• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN ROKOK SEBELU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN ROKOK SEBELU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN ROKOK SEBELUM

DAN SETELAH ADANYA KRISIS EKONOMI DI

INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN EVA (

ECONOMIC VALUE ADDED )

Putri Kurnia Widiati

Dosen Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstract:

This study analyzed the effect of economic’s crisis on cigarette company using

Economic Value Added ( EVA ) method’s.Population of this research are cigarette company that listed on the Stock Exchange of Indonesia from 1995 – 1999 with sensus sampling method and multiple regresion analysis to analyzed. To get the trust from investor, otomotif company should have good performance on all of economic’s condition with a good value of Economic Value Added . The result of this research is PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT BAT Indonesia Tbk dan PT Gudang Garam Tbk has good performance, even on economic’s crisis condition

Abstrak :Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan sebagai dampak dari terjadinya krisi tersebut terutama bagi perusahaan rokok di Indonesia. Penelitian ini memakai objek perusahaan rokok yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Penelitian ini menganalisis pengaruh secara parsial Economic Value Added Perusahaan rokok yang Listing di BEI dari tahun 1995-1999. Hasil dari penelitian terhadap perusahaan rokok, terdapat 3 perusahaan rokok yang memiliki kinerja baik dilihat dari sisi EVA yang positif pada masa setelah adanya krisis ekonomi di Indonesia. Perusahaan tersebut antara lain adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT BAT Indonesia Tbk, dan PT Gudang Garam Tbk. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebaiknya meningkatkan kinerja sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Keywords : Economic Value Added

1. PENDAHULUAN

(2)

Ekonomi   Indonesia   mengalami   perlambatan   secara   tajam   dalam   tingkat pertumbuhan, pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi minus 13,65 % pada tahun 1998. Pada tahun 1999, hampir semua negara – negara di Asia mengalami tahapan   pemulihan   (  recovery  )   ekonomi,   kecuali   Indonesia.   Pada   tahun   tersebut Indonesia   masih   tenggelam   dalam   krisis   dan   belum   menampakkan   tanda   –   tanda perbaikan ekonomi yang significant. ( MSI_ UII : 2004 ) 

Puluhan bahkan ratusan perusahaan , mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga

insolvent atau nota bene bangkrut. Sektor yang paling terkena dampaknya adalah sektor konstruksi,  manufacture, dan perbankan. Hal ini juga dirasakan oleh yang bergerak di bidang industri rokok dan keadaan perusahaannya sangat bergantung pada kebijakan moneter   dan   fiskal   yang   sedang   dan   akan   diambil   pemerintah   untuk   menyehatkan perekonomian, dan kebijakan tersebut diluar kendali perusahaan.

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, biasanya investor menggunakan metode   pendekatan   dalam   ukuran   kinerja   keuangan   yang   dinyatakan   dalam   rasio keuangan yang dibagi dalam empat kategori utama, yaitu profitabilitas, rasio aktivitas, rasio   leverage,   dan   rasio   likuiditas.   Selama   ini   laba   akutansi   selalu   menjadi   focus perhatian dalam menilai kinerja perusahaan. Untuk menilai seberapa bagus tingkatan laba suatu perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas dan alat ukur yang lazim digunakan   untuk   mengukur   tingkat   laba   dalam   rasio   tersebut   adalah  Return   On Investment ( ROI ). Namun, pengukuran dengan menggunakan metode tersebut memiliki kelemahan,   karena   tidak   memperhatikan   biaya   capital   dalam   perhitungannya. Perhitungan ini hanya melihat hasil akhir (   laba perusahaan   ) tanpa memperhatikan resiko   yang   dihadapi   perusahaan.   Beban  resiko  yang  dimaksud   adalah  komponen  – komponen biaya modal yang terdiri dari  cost off debt, cost of preffered cost,  dan  cost of command   equity,   dimana   perusahaan   harus   membayar   tingkat   pengembalian   tertentu ( Octora et.al,: 2003 ). 

Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka analisa pengukuran keberhasilan usaha memperbaiki kondisis kinerja perusahaan akibat krisis ekonomi ini menggunakan metode  Economic   Value   Added   (   EVA   )  .   Konsep   EVA   ini   untuk   pertama   kalinya dicetuskan oleh Steward dan Stern ( analisis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Steward & Co di Amerika Serikat ) , pada tahun 1980 an. EVA adalah ukuran penilaian, berapa   besar   beaya   yang   diperlukan  untuk   menghasilkan   suatu  entitas  kepada   para investor. Model analisa ini bersumber pada konsep biaya modal ( cost of capital ), yaitu biaya atas resiko yang dihadapi perusahaan ( entitas ) dalam melakukan suatu investasi. Penilaian   kinerja   berdasarkan   EVA   diharapkan   dapat   menghasilkan   nilai   ekonomis perusahaan  dengan  hasil   yang   lebih  realistis.   Karena  EVA   telah  mempertimbangkan pengembalian penyandang dana secara adil dengan memperhitungkan ekuivalen ekuitas pada laba operasi bersih setelah pajak ditambah beban bunga perusahaan. Disamping itu perhitungan EVA diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga nantinya akan dapat membantu para pihak – pihak yang berkepentingan untuk mengerti kondisi keuangan atau kinerja perusahaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

(3)

Yendi Septifiandi ( 2001 )   meneliti mengenai dampak inflasi terhadap laporan keuangan pada tahun 1998 dan 1999. Penelitian yang menggunakan pendekatan analisis atas   dampak  historical   cost  dan  inflation   accounting  ini   mempunyai   hasil   bahwa berdasarkan metode  historical cost  perusahaan mengalami kerugian. Pada tahun 1998

profit margin on sales dan rate of return on asset yang berdasarkan historical cost lebih besar bila   dibandingkan   dengan   yang   berdasarkan  constant   dollar.  Current   ratio  yang berdasarkan  constant   dollar  lebih   besar   bila   dibandingkan   dengan  historical   cost,

sedangkan quick ratio tidak terdapat perbedaan. Dan untuk tahun 1999, profit margin on salles, rate of return on assests, dan current ratio yang berdasarkan historical cost lebih besar dari   pada   yang   berdasarkan  constant   dollar,  sedangkan  quick   ratio  tidak   terdapat perbedaan. Hal  ini membuktikan bahwa  inflasi  sangat berpengaruh terhadap  kinerja keuangan   perusahaan   karena   pada   dasarnya   kinerja   operasional   perusahaan   sangat bergantung   pada   keadaan   ekonomi,   social,   politik   dan   budaya   dimana   perusahaan tersebut didirikan.

