• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lomba Karya Tulis Ilmiah LKTI Fapet Unpa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lomba Karya Tulis Ilmiah LKTI Fapet Unpa"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI)

Dies Natalis Fakutas Peternakan Universitas Padjadjaran ke-53 COC “Celebes Organic Chicken” : Inovasi Pengolahan Daging Organik

Tulang Lunak Dalam Menciptakan Industri Kreatif Sulawesi Selatan

Inovasi Teknologi Hasil Ternak

Diusulkan Oleh :

1. MUH. BAUZAD I111 14 033 2014

2. BURHAN I111 14 026 2014

3. ROSITA RANDA LINTA M I111 14 058 2014

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala., yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam yang kita nanti – nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Karya tulis ilmiah ini kami susun dengan metode eksperimental tentang COC “Celebes Organic Chicken” : Inovasi Pengolahan Daging Organik Tulang Lunak Dalam Menciptakan Industri Kreatif Sulawesi Selatan. Dengan demikian,

semua pihak dalam tim ikut secara aktif mengembangkan ide – idenya dari hasil kajian.

Ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya terhadap semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Namun, menyadari bahwa

karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan karya tulis ilmiah

ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 30 September 2016

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

RINGKASAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Mamfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Kandungan Nutrisi Daging dan Tulang ... 4

2.2. Keamanan Pangan ... 5

2.3. Residu antibiotik produk peernakan ... 5

2.4. Ramuan Herbal Untk Produksi Ayam Organik ... 8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 11

3.1. Waktu dan Tempat ... ... 11

3.2. Alat dan Bahan ... 11

3.3. Prosedur Kerja ... 11

3.3.1. Pembuatan Ramuan herbal ... 11

3.3.2 Pembuatan Daging organik tulang lunak ... 12

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 12

3.5. Metode Pengolaha Data ... 13

3.6. Metode Analisis Data ... 13

3.7. Kerangka Berpikir ... 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

BAB V. PENUTUP ... 18

5.1. Kesimpulan ... 18

5.2. Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(6)

DAFTAR TABEL No. Teks

1. Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 g bahan ... 3

2. Tabel 2. Residu spiramisin dalam daging ayam asal peternakan ayam broiler di Kabupaten Sukabumi, Tanggerang, Bogor dan pasar

tradisional di Bogor……… 7 3. Tabel 3. Residu penisilin G dalam susu asal Jakarta, Bogor dan

Bandung ... 7

4. Tabel 4. Hasil Screening test Residu Antibiotik dengan Bioassay pada

sampel Telur Ayam ... 7

(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks

(8)

RINGKASAN

Ayam organik adalah ayam yang diternakkan secara alami tanpa sentuhan bahan kimia terutama penggunaan antibiotik. Antibiotik dapat mengakibatkan residu pada ayam. Keberadaan residu ini banyak terdapat pada pada produk peternakan terutama did aging. Balai Penelitian Ternak telah melakukan pengujian terhadap bahan-bahan tanaman pilihan yang dibuat jamu melalui proses fermentasi dan memberikannya kepada ayam pedaging sebagai probiotik yang dijadikan feed additive, penganti antibiotik. Daging organik juga memiliki jumlah protein 2 kali lipat lebih tinggi dari ayam kampung biasa, sekitar 15,15 g/100 g. Selain itu pada tulang merupakan sumber mineral yang tinggi akan fosfor dan kalsium sehingga diperlukan inovasi pemamfaatan tulang agar tidak menjadi limbah. Untuk proses produksi ayam organik bermitra dengan Laboratorium Ternak Unggas sebagai pihak pengelola. Metode Penelitian ini bersifat eksperimental dan melalui uji organoleptik, uji analisis kimia, uji mikrobiologi dan uji pemeriksaan bahan tambahan makanan sesuai SNI 01-0222-1995. Hasil uji organoleptik yaitu aroma baik,rasa enak, tekstur sangat lunak,warna kuning kecoklatan. Hasil uji analisis kimia menunjukkan kadar air 53,74%, kadar lemak 0,99%, kadar protein 23,02%, kadar Ca 1,59%, kadar posfor 1,06 %, kadar abu 5.08 % dan kadar karbohidrat 7,65%. Hasil uji mikrobiologi menunjukkan pemeriksaan kultur E. Coli adalah negatif. Hasil uji baku mutu pemeriksaan bahan tambahan makanan sesuai SNI 01-0222-1995 telah memenuhi standar pemeriksaan keamanan pangan. Inovasi pembuatan daging organik tulang lunak menggunakan ayam organik merupakan inovasi baru terutama di sulawesi selatan yang dapat dijadikan sebagai suatu bentuk usaha berbasis industri kreatif yang berdaya saing. Pembuatan ayam tulang lunak ini menggunakan presto bertekanan tinggi. Pemberian bumbu menggunakan sereh, jahe, lengkuas, bawang putih dan merah, merica, ketumbar, serta garam sebagai perasa dan pemberi aroma. Perendaman bumbu pada ayam dilakukan selama setangah jam sampai meresap dan setelah itu dilanjutkan proses presto selama satu jam setelah presto mencapai tekanan 3 atm. Diharapkan produk ayam tulang lunak dapat diterima oleh masyarakat sulawesi selatan. Diperlukan Nomor P-IRT sebagai surat perizinan untuk produksi secara komersil.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam organik merupakan usaha menciptakan produk peternakan yang

bebas residu dan tanpa sentuhan bahan kimia sintesis. Pada era globalisasi produk

pangan yang mengandung antibiotik akan ditolak, karena adanya persyaratan

harus bebas residu antibiotik dan pestisida (Agustina, 2006). Kesadaran

masyarakat akan pentingnya hidup sehat membuat pangan organik semakin

diminati. Ramuan herbal hadir sebagai pengganti penggunaan antibiotik dalam

manajemen pemeliharaan untuk menghasilkan ayam unggas organik (Yulianti

dkk., 2014).

Tulang ayam merupakan limbah yang memiliki kandungan anorganik

cukup tinggi. Tulang ayam memiliki kandungan anorganik sekitar 69% sehingga

sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber kalsium dan fosfor

(Yildirim, 2004) melalui suatu proses pengolahan yang menjadikan limbah tulang

dapat dikomsumsi.

