BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemerintahadalahpenyelenggara negarayangmemilikitugaspokok
danfungsiyang luasdansistematis.Dalammenjalankantugasdan
wewenangnya,pemerintahmemerlukansemuainformasiyang adakemudian
akandigunakanuntukmenjalankantugas danfungsinya sepertiperencanaan,
pembuat kebijakan administrasi negara dan sebagainya. Informasi yang
terkaitdenganpelaksanaanfungsidanwewenang pemerintahdiprosesoleh
suatusisteminformasiyang merupakankumpulandarisistem-sistemyang digunakan
untuk mengumpulkan informasi,mengklasifikasi informasi, mengolah informasi,
menginterprestasikan informasi, transmisi (penyampaian) dan penggunaan
informasi.Di erareformasiini, pemerintah dituntutuntuk
bekerjadenganefektif,efisien,danterkendalimelaluipeningkatansumber
dayamanusia sertapemanfaatan teknologi informasiyang efektif.
Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak dan serba cepat menuntut
pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerja aparaturnya sebagai bentuk
pelayanan kepada masyarakat.Lemahnya pelayanan aparatur pemerintah, menjadi
salah satu penyebab tidak optimalnya fungsi pelayanan kepada
masyarakat.Kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya negatif, berpengaruh
terhadap kelancaran pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh aparatur pemerintah
Teknologi informasi yang berbasis komputerisasi, saat ini telah
menyederhanakan pekerjaan menganalisis jumlah data yang luas, dan teknologi
informasi berbasis komputer tersebut dapat memudahkan dalam memanajemen
sumber daya aparatur. Proses pengembangan sumber daya aparatur berupa proses
pengembangan pegawai, pembinaan pegawai, serta sampai pencatatan para
pegawai. Adanya pengembangan sistem informasi di suatu pemerintahan akan
memudahkan para pegawai dalam menyimpulkan data dan informasi dengan
lebih baik.
Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan
dengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan
masyarakat.Informasi saat ini merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
masyarakat seperti halnya manusia membutuhkan tenaga untuk hidupnya.
Informasi memungkinkan masyarakat dapat mengantisipasi segala
kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan yang
sedemikian cepat dan kompleks. Hasil dari teknologi ini sangat mempengaruhi
sikap pemerintah di masa modern dalam melayani masyarakat.
Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan
pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk bekerja
giat dan mengerjakan pekerjaannya.Persyaratan yang sangat mendasar bagi
aparatur adalah kemampuan intelektual dengan motivasi kerja yang tinggi
sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk merealisasikan potensi
besar dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaku utama dan merupakan
input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila
faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor-faktor yang
menentukan peran SDM adalah kinerja. Aparatur dalam organisasi atau
perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik diharapkan akan mempunyai
kontribusi positif terhadap organisasi. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh
seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan
memfasilitasi pencapaian kinerja mereka.
Keefektifan suatu pemerintahan dengan program-program kerjanya dapat
diartikansebagai pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebagai
upayakerjasama.Efektivitasmerupakankemampuan untuk bertahan,
menyesuaikandiri,memelihara diridantumbuh,lepasdarifungsitertentu yang
dimilikinya.Sondang P.SiagiandalamOthenkPlanet(2008)
menjelaskanpengertianefektivitassebagaipemanfaatansumber daya,sarana dan
prasaranadalam jumlah tertentuyangsecarasadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barangatas jasakegiatanyangdijalankannya.
Efektivitas menunjukan keberhasilandari segi tercapai tidaknya
sasaranyang telahditetapkan. Jikahasilkegiatansemakinmendekatisasaran, berarti
makin tinggiefektivitasnya. Efektivitas kerja merupakan suatu keadaan dimana
aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusiadapat
mencapaihasil
yangdikehendaki.MenurutSiagian(1986:152),efektivitaskerjaadalahpenyelesaianp
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014 Sistem
Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling
berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan. Kebutuhan pada
data/informasi yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi
yang ada saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan
tepat waktu.Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan masih menghadapi
berbagai masalah, diantaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi
belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang
baik.Adanya overlapping kegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data,
dimana masing-masing unit mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan
berbagai instrumennya disetiap unit kerja baik di pusat maupun di
daerah.Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu sendiri masih belum
dilakukan secara efisien, masih terjadi redundant data, duplikasi kegiatan, dan
tidak efisiennya penggunaan sumber daya. (Junaedi, 2014: 1).
Menunjang pembangunan kesehatan diperlukan upaya kesehatan, dan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan
informasi kesehatan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 168.
SistemInformasiManajemen (SIM) kinidiperlukanperannya untuk
menciptakanintegrasidibidang informasidanoperasidiantaraberbagaipihak
yangada disuatuorganisasi,baiklokalmaupunglobal.Kebutuhanakan berbagaijenis
dahuluhinggasekarang penanganansuatusistem informasidilakukanmelalui
tujuhtahapyaitu: (a)Pengumpulandata, (b) Klasifikasidata, (c) Pengolahan data
supaya berubahbentuk,(d)Interprestasiinformasi, (e) Penyimpanan
informasi,(f)Penyampaianinformasiatautransmisikepada pengguna,dan(g)
Penggunaaninformasiuntukkepentinganmanajemenorganisasi.(Sondang, 2003:2).
