikan kaum muda sebagai “tambang emas” demi keuntungan belaka. Oleh karena itu tidak mengherankan jika selama ini bahaya mengancam dari pemanfaatan online remaja terhadap pembentukan karakter anak dan remaja dijadikan sorotan utama untuk dikaji, baik oleh pemerintah maupun lingkungan akademis.

(3)

mengandung arti pendidikan karakter terjadi melalui mata pelajaran tertentu dalam proses pembelajaran.

Sadar akan tuntutan dan kebutuhan di atas, pemerintah telah merumuskan tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum baik untuk pendidikan dasar maupun menengah, melalui pembekalan kompetensi dasar pada peserta didik dalam hal sebagai berikut. Pertama, berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Kedua, berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. Ketiga, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Keempat, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMA, 2001:12). Tugas Pendidikan Kewarganegaraan (Winataputra, 2001:1) dengan paradigma barunya diarahkan pada pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yakni sebagai berikut. Pertama, mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence). Kedua, membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility). Ketiga, mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk a good citizenship, bukan hanya dalam dimensi rasional yang selama ini terjebak dalam budaya belajar verbalistik tetapi juga meliputi dimensi spiritual, emosional, dan sosial, sehingga paradigma baru yang dikembangkan dalam pendidikan kewarganegaraan akan bercirikan multidimensional (Setiawan, 2009:128).

Berbagai tuntutan diharapkan menjadikan siswa sebagai seseorang yang sanggup menerapkan hasil pembelajaran dengan seutuhnya, guna pembangunan mental bangsa dan karakter bangsa. Secara lebih lugas Lickona (1992:28) menyebutkan bahwa education had two great goals to help people become smart and to help them become good, sehingga karakter yang utuh akan mencakup kemampuan mengetahui hal-hal yang baik, menginginkan kebaikan untuk sesama, dan melakukan kebaikan sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya (Syamsulbachri, 2004:8). Untuk itu, penelitian ini penting agar dihasilkan suatu informasi atau gambaran tentang pengaruh penggunaan internet, sehingga dapat memberikan pemahaman bagi kalangan institusi pendidik ataupun orang tua sekaligus bisa digunakan kontribusi untuk membuat kebijakan dalam menggunakan internet yang mengarahkan secara positif pada pembinaan karakter siswa.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang dirumuskan masalahnya sebagai berikut “Bagaimana tantangan globalisasi melalui pengaruh media internet terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah?” Agar terfokus masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam sejumlah pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media internet melalui aktivitas kesenangan atau

hiburan terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah ?

2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan media internet melalui aktivitas edukatif terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah?

(4)

B. LANDASAN TEORI 1. Tantangan Globalisasi

Dunia abad 21 mengalami transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia, sosial, budaya, politik dan proses transformasi ini dapat dirangkum dengan istilah globalisasi. Simamora (2006:7) menyebutkan tidak ada satu definisi atau deskripsi yang seragam tentang globalisasi. Dari beberapa literatur, hampir dapat dikatakan bahwa pengertian globalisasi sama banyaknya dengan jumlah orang yang berbicara mengenainya. Pada dasarnya globalisasi adalah proses menyatunya tiga fenomena dunia dewasa ini (a multipolar world, global capitalism, and communication technologies) yang menciptakan dan meluasnya pengaruh-pengaruh modernitas ke seluruh dunia sehingga terjadi penyempitan waktu dan ruang yang semuanya terjadi pada waktu yang sama. Implikasinya berkaitan dengan keterbukaan antarnegara untuk dimasuki berbagai informasi yang disalurkan secara berkesinambungan melalui teknologi informasi (information technology)seperti televisi, internet atau media elektronik lainnya.

Tantangan-tantangan itu merupakan kesempatan-kesempatan yang bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih maju dan makmur. Namun apabila kesempatan itu tidak ditanggapi maka kita akan menjadi bangsa kuli di antara bangsa-bangsa yang maju (Tilaar, 1997:42). Masyarakat yang semakin terbuka, kini dirasuk oleh nilai-nilai global yang dikenal dengan impian global yang menawarkan berbagai citra ideal ditopang oleh komunikasi yang sangat cepat serta kemajuan teknologi yang menyatukan kehidupan umat manusia dewasa ini (Tilaar, 1997:44). Dengan kehadiran alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui jaringan televisi, internet, film, musik, majalah-majalah maka dunia dewasa ini telah merupakan suatu pasar yang besar (global cultural bazaar). Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata. Akibatnya nilai-nilai to-be yang merupakan pancaran kehidupan kejiwaan yang mendalam terus menerus bertarung dengan nilai-nilai to-have hidup serta benda dan prestise lahiriah (Semiawan, 2008:5). Seluruh komponen bangsa dan negara harus mampu menghadapi dan menangani masalah-masalah tersebut yang diakibatkan kompleksitas kehidupan yang terus menerus berubah karena peningkatan teknologi dan perubahan nilai-nilai sosio-kultural.