Kandungan nutrisi pada ayam organik yang lebih tinggi serta daging yang

lebih sehat menjadikan ayam organik dapat dimamfaatkan menjadi suatu industri

pengolahan yang berdaya saing global. Pentingnya pengolahan daging organik

menjadi suatu produk yang inovatif menjadikan nilai ekonomis suatu produk

meningkat dan juga semakin memperluas peluang bisnis. Celebes Organic

Chicken merupakan produk olahan yang sehat, berkualitas, dan kreatif yang

memamfaatkan potensi daging ayam organik serta tulang ayam sebagai suatu

produk yang berdaya saing global.

Untuk meningkatkan dan memacu pertumbuhan industri pengolahan hasil

ternak serta menyediakan kebutuhan akan pangan organik pada era globalisasi

keberadaan produk olahan Celebes Organic Chicken diperlukan untuk

dikembangkan menjadi suatu bentuk usaha industri kreatif di Sulawesi selatan.

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk pengembangan olahan ayam

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Keberadaan residu antibiotik pada produk peternakan seperti residu pada

daging ayam yang apabila dikomsumsi dapat menimbulkan berbagai masalah

kesehatan, maka diperlukan pangan organik yang bebas dari residu antibiotik.

Produksi ayam organik diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan

sehat yang bebas residu. Untuk memaksimalkan nilai ekonomi produksi ayam

organik diperlukan proses pengolahan yang bahkan limbah tulang yang dihasilkan

dapat dikomsumsi sehinga dapat dijadikan sebagai produk unggul industri keatif

Sulawesi selatan.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengenalkan kepada

masyarakat pentingnya pangan dari olahan produk organik dan sebagai referensi

ide usaha industri kreatif di Sulawesi selatan.

1.4 Mamfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar

masyarakat dapat mengetahui mamfaat pangan yang berbasis organik dan

mengetahui bahaya pangan terutama produk peternakan yang mengandung residu

antibiotik serta mengenalkan proses pengolahan menjadi produk yang berdaya

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kandungan Nutrisi Daging dan Tulang Ayam

Menurut Palupi (1986), daging secara umum terbentuk dari beberapa

unsur pokok seperti, air, protein, lemak, mineral, vitamin dan sebagainya,

unsur-unsur tersebut tergantung umur dan makanan hewan.

Berikut tabel komposisi kimia daging ayam dalam 100 g bahan :

Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah

Kalori (g) 30,20

Protein (g) 18,20

Lemak (g) 25,00

Karbohidrat (g) 0,00

Kalsium (mg) 14,00

Fosfor (mg) 200,00

Besi (mg) 1,50

Vitamin A (SI) 810,10

Vitamin B1 (mg) 0,08

Vitamin C (mg) 0,00

Air (g) 55,90

Bdd (%) 58,00

Sumber : Departemen Kesehatan RI., (1996).

Menurut Soeparno (1994), kadar air daging broiler sebesar 68-75%.

Daging broiler mengandung protein 21%, lemak 19%, dan zat mineral 3,2%.

Ayam organik memiliki keunggulan seperti dagingnya berwarna

kemerahan, seratnya halus, dan lebih gurih. Ayam organik juga memiliki jumlah

protein 2 kali lipat lebih tinggi dari ayam kampung biasa, sekitar 15,15 g/100 g

(Anonim, 2014).

Tulang ayam merupakan limbah yang memiliki kandungan anorganik

cukup tinggi. Komposisi kimiawi penyusun tulang berdasarkan persentase berat,

(12)

ayam memiliki kandungan anorganik sekitar 69% sehingga sangat berpotensi

untuk dimanfaatkan menjadi sumber kalsium dan fosfor (Yildirim, 2004).

Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan

mineral paling banyak yang terdapat dalam tubuh (Almetsier, 2011). Hampir

seluruh sumber kalsium dalam tubuh terdapat pada tulang yang berperan sentral

dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi ( IOM, 1997).

Fosfor merupakan makromineral terbanyak kedua yang ada di dalam tubuh

setelah kalsium, dan 85% fosfor terdapat dalam tulang. Fosfor memiliki peranan

penting dalam berbagai reaksi metabolisme, antara lain esensial untuk

pembentukan tulang, pembentukan jaringan otot, berperan dalam metabolisme

energi, protein, dan lemak (Widodo, 2002).

2. 2 Keamanan Pangan

Keamanan pangan didefinisikan dalam Undang-Undang Pangan RI Nomor

7 tahun 1996 sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Anonim 1997).

Terjaminnya keamanan pangan di masyarakat perlu pengawasan yang

ketat dan secara terpadu dari pemerintah maupun departemen yang bergerak di

bidang pangan. Pengawasan terhadap produk pangan bertujuan untuk mencegah

munculnya penyakit yang ditularkan melalui pangan (food borne disease) yang

dapat membahayakan kesehatan masyarakat (Wijaya, 2011).

Menurut National Advisory Committee on Microbiological Criteria for

Food (1997), yang diacu dalam Seward (2003a), bahaya dalam keamanan pangan

terdiri dari bahaya biologis, bahaya kimia, dan bahaya fisik. Bahaya biologis

dapat menyebabkan infeksi (pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

menyebabkan penyakit) dan intoksikasi (penyakit yang disebabkan oleh toksin

yang diproduksi oleh mikroorganisme). Contoh dari agen biologis pangan asal

hewan yang ditransmisikan kepada manusia antara lain: Salmonella,

Campylobacter, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Toxoplasma,

Leptospira, Coxiella burnetii (Q fever), Brucella, Mycobacterium, Yersinia

(13)

solium, Taenia saginata, dan Trichinella spiralis), agen tersebut dapat

menyebabkan foodborne disease (OIE 2006).

Bahaya kimia berasal dari: (1) bahan pertanian seperti pestisida, antibiotik,

dan hormon pertumbuhan, (2) industri kimia seperti cleaning agent, sanitizers,

dan peralatan industri yang berhubungan dengan minyak, bensin, dan pelumas.

