• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PERLINDUNGAN INDUSTRI LOKAL MELALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PERLINDUNGAN INDUSTRI LOKAL MELALU"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PERLINDUNGAN INDUSTRI LOKAL MELALUI PENERAPAN

PROGRAM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI

(P3DN) GUNA MEMPERKUAT DAYA SAING PERINDUSTRIAN DALAM

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Mata Kuliah Hukum Perindustrian

Dosen Pengampu Bapak Dona Budi Kharisma, S.H., M.H

\

Disusun Oleh :

Arga Vella Nirwana P. E0012055 (Ketua Kelompok) Anisa Dwi Wulandari E0012043 Christiana Okti Pratiwi E0012090 Novia Yuli Enty E0012285 Satria Nur Fauzi E0012354

\

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dona Budi Kharisma S.H., M.H selaku Dosen mata kuliah Hukum Perindustrian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perindustrian. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surakarta, 8 Desember 2015

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang melimpah akan hasil sumber daya alam. Hasil sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan rakyat Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945 dimana seluruh kekayaan alam yang ada harus diusahakan guna kepentingan untuk mensejahterakan rakyat. Selain sumber daya alam yang melimpah Indonesia juga kaya akan sumber daya manusia. Dengan demikian, Indonesia menjadi tempat tujuan yang ideal bagi para investor baik investor domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya dalam bidang industri. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian). Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi dimana bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Terdapat berbagai jenis usaha industri seperti industri tekstil, perabotan rumah tangga (furniture), sepatu dan industri-industri lainnya yang terbagi dalam tiga golongan industri yaitu industri besar, industri menengah, dan industri kecil.

(4)

dalam negeri serta pertumbuhan ekonomi negara. Selain merugikan kaum industriawan, hal tersebut lama-kelamaan akan mengikis rasa

nasionalisme dan kebangaan rakyat Indonesia terhadap bangsa sendiri.

Melihat kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia harus melakukan suatu tindakan atau upaya untuk menanggulangi hal tersebut. Pemerintah mencanangkan program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) dengan tujuan untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk-produk impor. Program ini tidak hanya ditujukan kepada masyarakat Indonesia saja melainkan mewajibkan bagi instansi pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi dalam negeri dalam kegiatan pengadaan barang/ jasa yang dibiayai oleh APBN/ APBD. Ajakan lansung dari Menteri Perindustrian, Saleh Husin mengajak kalangan pimpinan instansi pemerintah termasuk para Menteri, Gubernur dan Bupati/ Walikota untuk memaksimalkan penggunaan barang/ jasa hasil produksi dalam negeri sesuai dengan kewenangan masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku1.Hal tersebut dapat

meningkatkan iklim industri yang kondusif bagi industry-industri lokal pada khususnya.

Oleh karena itu, Pemerintah harus terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), di tengah persaingan dunia yang makin ketat salah satunya yaitu pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015. MEA merupakan integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN yang akan meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.

Adanya MEA sangat menguntungkan bagi negara yang telah siap dengan perdagangan bebas sedangkan Indonesia belum secara penuh siap menghadapi hal tersebut khususnya bidang perindustrian. Secara umum pemerintah dan pelaku usaha mengakui, industri nasional belum siap menghadapi MEA. Kementerian Perindustrian melansir, hanya 31% industri

(5)

manufaktur yang punya kemampuan daya saing di pasar ASEAN. Sisanya 69% industri lainnya masih megap-megap bertarung di pasar bebas ini. Sehingga dibutuhkan stategi dari pemerintah dalam bidang industri untuk melindungi dan meningkatkan daya saing antar industri dengan mengatasi permasalahan sektor industri seperti kenaikan upah minimum yang tidak sebanding dengan kenaikan produktivitas tenaga kerja, kurangnya pasokan gas untuk industri manufaktur, belum terjaminnya pasokan bahan baku dalam negeri, belum optimalnya pemanfaatan insentif fiskal dan tingginya ekspor bahan baku dalam keadaan mentah, pasar dalam negeri belum dimanfaatkan secara optimal, serta rendahnya kualitas SDM di sektor industri.2