Mita Fitriani ( 2005 ) meneliti mengenai studi komparasi pengaruh penilaian kinerja dengan konsep konvesional dibandingkan konsep Economic Value Added terhadap

return saham. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ROA adalah ukuran performa yang lebih   baik   dari   pada  EVA  dalam  mengukur   return  saham,   hal   ini   dapat   dimaklumi karena EVA tidak tercantum dalam laporan keuangan perusahaan, serta belum dikenal di kalangan investor. Tidak ada perusahaan yang sampai saat ini memasukkan  EVA

dalam   laporan   keuangan   mereka.   Di   masa   yang   akan   datang,   mungkin  EVA  akan dingkap   dalam   banyak   laporan   keuangan,   karena  EVA  dianggap   oleh   beberapa konsultan merupakan angka yang berguna bagi investor di pasar modal.

Winda Agustin ( 2002 ) meneliti mengenai penyusunan analisis laporan nilai tambah (  Value Added Statement  ) sebagai penjabaran dari  enterprise concept.   Hasil dari penelitian ini adalah bahwa analisis keuangan pada perusahaan yang diteliti tersebut masih cukup baik karena distribusi nilai tambahnya masih didominasi oleh karyawan, indeks efisiensi usahanya lebih dari satu yang menunjukkan jumlah  output  yang lebih besar dari jumlah  input  yang digunakan, dan rasio produktivitasnya masih jauh lebih tinggi   dari   rasio   profitabilitasnya.   Akan   tetapi   misi   perusahaan   belum   dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini terbukti dari jumlah nilai tambah yang dialokasikan kepada masyarakat masih sangat rendah pada tahun 2001.

Peni  Mahanani  (  2003 ) meneliti  mengenai  analisis pengaruh  Economic Value Added ( EVA ) dan Cash Flow Return On Investment ( CFROI ) terhadap Abnormal Return.

Hasil   dari   penelitian   ini   adalah   bahwa   variabel   independent  Economic   Value   Added ( EVA )  dan  Cashflow Return On Investmenr ( CFROI )  secara serentak tidak memiliki pengaruh terhadap  abnormal return  untuk seluruh periode pengamatan kecuali periode 2000. Apabila dibandingkan dengan CFROI, EVA lebih dominant pengaruhnya terhadap

abnormal return.

Arie Kurniawati ( 2000 ) meneliti mengenai penerapan enterprise concept dengan

(4)

Dwi Utama Yulianingrum ( 2005 ) meneliti mengenai penerapan enterprise theori dengan laporan nilai tambah (  Value Added Statement  ) sebagai alternatif pengukuran kinerja   perusahaan.   Dari   analisis   yang   telah   dilakukan   diketahui   bahwa   laporan keuangan   tradisional,  reward  terhadap   para   partisipan   telah   ada,   namun   belum mencerminkan distribusi keada masing – masing partisipan. Kelemahan penilaian kinerja tradisional   tersebut   dijawab   dengan   konsep   enterprise   yang   penyusunan   informasi akuntansi   berdasarkan   pada   laporan   nilai   tambah.   Laporan   nilai   tambah   ini   selain bermanfaat   bagi   penciptaan   informasi   tambahan,   juga   merupakan   bentuk   alternatif untuk menilai kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dengan laporan nilai tambah akan memberikan informasi besarnya kekayaan yang tercipta dan dialokasikan kepada pemegang saham, serta pihak – pihak yang turut menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.   Dari   perbandingan   kinerja   tradisional   dan   berdasarkan   nilai   tambah diketahui bahwa hasil analisa produktivitas atas dasar nilai tambah akan sama dengan analisis produktivitas atas dasar rugi dan laba. Hal tersebut disebabkan konsep laba yang mendasari juga berbeda. Secara umum disebabkan penilaian produktivitas atas dasar nilai tambah memberikan angka yang lebih baik dibandingkan profitabilitas atas dasar laba  rugi. Atas dasar tersebut,  maka dapat dikatakan bahwa  analisis  kinerja dengan menggunakan   produktivitas   nilai   tambah   cukup   relevan   untuk   menilai   kinerja perusahaan.   Penggunaan   laporan   nilai   tambah   juga   akan   meningkatkan   pemenuhan informasi distribusi nilai tambah bagi masing – masing penyerta.l

Dadang Sumarno ( 2004 ) meneliti mengenai analisis variabel – variabel yang mempengaruhi   nilai   tambah   ekonomi   (  EVA  )   sebagai   ukuran   kinerja   keuangan perusahaan.   Hasil   dari   penelitian   ini   menyimpulkan   bahwa   pengukuran   kinerja keuangan   perusahaan   memegang   peranan   yang   sangat   penting   dalam   penilaian prestasinya,   selain   sebagai   mekanisme   kontrol   bagi   pemilik   perusahaan,   hasil   dari pengukuran kinerja dapat digunakan oleh pihak investor sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut.

Nuzila Kurniawati ( 2003 ) meneliti mengenai EVA, MVA, ROI sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan dan pengaruhnya terhadap  return  saham. Penelitian ini menyimpulkan hasil yang berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu, bahwa EVA adalah pengukur kinerja  yang paling erat hubungannya  dengan return saham ( bila dibandingkan   dengan   MVA,   ROA,   ROE,   dan   ROS   ).   Sebaliknya,   penelitian   lain menyimpulkan   bahwa   ROA   merupakan   variablel   yang   paling   signifikan   dan berpengaruh paling kuat terhadap return saham.

Irene Yandi Sandrika ( 2005 ) meneliti mengenai penerapan Economic Value Added ( EVA )  untuk menilai kinerja perusahaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa EVA dapat   dijadikan   sebagai   deskripsi   kinerja   keuangan   perusahaan   dimana   digunakan untuk mengambil langkah – langkah atau kebijakan dalam mengambil suatu keputusan. Prinsip yang dikembangkan oleh pendekatan EVA adalah “ Tak ada modal yang gratis “. Karena itu manajemen perusahaan harus secara cermat setiap sen yang diinvestasikan (   untuk   pengembangan   usaha   )  .   Makin   tinggi   resiko   yang   ditanggung   perusahaan, return yang dituntut juga semakin tinggi. 