Bahaya kimia yang lainnya seperti toksikan alami (mikotoksin) dan kontaminasi

dari lingkungan antara lain: dioxins, polychlorinated biphenyls (PCBs),

polyaromatic hydrocarbons (PAHs), logam berat (arsenik, merkuri, timbal, dan

cadmium merupakan toksik logam berat pada hewan domestik), dan isotop

radioaktif (Seward 2003a; OIE 2006; Andree et al., 2010).

Menurut Seward (2003a), bahaya fisik terdiri dari gelas, kayu, plastik,

batu, logam, dan tulang. Bahaya fisik merupakan kontaminasi yang tidak

disengaja berasal dari penanaman, pemanenan, proses industri, distribusi, dan

penyimpanan.

Keamanan pangan daging berada pada barisan terdepan yang menjadi

perhatian masyarakat dalam beberapa tahun terakhir dan tantangan ini akan

berlanjut di masa yang akan datang. Isu terbesar dalam keamanan pangan daging

yaitu tantangan yang terkait kebutuhan maupun pencegahan terhadap munculnya

dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Salah satu bahaya kimia yang

terdapat dalam daging yaitu ditemukannya residu antibiotik (Sofos, 2008).

2. 3 Residu Antibiotik Produk Peternakan

Sejak tahun 1970an pada saat peternakan mulai berkembang di Indonesia,

muncul penggunaan antibiotika sebagai pemacu pertumbuhan dan untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Masalah yang timbul ialah

pemanfaatan antibiotika sebagai feed additive (imbuhan) walaupun aplikasi ini

bukan diterapkan pada manusia, namun penggunaan antibiotika untuk ternak ini

memiliki dampak terhadap kesehatan manusia (Soeharso dkk, 2010).

Residu antibiotik adalah senyawa asal dan/atau metabolitnya yang terdapat

dalam jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya dari

antibiotik tersebut, sehingga residu dalam bahan makanan (terutama jaringan

ternak untuk konsumsi) meliputi senyawa asal yang tidak berubah (non-altered

(14)

diketahui bersifat kurang/tidak toksik dibandingkan dengan senyawa asalnya,

namun beberapa diketahui lebih toksik (Haagsma 1988).

Masalah residu antibiotik pada pangan asal hewan berkaitan dengan

praktik yang kurang baik dalam penggunaan antibiotik di peternakan. Antibiotik

saat inibanyak digunakan untuk pengobatan (terapi) dan pemacu pertumbuhan

(growthpromotor). Penggunaan antibiotik yang tidak memperhatikan masa henti

obat(withdrawal time), akan menimbulkan residu antibiotik pada produk hewan

(Donkor et al., 2011).

Daging dapat mengandung bahaya biologis, kimiawi, dan fisik. Salah satu

bahaya kimiawi yang dapat dijumpai pada daging adalah residu antibiotik.

Ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat, residu antibiotik dalam pangan asal

hewan dapat mengancam kesehatan masyarakat. Ancaman kesehatan masyarakat

akibat residu antibiotik dalam pangan asal hewan antara lain resistensi bakteri,

gangguan kesehatan konsumen seperti alergi atau keracunan (Haagsma, 1988).

Residu antibiotik di dalam daging serta produk hewan lainnya, dapat

menimbulkan ancaman potensial terhadap kesehatan masyarakat bila dikonsumsi

dalam waktu yang lama (Lukman 1994), ancaman tersebut dapat berupa (1) aspek

toksikologis, yaitu residu antibiotik dapat bersifat racun terhadap hati, ginjal, dan

pusat hemopoitika, (2) aspek mikrobiologis, yaitu residu antibiotik akan

menggangu keseimbangan mikroflora di dalam saluran pencernaan sehingga dapat

menggangu metabolisme tubuh, (3) aspek imunopatologis, yaitu residu antibiotic

dapat menjadi faktor pemicu timbulnya reaksi alergi dari yang bersifat ringan

sampai berat dan bersifat fatal, (4) menimbulkan gangguan pada sistem saraf dan

kerusakan jaringan (Haagsma 1988; Donkor et al. 2011).

Berikut berbagai kandungan residu antibiotic pada produk peternakan di

(15)

Tabel 2. Residu spiramisin dalam daging ayam asal peternakan ayam broiler di Kabupaten Sukabumi, Tanggerang, Bogor dan pasar tradisional di Bogor

No Asal sampel Total sampel Kisaran residu (ppm)

1. Sukabumi 9 0,0175 - 0,1805

2. Tangerang 9 0.0565 - 0,2670

3. Bogor 8 Tt - 0,6098

4. Pasar tradisional Bogor 10 0,0280 - 0,2286

Tt: tidak terdeteksi

Sumber: Yuningsih dan Murdiati (2003)

Tabel 3. Residu penisilin G dalam susu asal Jakarta, Bogor dan Bandung

No. Asal sampel Total sampel Kisaran residu (ppm)

1. Jakarta 8 Tt - 0,0002

2. Bogor 8 Tt - 0,0016

3. Bandung 9 Tt - 0,0002

Sumber: Yuningsih et al. (2002)

Tabel 4. Hasil Screening test Residu Antibiotik dengan Bioassay pada sampel Telur Ayam.

No. Provinsi Jumlah Sampel Hasil Uji

β-laktam Tetrasiklin Makrolida Amino Glikosida

1 Lampung 100 Positif (9) Negatif Negatif Negatif

2 Banten 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

3 Sumatera Selatan 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

4 Kalimantan Selatan 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

5 DI Yogyakarta 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

6 Jawa Timur 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

7 Sulawesi Selatan 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

8 Sumatera Utara 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

9 Jawa Tengah 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

10 Jawa Barat 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

11. NAD 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

12 Bangka Belitung 100 Negatif Negatif Negatif Negatif

13 Kalimantan Barat 100 Positif (1) Positif (8) Negatif Negatif

(16)

2. 4 Ramuan Herbal Untuk Produksi Ayam Organik

Berdasarkan SNI 01-6729-2002, pengelolaan peternakan organik adalah

peternakan yang menggunakan metode pembibitan (breeding) yang alami,

meminimalkan stress, mencegah penyakit, secara progresif menghindari

penggunaan obat hewan jenis kemoterapetika (termasuk antibiotik) alopati kimia

(chemical allopathic), mengurangi pakan ternak yang berasal dari binatang

(misalnya tepung daging), serta menjaga kesehatan dan kesejahteraannya.

Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia

sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme. Laporan ilmiah popular

menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia

juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum

banyak mengungkapkannya (Agustina, 2005).

Balai Penelitian Ternak (2012) telah melakukan uji terhadap pemberian

probiotik melalui ramuan herbal yang terdiri atas Kencur, Temulawak,

Temuireng, Lempuyang, Lengkuas, Kunyit, Sambiloto, Daun Sirih, Buah

Mojopahit, Cabe Jawa, Jahe merah dan Bawang putih, menunjukkan bahwa

ramuan herbal memiliki sejumlah keunggulan. Ayam yang mendapat ramuan

herbal lebih tahan terhadap stress dan serangan penyakit. Selain itu, mutu daging

yang dihasilkan lebih baik. Hal ini antara lain dicirikan dengan karkas yang

berwarna putih segar mengkilap, karkas terasa agak kencang bila diraba, serat

irisan dagingnya rapat, dan aroma karkasnya segar (tidak anyir).

Ghalyanchi et al., (2008) melakukan uji untuk membandingkan

penggunaan antibiotik, probiotik, dan dua sediaan tanaman herbal. Hasil dari

penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa preparasi tanaman herbal secara

efektif dapat menggantikan virginiamycin sebagai growh promoter pada ayam

pedaging.

Demir et. al., (2003) menunjukkan bahwa menggantikan antibiotik dengan

minyak esensial efektif untuk mendukung pertumbuhan pada ayam pedaging.

Lebih lanjut dilaporkan bahwa antibiotik dapat digantikan dengan tanaman herbal

dan minyak esensial tanpa memberikan pengaruh yang negatif terhadap

(17)

Pencegahan penumpukan zat kimia sintesis dalam daging ayam broiler

tersebut dapat dilakukan dengan pencampuran pakan dengan bahan-bahan herbal

atau alami, yaitu dengan penambahan serbuk herbal seperti kunyit, jahe, dan

kemangi (Sulistyoningsih, 2013)

Tanaman obat dalam bentuk ramuan jamu atau simplisia (bahan yang

dikeringkan atau dalam bentuk tepung) yang diberikan pada ternak, khususnya unggas melalui air minum dan atau dicampur ke dalam pakan sebagai “feed additive” maupun “feed supplement” berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan dan stamina (sebagai immunomodulator) ternak, pertumbuhan,

produktivitas menjadi optimal, meningkatkan efisiensi pakan (lebih ekonomis),

lemak abdominal lebih sedikit, aroma karkas tidak amis, warna kuning telur lebih

tua (nilai skor di atas 7) serta dapat mengurangi bau kotoran di sekitar kandang

(Zainuddin, 2006).

Pembuatan ramuan herbal pada prisipnya adalah mencampurkan berbagai

macam bahan (tanaman herbal) yang telah diiris dan dihaluskan, kemudian

dilakukan fermentasi selama 2 minggu dengan menggunakan EM4. EM4

peternakan tidak mengandung bahan kimia sehingga aman bagi ternak ( Yulianti

dkk , 2014).

Berikut skema pembuatan ramuan herbal menurut Agustina (2006) :

Gambar 1. Prosedur pembuatan ramuan herbal 0.25 kg tiap bahan dicuci sampai

bersih diiris tips

kemudian dihaluskan (blender)

1 liter molases + 1 liter EM 4 + air sumur untuk mengencerkan molasses

Masukkan dalam jerigen 20 liter sampai

Campur homogen dan tutup rapat

Fermentasi selama 2 minggu sampai tidak terbentuk gas. Gas yang terbentuk selama proses dikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu ditutup rapat kembali

(18)

Effective Microorganisms-4 (EM-4) adalah salah satu jenis probiotik yang

merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi

pertumbuhan ternak (Winedar , 2004). Menurut Sudarsana (2000) penggunaan

EM-4 dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan kualitas produksi tanaman

dan ternak. EM-4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp), khamir (Saccharomyces sp) serta Actinomycetes.

Kunyit mengandung minyak atsiri yang dapat memberi efek anti mikroba

dankurkumin sebagai anti inflamasi, meningkatkan kerja organ pencernaan (Hadi

dan Sidik, 1992; Hadi, 1996 serta Winarto, 2003). Kandungan minyak atsiri

dalam kencur telah digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas atas (Heyne,

1991) dan berperan sebagai penambah nafsu makan (Afriastini, 2004 dan

Herdjoko, 2005).

Sirih berfungsi sebagai antiseptik, antioksidan dan fungisida, sedangkan

minyak atsiri yang terkandung mampu melawan beberapa bakteri gram positif dan

gram negatif (Moeljanto dan Mulyono, 2003 serta marwati et al., 1995).

Demikian pula dengan temulawak (Hadi dan Sidik, 1992 serta hadi, 1996),

bawang putih mengandung alisin berfungsi sebagai antibiotik alami yang sanggup

membasmi berbagai mikroba (Syamsiah dan Tajuddin, 2005), kemangi, temu

kunci, lengkuas, temu hitam bawang merah, bengkuang, sereh dan jahe

merupakan ramuan herbal yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena

mengandung berbagai zat bioaktif (Sastroamidjojo, 2001).

Aplikasi tanaman herbal merupakan upaya untuk mewujudkan peternakan

organik, yaitu mengeliminir penggunaan obat hewan jenis kemoterapetika

(termasuk antibiotik) alopati kimia (chemical allopathic) dengan

menggantikannya dengan fitobiotik (asal tumbuhan). Jika produk akhir dari

pemeliharaan ternak secara organik dinyatakan sebagai produk organik maka nilai

jual akan lebih tinggi. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan pendapat

peternak (Yulianti dkk., 2014).