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berkeinginan mengangkat masalah perkembangan perindustrian terhadap perekonomian ke dalam bentuk penulisan makalah sekaligus sebagai bahan diskusi yang berjudul

“UPAYA PERLINDUNGAN INDUTRI LOKAL MELALUI

PENERAPAN PROGRAM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) GUNA MEMPERKUAT DAYA SAING PERINDUSTRIAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN (MEA)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas, maka penulis dapat menarik dua buah rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana kesiapan industry local dalam menghadapi Masayarakat Ekonomi Asean (MEA) ?

2. Bagaimana peran Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN) memperkuat daya saing industri lokal pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ?

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

a. Tinjauan tentang Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Dalam rangka optimalisasi belanja pemerintah dalam pengadaan barang/jasa, sekaligus menggerakkan pertumbuhan dan memberdayakan industri dalam negeri melalui peningkatan penggunaan produk dalam negeri, telah diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).

Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan upaya Pemerintah untuk mendorong masyarakat agar lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan produk impor. Bukan hanya ditujukan kepada masyarakat melainkan mewajibkan instansi

pemerintah untuk memaksimalkan penggunaan hasil produksi dalam negeri dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD.

Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan instansi masing masing, agar:

1) Melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan masing-masing guna memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional, serta penggunaan penyedia barang/jasa nasional;

2) Memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan nasional kepada perusahaan penyedia barang/jasa (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009) Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa bagi industri lokal adalah:

(7)

lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional.

2) Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan barang dan jasa dan memaksimalkan penggunaan penyedia barang dan jasa nasional. 3) Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi

harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan nasional.

Pengaturan Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Aturan yang terkait langsung Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yaitu:

1) Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk

Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

2) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah perubahan atas Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barana/Jasa Pemerintah,

3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah:

(8)

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah:

Pasal 96

1) Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, K/L/D/I wajib:

a. memaksimalkan Penggunaan Barang/Jasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam Pengadaan Barang/Jasa;

b. memaksimalkan penggunaan Penyedia Barang/Jasa nasional; dan c. memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk Usaha

Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil. Pasal 97

1) Penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) huruf a, dilakukan sesuai besaran komponen dalam negeri pada setiap Barang/Jasa yang ditunjukkan dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian :

Pasal 85

Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri, Pemerintah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

Pasal 86

1) Produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 wajib digunakan oleh:

(9)

b. badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha swasta dalam pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah dan/atau pekerjaan-nya dilakukan melalui pola kerja sama antara Pemerintah dengan badan usaha swasta dan/atau mengusahakan sumber daya yang dikuasai negara.

Penyelenggara Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Untuk memaksimalkan kebijakan pengadaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri seta penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden ini, membentuk Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang untuk selanjutnya dalam Instruksi Presiden ini disebut Timnas P3DN.

Timnas P3DN sebagaimana dimaksud dalam memaksimalkan kebijakan tersebut bertugas:

a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program untuk mengoptimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

b. menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

(10)

e. melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi Presiden ini (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).

Ketentuan Sanksi Program Peningkatan pengadaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Pasal 86

2) Pejabat pengadaan barang/jasa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. pemberhentian dari jabatan pengadaan barang/jasa.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan dalam hal produk dalam negeri belum tersedia atau belum

mencukupi (UU Perindustrian).

b. Tinjauan Pustaka mengenai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 1. Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

(11)

penguatan peran pengusaha dalam proses integrasi internal ASEAN maupun dengan negara mitra.

Menurut Rizal dan Aida dalam (Arifin: 2008) pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis yaitu pencapain pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.

Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah

liberalisasi dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara: pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas; konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan; kebijakan pembiayaan perdagangan; peningkatan infrastruktur, dan hubungan komunikasi; pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN; integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional; serta peningkatan keterlibatan sektor swasta.3

2. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Pembentukan kawasan perdagangan bebas yang dicapai melalui mekanisme AFTA merupakan suatu keberhasilan karena tarif di kawasan telah berhasil secara bertahap diturunkan sampai dengan nol. ASEAN kemudian ingin lebih meningkatkan kerjasama ekonomi tersebut. Mengalirnya investasi asing ke kawasan ASEAN yaitu

(12)

dengan banyaknya perusahaan multinasional yang beroperasi di kawasan membutuhkan penyalur barang (supplier) yang juga harus ada di kawasan sehingga terjadi efisiensi biaya produksi. Pasar ASEAN yang sudah terbuka dan menyatu dengan pasar global ditambah dengan tersedianya barang-barang produksi yang dihasilkan oleh supplier d ari negaranegara ASEAN maka akan sangat membantu Negara-negara anggota ASEAN untuk semakin menarik investor asing masuk ke kawasan. Sehingga, Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit) memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari China dan India.4

Dengan beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah: (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi; (ii) meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar

dan praktik internasional, intelectual proverty rights, dan peningkatan daya saing. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.5

Untuk memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN melakukan transformasi kerja sama ekonomi dengan meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN

Charter) pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Selanjutnya, pada tahun 2008, MEA Blue Print mulai diimplementasikan dan ASEAN Charter mulai berlaku pada 16 Desember 2008. Cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati.

4Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (Aec) 2015: Integrasi Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Volume XIII, No. 2, Hlm 16.

(13)

Dalam rangka memantau kemajuan implementasi MEA disusun ASEAN Baseline Report (ABR) yang berperan sebagai score card

(14)

BAB III PEMBAHASAN

A. Kesiapan Industri Lokal dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean

Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia6.

1. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah

wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

2. MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

3. MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi

6 Arya Baskoro. TT. Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean. Center For Risk Management Studies: http:// crmsindonesia.org.

(15)

terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

4. MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.

Dengan melihat fokus tujuan MEA yang sedemikian rupa, bagi Indonesia sendiri MEA dapat menjadi sebuah tantangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus ancaman apabila bangsa Indonesia belum mampu bersaing di dalamnya. MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung

berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik 7. Mencermati hal tersebut, maka MEA sendiri sekaligus dapat menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia karena dengan sendirinya akan memunculkan persaingan bebas antar negara-negara ASEAN apabila Indonesia tidak mampu mengelola perekonomian dengan baik. Banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

(16)

Oleh sebab itu, peningkatan kualitas produk industri lokal perlu ditata dan sekaligus menjadi fokus kerja pemerintah.

Dinamika kondisi industri lokal saat ini memerlukan sebuah tatanan baru dan dorongan dari pemerintah guna dapat bersaing dengan negara-negara lain di kawasan Asean dalam upaya mewujudkan perekonomian nasional yang semakin berkembang. Hal tersebut didasarkan pada lemahnya tingkat persaingan dari industri lokal itu sendiri. Menurut Niken Paramita Purwanto, kondisi industri lokal dapat dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut8:

1. Memburuknya perekonomian Indonesia telah diikuti gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Tercatat per Juli 2015, terdapat 11.350 pekerja yang harus menjadi pengangguran. Data tersebut diperoleh dari lima provinsi yang melapor, Meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Timur. Di industri tekstil sudah terdapat beberapa pabrik tutup, yang berakibat PHK lebih dari 36 ribu orang.

2. Memburuknya industri Indonesia juga tercermin dari penurunan ekspor maupun impor. Neraca perdagangan Indonesia memang mengalami surplus di bulan Juli 2015 sebesar 1,33 milyar dolar AS. Namun demikian, kinerja ekspor maupun impor mengalami penurunan. Sampai dengan semester I 2015, impor Indonesia hanya mencapai 10,08 miliar dolar AS atau turun sebesar 28,44 persen dibandingkan Juli 2014. Sementara ekspor hanya mencapai 11,41 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 19,23 persen dari tahun lalu.