DinasKesehatan (Dinkes) Provinsi SumateraUtaramerupakansalah satu
Satuan KerjaPerangkatDaerah (SKPD)yangterusmengembangkan
penggunaansisteminformasi dilingkunganPemerintahanDaerahProvinsi
SumateraUtara,khususnyadalambidang kesehatan.Berdasarkantugaspokok
danfungsisebagailembagapelayanan kesehatanyang mengharuskanDinkes
ProvinsiSumateraUtarauntukmengembangkandanmewujudkankemudahan
pondasidatadaninformasikesehatandariseluruhpusatpelayanankesehatan di
Kabupaten/Kota.
Berbagaiupayapenggunaan teknologiaplikasidalam pembenahan
strukturdankerjadalambidang pelayanan kesehatanmengingatsemakin
tingginyapermasalahanbidang kesehatanmenjadimomentumuntuk
peningkatandanstrategiuntuklebih maju.Pembenahanterhadappelayanan
kesehatan terus dilakukan diantaranya melalui website yang akan menjadi
pintugerbang informasikesehatanbagimasyarakat,SMSKesehatan dan
pelaksanaanSistem InformasiKesehatan Online(SIKOnline).Peluncuran layanan
informasihargaobatdengan menggunakan teknologikomunikasi
melaluiSMS(ShortMessageService)sehinggahampirsetiaporang dapat
memperolehlayananinformasihargadanjenisobatyang dibutuhkansecara efisien
rasional.Selain itupenggunaanteknologiaplikasi bidangkesehatanyaitu Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) Online sebagai strategi pembangunan
bidangkesehatan yang sangat pentingdalam hal informasi pelaporan dan
pendataan kesehatan.
Sebagaiprogrampembangunanbidang kesehatanyangbaru dikembangkan,
SIKOnline
tentunyamasihmenghadapiberbagaimasalah.Kurangnyakoordinasiinformasidatad
arikabupaten/kota masihterlihat dalam pelaksanaannya.Namun tentunya kembali
pada kesadaran petugas-petugas kesehatan dalam memajukan pelayanan
kesehatan demi pencapaian tujuan dalam sektor kesehatan.
Berdasarkan kondisidanpermasalahan tersebut,akan berpotensi
menyebabkanterganggunyaprosesdanbahkan outputsertaoutcomeyang
diharapkandariprogramyang dilaksanakanDinasKesehatanProvinsi Sumatera
Utara dalam rangka pengembangan pelaksanaan SIK Online.
Penulismerasatertarikuntukmelakukanpenelusuransecara ilmiahdengan
mengangkatnya kedalamsebuahpenelitianuntukmemperolehdeskripsi
tentangbagaimana berjalannyapelaksanaanSIKOnlineyangdilakukan, dengan
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1 . BagaimanaImplementasisisteminformasikesehatan (SIK)Online dalam
peningkatan efektivitas kerjadi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara?
2. Apa yang menjadi kendala pelaksanaan sistem informasi kesehatan
(SIK) online dalam peningkatan efektivitas kerja di Dinas Kesehatan
provinsi Sumatera Utara?
1.3Fokus Penelitian
Agar penelitianinilebihterfokus dandenganadanya keterbatasan
kemampuanyang penelitimiliki,danuntukmempertajamobjekpembahasan,
makapenelitimemfokuskan penelitian inipada:
1. Implementasisisteminformasikesehatan
(SIK)Onlinedalampeningkatan efektivitas kerja padaDinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
2. Kendala dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan (SIK)
Online dalam peningkatan efektivitas kerja pada Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan daripenelitian
1. Untukmengetahui implementasisisteminformasikesehatan ( S I K )
Online dalam peningkatan efektivitas kerja di Dinas KesehatanProvinsi
Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala berjalannya pelaksanaan
sistem informasi kesehatan (SIK) Online dalam peningkatan efektivitas
kerja di Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapain dalam penelitian ini
adalah:
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan bagi penulis untuk membuat karya ilmiah dan
menerapkan teori-teori yang telah diterima di Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang implementasi sistem informasi kesehatan (SIK) online,
juga dimaksudkan sebagai pemenuhan tugas akhir perkuliahan
(skripsi).
b. Bagimasyarakat,agarpenelitianinibisamenjadisumberinformasi
tentang implementasi sistem informasi kesehatan (SIK) online
olehDinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
c. Hasil penelitianini dapat membantu Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara dalam mensosialisasikan sistem informasi
1.6Kerangka Teori
Teori dapat digunakan sebagai bahan landasan atau dasar berfikir dalam
memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah dimana suatu teori dapat
membantu peneliti sebagai bahan referensi atau pendukung.Oleh karena itu,
kerangka teori diharapkan dapat memberikan dukungan pemahaman untuk
peneliti dalam memahami masalah yang sedang diteliti.Untuk memudahkan
penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori – teori
sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang dipilih (Sugiono, 2007:55).