(5)

Kajian Teori

Kinerja Perusahaan

Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah agar perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan atau manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan. Seorang manajer keuangan dalam perusahaan seharusnya mampu untuk melakukan pengawasan serta   penilaian   terhadap   kegiatan   operasional   perusahaan   khususnya   kinerja keuangannya.   Apakah   hasil   dari   kegiatan   operasional   tersebut   telah   sesuai   dengan rencana awal yang telah ditetapkan, disinilah pentingnya diadakan penilaian terhadap kinerja   perusahaan.   Sehingga   apabila   terjadi   kesalahan   atau   masalah   dapat   segera diantisispasi agar tidak terjadi kesalahan terus menerus yang dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti yang dikatakan Drs. H. Yakob Ibrahim, MM dalam   buku   Study   Kelayakan   bisnis   bahwa   kinerja   perusahaan   (   proyek   )   adalah rangkaian aktivitas yang direncanakan  untuk mendapatkan benefit atau manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorbanan dari

resources yang dimiliki, karenanya dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan atau telah dikerjakan harus diadakan penilaian, baik dari segi teknis maupun ekonomis agar penanaman modal atau investasi jatuh pada pilihan proyek yang tepat.

Menurut Byars dalam Ghozali dan Irwansyah ( 2002 ) bahwa kinerja diartikan sebagai   hasil   dari   usaha   seseorang   yang   dicapai   dengan   adanya   kemampuan   dan perbuatan dalam situasi tertentu. Kinerja menjadi ukuran prestasi yang dicapai dalam menjalankan   tugas,   disesuaikan   dengan   tingkat   kemampuan   yang   dapat   dilakukan. Dengan demikian penilaian kinerja adalah keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Menurut Hansen & Mowen, “ Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi – fungsi produk . “ 

Berikut akan diuraikan mengenai pengertian penilaian kinerja perusahaan yang diharapkan   dapat   memperjelas   pentingnya   diadakannya   penilaian   terhadap   kinerja perusahaan.

Definisi penilaian kinerja menurut Drs. H. M Ycob Ibrahim , MM, “ Penilaian terhadap   kinerja   perusahaan   adalah   evaluasi   terhadap   program   kerja   yang   telah ditetapkan   dan   bila   terjadi   penyimpangan   perlu   dilakukan   tindakan   perbaikan   agar kesalahan tida terjadi terus menerus.” 

Menurut   Mulyadi   (   2001:   415   )   penilaian   kinerja   adalah   penentuan   secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kinerja yang diterapkan sebelumnya. Hal ini lah yang mendasari dilakukkannya analisis terhadap penilaian kinerja perusahaan oleh seorang manajer dalam perusahaan. Sebagaimana dijelaskan juga oleh Erich A. Helfert bahwa “ Dasar untuk keberhasilan manajemen adalah konsisten dalam menetapkan strategi usaha, tujuan investasi, sasaran operasi, dan keberhasilan keuangan. “

Dilihat dari sudut kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan, maka penilaian dan kinerja keuangan adalah dua hal yang sangat berkaitan. Dalam setiap kasus,   konsep   nilai   itu   ditelaah   dalam   kontek   analisis   dan   penilaian   yang   spesifik, termasuk dalam hal penilaian terhadap perusahaan yang sedang berjalan, sebagai dasar untuk   menentukan   nilai   pemegang   saham,   yang   merupakan   tujuan   pokok   dari manajemen modern. Penilaian di sini sering kali diperlukan selain untuk mencari nilai total suatu perusahaan sebagai kesatuan usaha yang berjalan ( ongoing entity ) manakala pembelian atau penjualannya sedang dipertimbangkan, tetapi juga untuk memutuskan perubahan nilai sepanjang waktu.

(6)

yang dikemukakan oleh Cody ( 1997 ; 42 ) yang mengartikan bahwa “ Pengertian nilai perusahaan (  enterprise, company value  ) dalam penilaian perusahaan adalah nilai asset dikurangi dengan nilai hutang lancer ( current liabilities ) “

Dilihat   dari   sudut   pandang   manajemen,   menurut   Erich   A   Helfert   bahwa   “ Manajemen   mempunyai   kepentingan   ganda   dalam   analisis   kinerja   keuangan perusahaan, yaitu menilai efisiensi dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa efektif   penggunaan   sumber   daya   yang   ada   pada   perusahaan   yang   bersangkutan.   “. Penilaian arus operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan analisis atas laporan laba rugi, sedangkan efektifitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang   baik   neraca   maupun   laporan   laba   rugi.   Dalam   melaksanakan   pertimbangan ekonomi,   kita   harus   selalu   memodifikasi   data   keuangan   yang   tersedia   untuk mencerminkan nilai dan kondisi ekonomi saat ini, dalam penelitian ini kondisi ekonomi yang ada adalah ada saat krisis ekonomi tahun 1997.

Ukuran   efisiensi   menurut   Hansen   &   Mown   (1999:   500   ),   “   efisiensi   adalah menggunakan   lebih   sedikit   masukan   untuk   membuat   keluaran   yang   sama,   atau memproduksi lebih banyak keluaran dengan masukan yang sama. Adapun pengertian efektif dan efisisen menurut Anthony, Dearden, dan Bedford ( 1995 : 12 ) bahwa “ Efektif adalah   kemampuan   suatu   unti   utnuk   mencapai   tujuan   yang   diinginkan,   sedangkan efisiensi menggambarkan berapa masukan yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran. “ 

Berdasarkan   pendapat   –   pendapat   di   atas,   maka   dapat   disimpulkan   bahwa definisi   dari   kinerja   perusahaan   adalah   evaluasi   terhadap   kegiatan   operasional perusahaan dengan berpedoman pada tujuan perusahaan secara konsisten, efektif dan efisien.