3.Investasi sebagai pendorong sektor industri juga masih mengalami kendala. Hal ini tercermin dari indeks kemudahan berusaha Industri yang masih belum begitu baik. Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2015, daya saing Indonesia untuk berusaha sangat buruk. Indeks

(17)

kemudahan dalam berusaha menunjukan Indonesia berada di peringkat 114 dari 189 negara yang di survei. Posisi Indonesia jauh berada di bawah negara tetangga di Asean, dimana Singapura berada di peringkat 1, Malaysia di peringkat 18, Thailand di peringkat 26, Vietnam di peringkat 78, bahkan Philipina berada di peringkat 95. Indikator kinerja daya saing Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.

(18)

Indonesia Tahun 1945. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan Peningkatan Produksi Dalam Negeri (P3DN).

B. Peran kebijakan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dalam Memeperkuat Daya Saing Industri Lokal untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

Memasuki bulan Desember tahun 2015, kita disadarkan bahwa pembukaan pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) semakin didepan mata, berbagai usaha dilakukan pemerintah dalam hal mempersiapkan diri untuk turut bersaing dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Berbagai kebijakan telah cetuskan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kesiapan salah satunya dalam bidang indiustri. Industri memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi nasional, sektor industri harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan, memberikan nilai tambah dalam negeri yang besar,

memberikan sumbangan devisa, yang pada akhirnya dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat luas.

Berdasarkan penjelasan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional menyatakan bahwa Strategi Pembangunan Industri Nasional meliputi strategi pokok dan strategi operasional. Strategi pokok berupa memperkuat keterkaitan tingkatan rantai nilai, meningkatkan nilai tambah, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan pendalaman struktur, serta pengembangan industri kecil dan menengah. Sementara strategi operasional berupa pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif, mendorong pertumbuhan klaster industri prioritas, dan menumbuhkan kompetensi inti industri daerah.

(19)

kontraktor kontrak kerjasama yang pembiayaanya melalui pola kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha. Kebijakan ini telah diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana inpres ini mengacu pada Kepres Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa.

Kebijakan umum pemerintah yang dapat dilakukandalam pengadaan barang dan jasa sekaligus menerapkan P3DN adalah9:

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produk dalam negeri pada perdagangan internasional.

2. Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan barang dan hasa dan

memaksimalkan penggunan penyedia barang dan jasa nasional.

3. Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan nasional.

Dengan menciptakan pasar dalam negeri yang besar diharapkan sebagai katup penyelamat bagi industri yang semula berorientasi ekspor untuk mengalihkan pasarnya ke pasar domestik. Hal ini sejalan dengan tujuan peningkatan penggunaan produk dalam negeri yang telah dipaparkan Menteri Perindustrian saat ini yang di muat dalam harian antaranews pada selasa, 12 Mei 2015, menyatakan bahwa10:

"Dasar hukum dan komitmen pemerintah sangat jelas, dalam

rangka pemberdayaan industri dalam negeri dilakukan melalui

9Fasochah. 2010. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Dalam Menghadapi Dampak Krisis Global. Semarang : STIE Dharmaputra. Vol 17, No 31.

(20)

kebijakan P3DN. P3DN juga ditujukan untuk mewujudkan

kemandirian ekonomi nasional,"

Komitmen dari pemerintah telah jelas terlihat guna menyelamatkan perindustrian dan memperkuat perindustrian Indonesia salah satunya dengan membuka pasar dalam negeri dimana pemerintah memulai untuk mengkonsumsi barang hasil industri dalam negeri melalui pembelanjaan pengadaan barang/jasa instansi pemerintah yang menggunakan hasil industri dalam negeri. Hal ini tentunya akan berdampak pada semakin besarnya pendapatan bagi industri dalam negeri. Dengan adanya dasar hukum yang jelas dalam penerapaan P3DN sebagai salah satu sarana pemerintah untuk mewajibkan kepada seluruh lembaga dan stakeholder terkait guna menerapkan kebijakan P3DN.

Langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam upaya optimalisasi kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) antara lain dengan cara sebagai berikut :

1. Pemanfaatan sektor potensial dalam Peningkatan Penggunaan

Produk Dalam Negeri (P3DN)

Terdapat beberapa sektor yang potensial dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) antara lain, yaitu11:

1. Sektor Migas yang meliputi : Kontraktor Kontrak Kerja Sama(K3S).

2. Sektor Energi,yang meliputi:

a. Pengadaan tabung LPG, Kompor Gas dan perlengkapannya. b. Program Pembangkit Tenaga Listrik.