2. Terpaan Media

Terpaan media adalah kegiatan menerima (membaca, mendengar, menonton) pesan media secara pasif/aktif (http://digilib.petra.ac.id). Terpaan media juga diartikan sebagai penggunaan media yang terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004:66). Untuk itu terpaan media dapat diukur dengan seberapa besar intensitas menggunakan media melalui indikator frekuensi dan durasi.

3. Pengertian, dan Fungsi Peran Internet

(5)

pertanggungjawaban atas informasi tersebut. Filter individu menjadi penyerap informasi dan penentu dampak yang ditimbulkan. Positif atau tidaknya efek atas arus informasi sangat bergantung individu yang menerimanya. Untuk itu diperlukan nilai-nilai moral dalam etika untuk menghindari pergesekan yang berujung kepada konflik.

4. Pengaruh Internet

Banyaknya fasilitas internet dan fungsi perannya dapat menimbulkan pengaruh positif maupun negatif dalam kehidupan manusia. Berbagai pengaruh positif diantaranya memperluas pertemanan, menambah wawasan dan pengetahuan, berinteraksi dan memperlancar komunikasi serta memudahkan berbagai aktivitas baik dalam bekerja, berbelanja maupun mendapatkan informasi-informasi yang edukatif.

Pengaruh lainnya diakibatkan terbukanya akses negatif bagi anak atau remaja dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet (Setiawan, 2009:28). Melalui internet berbagai materi seks, kekerasan dan lain-lain dijajakan secara terbuka dan tanpa penghalang. Bisnis pornografi merupakan salah satu bisnis nomor satu dalam dunia online. Untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, banyak penyedia jasa pornografi mempromosikan produknya dengan berbagai cara. Bahkan tanpa diundang, situs seperti itu bisa saja muncul tiba-tiba baik melalui e-mail maupun layar pop-up. Seorang anak yang sudah kecanduan pornografi internet akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulangkali. Ciri-ciri seorang anak atau remaja yang sudah kecanduan internet umumnya adalah akan marah bila dibatasi penggunaan internet. Cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain serta bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja (Setiawan, 2009:32). Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang tuanya karena takut atau kesibukan ayah-ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibatnya otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga tidak berkembang dengan baik. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.

Hal-hal tersebut diatas baru beberapa bahaya internet yang mengancam terhadap pembentukan karakter anak dan remaja. Di dunia maya seorang anak bisa menjadi orang lain yang diinginkan, misalnya seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chatting atau e-mail, melalui game online mereka dapat mengubah karakter menjadi cantik, kaya, kuat atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata. Masih banyak bahaya mengancam lainnya dari dunia online tersebut. Walaupun sebenarnya bila digunakan dengan baik dan untuk keperluan edukatif maka teknologi internet tentu berdampak positif. Menggunakan fasilitas ini secara berlebihan dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontrol diri sehingga mengabaikan tugas pokok kehidupan sebagai pribadi, keluarga ataupun sekolah.

(6)

informasi yang dapat mendukung perilaku percaya diri sehingga siswa dapat lebih kreatif dalam berfikir dan bertindak.

5. Esensi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Era Global Pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk “membentuk” kepribadian seseorang melalui budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Lickona, 1992:19). Aristoteles dalam Winataputra (2001:8) mengartikan karakter yang baik sebagai “the life of right conduct” atau kehidupan perilaku yang baik dalam kaitannya dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Karakter tersebut memiliki tiga unsur yakni “moral knowing, moral feeling, and moral behavior” atau pengetahuan moral, perasaan moral dan perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar siswa mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu yang dimaksud dengan karakter yang baik terdiri atas unsur “knowing good, desiring the good and doing the good”, tahu kebaikan, menghendaki kebaikan, dan melakukan kebaikan atau “habits of mind, habits of the heart, and habit of action” atau kebiasaan pikiran, hati dan tindakan.

Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor “value-based education”. Oleh karena itu perlu adanya paradigma baru dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, sehingga perlu ditanamkan pengetahuan dan sikap tentang bagaimana hidup sebagai “warga masyarakat dunia”. Suryadi (2006:32) menegaskan bahwa revolusi gabungan internet-komputer-world wide web telah membentuk generasi baru, dengan nilai-nilai baru, gaya pergaulan baru, budaya baru, bahkan ekonomi baru yang disebut sebagai ekonomi digital. Komunikasi dan akses menjadi serba instan, cepat dan mudah, membuat aktivitas seperti perdagangan dan pendidikan dapat dilakukan bersama di sebuah komputer pribadi. Fenomena tersebut memicu munculnya pemikiran ulang tentang metode belajar dan mengajar, sebagaimana dijelaskan Drucker dalam Suryadi (2006:33) yang menyatakan bahwa “bangsa yang benar-benar dapat memanfaatkan ledakan komunikasi digital, dan menghubungkannya dengan teknik-teknik pembelajaran baru, niscaya akan memimpin dunia di bidang pendidikan”.

Substansi pendidikan harus mampu mengintegrasikan esensi, materi dan metode pendidikan mengarah pada pengembangan citra diri dan pribadi agar menjadi manusia efektif serta pembelajaran merupakan proses pembinaan dan pengembangan totalitas potensi diri manusia (fisik dan non-fisik) secara utuh sehingga kodrati dirinya terbina, berkembang dan fungsional/ berdaya guna (empowered) serta berbudaya (civilized) dalam kehidupannya (Djahiri, 2006:54). Dari sudut pandang ini lahir tuntutan pembelajaran bersifat multidimensional dan multi sumber-media serta pola evaluasi. Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di kelas, guru harus memahami bahwa kebajikan-kebajikan warga negara dan ketrampilan-ketrampilan intelektual dan partisipasi tidak terpisahkan dari sosok pengetahuan warga negara (a body of civic knowledge) (Wahab, 2006:65). Proses pembelajaran disamping memakai kemampuan intel juga selalu melakukan proses emoting, spiritualizing dan valuing terhadap seluruh dimensi norm reference yang ada (diyakini yang bersangkutan dan atau kehidupannya) sebelum pengambilan keputusan (taking position) (Djahiri, 2006:7). Pendekatan pembelajaran demikian diyakini dapat mereduksi dampak lajunya perkembangan teknologi yang memaksa manusia/bangsa/Negara mengglobal dalam tatanan norma baru yang dalam internet disebut Normative Globalism dalam kehidupan post modernity yang dikendalikan world dragons and super developed technology (Djahiri, 2006:12).

(7)

memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut untuk kepentingan edukatif dan produktif, bukan berdasarkan kesenangan atau hiburan belaka yang melahirkan kontraproduktif sehingga dapat menghancurkan sikap, perilaku dan karakter pribadinya. Dengan kata lain, siswa boleh membuka informasi apapun, baik dengan fasilitas chatting, browsing, atau apapun yang ada dalam dunia maya, namun semua didasarkan atas kesadaran bahwa informasi yang diperoleh memang diperlukan dalam kehidupannya kelak. Bahkan diharapkan selain siswa mampu menggunakan semua fasilitas internet yang ada, mampu memilih informasi edukatif dan produktif, juga mampu menciptakan informasi tersebut sebagai produk kreativitasnya sehingga menjadi alternatif informasi yang lebih mendidik (Wakhudin, 2008:35).

6. Hasil hasil Penelitian yang relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tentang tantangan globalisasi melalui media teknologi informasi dan karakter siswa, diantaranya sebagai berikut.

a) Hasil penelitian Wakhudin (2009) tentang Pengembangan Model Pembelajaran Multimedia melalui “Valuing Process” menuju Masyarakat Melek Media merekomendasikan bagaimana agar bangsa Indonesia semakin cerdas memilih informasi yang masuk, bahkan sekaligus mampu menciptakan informasi sendiri yang lebih sehat. Penelitian tersebut mengembangkan suatu model pembelajaran yang bertujuan agar setiap pengguna internet dapat memanfaatkan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan produktif (multimedia literate).