1.6.1 Kebijakan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat
diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Sedangkan publik bisa diartikan sebagai umum, masyarakat, ataupun
Negara.Menurut Easton (dalam Tangkilisan.2003:2), kebijakan publik adalah
pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan
suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari
sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian
nilai – nilai pada masyarakat.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Winarno.2002:16), kebijakan publik
merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang
dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan
atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian pedoman dan dasar rencana yang akan
dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sebuah persoalan yang ada dalam
kehidupan masyarakatnya dengan hubungan yang mengikat. Jadi, kebijakan
publik berpusat pada penyelesaian masalah yang sudah nyata. Kebijakan publik
memiliki tahap yang cukup kompleks
karena memiliki banyak proses dan variabel. Menurut William Dunn
(2008:23), tahap – tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting) Kelompok masyarakat
seperti partai politik, organisasi masyarakat, serikat, atau
kelompok lainnya akan menyuarakan isu mereka kepada
pemerintah. Isu yang disampaikan akan bersaing untuk dapat
masuk ke dalam agenda kebijakan.
b. Formulasi kebijakan (Policy Formulation) Isu yang telah masuk
ke dalam agenda kebijakan dan dibahas oleh para pembuat
kebijakan akan didefenisikan untuk dicari pemecahan masalah
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif yang ada.dalamtahap perumusan kebijakan masing –
masing alternatif bersaing untuk memecahkan masalah.
c. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption) Dari sekian banyak
kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan
tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,
konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
d. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation) Kebijakan
yang sudah diadopsi kemudian dirangkum melalui program –
program yang harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan
oleh badan administrasi maupun agen pemerintah di tingkat
bawah. Kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh
unit – unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya
finansial dan sumber daya manusia.
e. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation) Pada tahap ini kebijakan
yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat
sejauhmana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat untuk meraih
dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki masalah
yang dihadapi masyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran
– ukuran atau kriteria – kriteria yang menjadi dasar untuk
menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang
diinginkan.
1.6.2 Implementasi
Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek, dimana “to implement" (mengimplementasikan)
alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat sesuatu).Menurut
Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2006: 139) mendefinisikan implementasi
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu
atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijaksanaan.
Masih berkaitan dengan konsep implementasi, Mazmanian dan Sabatier
mengatakan bahwa mengkaji masalah implementasi kebijakan berarti berusaha
memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan diberlakukan
atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi
setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada
masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu. (Fadillah Putra, 2003:84)
Begitupula Lineberry (Fadillah Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa
proses implementasi setidak-tidaknya memiliki empat elemen-elemen sebagai
berikut:
1.Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana.
2. Penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (Standard
Operating Procedures/ SOP).
3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok
sasaran; pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas/
badan pelaksana.
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah
suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan
itu. Di samping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan
administratif, melainkan juga mengkaji factor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut.
1.6.3 Implementasi Kebijakan
Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003: 29) menyebutkan bahwa
implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk
merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk
mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi. Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan
publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau
diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap
implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana
disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002:
102). Ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan
maupun ketidakberhasilan dari suatu kebijakan publik akan diketahui. Suatu
kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu
Menurut Tangkilisan (2003: 18), ada 3 (tiga) kegiatan utama yang paling
penting dalam implementasi keputusan yaitu :
a. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna
program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat
dijalankan
b. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan
program kedalam tujuan kebijakan.
c. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, upah dan lain- lainnya.
1.6.3.1 Teori Implementasi Kebijakan
Berikut teori yang menjelaskan implementasi kebijakan
(Subarsono, 2005: 89), yaitu :
1.Teori George C. Edwards III (1980) George C. Edwards
menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan:
1) Komunikasi, Pemerintah sebagai pihak yang berperan
langsung dalam mengimplementasi kebijakan/program
telah mentransmisikan (mengirimkan) perintah-perintah
implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat
kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi. Perintah yang diterima harus jelas,
apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau
maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran.
2) Sumberdaya, Sumberdaya dapat berwujud, Sumber Daya
Manusia yang sangat diperlukan dalam menjalankan
kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk
menjalankan sebuah kebijakan. Sumberdaya manusia
tersebut membutuhkan informasi yang berkenaan dengan
berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data
untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan
pemerintah.
Kemudian, selain sumberdaya manusia, diperlukan
juga sumberdaya financial, yang dapat berupa kewenangan
atau otoritas yaitu hak untuk mengeluarkan jaminan,
mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana
dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik,
membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan
cek untuk para warga, atau bisa juga disebut dengan adanya
fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai
persediaan yang esensial, yang bisa menunjang
implementasi kebijakan atau program.
3) Disposisi, Disposisi adalah watak dan karakteristik yang
harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen,
kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap
atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan,
maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak
efektif.
4) Birokrasi, Struktur birokrasi yang bertugas
mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari
aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yang standard (SOP) yang menjadi
pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak.
Gambar 2.1 Model Implementasi George C. Edwards III
Sumber : Subarsono, 2005
2. Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn (1975) Van
Meter dan Van Horn (Subarsono, 2005: 99) menerapkan model
Menurut Meter dan Horn, ada enam variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:
1) Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran
kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai
oleh program atau kebijakan, maka dari itu harus jelas dan
terukur sehingga dapat direalisir. Apabila terjadi kekaburan,
maka yang akan terjadi adalah multiinterpretasi dan
memudahkan timbulnya konflik diantara para agen
implementasi.
2) Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan
finansial atau nonmanusia dan sumber daya manusia untuk
melaksanakan program atau kebijakan.
3) Hubungan antar organisasi Dalam banyak program
implementasi sebuah program perlu dukungan dan
kordinasi dengan instansi lain.
4) Karakterisktik agen pelaksana Birokrasi, norma-norma dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang
semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu
program.
5) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup
sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung
keberhasillam implementasi kebijakan, sejauhmana
kelompokkelompok kepentingan memberikan dukungan
yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini
publik yang ada dilingkungan, dan apakah elit politik
mendukung implementasi kebijakan.