3. Sektor Telekomunokasi,yang meliputi :

a. Program Palapa Ring(Jaringan Fiber Optic) b. Program Broadband Wireless Access (BWG) c. Wimax (Koneksi Internet)

4. Sektor Pertahanan,yang meliputi: Pengadaan Alutsista

5. Sektor Kesehatan yang meliputi : Pengadaan alat kesehatan (ALKES)

(21)

6. Sektor Transportasi yang meliputi: Kapal, Kendaraan Bermotor, Pesawat Terbang, Kereta Api.

7. Sektor Pakaian Dan Kelengkapan Kerja.

Sebagai contoh penerapan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada sektor pakaian, dimana potensi dapat dilihat dalam penggunaan seragam antara lain pada Pegawai Negeri Sipil, anak sekolah, TNI/POLRI dan lainnya, dapat di asumsikan penggunaan seragam bagi berbagai kalangan tersebut pastinya dapat menjadi peluang besar bagi produk garmen, pakaian jadi, serta peralatan kantor dan tulis lainnya. Apabila juga diwajibkan memakai kemeja/blous batik sebagai salah satu seragamnya, maka secara langsung akan menghidupkan industri batik dalam negeri yang umumnya industri kecil menengah.

Melihat potensi yang dapat diperoleh dengan penggunaan seragam dalam berbagai profesi pekerjaan, maka pemerintah dapat mendukung dengan cara mewajibkan seluruh Pegawai Negeri Sipil, maupun TNI/POLRI menggunakan seragam yang merupakan hasil industri dalam

negeri. Hal ini sebagai salah satu wujud nyata dukungan dari pemerintah dam optimalisasi penerapan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

2. Pembentukan Tim Nasional Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Penerapan kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) perlu adanya dukungan dari lembaga pemerintah terkait. Sarana lain yang dapat digunakan untuk memaksimalkan kebijakan penggunaan barang/jasa hasil produksi serta penyediaan barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa seperti yang telah diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yaitu dengan pembentukan Tim Nasional P3DN dimana tersusun atas :

(22)

Anggota :

1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan 3. Menteri Perdagangan

4. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 5. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

6. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

7. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara 8. Sekretaris Kabinet

9. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan 10. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah.

Tim Nasional P3DN dibentuk memiliki tugas-tugas sebagai berikut

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 :

a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi dan program untuk mengoptimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

b. menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional dalam pengadaan barang/jasa pemerintah; d. menetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka penyelesaian

(23)

e. melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Instruksi Presiden ini (Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009).\

Pembentukan Tim Nasional adalah untuk memaksimalkan kebijakan pemerintah yang ada terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Tentunya dengan dibentuknya Tim Nasional P3DN ini dapat benar-benar memberikan efek nyata terhadap peningkatan industri dalam negeri. Dimana kebijakan-kebijakannya diharapkan sangat mendukung dan melindungi industri dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.

3. Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Selain itu, dalam rangka mendorong diterapkannya optimalisasi penggunaan produk dalam negeri, Menteri Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Barang/Jasa Produk Dalam Negeri.

Sesuai pedoman tersebut Menteri akan melakukan penilaian dan memberikan peringkat setiap tahun kepada Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Perangkat Daerah, BI, BHMN, BUMN, BUMD, dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terhadap penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Tujuan dari pemberian penghargaan P3DN adalah sebagai berikut12:

1. Mendorong penggunaan produk dalam negeri secara maksimal pada instansi tersebut di atas.

2. Mendorong pertumbuhan penggunaan produk dalam negeri pada pengadaan barang/jasa di instansi tersebut di atas

3. Memacu dunia usaha nasional untuk selalu meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta mutu produknya guna meraih kepercayaan konsumen dalam negeri.