b) Hasil penelitian Ratnasari (2007) tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Bermedia Internet Terhadap Persahabatan di Dunia Maya menyatakan bahwa intensitas chatting di internet berpengaruh terhadap persahabatan mahasiswa di dunia maya. Karena kebebasannya sebagai karakteristik internet maka pengguna internet, khususnya para chatter sering tidak tahu waktu dan tidak tahu diri, sehingga mereka meninggalkan pekerjaan bagi pegawai atau meninggalkan kuliah/pelajaran bagi mahasiswa dan pelajar. Sebagian yang lain melakukan percakapan yang mengandung unsur pornografi, sadisme, serta sambil mencaci maki orang lain yang berkategori suku, ras, agama dan antar golongan (SARA).

c) Hasil penelitian Lewis (1993) (Suryadi, 2006:34) menunjukkan bahwa dari seluruh tujuan dan sasaran pembelajaran di Jepang, hanya 12% yang berkaitan dengan kegiatan akademik, sisanya mencakup kemampuan yang berkaitan dengan pengembangan pribadi dan sosial. Pada abad 21, Cina mendirikan “Sekolah Eksperimental”, melalui praktek pendidikan yang menggabungkan dengan sangat baik nilai-nilai tradisional dan teknologi interaktif. Pendidikan nilai-nilai untuk membangun harga diri, kepercayaan diri, sebagai bangsa timur yang beradab, bersanding dengan intensitas mempelajari dan mempraktekkan teknologi elektronik (komputer) yang canggih.

d) Hasil penelitian Sapriya (2007) tentang Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa menunjukkan bahwa fokus pembangunan karakter bangsa melalui PKn adalah perilaku warganegara karena karakter bangsa yang baik akan terbentuk apabila karakter warganegara sudah baik. Namun PKn bukan satu-satunya wahana untuk membangun karakter sebab hakikat karakter tidak hanya terkait dengan kehidupan politik dan hukum dalam konteks kehidupan bernegara melainkan termasuk karakter dalam kehidupan di lingkungan keluarga.

(8)

karakter warga negara muda, sedangkan 6 % lainnya berasal dari pendidikan interventif, dan 75% berasal dari faktor lain yang tidak diteliti. Hasil proses pembelajaran tidak hanya dilihat dari prestasi akhir pembelajaran saja melainkan adanya usaha-usaha lain yang mendukung terciptanya karakter bangsa yang diharapkan.

f) Hasil penelitian Kardiman (2009) tentang Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan menunjukkan bahwa tantangan-tantangan situs-situs kewarganegaraan dalam upaya membangun kembali karakter bangsa meliputi profesionalitas pengelolaan situs-situs kewarganegaraan, rendahnya komunikasi kelembagaan antara kelompok situs kewarganegaraan di lapangan, kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana, era keterbukaan dan globalisasi, dan pemahaman akan peran situs kewarganegaraan dalam membangun karakter bangsa.

C. RINGKASAN METODA

Penelitian ini menggunakan pola “the dominant-less dominat design” dari Cresswell (1994:177). Bagian pertama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni melalui metode survey. Langkah berikutnya dalam penelitian ini menggunakan paradigma tambahan (kurang dominan) dengan pendekatan kualitatif untuk pendalaman. Pada tahap ini digunakan wawancara yang sifatnya kualitatif. Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrument angket, skala semantic differensial dari Osgood dan skala sikap. Variabel terpaan media internet menggunakan angket skala semantic differensial dari Osgood. Variabel karakter siswa mengakomodasi “Components of Good Character” dari Lickona (1992:53) yang terdiri atas unsur “moral knowing, moral feeling and moral behavior” dengan menggunakan skala sikap. Teknik pengumpulan data pendukung digunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi sesuai kebutuhan.

Lokasi penelitian adalah SMA se-kota Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri kota Cimahi. Sampel penelitian adalah 120 siswa SMA Negeri di kota Cimahi yang ditentukan melalui multistage random sampling yang digabungkan dengan teknik stratifikasi

D. TEMUAN PENELITIAN

1. Penggunaan internet dengan aktivitas kreatif merupakan gabungan aktivitas kesenangan dan aktivitas edukatif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencerminkan citizenship education kategori maksimal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan internet bukan hanya aktivitas kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif saja tetapi juga ada aktivitas kreatif menghasilkan ‘sesuatu’ yang produktif, misalnya aktivitas web atau page design, rekayasa software ataupun menciptakan software tertentu, science animasi dan film, robotika, games, mobile aplikasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan membawa berproses menuju Education for Citizenship, sebagaimana dikemukakan Kerr (1999:15-16).