Pada era globalisasi produk pangan yang mengandung antibiotik akan

ditolak, karena adanya persyaratan harus bebas residu antibiotik dan pestisida

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian pembuatan produk Celebes Organic Chicken dilaksanakan pada

hari Minggu tanggal 1 Mei 2016 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil

Ternak, Universitas Hasanuddin, Makassar dan melakukan uji Laboratorium di

dua tempat pada hari kamis tanggal 14 Juli 2016 di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 11 Tamalanrea Makassar

dan pada hari Senin tanggal 02 Mei di Laboratorium Kimia Makanan Ternak.

Untuk proses produksi ayam organik bermitra dengan Laboratorium Ternak

Unggas sebagai pihak pengelola.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian pembuatan Celebes Organic

Chicken ini antara lain mesin presto, blender, mesin vakum, kompor, dan

timbangan analitik, ember, pisau, plastik vakum, dan sarung tangan plastik.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan onde-onde pulut ini antara lain

200 ml minyak goreng, 250 gram tepung jagung pulut, 60 gram gula pasir, 10 ml

pewarna pandan, 120 ml air hangat dan 50 ml susu kental manis.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian pembuatan Celebes Organic Chicken

melalui dua tahap yaitu pembuatan ramuan herbal untuk produksi ayam organik

dan pembuatan produk. Adapun proses-proses tersebut dipaparkan dibawah ini :

3.3.1 Pembuatan Ramuan Herbal

1. Bahan yang telah dibersihkan menggunakan air ditimbang terlebih dahulu

sebanyak 250 g untuk setiap bahan. Bahan yang digunakan yaitu daun

sirih, kunyit, jahe, temu kunci,bawang merah atau putih, lengkuas.

2. Pemotongan bahan menjadi lebih kecil agar proses penghalusan lebih

mudah

3. Haluskan semua bahan untuk menggunakan mesin blender

4. Campur semua bahan hingga homogen, kemudian tambahkan probiotik

EM4 sebanyak 250 mL, bisa juga ditambahkan molases untuk

(20)

5. Masukkan dalam wadah tertutup dan fermentasi secara anaerob. Proses

fermentasi bisa mencapai dua minggu.

3.3.2 Pembuatan Produk Ayam Presto (Daging Organik Tulang Lunak) 1. Pemotongan ayam organik menjadi bagian-bagian yang telah ditentukan

2. Proses pembuatan bumbu. Bumbu yang digunakan yaitu sereh, jahe,

lengkuas, bawang putih dan merah, merica, ketumbar dan garam. Untuk 5

ekor ayam dengan berat 1.5 kg – 1.8 kg/ ekor bumbu yang dipakai sereh 4 batang, jehe 300 g, bawang putih 400 g, bawang merah 200 g, merica 100

g, ketumbar 100 g, dan garam 5 sdm. Semua bumbu dipotong menjadi

lebih kecil yang selanjutnya dihaluskan menggunakan blender.

3. Rendam ayam dengan bumbu yang telah disiapkan selama 30 menit.

4. Masukkan ayam yang telah di bumbui kedalam mesin presto bertekanan

tinggi. Presto ayam selama 30 menit setelah mencapai tekanan 3 atm.

5. Angkat ayam dari mesin presto dan dinginkan. Ayam presto dengan

daging organik tulang lunak siap dikomsumsi. Produk ini bisa disajikan

dalam bentuk goreng, bakar, atau dikomsumsi langsung.

6. Kemas poduk dengan plastik vakum pada menggunakan mesin vakum.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Materi dalam penyusunan karya tulis adalah materi yang berbasis pustaka

(literatur) yang digunakan untuk mengkaji penggunaan ramuan herbal untuk

menghasilkan ayam organik yang merupakan bahan baku utama pembuatan

olahan ayam presto dalam proses pembuatan produk daging organik tulang lunak.

Data yang diambil dan dikumpulkan mencakup data primer dan sekunder. Data

primer mencakup data uji organoleptik serta pengolahan ayam organik menjadi

daging organik tulang lunak. Data sekunder berupa data yang dikumpukan

mengenai kandungan nutrisi ayam organik, bahaya penggunaan antibiotik, serta

pemamfaatan ramuan herbal untuk memperoleh ayam organik yang bebas dari

residu serta data-data lainnya yang bersifat tidak langsung diperoleh.

3.4. Metode Pengolahan Data

Materi yang diperoleh dianalisa secara analisis deskriptif dengan

menguraikan dan meringkas informasi serta fakta-fakta dari temuan selama studi

(21)

inovatif, informatif, dan sistematis. Penyusunan karya tulis mengenai Celebes

Organic Chicken dilakukan secara sistematis mulai dari perencanaan,

pengumpulan data, identifikasi masalah, telaah dan perumusan masalah, analisis

sintesis dari perumusan yang telah di rangkum sehingga dihasilkan pembahasan

yang relevan.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis data menggunakan metode analisa deskriptif dan komparatif.

Metode analisa deskriptif yang digunakan dengan mengelolah dan menafsirkan

data mengenai pembuatan Celebes Organic Chicken. Metode analisa komparatif

yaitu analisa yang digunakan untuk melihat perbandingan gagasan yang

ditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan. Metode analisa

komparatif yang digunakan untuk melihat perbandingan data hasil uji

laboratorium dengan literature yang dipakai.

3.6. Kerangka Berfikir

ANTIBIOTIK

RESIDU PRODUK PETERNAKAN

RAMUAN HERBAL

DAGING ORGANIK

DAGING ORGANIK TULANG LUNAK (AYAM PRESTO)

INDUSRI KREATIF SULAWESI SELATAN

LIMBAH TULANG PENGOLAHAN

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesadaran akan hidup sehat membuat sebagian orang menjaga pola

makan. Saat ini menjadi pilihan tepat adalah menkonsumsi segala sesuatu yang

serba organik. Salah satunya adalah ayam organik. Ayam organik merupakan

ayam sehat yang dagingnya aman dan sehat karena bebas dari residu antibiotik.