(24)

4. Mendorong tumbuhnya produk-produk baru dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

5. Memperkuat basis produksi nasional agar mampu bersaing di pasar dalam negeri dan menjadi prioritas bagi belanja pemerintah.

6. Membangun kesadaran serta menciptakan pemahaman bahwa industri dalam negeri telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

7. Memberikan teladan bagi masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.

8. Membangun kecintaan bangsa Indonesia terhadap produk dalam negeri.

Dasar penilaian yang digunakan adalah13:

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

2. Inpres Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 17 Tahun 2011, tentang Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat Pada Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam negeri Dalam Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.

4. Peraturan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.

5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

7. Peraturan-peraturan serta Program lain yang terkait dengan P3DN yang diimplementasikan Institusi terkait.

(25)

Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat dalam menyukseskan kebijakan P3DN ini, karena pada dasarnya kebijakan ini memiliki tujuan yang baik untuk melindungi dan menguatkan industri dalam negeri. Dengan demikian memang perlu adanya dukungan dari lembaga-lembaga pemerintah guna semakin mendorong penggunaan produk dalam negeri.

4. Pemberian Sanksi

Pengaturan tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan. Salah satu peraturan yang tegas mengatur yaitu dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Dimana dalam Pasal 85

dijelaskan bahwa “Untuk pemberdayaan Industri dalam negeri, Pemerintah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri” .

Pengaturan tersebut diteruskan dalam Pasal 86 dimana dinyatakan bahwa :

2) Produk dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 wajib digunakan oleh:

c. lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, dan satuan kerja perangkat daerah dalam pengadaan barang/jasa apabila sumber pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, termasuk pinjaman atau hibah dari dalam negeri atau luar negeri; dan

(26)

3) Pejabat pengadaan barang/jasa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. denda administratif; dan/atau c. pemberhentian dari jabatan pengadaan barang/jasa.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

5) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan dalam hal produk dalam negeri belum tersedia atau belum mencukupi (UU Perindustrian).

Berdasarkan ketentuan Pasal diatas dapat diketahui bahwa pemerintah berhak untuk memberikan saknsi administrasi terhadap lembaga atau instansi yang tidak mendukung pelaksanaan kebijakan P3DN. Hal ini tentunya didasarkan bahwa tanggung jawab untuk melakukan perlindungan serta mendukung industri dalam negeri bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, namun perlu adnya

dukungan dari berbagai pihak. Dengan demikian pelaksanaan kebijakan P3DN dapat benar-benar dilaksanakan guna mendukung industri dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

BAB IV PENUTUP

(27)

1. Dinamika kondisi industri lokal saat ini memerlukan sebuah tatanan baru dan dorongan dari pemerintah guna dapat bersaing dengan negara-negara lain di kawasan Asean dalam upaya mewujudkan perekonomian nasional yang semakin berkembang. Hal tersebut didasarkan pada lemahnya tingkat persaingan dari industri lokal itu sendiri. Dengan mencermati kondisi industri di Indonesia yang sedemikian rupa, maka dapat dikatakan kesiapan industri lokal untuk menghadapi era MEA masih perlu dibenahi dan seyogyanya mendapatkana perhatian yang serius dari pemerintah. Dimana pemerintah berkewajiban untuk meminimalisir hambatan-hambatan berupa stabilitas perekonomian, ekspor dan impor, serta investasi. Sehingga dari pada itu, pemerintah dapat melindungi industri lokal yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.

2. Langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam upaya optimalisasi peran kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) antara lain dengan cara sebagai berikut :

a. Pemanfaatan sektor potensial dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

Melalui mekanisme pengoptimalkan beberapa sektor yang potensial dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

b. Pembentukan Tim Nasional

Pembentukan Tim Nasional adalah untuk memaksimalkan kebijakan pemerintah yang ada terkait dengan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Tentunya dengan dibentuknya Tim Nasional P3DN ini dapat benar-benar memberikan efek nyata terhadap peningkatan industri dalam negeri. Dimana kebijakan-kebijakannya diharapkan sangat mendukung dan melindungi industri dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015.

c. Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)

(28)

kebijakan ini memiliki tujuan yang baik untuk melindungi dan menguatkan industri dalam negeri.

d. Pemberian Sanksi

Salah satu peraturan yang tegas mengatur yaitu dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, dalam Pasal 85 dan 86 UU Perindustrian dapat diketahui bahwa pemerintah berhak untuk memberikan saknsi administrasi terhadap lembaga atau instansi yang tidak mendukung pelaksanaan kebijakan P3DN.