(9)

disposition berupa sikap dan komitmen yang penting bagi kehidupan kewarganegaraan melalui kegiatan aktif dan partisipatif dalam pengalaman langsung mendapatkan informasi-informasi yang penting dalam kehidupan mereka. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai moral berbasis teknologi informasi dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan Citizenship Education yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menunjang perkembangan pergaulan mereka dengan “the whole education experience of students”.

2. Pembelajaran Multimedia berbasis Klarifikasi Nilai dalam Pendidikan Kewarganegaraan proses menuju Education for Citizenship

Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan internet dengan aktivitas edukatif memberi kontribusi tinggi terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Aktivitas edukatif dalam penggunaan internet dapat berupa kegiatan search engine, mencari informasi yang berskala nasional maupun internasional. Siswa bisa mendapatkan informasi berkaitan dengan komputer, teknologi informasi, maupun sosial budaya dan politik, bahkan juga informasi yang berkaitan masalah keluarga, hobi, perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Selain itu juga dapat mengakses berita dari koran atau majalah yang juga menyediakan halaman-halaman situs web yang diperbaharui setiap harinya. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan penggunaan teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat berakibat positif apabila digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, tetapi akan berdampak negatif apabila digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Melalui Klarifikasi Nilai maka siswa akan disuguhkan contoh-contoh kasus akibat kesalahan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak selayaknya serta akibat-akibat yang harus ditanggung oleh pelakunya. Pada akhirnya akan memberikan pemahaman kepada siswa tentang hakikat teknologi yang diciptakan bertujuan untuk memudahkan manusia dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Upaya mewujudkan akhlak yang baik, watak dan karakter warga negara yang baik merupakan sesuatu yang tidak mudah. Akan tetapi pendekatan ini merupakan satu upaya agar siswa tidak hanya sekedar diajarkan dan mengetahui mana yang baik dan yang buruk (moral values), namun juga dapat menunjukkan self knowledge sebagai bagian tertinggi dari moral knowing berupa sikap yang mampu menunjukkan dirinya berguna untuk orang lain, mampu menilai dirinya dalam pengetahuan moralnya. Lebih jauhnya terbentuknya pengendalian diri agar tidak berbuat buruk, sebagai self control dalam mengantisipasi tantangan di era globalisasi yang membawa implikasi berupa habit moral action, kebiasaan-kebiasaan untuk berbuat baik tanpa syarat dan pamrih yang harus dilakukan siswa setiap saat.

3. Terpaan media internet sebagai tantangan globalisasi terhadap upaya pembinaan karakter berintikan Value Education

(10)

cerdas (good and smart). Hal ini mengandung makna bahwa esensi pendidikan karakter dalam pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan nilai.

Fenomena pada saat ini di Indonesia terjadi kesenjangan antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam aturan normatif konstitusional dengan realita sosial, budaya, politik, ideologi, religi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, terutama dengan maraknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi melalui berbagai media massa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu proses pengembangan nilai dalam sikap dan perilaku perlu dioptimalkan melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

4. KESIMPULAN a. Kesimpulan

a) Kesimpulan Umum

Merujuk kepada hipotesis penelitian yang diajukan, maka secara umum kesimpulan penelitian ini adalah tantangan globalisasi melalui terpaan media internet memiliki korelasi positif dengan upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Terpaan media internet memiliki kontribusi terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Tantangan globalisasi melalui terpaan media internet berdasarkan intensitas dan aktivitas penggunaan internet memiliki korelasi positif dengan upaya pembinaan karakter siswa, artinya semakin tinggi intensitas penggunaan media internet tanpa disertai bimbingan dan pengarahan baik guru, orang tua maupun tokoh masyarakat dan tokoh agama maka tuntutan terhadap upaya pembinaan karakter siswa juga akan membesar. Dengan kata lain, perkembangan internet yang cukup besar disertai minat yang benar dapat memberikan hasil yang baik atau buruk tergantung dari aktivitas yang dipergunakan sewaktu mengakses internet. Tingginya intensitas penggunaan media internet membutuhkan kesadaran untuk mengatur penggunaan media terutama di tengah maraknya terpaan media internet yang semakin murah dan mudah di dapat sehingga menghentikan terpaan media tidaklah mungkin tetapi membatasi dengan selektif memilih media sebagai langkah awal menuju literasi media dan membentengi diri dari terpaan media yang sangat mungkin dilakukan melalui fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan untuk membina potensi peserta didik secara utuh dan bulat, layak, manusiawi, dan berbudaya (civilized) serta membina nilai-nilai moral luhur budaya/kepribadian bangsa Indonesia sebagai jati diri/kepribadian yang diyakini nalar, serta membudaya/membaku pada diri dan kehidupan generasi penerus.