Dalam bidang peternakan, pemakaian antibiotika selain untuk pengobatan

penyakit, juga digunakan untuk memacu pertumbuhan ternak (growth promotor),

yang umumnya ditambahkan dalam pakan sebagai imbuhan. Pada pemakaian

antibiotika dalam bidang peternakan, faktor keamanan harus dipertimbangkan,

diantaranya adalah keamanan produk peternakan dari residu antibiotika yang

digunakan. Menurut Sofos (2008) Salah satu bahaya kimia yang terdapat dalam

daging yaitu ditemukannya residu antibiotik. Keamanan pangan daging berada

pada barisan terdepan yang menjadi perhatian masyarakat dalam beberapa tahun

terakhir dan tantangan ini akan berlanjut di masa yang akan datang.

Penggunaan ramuan herbal yang ditambahkan probiotik EM4 dalam

manajemen pemeliharaan merupakan upaya untuk menciptakan peternakan

organik dikarenakan dapat menggantikan fungsi antibiotik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yulianti dkk, (2014) yang menyatakan bahwa aplikasi tanaman herbal

merupakan upaya untuk mewujudkan peternakan organik, yaitu mengeliminir

penggunaan obat hewan jenis kemoterapetika (termasuk antibiotik) alopati kimia

(chemical allopathic) dengan menggantikannya dengan fitobiotik (asal

tumbuhan).

Produksi ayam organik di sulawesi-selatan masih kurang dikarenakan

peternak masih menggunakan pakan komersil yang masih mengandung bahan

kimia. Padahal potensi untuk dijadikan peluang usaha sangat menjanjikan

mengingat harga ayam organik lebih tinggi dibanding ayam biasa. Proses

pengolahan menjadi produk yang inovatif menjadikan suatu produk memiliki nilai

ekonomi yang lebih tinggi dan juga dapat membuka peluang usaha menjadi lebih

luas. Pengolahan ayam presto menjadi daging organik tulang lunak merupakan

suatu inovasi baru dalam industri pengolahan daging organik dan pemamfaatan

(23)

mesin presto membuat tulang ayam menjadi lunak sehingga menghasilkan produk

yang dapat dijadikan sebagai suatu usaha kreatif di Sulawesi-Selatan. Produk ini

memiliki keunggulan diantaranya menyehatkan, unik, dan kandungan nutrisi lebih

tinggi. Menurut Yulianti dkk, (2014) Jika produk akhir dari pemeliharaan ternak

secara organik dinyatakan sebagai produk organik maka nilai jual akan lebih

tinggi. Hal tersebut berdampak terhadap peningkatan pendapatan peternak.

Pengujian organoleptik dilakukan terhadap 50 orang panelis tidak terlatih

masing-masing terdiri dari 25 orang perempuan dan 25 orang laki-laki. Pengujian

ini dilaksanakan pada mereka yang diberikan kuisioner berisi informasi diri

panelis dan beberapa parameter yang diujikan yaitu aroma, rasa, tekstur, warna,

dan kesukaan. Masing-masing parameter diberikan angka 1 sampai 3 dan panelis

bebas menilai dan memilih angka sesuai dengan penilaiannya. Untuk kriteria

penilaian aroma, aroma 1= baik, aroma 2 = kurang baik, aroma 3 = buruk. Untuk

kriteria penilaian rasa, rasa 1 = Enak, rasa 2 = kurang enak, dan rasa 3 = tidak

enak. Untuk kriteria penilaian tekstur, tekstur 1 = sangat lunak, tekstur 2 = lunak,

dan tekstur 3 = keras. Untuk kriteria penilaian warna, warna 1 = kuning keputihan

, warna 2 = kuning kecoklatan, dan warna 3 = kuning gelap. Untuk kriteria

penilaian kesukaan , kesukaan 1 = sangat suka, kesukaan 2 = suka, dan kesukaan

3 = tidak suka.

Adapun hasil dari uji organoleptik pada Celebes Organic Chicken terdapat

pada tabel 5 berikut ;

Tabel 5. Hasil Uji Organoleptik Celebes Organic Chicken

Indikator Nilai Keterangan

Aroma 1 Baik

Rasa 1 Enak

Tekstur 1 Sangat lunak

Warna 2 Kuning kecoklatan

Kesukaan 1 Sangat suka

Berdasarkan hasil uji organoleptik Celebes Organic Chicken pada tabel 5

diperoleh hasil untuk aroma bernilai 1 yang berarti aromanya baik. Aromanya

bernilai baik karena aroma bumbu yang harum dan tidak adanya bau yang

menyengat ataupun bau tengik. Untuk rasa bernilai 1 yang berarti rasanya enak.

(24)

ayam. Rasa dan aroma adalah salah satu sifat makanan yang berhubungan erat.

Menurut Setyaningsih, et al. (2010), Cita rasa dipengaruhi oleh komponen

penyusun makanan tersebut.

Hasil uji organoleptik Celebes Organic Chicken pada tabel 5 diperoleh

hasil untuk tekstur bernilai 1 yang berarti teksturnya sangat lunak. Tekstur lunak

sampai ketulang tersebut diperoleh karena proses memasak menggunakan prinsip

tekanan dan panas pada mesin presto. Adapun Hasil uji organoleptik Celebes

Organic Chicken pada tabel 5 diperoleh hasil untuk warna bernilai 2 yang berarti

kuning kecoklatan. Warna kuning kecoklatan berasal dari proses pemasakan dan

pemberian bumbu. Warna memegang peranan penting dalam menentukan

kesukaan panelis terhadap suatu produk. Menurut Setyaningsih, et al. (2010), uji

kesukaan meminta panelis untuk harus memilih satu pilihan diantara yang lain.

Oleh karena itu produk yang dipilih dapat menunjukkan bahwa produk tersebut

disukai ataupun tidak disukai.

Hasil uji analisis kimia menunjukkan kadar air 53,74%, kadar lemak

0,99%, kadar protein 23,02%, kadar Ca 1,59%, kadar posfor 1,06 %, kadar abu

5.08 % dan kadar karbohidrat 7,65%. Pengunaan ramuan herbal membuat kadar

lemak menurun dan kandungan protein daging meningkat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yulianti dkk (2014) bahwa penggunaan ramuan herbal membuat daging

organik rendah kolestrol dan lemak. Disamping itu kandungan protein daging

meningkat akibat penambahan probiotik EM-4 pada ramuan herbal yang mampu

mendegradasi protein pakan menjadi asam amino sehingga absorsi protein optimal

(Winedar, 2004). Hasil uji juga menunjukkan kandungan kalsium dan posfor

bertambah dikarenakan gabungan tulang dan daging, dimana tulang merupakan

sumber kalsium dan fosfor (Yildirim, 2004).