Economic Value Added (EVA)

Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian kinerja adalah dengan menghitung

Economic   Value   Added  (EVA)   suatu   perusahaan.   EVA   merupakan   salah   satu   ukuran kinerja operasional yang dikembangkan pertama kali oleh G. Bennet Stewart and Joel M. Stren yaitu seorang analis keuangan dari perusahaan Sten Stewart and Company, dan di Indonesia metode ini dikenal dengan nama Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI). Economic Value   Added  merupakan  ukuran   nilai   tambah   ekonomis   yang   dihasilkan   perusahaan sebagai   akibat   dari   aktivitas   atau   strategi   manajemen.  Economic   Value   Added

menitikberatkan   pada   efektivitas   manajerial   tertentu,   yang   dapat   dihitung   dengan menggunakan formula sebagai berikut (Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 2001):

Selanjutnya   Brigham   and   Houston   mengatakan   bahwa   EVA   mampu   untuk menghitung laba ekonomi yang sebenarnya dari suatu perusahaan pada tahun tertentu dan   sangat   berbeda   jika   dibandingkan   laba   akuntansi.   EVA   mencerminkan  residual income  yang tersisa   setelah semua   biaya modal,  termasuk  telah dikurangkan  dengan modal saham (ekuitas), sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.   Modal   saham/ekuitas   memiliki   biaya,   karena   dana   yang   diberikan   oleh pemegang   saham   dapat   saja   diinvestasikan   di   tempat   lain   yang   dapat   memberikan pengembalian kepada mereka. Pengembalian yang dapat diperoleh dari tempat lain atas investasi dengan tingkat risiko yang sama mencerminkan biaya dari ekuitas modal. 

EVA   menyajikan   suatu   ukuran   yang   baik   mengenai   sampai   sejauh   mana perusahaan telah memberikan tambahan pada nilai pemegang saham. Oleh karenanya, jika manajer berfokus pada EVA, hal ini dapat membantu memastikan bahwa mereka telah   menjalankan   operasi   dengan   cara   yang   konsisten   dengan   tujuan   untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Brigham and Houston, 2006:69). 

(7)

memberikan   imbalan   aktivitas   yang   menambah   nilai   dan   membuang   fasilitas   yang merusak   atau   mengurangi   nilai   keseluruhan   suatu   perusahaan   dan   membantu manajemen dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja (Wiagustini N.L Putu, 2010:98).

3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN Konsep Penelitian

Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah agar perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan atau manfaat bagi perusahaan yang bersangkutan. Seorang manajer keuangan dalam perusahaan seharusnya mampu untuk melakukan pengawasan serta   penilaian   terhadap   kegiatan   operasional   perusahaan   khususnya   kinerja keuangannya.   Apakah   hasil   dari   kegiatan   operasional   tersebut   telah   sesuai   dengan rencana awal yang telah ditetapkan, disinilah pentingnya diadakan penilaian terhadap kinerja   perusahaan.   Sehingga   apabila   terjadi   kesalahan   atau   masalah   dapat   segera diantisispasi agar tidak terjadi kesalahan terus menerus yang dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan. Seperti yang dikatakan Drs. H. Yakob Ibrahim, MM dalam   buku   Study   Kelayakan   bisnis   bahwa   kinerja   perusahaan   (   proyek   )   adalah rangkaian aktivitas yang direncanakan  untuk mendapatkan benefit atau manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorbanan dari

resources yang dimiliki, karenanya dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan atau telah dikerjakan harus diadakan penilaian, baik dari segi teknis maupun ekonomis agar penanaman modal atau investasi jatuh pada pilihan proyek yang tepat.

Krisis ekonomi ( inflasi ) di Indonesia dialami pada tahun 2005. Inflasi ini disebabkan oleh   berbagai   faktor   yang   sangat   kompleks   dan   saling   berkaitan,   sehingga   dapat menyebabkan dampak yang besar dan cepat meluas ke berbagai sector dalam sebuah negara. Berikut akan dijelaskan mengenai inflasi, agar dapat dijadikan sebagai dasar pemahaman terhadap krisis ekonomi ( inflasi ) .

Pengertian   dari   inflasi   menurut   N   Gregory   Mankiw   (   2001   :   281   )   adalah kenaikan   harga   barang   .   Masyarakat   menganggap   bahwa   angka   inflasi   yang   tinggi sebagai   suatu   masalha   utama   ekonomui.   Karena   hal   tersebut   dinilai   akan   sangat merugikan mereka yang berada dalam keadaan harus memenuhi kebitujan sehari – hari mereka yang harganya semakin melambung tinggi tanpa diimbangi dengan kenaikan pendapatan.

Krisis   ekonomi   merupakan   salah   satu   fenomena   kejadian   ekonomi   yang   sanggup menghancurkan sendi – sendi perekonomian suatu negara. Dampak dari krisis ekonomi tersebut berakibat fatal bagi seluruh sector operasional yang ada di dalam negara yang bersangkutan. Termasuk negara berkembang seperti Indonesia, di mana banyak sector usaha yang berjalan seiring dengan dicetuskannya kebijakan perekonomian dari negara.

Oleh   karena   itu   maka   sesuai   dengan   teori   mengenai   alasan   dilakukannya penilaian kinerja perusahaan menurut Drs. H. M. Yacob Ibrahim, MM, yang mengatakan bahwa penilaian terhadap kinerja perusahaan adalah evaluasi terhadap program kerja yang   telah   diterapkan   agar   hasil   dari   kegiatan   operasional   perusahaan   telah   sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan bisa terjadi penyimpangan perlu dilakukan analisis terhadap penilaian kinerja perusahaan oleh seorang manajer perusahaan. 

(8)

merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. ( Suad husnan, 1996: 7 ) 

Keterbatasan – keterbatasan pada analisis rasio financial sebagai alat pengukur kinerja perusahaan yang paling  umum  digunakan mendorong para  ahli dan eksekutif yang berkecimpung dalam manajemen keuangan mencoba menemukan cara untuk mengukur kinerja   operasional   suatu   perusahaan   secara   tepat.   Dimana   alat   pengukur   tersebut diharapkan  mampu   memperhatikan  sepenuhnya   kepentingan  dan   harapan  penyedia dana ( pemegang saham dan kreditor )

Konsep   EVA   mulai   diperkenalkan   pada   tahun   1980   –   an   oleh   lembaga manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Management Service. Economic Value Added

merupakan sebuah pengukuran kinerja keuangan yang digunakan untuk mengevaluasi keuntungan   sebenarnya   dari   sebuah   perusahaan.   Menurut   Rousana   (   1997   )   EVA didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal ( cost of capital ) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Teori   batasan   tersebut   dapat   diartikan,   bahwa   EVA   adalah   sisa   laba   yang diperoleh setelah dikurangi dengan seluruh biaya modal dari modal yang digunakan baik hutang maupun ekuitas, yang dihitung secara rata – rata tertimbang.