(11)

termasuk kegiatan-kegiatan ekstra atau kokurikuler sekolah. Kedua, Pendekatan socio-cultural development sebagai realisasi yang mendorong untuk mengembangkan karakter dengan melihat kenyataan yang ditemukan di lapangan bahwa penggunaan internet lebih banyak disebabkan oleh pengaruh ataupun ajakan teman-teman sebayanya untuk mempelajari segala sesuatu dan hal-hal baru yang sebelumnya tidak diketahui dalam hidupnya termasuk kecanggihan internet, oleh karena itu pribadi berkarakter akan dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sehingga anak yang dilahirkan suci (fitrah) dapat berkembang secara optimal memerlukan usaha menyeluruh termasuk di dalamnya seluruh komponen yang terdapat dalam masyarakat, seperti keluarga, lembaga keagamaan, perkumpulan olah raga, dan pranata sosial lainnya. Ketiga, Pendekatan socio-political intervention yang menggunakan kebijakan publik dan kekuasaan pejabat untuk melakukan intervensi demi kemajuan bangsa baik melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama yang memiliki kewajiban untuk mengembangkan kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) anak dalam upaya pembinaan akhlak yang baik ataupun upaya pemerintah yang harus dapat menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan dan perkembangan karakter anak sebagai generasi penerus bangsa dengan cara mengoptimalkan perangkat perundangan yang idealnya berperan mengawal perkembangan internet meskipun sebenarnya ketertiban tidak dapat sepenuhnya digantungkan kepada peraturan perundangan karena potensi konflik baik secara horizontal maupun vertikal yang mungkin terjadi akibat perkembangan arus informasi di dunia maya sangat ditentukan oleh bijaknya tidaknya pengguna internet, dan pembelajaran untuk dapat menjadi “bijak” sebagai warga negara yang baik dan cerdas (good and smart) dapat ditumbuhkan salah satunya dengan pendidikan karakter dalam pendidikan kewarganegaraan.

b) Kesimpulan Khusus

Berdasarkan kesimpulan hasil uji coba hipotesis penelitian di atas, maka dirumuskanlah beberapa kesimpulan khusus hasil penelitian sebagai berikut:

1) Aktivitas-aktivitas kesenangan yang dilakukan seringkali masih memiliki keterkaitan dengan masalah pendidikan dan menunjang perkembangan pergaulan sebagai seorang remaja jika dipergunakan dengan benar. Aktivitas penggunaan internet banyak terkait erat dengan pengaruh teman sebaya (peer groups) yang menjadikannya untuk mempelajari segala sesuatu dan hal-hal baru yang sebelumnya tidak ditemui dalam hidupnya, termasuk kecanggihan internet. Dengan demikian selain terpaan media internet, terdapat variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap karakter siswa. 2) Aktivitas edukatif memiliki kontribusi terhadap karakter siswa mencakup kegiatan

(12)

3) Penggunaan internet dengan aktivitas kesenangan dan aktivitas edukatif secara bersama-sama memiliki kontribusi terhadap karakter siswa, sedangkan aktivitas lainnya diluar aktivitas kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif memiliki kontribusi terhadap karakter siswa yang merupakan gabungan antara aktivitas kesenangan dan edukatif dan pada akhirnya akan menghasilkan kreativitas dan positif terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah.

Dengan demikian perkembangan teknologi informasi di era globalisasi merupakan suatu tantangan yang harus di jawab oleh bangsa manapun di dunia ini dengan tindakan preventif pendidikan karakter sebagai upaya untuk tidak tercerabut dari akar budaya bangsanya dan keberhasilan pendidikan karakter akan dapat tumbuh dan berkembang bukan hanya bertumpu pada tanggung jawab mata pelajaran tertentu seperti pendidikan kewarganegaraan saja, melainkan juga terutama melalui disiplin, keteladanan dan pengorganisasian sekolah baik melalui kebijakan-kebijakan sekolahnya maupun implementasi kurikulum. Sekolah sebagai wahana pendidikan karakter harus menjadi tempat istimewa yang menjadi contoh teladan bagi siswanya sebagai pelatihan nilai-nilai moral. Walaupun tidak dapat dipungkiri, interaksi siswa dengan orang tuanya juga memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam pengembangan siswa sebagai pribadi yang berkarakter.