Hasil uji mikrobiologi menunjukkan pemeriksaan kultur E. Coli adalah

negatif. Tidak ditemukanya bakteri Eschericia Coli menunjukkan produk yang

aman untuk dikomsumsi karena terhindar dari bahaya biologis yang dapat

menyebabkan infeksi (pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan

penyakit) dan intoksikasi (penyakit yang disebabkan oleh toksin yang diproduksi

oleh mikroorganisme). Menurut OEI (2006) Bahaya agen biologis pangan asal

(25)

Campylobacter, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Toxoplasma,

Leptospira, Coxiella burnetii (Q fever), Brucella, Mycobacterium, Yersinia

enterolitica, prion (bovine spongiform encephalopathy agent), dan parasit (Taenia

solium, Taenia saginata, dan Trichinella spiralis), agen tersebut dapat

menyebabkan foodborne disease.

Hasil uji baku mutu pemeriksaan bahan tambahan makanan sesuai SNI

01-0222-1995 telah memenuhi standar pemeriksaan keamanan pangan. Hasil

pemeriksaan menunjukkan tidak ditemukannya bahan tambahan makanan

berbahaya seperti formalin. Boraks, pewarna tekstil jenis Methanil Yellow adalah

negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ditjen Bina Gizi dan KIA (2011)

menyatakan bahwa contoh bahan yang dikategorikan bahan berbahaya adalah

(26)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Celebes Organic Chicken berasal dari ayam organik yang memamfaatkan

ramuan herbal sehingga penggunaan antibiotik dapat tergantikan. Produk yang

dihasilkan merupakan produk yang sehat karena terhindar dari residu antibiotik.

Celebes Organic Chicken merupakan produk olahan daging organik tulang lunak

yang aman dikomsumsi karena telah lulus uji mikrobiologi dan uji baku mutu

pemeriksaan bahan tambahan makanan sesuai SNI 01-0222-1995 sehingga dapat

dijadikan sebagai industri kreatif di Sulawesi selatan.

5.2 Saran

Diharapkan produk ayam tulang lunak dapat diterima oleh masyarakat

sulawesi selatan. Diperlukan Nomor P-IRT sebagai surat perizinan untuk produksi

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Afriastini, J. J. 2004. Bertanam Kencur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Agustina, L. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Untuk Meningkatkan Performans Broiler

Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andree S, Jira W, Schwind KH, Wagner H, Schwagele F. 2010. Chemical safety of meat and meat products. Meat Sci 86:38–48.

Anonim. 2014. Ayam Organik Berkat Ramuan Herbal. http:\\cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/cetak/875. Diakses pada tanggal 28 september 2016

Anonim. 1997. Undang-Undang Pangan RI Nomor 7 1996 Cetakan 1. Jakarta: Sinar Grafika.

[Balitnak] Balai Penelitian Ternak. 2012. Ramuan Herbal, Penghasil Ayam Organik dan Meningkatkan Kekebalan Ternak. Kementrian Pertanian RI. Bogor

Departemen Kesehatan RI., 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratara, Jakarta.

Demir, E., S. Sarica, M.A. Ozcan and M Swemez. 2003. The use of natural feed additives as alternatives for an antibiotic growth promoter in broiler diets. Br. Poult. Sci. 44:44-45.

Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak. 2011. Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Donkor, E. S., Mercy, J. N., Sammy, C. K. T., Nicholas T. K. D. D., Elizabeth, B., dan Michael Olu-Taiwo. 2011. Investigation into the risk of exposure to antibiotic residue contaminating meat and egg in Ghana. Food Control. 22:869-873.

Ghalyanchi Langeroudi, A., S.M.M. Kiaei, M. Modirsanei, B. Mansour, A. Shojaie Estabragh. 2008. Comparison of chemical and biological growth promoter with two herbal natural feed additives on broiler chick performance. J. Anim. and Vet. Adv. vol 5:570-57

Hadi. S. dan Sidik. 1992. Pengobatan Hepatitis dengan Fitofarmaka. Simposium Nasional Hepatitis, Yokyakarta.

(28)

Haagsma N. 1988. Control of veterinary drug residues in meat–a contribution to the development of analytical procedures [thesis]. Netherlands: The University of Utrecht.

Herdjoko, S. U. 2003. Ditemukan Jamu Penangkal Flu Burung. Copyright@Sinar Harapan. http// www sinarharapan co.id/berita/0508/29/sh05. hml.

Heyne, K. 1991. Tumbuhan Berguna. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

[IOM] Institute of Medicine. 1997. Dietary Reference Intakes for Calcium, Phosphorous, Magnesium, Vitamin D and Fluoride. National Academy Press. Washington.

Lukman DW. 1994. Periode residu doksisiklin pada daging dan jeroan serta pengaruh pemanasan terhadap kandungan residunya [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Moelyanto, R. D. dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa Kemasa. Agromedia Pustaka, Jakarta.

[OIE] Office International Epizootica. 2006. Guide to good farming practise for animal production food safety. Rev sci tech off int Epiz 25: 823-836.

Sastroamidjojo, S. 2001. Obat Asli Indonesia. Cetakan keenam. Dian Rakyat, Jakarta

Setyaningsih, D., Anton A., dan Maya P.S. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.

Seward RA. 2003a. Characterization of food hazards. Di dalam: Schimidit RH, Rodrick GE, editor. Food Safety Handbook. Kanada: J Wiley. hlm 11-18.

[SNI] 01-6729-2002. Standar Nasional Indonesia . Sistem Pakan Organik. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ke dua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sofos, J, N. 2008. Challenges to meat safety in the 21st century. Meat Sci 7 8: 23–

13.

(29)

Sulistyoningsih, M. 2013. Optimalisasi Produksi Broiler Melalui Suplementasi Herbal Terhadap Persentase Karkas Dan Kadar Trigliserida Darah. FPMIPA IKIP PGRI. Semarang.