EVA   merupakan   teknik   baru   penilaian   saham   yang   focus   pada   tingkat pengembalian saham untuk mengetahui apakah para stakeholders mendapatkan balasan yang menguntungkan ( Jones, 2000 : 275 )

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Hipotesis Penelitian

Hipotesis   merupakan   jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. Fungsi hipotesis adalah menjelaskan   masalah   penelitian   yang pemecahannya   secara   rasional ( Indriantoro dan Supomo , 2002 : 74 ). Berdasarkan penelitian diatas mengenai kinerja   perusahaan   sebelum   dan sesudah   krisis   ekonomi   yang   melanda Indonesia pada tahun 1997 mendorong pneliti   untuk   mengetahui   apakah terdapat konsistensi dengan hasil – hasil sebelumnya.   Dengan   demikian,   yang menjadi   perhatian   pokok   dalam

penelitian   ini   adalah   mengetahui bagaimana   kinerja   perusahaan   yang diukur dengan EVA antara sebelum dan setelah   adanya   krisis   ekonomi   yang melanda   Indonesia   pada   tahun   1997. Berdasarkan hasil penelitian yang salin bertentangan   tersebut,   maka   hipotesis yang   dirumuskan   dalam   penelitian   ini adalah :

H1 :   Terdapat   perbedaan   yang signifikan   besarnya   kinerja keuangan   perusahaan   yang diukur   dengan   EVA   sebelum dan   setelah   adanya   krisis ekonomi Indonesia tahun 1997.

Definisi Operasional Variabel

Definisi   operasional   variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel

Economic Value Added

(EVA)

Krisis Ekonomi Indonesia

(9)

dependen   dan   variabel   independen sebagai berikut:

1. Variabel   Independen   dalam penelitian ini terdiri adari :

Economic Value Added (EVA) EVA mengukur nilai tambah (value creation)   yang   dihasilkan   suatu perusahaan   dengan   cara mengurangi   beban   biaya   modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Perhitungan   EVA   menggunakan rumus :

EVA = NOPAT – ( WACC x capital )

4. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian   ini   merupakan penelitian deskriptif, dimana penelitian ini   mencoba   untuk   menggambarkan kondisi   kinerja   keuangan   perusahaan yang   diukur   dengan   menggunakan metode   EVA,   kemudian   menarik kesimpulan   yang   sesuai   dengan ketentuan umum.

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian pengukuran kinerja keuangan ini   adalah   laporan   keuangan perusahaan   rokok   go   public   yang tercatat di BEJ yang terdiri dari neraca tahun 1995 – 1999 dan laporan rugi laba tahun 1995 – 1999.

Jenis dan Sumber Data

Jenis   data   yang   digunakan dalam   penelitian   ini   adalah   data sekunder berupa laporan tahunan atau

annual  report  yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

Analisis   data   yang   digunakan dalam penelitian menggunakan Analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui   pengaruh   krisis   ekonomi dengan menggunakan analisis Economic Value   Added  (EVA)   terhadap   kinerja keuangan.

Pengujian Asumsi Klasik

Model   pengujian   hipotesis berdasarkan   analisis   regresi   yang digunakan   dalam   penelitian   ini   harus memenuhi   asumsi   agar   menghasilkan nilai parameter yang benar. Asumsi lain tersebut   antara   lain   tidak   terdapat adanya   multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Multikolinearitas

Multikolinearitas   adalah penunjukan   adanya   hubungan   linear diantara variabel independen.   Kondisi ini harus dihindari agar hasil pengujian tidak bias.   Pengujian Multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai

varian  inflation   factor  (VIF)   yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis. Apabila   nilai   VIF   lebih   besar   dari   10 berarti   terjadi   masalah   yang   berkaitan dengan multikolinearitas jika nilai VIF­ nya dibawah 10 (Gujarati, 1992).     Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas   adalah varian   faktor   pengganggu   (error)   yang terjadi   dalam   model   regresi   bersifat tidak   sama   atau   tidak   konstan.     Oleh karena   itu,   suatu   model   regresi   harus terhindar   dari   faktor   pengganggu. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan   korelasi   spearman. Apabila   nilai   korelasi  Spearman’s   rho

dibawah   0,7   berarti   model   regresi menunjukkan   tidak   adanya heteroskedastisitas.  Sebaliknya jika nilai rho   diatas   0,7   maka   model   regresi menunjukkan   adanya   permasalahan Heteroskedastisitas (Gujarati, 1992). Autokorelasi

(10)

Durbin­Weston­nya.     Pengujian otokorelasi   ini   bertujuan   untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar waktu.   Model regresi akan bebas dari permasalahan   autokorelasi   jika memenuhi   kriteria   sebagai   berikut dstatistik > dL atau < 4­ dL

Pengujian Hipotesis Pengujian Secara Simultan

Untuk   menguji   hipotesis   satu (simultan)   alat   uji   yang   dipergunakan adalah   koefisien   korelasi   berganda   R dan R2. Koefisien korelasi berganda dan koefisien   determinasi   berganda merupakan   uji   yang   digunakan   untuk mengetahui   keeratan   pengaruh   antara variabel   bebas   (X)   dengan   variabel terikat   (Y).   Mudrajad   (2003,98)   uji   F pada   dasarnya   menunjukkan   apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam   model   mempunyai   pengaruh secara bersama­sama terhadap variabel terikat.

Pengujian   hipotesis   ini digunakan   untuk   menguji   pengaruh secara simultan variabel krisis ekonomi terhadap   kinerja   keuangan   dengan analisis  Economic   Value   Added  (EVA).

Dengan tingkat signifikansi  = 5%  dan dengan  degree of freedom  (k) dan (n­k­1) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah   variabel   independen.   Maka apabila Sig. F < 5 % maka Ho ditolak dan Ha diterima dan jika Sig. F > 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak 

Pengujian Secara Parsial

Pengujian   hipotesisdua   (secara parsial)   dalam   penelitian   ini berdasarkan pada analisis nilai t, yang dihasilkan dari model regresi berganda. Dengan tingkat signifikansi  = 5% dan dengan  degree   of   freedom  (k)   dan   (n­k) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah   variabel   independen.   Maka apabila Sig. t < 5 % maka Ho ditolak dan Ha  diterima dan jika Sig. t > 5 % maka Ho diterima dan Ha ditolak. 