B. SARAN

Merujuk kepada kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut, saran ini dirumuskan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini.

1. Tantangan globalisasi melalui terpaan media internet memiliki korelasi dengan upaya pembinaan karakter siswa di sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran untuk mengatur penggunaan media dengan cara sebagai berikut :

1) Perangkat perundangan yang idealnya berperan mengawal perkembangan internet, yaitu Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), tampaknya belum berperan maksimal, bahkan sejumlah kalangan masih memperdebatkan isi dari Undang-Undang tersebut. Pemerintah hendaknya memiliki komitmen kuat untuk mengatur dan menjaga “ketertiban” agar perkembangan arus informasi di dunia maya tidak menyebabkan potensi konflik baik secara horizontal maupun vertikal.

2) Siswa dengan usia remaja sebagai salah satu pengguna internet belum mampu memilah dan memilih aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung terpengaruh oleh lingkungan sosialnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet. Departemen Pendidikan Nasional hendaknya bekerja sama dengan lembaga yang terkait dengan media massa dan sekolah mengembangkan pelatihan internet bagi para pelajar dan pemuda agar mereka memiliki keterampilan proses, dari mulai mengakses media, menganalisis, mengevaluasi, bahkan sampai menciptakan media (literasi media). Tujuan literasi media mengarah pada pembentukan khalayak media massa yang cerdas, yaitu mengetahui (diwujudkan dalam konsep program), memahami (diwujudkan dalam sharing operasionalisasi media massa atau penyusunan program) dan mampu menganalisis (diwujudkan dalam pemahaman berfikir kritis).

(13)

menekankan pada aspek sikap, nilai, kepercayaan atau keyakinan diri, dan kebanggaan berbangsa dan bernegara Indonesia.

2. Terpaan media internet dengan aktivitas kesenangan atau hiburan memiliki kontribusi terhadap upaya pembinaan karakter siswa di sekolah, sehingga perlu mengarahkan dan membimbing siswa agar lebih bijaksana dalam menghadapi keinginan mereka untuk mengakses internet. Tugas guru pendidikan kewarganegaraan menanamkan nilai moral kepada siswa agar siswa menyadari bahwa perkembangan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Dalam mengimplementasikan penanaman nilai moral tersebut dapat menggunakan berbagai model pembelajaran, antara lain klarifikasi nilai (value clarification) yakni pembelajaran yang dapat dimulai dari problematika konflik nilai terkait dengan penggunaan internet. Adapun langkah-langkah dapat berupa : a. Memberikan pemahaman bahwa penggunaan teknologi informasi dapat berakibat

positif apabila digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

b. Memberikan problematika melalui contoh-contoh kasus akibat kesalahan menggunakan teknologi informasi yang tidak selayaknya, serta akibat-akibat atau resiko yang ditanggung oleh penggunanya.

c. Memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya teknologi itu untuk memudahkan manusia dalam memecahkan masalah dan penggunaannya harus berlandaskan etika nilai-moral.

3. Terpaan media internet dengan aktivitas edukatif memiliki korelasi dengan upaya pembinaan karakter siswa di sekolah, sehingga perlu dikembang lanjutkan oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran multimedia berbasis value clarification, atau tugas-tugas yang bersifat kontekstual dan diberikan kepada siswa dalam bentuk proyek yang bersifat pengkajian, penelitian, atau pemecahan masalah yang cenderung bersifat kompleks dan membutuhkan pendekatan multidisiplin dalam penyelesaiannya, salah satunya adalah Project Citizen berbasis Information Technology (IT).

4. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam fokus permasalahan dan setting penelitian. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan semakin menarik dan lengkap. Beberapa aspek yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut antara lain adalah :

a. Fokus permasalahan, aktivitas penggunaan internet yang diteliti hanya aktivitas kesenangan atau hiburan dan aktivitas edukatif terhadap upaya pembinaan karakter siswa sehingga perlu diteliti ke depan aktivitas kreatif sebagai penggabungan aktivitas kesenangan dan aktivitas edukatif terhadap upaya pembinaan karakter siswa. Aktivitas kreatif tersebut merupakan bentuk dari literasi media sebagai keterampilan berkomunikasi yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap karakter siswa.

b. Setting penelitian belum menjangkau sampel sekolah swasta, dan belum membandingkan pengaruh variabel lainnya di luar terpaan media internet terhadap karakter siswa di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, D. (2009). Membangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi, Bandung : Prodi PKn SPS UPI Press.

(14)

Branson, S.M, dkk. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, Yogyakarta : diterbitkan atas kerjasama : Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS)dan The Asia Foundation (TAF).

Cogan, J.J. (1998). Citizenship for the 21st Century : An International Perspective on

Education, London : Cogan Page.

Creswell, J.W.(2008). Educational Research Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, New Jersey : Pearson Education.

Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi,” Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Depdiknas. (2003). Mata Pelajaran Kewarganegaraan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.

Hartono. (2008). “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Jurnal Acta Civicus. 2, (2) , 174.

Kerr, D. (1999). Citizenship Education : An International Comparison, London: National Foundation for Educational Research-NFER.

Lickona, T. (1992). Educating for Character:How our Schools can Teach Respect and Responsibility, New York : Bantam Books.

Rohayani, I. (2009). Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Interventif terhadap Karakter Warga Negara Muda. Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan

Semiawan, C.R. (2008). Penerapan Pembelajaran pada Anak, Jakarta: PT Indeks.

Severin, W. J and Tankard, J. W. (2005). Communication Theories, Methods & Uses in The Massa Media, Teori Komunikasi:Sejarah, Metode & Terpaan di dalam Media Massa. Edisi Kelima. Jakarta:Prenada Media.

Setiawan, T. (2009). Internet Untuk Anak : Panduan Wajib bagi Orang Tua, Yogyakarta : A’Plus Book.

Simamora, R.G. (2006). Misi Kemanusiaan dan Globalisasi, Bandung : Ink Media. Soewardi, H. (2005). Nalar, Kontemplasi dan Realita, Bandung: Bakti Mandiri.

Suryadi, A dan Budimansyah, D. (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik,Bandung : Widya Aksara Press.

Suryadi, Ace. (2006). “Model Pembelajaran Alternatif Menuju Reformasi Pembelajaran (School Reform)”, Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium PKn FPIPS UPI

Tilaar, H.A.R. (1997). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Jakarta: PT Gramedia

Wahab, A. A. (2006). “Pengembangan Konsep dan Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Baru Indonesia bagi Terbinanya Warga Negara Dimensional Indonesia”, Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Wakhudin. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Multimedia melalui “Valuing Process” menuju masyarakat Melek Media”. Disertasi pada Doktor Sekolah Pascasarjana UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Winataputra, U.S. (2008). “Multikulturalisme-Bhinneka Tunggal Ika dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia”. Jurnal Acta Civicus. 2, (1), 2.

---. (2008). Kecanduan Internet. (Online). Tersedia: http://www.wonosari.com (5 Februari 2010).

(15)

Referensi

Dokumen terkait

• Menggunakan, mengungkapkan, menyediakan data/informasi mengenai saya/kami yang diperoleh dan dikumpulkan oleh Manulife atau afiliasinya kepada pihak yang berkepentingan

Sehubungan dengan fungsi bangunan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan sepakbola, maka pusat pelatihan sepakbola ini diharapkan dapat merangsang pola prilaku anak-anak

Pengawasan pelaksanaan Peraturan Desa telah diatur oleh pemerintah desa, seperti yang tertuang dalam Perdes No.01 Tahun Anggaran 2012 tentang Anggaran Pendaptan

Dari perbandingan yang telh dilakukan, didapat kan hasil (1) jumlah variabel yang diubah pada kedua fase yaitu sebanyak 1 variabel; (2) perubahan arah kedua fase

Menurut Riman (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Koefisien Pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Orang tua yang menggunakan pola asuh permisif dengan persentase (13,83%) yaitu orang tua yang memiliki sikap acceptance yang tinggi namun kotrolnya rendah,

Proses Pembelajaran dengan pengembangan daya pikir kritis pada siswa memerlukan jiwa integritas dan profesionalisme yang tinggi dari seorang guru mengingat selama

Latihan akan meningkatkan performa pada setiap atlet, namun disisi lain latihan juga akan berpotensi menimbulkan cedera pada atlet, evaluasi pada aspek kelelahan akibat