B.Saran

1. Ada beberaapa hal yang harus dipersiapkan Indonesia Indonesia untuk memenangkan MEAantara lain :

a. Indonesia harus memperbaiki kualitas SDM nya karena itu faktor terpenting untuk memenangkan MEA

b. Indonesia harus meningkatkan produktivitasnya agar pasar Indonesia tidak di banjiri barang dari luar negeri

c. Indonesia harus meningkatkan daya saing agar tidak kalah bersaing dengan penduduk negara ASEAN yang lain dalam rangka menghadapi MEA

2. Tanggung jawab untuk melakukan perlindungan serta mendukung industri dalam negeri bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak saja, namun perlu adnya dukungan dari berbagai pihak termasuk stakeholders. Dengan demikian pelaksanaan kebijakan P3DN dapat benar-benar dilaksanakan guna mendukung industri dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

Sjamsul Arifin. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015:Memperkuat Sinergi ASEAN Ditengah Kompetisi Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 17 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja dan Sekretariat Pada Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2011 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Jurnal

Fasochah. 2010. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Dalam Menghadapi Dampak Krisis Global. Semarang : STIE Dharmaputra. Vol 17, No.31.

Koesrianti. 2013. Pembentukan Asean Economic Community (AEC) 2015: Integrasi Ekonomi Berdasar Komitmen Tanpa Sanksi. Jurnal Law Review, Vol. XIII, No. 2.

Niken Paramita Purwanto. 2015. Kebijakan Penguatan Industri Dalam

(30)

Lainnya

Arya Baskoro. TT. Peluang, Tantangan, dan Risiko Bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean. Center For Risk Management

Studies: http://crmsindonesia.org.

Pedoman Pemberian Penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Tahun 2012.

Santoso, W. et.al. 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi

ekonomi ASEAN dan Prospek Perekonomian Nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

Sella Panduarsa Gareta. 2015. Antaranews, diakses pada tanggal 8 Desember 2015 pukul 23.12 WIB, melalui alamat

http://www.antaranews.com/berita/495825/p3dn-dorong-pemberdayaan-industri-nasiona.l

http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj_2012_-_8.pdf.

http://www.kemenprin.go.id/artikel/8095/Pemerintah-Bentuk-Program-Komprehensif.

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari diagram pada gambar 4, mikrokontroler arduino uno menerima masukan dari water level float switch sensor dan menghasilkan keluaran kemotor servo. Lalu

Pangan menurut Saparinto dan Hidayati (2006) adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang

Adalah seorang sarjana S1 atau strata yang lebih tinggi dibidang Teknik Sipil dan berpengalaman dibidangnya selama minimal 5 (lima) tahun, dimana tugas dan tanggung

Tahun 2007 bisa dikatakan merupakan tahun terbaik bagi Graha Niaga, karena pada tahun tersebut tingkat hunian di ge- dung Graha Niaga mencapai 100 % dan Gedung Graha Niaga

Markah penuh 15 markah Panduan pemarkahan bagi Soalan 4. ii) Jawapan hendaklah dalam ayat-ayat lengkap. Markah bahasa tidak boleh lebih daripada markah isi. viii)

istilah tarekat banyak dikenal sebagai bentuk madrasah, ri’âyah atau organisasi sufi yang terlembaga dengan adanya mursyid, murid, dan beberapa anggaran dasar dan anggaran rumah

Berdasarkan beberapa teori diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention

Salah satunya adalah banyaknya persaingan dari negara-negara lain dalam perdagangan internasional oleh karna itu, suatu negara harus meningkatkan kulaitas produk