5. HASIL   DAN

PEMBAHASAN

Perhitungan   analisis   kinerja   keuangan perusahaan   rokok   yang   go   public   di Indonesia   dengan   menggunakan pendekatan   EVA   dengan   cara   selisih laba   setelah   pajak   dikurangi   dengan pajak   penghasilan   dan   biaya   modal tertimbang.

Tujuan   dari   didirikannya   sebuah perusahaan   adalah   agar   perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan atau manfaat   bagi   perusahaan   yang bersangkutan.   Seorang   manajer keuangan   dalam   perusahaan seharusnya   mampu   untuk   melakukan pengawasan   serta   penilaian   terhadap kegiatan   operasional   perusahaan khususnya   kinerja   keuangannya. Apakah hasil dari kegiatan operasional tersebut   telah   sesuai   dengan   rencana awal   yang   telah   ditetapkan,   disinilah pentingnya diadakan penilaian terhadap kinerja   perusahaan.   Sehingga   apabila terjadi   kesalahan   atau   masalah   dapat segera   diantisispasi   agar   tidak   terjadi kesalahan   terus   menerus   yang   dapat berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan.

(11)

seiring dengan dicetuskannya kebijakan perekonomian dari negara.

Oleh karena itu diperlukan satu ukuran   untuk   mengukur   kinerja perusahaan   agar   dapat   menilai   kinerja keuangan perusahaan sehingga apabila terjadi   hal   –   hal   atau   masalah   yang melanda   perusahaan   tersebut   akan cepat teratasi. Perusahaan sangat perlu melakukan   evaluasi   seperti   ini   karena perusahaan   menanggung   tanggung jawab   yang   besar   kepada   para pemegang saham, sehingga kredibilitas dan nama baik perusahaan dapat tetap terjaga.

Penilaian   kinerja   berdasarkan EVA,   dapat   diharapkan   menghasilkan nilai   ekonomis   perusahaan   yang   lebih realistis.   Karena   EVA   telah mempertimbangkan   harapan penyandang   dana   secara   adil   dengan perhitungan   biaya   modal   rata   –   rata tertimbang   dan  penyesuaian   ekuivalen ekuitas pada laba operasi bersih setelah pajak   ditambah   beban   bunga perusahaan. Disamping itu perhitungan EVA   diharapkan   dapat   mendukung penyajian   laporan   keuangan   dapat mempermudah bagi pihak – pihak yang berkepentingan. 

Dari   hasil   perhitungan Economic   Value   Added   yang   telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa selama   tahun   1992   –   2002   masing   – masing   perusahaan   memiliki   hasil perhitungan EVA yang berbeda – beda.

PT   Bentoel   Internasional Investama   Tbk   memiliki   hasil perhitungan   Economic   Value   Added yang   dominan   negatif,   sehingga   dapat disimpulkan bahwa perusahaan kurang dapat   memenuhi   harapan   para penyandang   dana.   Hal   ini   disebabkan karena   PT   Bentoel   Internasional Investama Tbk masih termasuk baru di dunia perusahaan rokok yang go public di Indonesia, oleh karena itu perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk masih   berusaha   untuk   menyesuaikan diri.   Terlebih   lagi   pada   saat   masa

penyesuaian itu Indonesia dilanda krisis ekonomi   yang   berkepanjangan   dan membawa  dampak yang relative besar bagi perusahaan industri di Indonesia.

PT   Hanjaya   Mandala Sampoerna   Tbk   memiliki   hasil perhitungan   Economic   Value   Added dengan   dominant   positif.   Hal   ini menggambarkan   bahwa   PT   Hanjaya Mandala   Sampoerna   mampu menciptakan   nilai   tambah   bagi perusahaannya  dan hal ini berdampak baik   bagi   usaha   perusahaan   untuk memenuhi   harapan   para   penyandang dana perusahaan . Pada tahun 1997 dan tahun   1998   hasil   perhitungan   EVA perusahaan mendapat nilai negative, hal ini menggambarkan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi   perusahaan   ,   hal   ini   di   sebabkan karena   pada   tahun   tersebut   Indonesia sedang   dilanda   krisis   ekonomi.   Tetapi hal   ini   tidak   berlangsung   lama   karena pada   tahun   1999   dan   seterusnya   PT Hanjaya   Mandala   Sampoerna   Tbk memiliki   nilai   EVA   yang   positif   dan dapat   menghasilkan   nilai   tambah kembali   bagi   perusahaan   dan   para pemegang saham. Hal ini membuktikan kredibilitas   manajemen   perusahaan dapat mengatasi masalah yang melanda perusahaan dengan baik.

(12)

EVA   yang   positif   dari   tahun   1999 sampai 2002.

PT   Gudang   Garam   Tbk   juga merupakan salah satu perusahaan rokok yang go public di Indonesia. Perusahaan ini   memiliki   hasil   perhitungan   EVA yang   dominant   positif.   Nilai   negative dapat   dijumpai   hanya   pada   beberapa tahun seperti 1992, 1998, dan 2002. Hal ini   membuktikan   bahwa   perusahaan pada   tahun   tersebut   tidak   mampu menghasilkan   nilai   tambah   bagi perusahaan dan para penyandang dana. Tetapi pada tahun lainnya PT Gudang Garam Tbk telah membuktikan bahwa mereka   dapat   menghasilkan   nilai tambah   bagi   perusahaan   dan   dapat memberikan   nilai   tambah   bagi perusahaan   serta   dapat   segera memperbaiki   manajemen   perusahaan setelah   terjadinya   krisis   ekonomi   di Indonesia.

Dari   hasil   analisa   kinerja keuangan   perusahaan   dengan menggunakan   pendekatan   Economic Value   Added,   maka   dapat dikelompokkan   perusahaan   – perusahaan   yang   mempunyai   kinerja keuangan   yang   baik   dan   perusahaan yang   memiliki   kinerja   keuangan   yang kurang baik.