6) Disposisi implementor Disposisi impelementor mencakup
tiga hal yang penting, yakni :
a. Respon impelementor terhadap kebijakan, yang
akan mempengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakan,
b. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan,
dan
c. Intensitas disposisi impelementor, yakni preferensi
nilai yang dimiliki oleh implementor.
Gambar 2.2 Model Implementasi Van Meter & Van Horn
3. Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut Grindle (Subarsono, 2005: 93)
dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan (content of
policy) dan konteks implementasi (context of implementation). Isi
kebijakan mencakup tentang:
a. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran yang termuat dalam
isi kebijakan.
b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan dan diterima oleh kelompok
sasaran.
c. Derajat perubahan yang diinginkan, suatu program yang bertujua
mengubah sikap dan ilaku kelompok sasaran relatif sulit
diimplementasikan daripadaprogram yang sekedar memberikan
bantuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat
miskin.
d. Apakah letak sebuah program sudah tepat.
e. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya
dengan rinci.
f. Apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang
memadai.
Sedangkan variabel konteks lingkungan mencakup :
a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki
oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.
b. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.
Gambar 2.3 Model Implementasi Grindle
Sumber: subarsono, 2005
Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Menurut Mazmanian dan Sabatier (dalam Subarsono, 2011:
94) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi, yakni karakteristik dari masalah
(tractability of the problems), karakteristik
kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure
implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory
variables affecting implementation).
Gambar 2.3 Teori Daniel Mazmanian dan Sabatier
1.6.3.2 Model yang digunakan dalam Penelitian Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) online di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang diimplementasikan dapat
dilakukan dengan model pendekatan George C Edwards III. Sehingga dapat
dilihat pelaksanaan suatu kebijakan dengan variabel-variabel dalam model
pendekatan tersebut. Oleh karenanya Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan melihat variabel :
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)
sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Komunikasi dalam
organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit.
Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau
menyebarluaskannya. Disamping itu sumber informasi yang berbeda juga
akan melahirakn interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan
efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus
menegtahui apakah mereka dapat melakukannya.Sesungguhnya
implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus
2. Sumber Daya
Sumber implemenatsi kebijakan tidak akan berjalan efektif apabila
implementor kekurangan sumber daya. Sumber daya tersebut dapat
berwujud sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber
daya finansial. Dengan adanya sumber daya finansial juga akan mendukung
terlaksananya kebijakan / program dengan baik walaupun fasilitas terpenuhi.
Implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran.Sumber
daya adalah factor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa
sumber daya, kebijakan tidak akan berlaku dan hanya tinggal dikertas
menjadi dokumen saja. Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf,
keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk
mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait
dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa
program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta
adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan
kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.
Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan
kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program dengan
sempurna karena mereka tidak dapat melakukan pengawasan secara
maksimal dan mengerjakan pekerjaan dengan baik.Untuk itu adanya
manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program.
Informasi merupakan sumber daya penting bagi pelaksanaan
kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenai bagaimana
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data
pendukung kepatuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.
Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk
menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk
membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf,
maupun pengadaan supervisor.
3. Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.Salah satu
factor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap
implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika
pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses
implementasi akan mengalami banyak masalah. Sehingga perlunya
dukungan dari pimpinan agar pelaksanaan program dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan
menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang
mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku,
jenis kelamin, dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu
penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana
program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam
4. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi adalah karakteristik , norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif
yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang
mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.Struktur organisasi yang
bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap implementasi kebijakan.Salah satu dari aspek struktur
yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
standar (standard operating procedures atau SOP).SOP menjadi pedoman
bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu
panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan
redtape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini gilirannya
menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
1.6.4 Manajemen Pelayanan Publik 1.6.4.1Manajemen
Menurut James A,F Stoner (1982:2) Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usah-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
1.6.4.2 Pelayanan Publik
Lewis dan Gilman (2005:22) mendefinisikan Pelayanan publik
adalah kepercayaan publik.Warga negara berharap pelayanan publik dapat
tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.Pelayanan publik
yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan menghasilkan kepercayaan
publik.Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan
publik sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.
Penyelenggaraan pelayanan publik juga harus memenuhi beberapa
prinsip pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Kepmenpan No. 63
Tahun 2003 (Ratminto dan Winarsih, 2007:22) yang menyatakan bahwa
penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut :
1. Kesederhanaan Prosedur
Pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal : a)
Persyaratan teknis dan aministratif pelayanan publik, b)
Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik. c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara
pembayaran.
3.Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
4 .Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar,
tepat dan sah.
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan
rasa aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau
pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan
kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
8. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
9. Kedisplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan
dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat
ibadah dan lain-lain.
1.6.5 Konsep Sistem Informasi dan Sistem Informasi Kesehatan 1.6.5.1 Sistem dan Informasi
Menurut Tatang, M. Amirin (dalam Nurdin:2005), Sistemadalah
sekumpulanunsuryangmelakukankegiatanataumenyusunskemaatau
tata caramelakukansuatukegiatanpemrosesanuntukmencapaisesuatu
atau beberapa tujuandanhalinidilakukandengancara mengolah data/
barang/energidi dalamjangka waktutertentugunamenghasilkan
informasi/ energi/barang.