Palupi, W.D.E. 1986. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional LIPI.

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Wijaya, R, M. 2011. Residu Antibiotik Pada Daging Ayam Dan Sapi Dari Pasar Tradisional Di Provinsi Jawa Barat. Institut Pertaian Bogor. Bogor.

Winarto, W. P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Winedar, H., Listyawati. S., Sutarno.2004. Daya Cerna Protein Pakan, Kandungan Protein Daging, dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler setelah Pemberian Pakan yang Difermentasi dengan Effective Microorganisms-4 (EM-4)

Yildirim, O. 2004. Preparation and Characterization of Chitosan/Calcium Phosphate Based Composite Biomaterials. Izmir Institute of Technology Turkey.

Yulianti, L,D., Leondro, H., Mole, P, Y.Penggunaan Fermentasi Ekstrak Ramuan Herbalterhadap Income Over Feed Cost (Iofc) Dan Nilai Ekonomis Pakan Pada Pemeliharaan Ayam Broiler. Fakultas Peternakan. Universitas Kanjuruhan. Malang.

Yuningsih Dan T.B. Murdiati. 2003. Analisis residu antibiotika spiramisin dalam daging ayam secara khromatografi cair kinerja Tinggi (KCKT). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Yuningsih, Murdiati TB, Juariah S. 2005. Keberadaan residu antibiotika tilosin (golongan makrolida) dalam daging ayam asal daerah Sukabumi, Bogor, dan Tanggerang. Di dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 12-13 September 2005. Bogor: Perhimpunan Peternak dan Dokter Hewan Indonesia.

(30)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembuatan Ramuan Herbal

1. Persipkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian bahan yang telah siapkan cuci dengan air bersih .

2. Pemotongan bahan hinggan dalam berukuran kecil sehingga bahan terubut mudah dihaluskan dalam alat yang digunakan

(31)

3. Haluskan bahan terebut dengan menggunakan mesin blender

4. Bahan yamg telah halus dituangkan ke dalam wadah (ember) kemudian aduk sampai merata

(32)

5. Tambahkan molases dan EM4 dalam bahan yang telah tercampur dalam wadah tersebut kemudian aduk dengan secara merata

6. Ramuan herbal yang telah tercampur dengan molases dan EM4 maka siap di masukkan dalam wadah tertutup yang telah disiapkan kemudian simpan sampai 1-2 minggu lalu amati.

(33)

Lampiran 2. Proses Produksi Produk

1. Pemberian bahan herbal dan probiotik selama dalam proses budidaya dengan meminimalkan penggunaan vaksin, antibiotik dan obat

2. Proses pemotongan dilakukan secara halal dan islami untuk menghasilkan produk pangan yang Aman, Sehat Utuh dan halal (ASUH)

3. Proses penyiapan dan pencucian bahan baku daging dilakukan secara higienis

4. Formulasi bumbu yang tepat dan seimbang serta konsisten sehingga menghasilkan produk ayam goreng dengan rasa yang gurih dan enak

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS 1. Biodata Ketua Tim

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Muh. Bauzad 2 NIM I 111 14 033 3 Program Studi/Jurusan Peternakan 4 Fakultas Peternakan

5 Tempat danTanggal Lahir Takalar, 07 Oktober 1996

6 Alamat Jl. Muhajirin V Perum.Pesona Madani No A4 7 E-mail muhbauzad@yahoo.co.id

8 Nomor Telpon/HP 085 299 131 956

B. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnnya )

2. Biodata Anggota Tim A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Burhan 2 NIM I 111 14 026 3 Program Studi/Jurusan Peternakan 4 Fakultas Peternakan

5 Tempat danTanggal Lahir Bantaeng, 12 November 1995 6 Alamat Jl. Politeknik Tamalanrea 7 E-mail burhan@gmail.com 8 Nomor Telpon/HP 85 397 026 425

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 Pendanaan PMW Universitas Hasanuddin 2016 2 Semifinalis LKTIN

Horast HealtFest

Universitas Sumatera Utara 2016

3 Pertukaran Mahasiswa Tanah Air (PERMATA)

(39)

B. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnnya )

3. Biodata Anggota Tim A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Rosita Landa 2 NIM I 111 14 058 3 Program Studi/Jurusan Peternakan 4 Fakultas Peternakan

5 Tempat danTanggal Lahir Toraja, 11 Oktober 1996 6 Alamat Jl. Ablan II

7 E-mail sitamukkung@yahoo.co.id 8 Nomor Telpon/HP 085255661252

C. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnnya )

No. JenisPenghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 Pendanaan PMW Universitas Haanuddin 2016

No. JenisPenghargaan Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 g bahan  Komponen      Jumlah
Tabel 4. Hasil Screening test No. Provinsi       Jumlah Sampel  Residu Antibiotik dengan Bioassay pada sampel      Telur Ayam
Gambar 1. Prosedur pembuatan ramuan herbal
Tabel 5. Hasil Uji Organoleptik Celebes Organic Chicken

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan srata satu (S1) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana dengan judul

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber daya manusia dalam hal ini aparatur dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat di Kantor Pelayanan Terpadu

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan

Realitas sosial yang direfleksikan oleh suatu karya sastra dapat mencakup aspek sosial (struktur sosial, status sosial, relasi sosial baik antar komunitas, antarjender,

Kegiatan penelitian tindakan kelas pada bimbingan khususnya, dalam upaya meningkatkan kemampuan kemandirian pada anak dengan menggunakan teknik modeling, memiliki

Simpulan dari penelitian ini antara lain adalah, faktor predisposisi yang memiliki hubungan (nilai p≤0,05) dengan kesesuaian praktik gizi pada lansia antara lain

Metode penelitian dengan melakukan interpretasi citra penginderaan jauh dan pengolahan dengan Sistem Informasi Geografi untuk mengkaji kinerja ruas jalan dan pola jaringan

Dalam penelitian ini, variabel dependen yakni relevansi nilai laporan keuangan pengukuran yang digunakan untuk mengukur relevansi nilai informasi laba