Dengan   adanya   hasil   penilaian   EVA maka dapat diketahui perusahaan rokok yang   memiliki   kinerja   keuangan   yang baik   dan   perusahaan   rokok   yang memiliki kinerja keunagn yang kurang baik.   Dengan   hasil   diatas   maka   dapat memberikan wawasan mengenai analisa EVA   yang   dapat   dijadikan pertimbangkan   dalam   mengambil keputusan   untuk   investasi   bagi   para investor.   Dan   hal   ini   berarti   system manajemen   keuangan   yang   dimiliki oleh keempat perusahaan diatas mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan   oleh   para   investor,   dan dapat   memberikan   contoh   bagi perusahaan   industri   yang   lain,   bahwa system   yang   diterapkan   oleh   keempat perusahaan   tersebut   mampu   bertahan

meskipun   di   negara   Indonesia   pada tahun   1997   mengalami   krisis   ekonomi yang   berkepanjangan   dan   berdampak besar   bagi   perusahaan   industri   yang ada. adalah   untuk   mencapai   tujuan memaksimalkan   laba   dan   memnuhi harapan para pemegang saham. Dalam realisasinya   untuk   mencapai   tujuan tersebut, perusahaan harus mempunyai manajemen   yang   baik   dalam menjalankan   operasional   perusahaan dalam   tiap   periodenya.   Karena pencapaian   tujuan   memaksimalkan bukanlah hal yang mudah bagi sebuah perusahaan   meskipun   perusahaan tersebut telah mendapatkan predikat go public.

(13)

factor   –   factor   tersebut   dapat   berasal dari   dalam   perusahaan   maupun   dari luar   perusahaan.   Faktor   intern perusahaan   adalah   segala   aspek   yang terdapat   di   dalam   perusahaan   itu sendiri,   alasan   inilah   yang   mendasari sebuah perusahaan membagi pekerjaan dengan   membentuk   departemen   – departemen   untuk   melaksanakan tugasnya   masing   –   masing   secara professional.   Sehingga   hal   ini   akan dapat   medukung   perusahaan   dalam mencapai   tujuan   sesuai   dengan komitmen awal.

Faktor   yang   berasal   dari   luar perusahaan   mencakup   banyak   aspek, antara lain Iptek, Politik, Sosial, Budaya dan   Ekonomi.   Seperti   yang   telah diuraikan dalam bab – bab sebelumnya, bahwa   analisa   yang   dibahas   adalah mengenai   dampak   Inflasi   terhadap perusahaan   rokok   yang   go   public   di Indonesia. Inflasi merupakan salah satu contoh   dari   kejadian   ekonomi   yang tidak   bisa   dihindarkan   dampaknya terhadap   seluruh   aspek   yang   ada   di negara   Indonesia,   termasuk   pada perusahaan   rokok   yang   terdapat   di Indonesia.   Dampak   inflasi   menurut hasil   penelitian   yang   telah   diuraikan, dapat membawa pengaruh yang sangat buruk   bagi   manajemen   perusahaan. Oleh   karena   itu   maka   dalam   sebuah perusahaan   diperlukan   evaluasi berjangka, agar apabila terjadi hal – hal yang dianggap dapat menjatuhkan atau memperburuk   kelangsungan   hidup perusahaan,   dapat   segera   diatasi   dan dicarikan jalan keluarnya sehingga tidak sampai   membuat   perusahaan   terpaksa untuk menutup usahanya, atau dengan kata lain “gulung tikar”

Disinilah   peran   penilaian kinerja   perusahaan   diperlukan,   yaitu untuk   mengukur   sejauh   mana perusahaan   dapat   mempertahankan kualitas   kinerja   perusahaan   dalam menjalankan   kegiatan   operasionalnya dengan   kondisi   perekonomian   negara

yang   selalu   berbah   –   ubah   terutama dalam keadaan inflasi.

Dalam   pengukuran   kinerja dengan menggunakan EVA (  Economic Value   Added  )   ini   perusahaan   tidak diukur   dengan   ukuran   besar   kecilnya laba yang didapatkan oleh perusahaan tersebut,   melainkan   dengan   mengukur besar   kecilnya   nilai   ekonomis   yang dapat   dihasilkan   perusahaan   tersebut dalam satu periode. Hal ini disebabkan karena hubungan antara nilai ekonomis yang   dapat   dihasilkan   perusahaan dalam   satu   periode   dengan   kualitas perusahaan   dalam   mengatur   kegiatan operasionalnya   sehari   –   hari   sehingga dapat   memenuhi   target   awal perusahaan   (   memberikan   keuntungan maksimal  bagi para pemegang saham ) tidak   dapat   dipisahkan   atau   dengan kata   lain   saling   berhubungan.   Apabila perusahaan   mampu   memberikan   nilai maksimum   bagi   perusahaan   maka secara   otomatis   maka   perusahaan tersebut juga akan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum bagi para pemegang sahamnya.

(14)

Indonesia,   hal   inilah   yang   membuat perusahaan   dapat   memenuhi   target awal didirikan perusahaan tersebut dan memberikan   keuntungan   maksimal kepada   para   pemegang   saham   .   Hal positif ini tidak hanya dapat dinikmati oleh   para   pemegang   saham   saja melainkan   juga   dapat   dinikmati   oleh seluruh   komponen   yang   berkaitan dengan   perusahaan   pada   periode tersebut.

Sedangkan   perusahaan   yang mempunyai   kinerja   kurang   baik menurut   analisa   EVA   yang   telah dilakukan   adalah   PT   Bentoel Internasional Investama Tbk. PT Bentoel Internasional   Investama   Tbk   termasuk perusahaan  yang  baru saja  masuk     ke dalam kelompok perusahaan rokok go public   di   Indonesia,   hal   ini   mungkin mempengaruhi kinerja perusahaan pada saat   terjadi   krisis   ekonomi   dan   Inflasi pada   tahun   1997.   PT   Bentoel Internasional   Investama   Tbk     menurut perhitungan   EVA   memiliki   hasil   yang dominan negative, sehingga manajemen perusahaan   dinilai   tidak   mampu memberikan   nilai   ekonomis   bagi perusahaan.   Hal   ini   membuktikan bahwa   perusahaan   tidak   dapat memenuhi target awal perusahaan yaitu memberikan   keuntungan   bagi   para pemegang   saham   dan   dampak   yang positif   bagi   seluruh   komponen perusahaan pada periode tersebut.

Perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif ini bukan berarti dia tidak dapat   memberikan   keuntungan   bagi perusahaan   pada   seluruh   periode berdirinya   perusahaan   tersebut.   Hasil pernilaian   EVA   negatif   ini   dapat diakibatkan   karena   perusahaan   salah dalam   memperkirakan   investasinya, perusahaan memiliki pengeluaran yang terlalu   banyak   sehingga   pendapatan yang   didapatkan   dari   kegiatan operasionalnya   tidak   dapat   menutup biaya tersebut dan kurangnya antisipasi perusahaan dalam menghadapi kejadian –   kejadian   perekonomian   negara   yang

dapat   berdampak   buruk   bagi perusahaan tersebut.

Seperti   yang   telah   dijelaskan, bahwa   hasil   dari   penilaian   EVA   (

Economic Value Added  ) tersebut adalah penilaian   bagi   baik   atau   buruknya kinerja   perusahaan,   sehingga   penilaian EVA   dapat   dijadikan   acuan   bagi perusahaan   dalam   usahanya   untuk meningkatkan   kualitas   kinerja manajemen   perusahaan   dalam menjalankan   kegiatan   operasionalnya. Hal ini dapat memberikan sumbangsih yang positif bagi para pemegang saham perusahaan   dan   seluruh   komponen pendukung perusahaan tersebut.

  Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa analisis kinerja dengan menggunakan   produktivitas   nilai tambah   dinilai   cukup   relevan   dalam menilai kinerja perusahaan. Penggunaan laporan   nilai   tambah   juga   akan meningkatkan   pemenuhan   informasi distribusi   nilai   tambah   bagi   masing   – masing   komponen   yang   ada   pada perusahaan tersebut.

Saran

Penelitian   ini   dilakukan   pada   tahun   – tahun   dimana   di   Indonesia   sedang mengalami   krisis   ekonomi   dan   Inflasi, karena   dampak   dari   kejadian   seperti Inflasi   sangat   menarik   untuk   dianalisa dan dijadikan bahan pertimbangan bagi para investor dan pemilik saham. Dan yang   dijadikan   ukuran   dalam   analisa terhadap dampak inflasi tersebut adalah perhitungan   EVA   (   Economic   Value Added   ),   yang   merupakan   penilaian terhadap   nilai   tambah   ekonomis   yang dihasilkan oleh perusahaan. 

(15)

pendukung perusahaan tersebut, seperti para   pemegang   saham,   para   investor yang akan menanamkan investasi pada perusahaan yang bersangkutan. 

Penelitian   ini   dilakukan   pada periode   10   tahun   kinerja   perusahaan sehingga perbandingan perbedaan nilai hasil   perhitungan   EVA   (   Economic Value Added ) dapat terlihat lebih jelas dan   dijadikan   bahan   pertimbangan investasi   dan   pengembalian   investasi bagi   para   investor   dan   pemegang saham.

Berikut   akan   disajikan   beberapa saran bagi perusahaan dan bagi peneliti selanjutnya :

1. Agar   dapat   disajikan pemerataan   informasi   bagi pihak   –   pihak   yang berkepentingan   terhadap perusahaan   maka   sebaiknya laporan   keuangan   perusahaan dilengkapi dengan laporan nilai tambah,  sehingga  kriteria yang digunakan   untuk   mengukur kinerja perusahaan tidak hanya mengacu   pada   konsep   laba tradisional melainkan juga pada konsep   nilai   tambah,   karena kekayaan   perusahaan   tercipta sebagai hasil dari kerja kolektif antara   stakeholders.   Maka informasi   yang   disajikan   harus bermanfaat bagi pihak – pihak yang   berkepentingan   dalam perusahaan. 

2. Dalam   menggunakan   Laporan Nilai Tambah sebagai suatu alat pengukuran   kinerja   sebaiknya perusahaan   menetapkan   lebih dahulu   suatu   standar   prestasi kerja.   Dengan   demikian   akan didapatkan suatu patokan atau tolak ukur untuk menilai kinerja perusahaan   berdasarkan   nilai tambah   pada   tahun   yang bersangkutan.

(16)

(EVA), Market Value Added (MVA)

Kertajaya, Hermawan., 2007, Para  Pencetak Kekayaan di Pasar  Modal

Swa. 26/XXIIV/6­8, Desember, hal 

(17)

Akuntansi dan Keuangan. Vol 1  Mei.

Van Home, James C & John M.  Wachowicz. JR. 2007, 

Fundamentals of

Financial Management Prinsip­ Prinsip Manajemen Keuangan

Terjemahan Dewi Fitriasari dan  Deny Arnos Kwary, Jilid 2 Edisi 12, PT. Salemba Empat,  Jakarta

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan  Perusahan. Edisi Ketiga Jilid 1. Bayumedia Jakarta.

Weston. J.F., dan Copeland E.T., 1995, 

ManageriaFinance, Terjemahan  Jaka

Warsono & Kibrandoko 1992. Jilid 1,  Binarupa Aksara,Jakarta. Yacob Suparo & Jaka Winasma, 2001, 

Evaluasi Perbedaan Kinerja  Antara Perusahaan Umum Milik Negara dan Perusahaan Swasta  Setelah Go Publik. Jurnal  Akuntansi & Bisnis Vol. I,  Agustus.

Referensi

Dokumen terkait

Praktikan mengajar di kelas tersebut dengan alasan menggantikan posisi atau jadwal guru pembimbing yang diberikan kepada praktikan selama kegiatan PPL berlangsung. Semua praktik

Dalam Skripsi ini dibahas tentang teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan figurative sense (majas) yang terdapat dalam film berbahasa

mengerti tentang bagaimana pembelajaran Problem Based Learning. Siswa mulai siap untuk maju ke depan kelas jika kelompoknya disebut, selanjutnya siswa mulai lebih

c Klaras merupakan bagian dari tanaman pisang yang keberadaanya belum diperhatikan padahal mengandung hemiselulosa tinggi sehingga dapat dijadikan media tanam jamur.

[r]

- Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok - Guru memberikan LKS yang berisi tugas kepada masing- masing kelompok - Guru meminta setiap kelompok mengecek

4. Te{adi peningkatan kesadaran gender secara berangsur-angsur pada kaum laki-laki maupun petempuan yang memberi suasana kondusif bagi perempuan untuk dapat betkiptah

pedagang perantara yang memasarkan produk atau barang atau jasa dari produsen. sampai