Secarasederhana Sutabri(2003:2)menggambarkansistemsebagai
suatu kumpulan dari unsur,komponen, atauvariabel yang
terorganisir saling bergantung
pertamakalidiuraikanolehKennethBouldingterutamamenekankan
pentingnyaperhatianterhadapsetiapbagianyang membentuksebuah
sistem.Teoriinimengatakanbahwa setiapunsurpembentukorganisasi
adalah penting danharusmendapatperhatianyang utuhsupayamanajer
dapatbertindaklebihefektifdanefisien.Davis
(2003:4)mendefenisikansistemsecaraabstraksebagaisusunanyangterat
urdarigagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsiyangsalingbergantung.
Sedangkansistemsecarafisismerupakanserangkaian unsuryang
bekerjasamauntukmencapaisuatutujuan. Unsur-unsur yangmewakili
suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan
(processing) dankeluaran(output).Disamping
itusuatusistemsenantiasa
tidakterlepasdarilingkungansekitarnya.Makaumpan balik(feed-back)
dapatberasaldari outputtetapidapatjugaberasaldari lingkungan sistem
yangdimaksuddan organisasidipandang sebagaisuatusistemyang akan
memilikisemua unsur-unsur ini. (Wahyudi,1998:9). Defenisisistem
berdasarkankamusWebster’sUnbridgeddalam(Zulkifli,1997:27)lebih
mendekatidengankeperluan dalam arti sistem
adalahelemen-elemenyang salingberhubungan membentuk satu kesatuanatau
organisasi.
Disamping ituinformasimerupakandatayang telahdiolah,
dibentuk,ataudimanipulasisesuai dengankeperluan tertentu.Pekerjaan
data dengan meneruskannyakeunitlain,ataulangsung diolah menjadi
informasi,kemudianinformasitersebutditeruskanke unitlain.
Dengan beredarnya informasidariunit ke unit lainmaka terjadilaharus
informasi antar-unit. Hubungantersebut lazim disebut sebagai
hubunganantar subsistemdalamsuatu
kaitankerjasamasuatusistem.Dengandemikian timbulistilah sistem
informasi (Zulkifli, 1997:3).
1.6.5.2SistemInformasi
Sisteminformasiadalahseperangkatkomponenyang saling
berhubungan,yangberfungsimengumpulkan, memproses, menyimpan
danmendistribusikaninformasiuntukmendukung pembuatankeputusan
dan pengawasan dalamorganisasi.(Eko, 2004:9).
Berdasarkan penjelasan eko, dapatdiambilkesimpulanbahwa
sistem informasiadalahgabunganperangkatkomputer danmanusiayang
melakukankegiatanmemprosesdatayang bergunauntukkelangsungan
kegiatanorganisasi.Sisteminformasijuga dapatdidefenisikansebagai
suatusistemdidalamsuatuorganisasiyang mempertemukankebutuhan
pengolahantransaksiharianyang mendukung fungsioperasiorgansiasi
yangbersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organinasi
untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan sistem informasi ada
1) Pengumpulan Data
Kegiatanpengumpulandata menurutSondang P.Hasibuan
(2008:118) sesungguhnya bermula dariidentifikasikebutuhan
informasidalam lingkungan dan seluruh jajaran organisasi.Telah
dimaklumi bahwadatamerupakanbahan mentah atau bahan
bakuyang diolah lebihlanjut sehingga bentuknya berubah
menjadi informasi. Unitpengolahan data hanyamampu
menghasilkan informasiyang
bermututinggidengankebutuhanorganisasiapabila datayang
dikumpulkan dandiolahjuga tinggimutunya.Olehkarena
itu,segala upaya harus
ditempuhuntukmenjaminbahwadatayangterkumpul untuk diolah
memangbermutu tinggi.
2) Pengolahan Data
Datamentahyang telahdikumpulkantidakakanadagunanya
jika tidakdiolah. Pengolahan datamerupakan bagian yang amat
penting dalammetodailmiah,karenadengan pengolahandata,data
tersebutakandiberiartidanmaknayang bergunadalammemecahkan
masalah.Pengolahandataadalahwaktuyang digunakanuntuk
menggambarkanperubahanbentukdata menjadiinformasiyang
memilikikegunaan.Semakinbanyakdata dankompleksnya aktifitas
maupun organisasi kecil maka metode pengolahan data yang
tepat sangat dibutuhkan.
3) PenyebarluasanInformasi
Setelah informasidikumpulkan dan diolah barulah dapat
disajikandandisebarlusakankepada
penerimainformasi.Penyebarluasaninformasidapatdilakukanmel
aluimedia komunikasi yang terpilihsertabermutuyang
dilaksanakansecaraberkaladan berkesinambungan.Setelah
informasiitudikumpulkandandiolah, barulahdata
disajikankepada parapenerima informasi.Dalam
penyebarluasaninformasiyang sangatpentinguntukdiperhatikan
adalah ketepatan dan keakuratan dari informasi itu.
Selainpemanfaatan teknologiinformasiakanmemiliki
keuntungansepertiyang diuraikansebelumnya,sebenarnyauntuk
mendukung
tigatujuanutamapenyusunansisteminformasiyaitu(1)
Mendukung
fungsipengurusan(stewardship)manajemen.Stewardship
merujukke
tanggungjawabmanajemendalammengatursumberdaya yang
dimilikipemerintahdaerahsecara benar;(2)Mendukung
operasionalpemerintahdaerahhari demiharidengan efesien dan
efektif.
1.6.5.3Sistem Informasi Kesehatan
Pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan perangkat
dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi(mulai
daripengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi)
untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan
informasi diseluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara
perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola
siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan
manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu
sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah
satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem
kesehatan di suatu Negara.
Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut
adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis,
vaksin, dan teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan
Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub
sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan
sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat.Sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di
semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun.
Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat
kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan
baik.
a. Sistem Informasi Kesehatan Online Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
SistemOnlineadalahjikadatayangdikirimkanlangsungditerima
olehcentralprocessingunit.Sedangkanrealtimeprocessingdata adalah
jika
transaksidatatidakdikumpulkanmenunggusampaibanyak,tetapisetiapsaa
t adatransaksilangsungdikirimkekomputer dariterminal.Begitudata
diterimaolehkomputer,datalangsung
diolahdenganprogramyangtelahdimasukkansebelumnya (berupa
packageprogram)danhasilnyadikirimkan
kembaliketerminal.RealtimeinimenggunakanDataBaseFile.(Suryatmo,
2000, 32-33)
Denganlayananonline,maka
koordinasi,prosespenangananmasalah, peningkatan kinerja petugas
kesehatan dan datakesehatan dapatdiperoleh dengan transparan,
cepatdan akurat.Perkembangan teknologi informasiyang
sangatcepatmerupakanjawabanuntukmendapatkan
informasidalambentuk pelaporanyang cepat dari seluruhpusat
pelayanan kesehatandi seluruh kabupaten/kota.
Sistem InformasiKesehatan Online yang disingkat dengan
sebagaiprogram pembangunankesehatandenganmenghasilkandata
daninformasikesehatan secara tepatdanakurat.M.Hanif(2007),
PengembanganSIKOnlineakan menghasilkaninformasidata
kesehatanyangupdate, transparan,mudah diperoleh oleh
masyarakat,pemerintah dan pengambilkeputusan.
Mempercepatpengambilankeputusantentang
kondisikesehatanmasyarakat melaluisaranateknologiinformasidan
mewujudkan sebuattatapemerintahan yangbaik.
SistemInformasi KesehatanOnlineyang merupakangabungan
perangkatdanproseduryang digunakanuntukmengelolasiklusinformasi
(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik
informasi), untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam
perencanaan, pelaksanaandanpemantauankerja
sistemkesehatan.Informasikesehatan selalu diperlukan
dalampembuatan programkesehatan mulaidari analisis
situasi,penentuanprioritas, pembuatanalternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hinggaproses evaluasi.
PengembanganSIKOnlineoleh DinasKesehatan merupakan
implementasi Peraturan Daerah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara PembaharuanSistem
InformasiKesehatandiProvinsidanKabupaten/Kota danberdasarkan
KeputusanMentriKesehatan (KEPMENKES)No.
SistemInformasiKesehatanNasional (SIKNAS) Online. Menurut
Rosnini (2007), dengan adanya Sistem InformasiKesehatanOnline
inidiharapkanakanmenjadibasisdanpondasi informasi data kesehatan
dari seluruh puskesmas, rumah sakit, Dinkes kabupaten/kota danDinas
Provinsi dapat terintegrasi dengan baik.
Adapunfaktor-faktorpendukung
dalamsisteminformasiadalah:(1)
PerangkatKeras,bagisuatusisteminformasiterdiriatas komputer (pusat
pengolah, unit masukan/keluaran, unit penyimpanan file, dan lain
sebagainya), peralatan penyiapandata
danterminalmasukan/keluaran;(2) PerangkatLunak,beupa
aplikasi-aplikasidalampengolahandata;(3) Prosedur,merupakankomponen
fisikkarena prosedur disediakandalam
bentukfisiksepertibukupanduandaninstruksi,yang terdiridariinstruksi
untukpemakai,instruksi untukpenyiapanmasukan, dan instruksi
pengoperasian untuk karyawan pusat komputer; (4) Personil, operator
komputer,analisissistem,progamer,personildataentridanmanajersistem
informasi (Sutabri, 2005:96).
Menurut Eko Nugroho(2008)
hambatanterhadapsisteminformasi yaitu: (1)Kesalahan teknis, baik
permasalahan perangkat keras maupun perangkat lunaknya; (2)
banjir,danlainsebagainya; (3)Kelalaianmanusia (humanerror)yang
tidakdisengaja.Selanjutnya,MartindalamOktadimalik (2009)
mengatakanmasalah dalamsisteminformasimeliputi;relevansi,
kelengkapan, kebenaran, keamanan, ketepatan waktu, ekonomi,
efisiensi, dapatdipercaya dankegunaan.Dalamhalinidikatakanbahwa
masalahdalam
sisteminformasimanajemenmeliputikerelevananinformasiyang
dihasilkan, kelengkapan,daninformasiyang
dihasilkanituharusdapatdiuju kebenarannya,aman,
tepatwaktudalammenyajikannya,ekonomisdan efisiensi, dapat
dipercayadan dapat berguna.
Adapun fiturAplikasi SIK Online iniantaralain:
a. Dashboardmerupakan fasilitasuntuk
melihatstatuskunjunganpasien dalam tampilan awal aplikasi
b.MonitoringOnlinemerupakan fasilitasuntukmelakukan monitoring
pelayanansecaraonlinedariDinasKesehatanmenggunakan jaringan
wireless
c. Rekapitulasidatasecaraotomatismerupakanfasilitasuntukmelakukan
rekapdatapelaporandiDinkesKab/Kotadan DinkesProvinsisecara
otomatis
d. DataMedicalpasienyangbisadiaksessecaraonlinedariinfrastruktur
Dalam konfigurasi tahapan pelaksanaan SIKOnline dan terintegrasi
dapatterlihatbahwasemuadatapelaporanyang
berasaldaripuskesmasakandikirimmelaluijaringaninternetkebankdatase
caraonline.Datatersebut akandimonitoringolehDinaskesehatan
setempatuntukdirekapitulasisecara otomatisdandilaporkan
keDinasKesehatanProvinsisecaraonline,demikian seterusnya sampaike
pusat. (Dokumen DinkesProvinsi Sumatera Utara tahun 2015)
b. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Faktor YangMempengaruhi Pelaksanaan SistemInformasiKesehatanOnline
Dengansemakinberkembangnya peranansisteminformasi,menuntut
manajemenuntukmenghasilkansisteminformasiyang
efektifdanefisien.Untukitu,dituntutsebuahperubahandalambidang
manajemensistem informasi.Perubahanyang
terjadiadalahdenganditerapkannyaperencanaan strategis sistem
informasi.Peningkatan perencanaan strategis sistem
informasimenjaditantanganseriusbagipihakmanajemensistem
informasi.Perencanaan strategissistem informasi diperlukan agar sebuah
organisasi dapatmengenalitargetterbaikuntukmelakukanpembelian
danpenerapan sisteminformasimanajemen,serta memaksimalkan
hasildariteknologi (Noviyanto:2010).
MenurutEkoNugroho(2008)upayayang dilakukanuntukmengatasi
dengancara:(1)Membinainternaluser;(2)Memasang pengendalian-
pengendaliandisisteminformasi;(3) Memeriksa sejauhmana keberhasilan
pengendalian-pengendaliantersebut;(4) Merencanakanakibatgangguan-
gangguan(disasterrecoveryplanning). SedangkanmenurutDavis(1991)
upayamengatasi masalah dalsistem
informasidapatjugadiatasidengan;(1)Pengendalian internal untuk
mengetahui kesalahan; (2) Audit atau pemeriksaan internal dan
eksternal; (3) Menambahkan batas-batas kepercayaanpada
data;(4)Instruksipemakaidalamprosedur pengukurandan pengolahan agar
pemakaidapat menilai kesalahanyangterjadi.
DalampelaksanaanSistemInformasiKesehatanOnline (SIKOnline)
adabeberapakegiatanpendukungdanupayapenunjangSIKOnlineantara
lainmelaksanakansecararutinkegiatanpelatihandansosialisasiuntuk SDM
ditingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas
(anggaran kegiatanrutin),memberikandukungankhusus(intensif/honor)
untuk pengelola SIK, melaksanakanmaintenancedananggaranrutin/bulan
terhadap Hardware dannetworking,penggunaanaplikasidankomputer serta
standar format formyangsudahbaku dalam pelaksanaanSIKOnline.
1.6.5.4Landasan Hukum Sistem Informasi Kesehatan
Adapun dasar hukum sistem informasi kesehatan adalah (diakses
pada 26 Desember 2016 jam 15.25)
a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4843);
b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846);
c. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomcr 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5542
f. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
41/PER/Men.Kominfo/11/2007 tentang Panduan Umum Tata
Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008
Tentang Rekam Medis;
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/PER/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan.
m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000
tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2010;
n. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/V/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIK Nasional
(SIKNAS);
o. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengambangan Sistem
Informasi Daerah (SIKDA);
p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003
q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Perawatan kesehatan
manyarakat di Indonesia;
r. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007
tentang Pengembangan SIKNAS Online;
s. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.00.SJ.SK.VI.1111 Tahun 2007 tentang Penunjukan
Petugas Pengolahan SIKNAS Online;
t. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/III/2008
tentang Petunjuk Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehtan Daerah;
u. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional;
v. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014;
1.7 Efektivitas Kerja
Efektivitasorganisasiadalah kemampuanuntukbertahan,
menyesuaikandiri,memelihara diridantumbuh,lepasdarifungsitertentu yang
dimilikinya.Sondang P.SiagiandalamOthenkPlanet(2008)
menjelaskanpengertianefektivitassebagaipemanfaatansumber daya,sarana dan
prasaranadalam jumlah tertentuyangsecarasadar ditetapkan sebelumnya
untukmenghasilkansejumlahbarang atasjasakegiatanyang
sasaranyang telah ditetapkan.Jika hasilkegiatansemakin mendekatisasaran, berarti
makin tinggi efektivitasnya. Efektivitas organisasimemusatkan perhatian
utama padagejala-gejaladalamlingkup organisasi.
DaviddalamRiana Pangabean(2005) mendefinisikanefektivitas
organisasimaupun kelompok adalah sesuatu kehidupan organisasiatau
kelompokuntukmelakukantugas-tugas,didalamterdapatusaha untuk
mencapaitujuandengankepuasandanpersahabatanantara individudidalam
kelompok atau organisasi.
Pendapattersebutdiperkuatoleh SarlitodalamRiana Pangabean
(2005)yangmenyatakanbahwa efektivitasorganisasiataukelompokadalah
hasilkerja kelompokdalammencapaitujuan.Makindekathasilorganisasi
ataukelompokdalammencapaitujuan,makinefektifpimpinanorganisasi
ataukelompoktersebut.Efektivitasyang merupakanpencapaiantujuanyang
dikehendakitanpa menghiraukan faktor-faktortenaga,waktu,biaya,fikiran, alat dan
lain-lainyangtelah digunakan atau dikeluarkan.
Menurut Georgopolous dan Tannenbaum dalam DharmaSetyawan
Salam (2007: 115) memandang konsep keefektifan organisasi dari tiga
kriteria,yaitu :(1)produktivitasorganisasi;(2) fleksibilitasorganisasi,dalam
bentukkeberhasilannyamenyesuaikan diridengan perubahan-perubahandi
dalamdandiluar organisasi;(3) tidakterdapatnya keteganganatauhambatan dan
konflik di dalam organisasi.
Efektivitaskerja adalahsuatukeadaandimana aktifitasjasmaniahdan
dikehendaki.MenurutSiagian(1986:152), efektivitaskerjaadalah
penyelesaianpekerjaantepatpadawaktunyasepertiyang telahditetapkan
sebelumnya.
Adaempatfaktoryang mempengaruhiefektivitaskerja,sepertiyang
dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980: 9),yaitu:
a. Karakteristikorganisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan
teknologi organisasiyang
dapatmempengaruhisegi-segitertentudariefektivitas dengan berbagaicara. Yang dimaksud
struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti
dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengansumber
dayamanusia.Struktur meliputi bagaimana cara organisasi
menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan,
sedangkan yang dimaksud dengan teknologi adalah mekanisme
suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi
keluaran.
b. Karakteristik lingkungan
Lingkunganluar danlingkungandalamjuga telahdinyatakan
berpengaruh
atasefektivitas,keberhasilanhubunganorganisasilingkungan
keterdugaan keadaanlingkungan,ketepatanpersepsiatas keadaan
lingkungan,tingkat rasionalismeorganisasi.Ketiga faktorini
mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan
lingkungan.
c. Karakteristik pekerja
Pekerjamerupakansumberdayayang langsung berhubungan
denganpengelolaansumberdayayangadadalamorganisasi,olehsebab
ituperilakupekerja sangatberpengaruhterhadappencapaiantujuan
organisasi.ekerjamerupakansumberdayayang langsung berhubungan
denganpengelolaansemuasumberdayayangadadidalamorganisasi,
olehsebabituperilakupekerjasangatberpengaruh terhadappencapaian
tujuan organisasi. Pekerja merupakanmodal utama didalam
organisasi yang
akanberpengaruhbesarterhadapefektivitas,karenawalaupun
teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih
dan didukungolehadanya strukturyang
baik,namuntanpaadanyapekerja makasemuaitu tidak adagunanya.
d. Karakteristik kebijaksanaan dan praktek manajemen
Dengan makin rumitnyaproses teknologidan
perkembangannya lingkunganmakaperananmanajemen
dalammengkoordinasiorang dan proses demikeberhasilanorganisasi
Richard M. Steers(1980)mengemukakan2kriteria
dalampengukuran efektivitas kerja,yaitu:
a. Produktivitas kerja, merupakan kemampuan memperolehmanfaat
yang sebesar-besarnyadarisaranadanprasaranayang
mampumenghasilkan output atau hasil kerja yang optimal.
Produktivitas kerjamelihat sejauhmana
kemampuanmenghasilkanpekerjaanyanglebihbaikdaripada
hasilyangbiasa.
b. Kepuasankerja,merupakanresponemosionalterhadapperasaan
menyenangkan berkaitandenganpandanganseseorang terhadap
pekerjaaannya.Kepuasankerja bukanlah
suatukonseptunggal,seseorang
relatifpuasdengansalahsatuaspekdaripekerjaannya dantidakpuas
terhadapaspeklain dari pekerjaannya.
Dalammelihatprosespencapaianefektivitaskerja
daripelaksanaan sisteminformasikesehatanonlineyang
dilakukanolehDinasKesehatan ProvinsiSumatera
UtaradenganmengacupadapendapatRichardM.Steers yang diukur
darisegiproduktivitas dankepuasankerjadapatmeningkatkan
efektivitas kerja dalam sebuah organisasi sehingga dapat
terwujud pelaksanaan sistem informasi kesehatanonlineyangefektif
dan tepatguna.
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.Definisi konsep diperlukan
dalam penelitian yakni untuk menggambarkan sebuah fenomena yang
hendakditeliti secara tepat (Singarimbun, 2006). Untuk mendapatkan batasan yang
jelas dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan adalah :
1. kebijakan publik adalah serangkaian pedoman dan dasar rencana yang
akan dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sebuah persoalan yang
ada dalam kehidupan masyarakatnya dengan hubungan yang mengikat.
Jadi, kebijakan publik berpusat pada penyelesaian masalah yang sudah
nyata. Kebijakan publik memiliki tahap yang cukup kompleks karena
memiliki banyak proses dan variabel.
2. Implementasi adalah kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan
program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk
mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang
telah diseleksi. Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003: 29)
3. Sistem Informasi Kesehatan adalah gabungan perangkat dan prosedur
yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari
pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan kinerja sistem kesehatan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 168.Sistem Informasi Kesehatan adalah suatu sistem terintegrasi yang
swasta) di seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis untuk mendukung
pembangunan kesehatan.
Dalam implementasi sistem informasi kesehatan online di Dinas
Kesehatan provinsi Sumatera Utara teori yang digunakan adalah teori
George Edward III yang diukur dengan empat variabel yaitu:
a.komunikasi c. disposisi
b. sumber daya d. struktur birokrasi
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan segala
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, serta sistematika
penulisan skripsi.
BAB II METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab ini membahas gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian
visi dan misi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi dan data tertulis.
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini memuat pembahasan dan interpretasi dari data-data yang
disajikan pada bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil