• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB VI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PENGARUH KOMUNITAS MUDA-MUDI

MELALUI MEDIA SOSIAL MELAWAN SEGREGASI

MASSA KONFLIK DAN PASCA KONFLIK AMBON

Facebook Sebagai Sarana Integritas Melawan Segregasi

Integrasi berawal dari interaksi dan dialog untuk mencapai konsensus. Konsensus mengandung kekuatan untuk mengintegrasikan atau mengukuhkan. Kekuatan tersebut diperoleh dari keyakinan masyarakat itu sendiri, yang disalurkan dalam bentuk kesepakatan. Demikian halnya dengan konsensus untuk membangun perdamaian yang komprehensif pada masa konflik dan pascakonflik di Maluku. Kesadaran terhadap konteks segregasi masyarakat Maluku, khususnya pada masa pascakonflik konflik, telah menjadi sumber bertumbuhnya komunitas perdamaian yang efektif di Maluku. Produktifitas kerja mereka, dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertama, akomodasi. Pada tahapan ini, tokoh-tokoh perdamaian, baik dari kelompok agama Islam maupun Kristen berupaya untuk meredakan pertentangan di antara mereka. Pertentangan-pertentangan dan perbedaan-perbedaan yang muncul saat terjadinya konflik didialogkan bersama sampai tercapai sebuah kesepakatan bersama dengan dibentuknya komunitas-komunitas perdamaian, seperti: Provokator Damai, Badati, Mollucas Hip-Hop Community, Kanvas Allifuru, bengkel Sastra, Non-Violence.

(2)

Tabel 6.1 Komunitas-Komunitas Perdamaian di Ambon

No Komunitas Proses

Akomodasi Klasifikasi Problem

Kerja

- Masyakat Maluku mulai kehilangan provokatif yang mengkondisikan masyarakat berdasarkan kelompok agama

- Bekerjasama proses yang telah diciptakan ini

- Agama dipakai sebagai tameng terhadap konflik Maluku - Minimnya jalur

(3)

- Bekerjasama membatasi isu-isu provokatif yang menyebar dengan luas. lintas agama yang hendak

- Maluku dipandang sebagai kota sebagai salah satu cara mencapai tujuan perdamaian

- Memori tersimpan secara audio dan

visual, dan salah satu jalan untuk memberikan pencerahan adalah melalui aspek visual yakni lukisan. Karena kapasitas diri melalui karya seni lukis - Menggunakan

(4)

sebagai salah satu terhadap hal ini dinilai masih minim dalam proses pelatihan dan

pengembangannya - Karya sastra dapat

dipakai sebagai sebagai sarana penyatuan juga suku, budaya dan meluas hingga pada ruang-ruang melatih sikap dan praktek

kehidupan bersama bersikap saling terbuka.

- Bekerjasama menumbuhkan paradigma yang baru mengenai spirit

melalui pentas seni untuk menghadirkan perbedaan bukan sebagai sarana konflik, melainkan sebagai kekuatan bersama.

(5)

-Bertolak dari pendapat yang dikemukakan oleh Esser mengenai bentuk-bentuk integrasi, maka integrasi yang dibentuk-bentuk oleh komunitas-komuitas perdamaian di atas termasuk dalam bentuk interaksi. Sebab, di dalam proses integrasi yang dilakukan, terjadi interaksi antara individu-individu di dalam kelompok secara verbal, maupun secara non-verbal yang bertujuan bagi perdamaian masyarakat Maluku secara umum. Interaksi yang ditampilkan adalah bentuk komunikasi antar „orang basudara‟. Interaksi dan komunikasi tersebut terjadi dalam kehidupan masyarakat Maluku dengan pendekatan lintas agama. Alat dan prasarana integrasi ini bersandar pada pemanfataan media sosial untuk membentuk hubungan kekerabatan dengan orientasi nilai yang diyakini bersama sebagai orang basudara. Hal ini bertujuan untuk memberantas kuatnya tali segregasi yang membatasi persatuan orang Maluku. Tanpa interaksi tidak mungkin masyarakat yang telah tersegregasi akibat konflik dapat terintegrasi. Disisi lain, pesan-pesan provokatif yang hendak memperkeruh situasi masyarakat menjadi salah satu kendala. Karena itu, diperlukan juga interaksi positif untuk mengklarifikasi pesan-pesan provokatif tersebut, sehingga kondisi masyarakat tidak semakin eksklusif.

Bila dikaitkan dengan jenis integrasi menurut Durkheim, maka integrasi yang ada dalam komunitas-komunitas perdamaian di Ambon merupakan integrasi tinggi. Karena anggota-anggota ada pada ranah kelompok yang lebih solid antar satu dengan yang lain dan memperlihatkan sikap kolektifnya. Sikap kolektif itu ditampakan dalam hal saling membantu, saling menghargai, dll.

Pemanfaatan media sosial oleh komunitas-komunitas tersebut memberi sebuah pemahaman, bahwa masyarakat bukanlah sekedar wadah untuk terwujudnya integrasi sosial yang akan mendukung solidaritas sosial, melainkan juga pangkal dari kesadaran kolektif (collective consciousness/conscience) dan sasaran utama dari perbuatan moral. Moralitas merupakan suatu keinginan yang rasional. Jadi perbuatan moral bukanlah sekedar “kewajiban” yang tumbuh dari dalam diri sendiri, melainkan juga “kebaikan” ketika kita dihadapkan dengan kehidupan sosial. Kenyataan inilah yang mendorong sampai proses integrasi melalui media sosial dapat menciptakan sebuah perubahan bagi masyarakat Maluku.

Alur dan Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama

(6)

yang telah melegitimasi Maluku sebagai wilayah rentan konflik. Kenyataan demikian membuat upaya untuk mengantisipasi segregasi bukanlah sebuah keinginan semata, melainkan sebuah kebutuhan yang bersifat urgen bagi masyarakat Maluku. Klasifikasi tempat tinggal yang semakin menguat pascakonflik berdasarkan ruang-ruang hidup kelompok agama membuat masyarakat akan menjadi eksklusif dan nyaman dengan agama sendiri, serta menanggap orang di luar mereka adalah the other. Karena itu, dibutuhkan sebuah ruang bersama yang dapat memperjumpakan kelompok-kelompok agama ini, pada sebuah titik kebersamaan. Kenyataan ini yang membuat terbentuknya komunitas-komunitas perdamaian di Ambon untuk memanfaatkan teknologi, yakni facebook sebagai sebuah sarana alternatif untuk menjadi titik perjumpaan bersama. Tindakan demikian dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi segregasi secara pesat dalam tataran praktis bermasyarakat. Proses pemanfaatan facebook sebagai ruang bersama, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 6.1 Alur Penerimaan Pesan Melalui facebook

Alur ini hendak menggambarkan proses komunikasi yang berlangsung lewat facebook yang didukung dengan menggunakan beberapa fitur yang terdapat dalam facebook. Fitur-fitur ini kemudian memudahkan komunitas-komunitas dimaluku untuk menyatakan karyanya bagi maluku baik pada masa konflik maupun pada masa pasca konflik sebagai ruang bersama .

Komunitas : Kolom komunitas ini terdiri dari Home dan Wall yang menggambarkan secara khusus wujud dari identitas komunitas-komunitas yang ada. dalam hal ini komunitas Provokator damai, Badati pada masa konflik, dan Molluca Hip-Hop Comunitty, Kanvas Aliffuru,

Pesan : Pesan ini terdiri dari status yang dibagikan secara umum, berupa: teks ertulis, gambar, maupun video. Selain itu, terdapat juga pesan khusus, berupa interaksi pribadi, antara narasumber dan penerima melalui fitur inbox. Hal ini berguna untuk menunjukan proses data yang dipublikasikan bersifat kompehensif, sehingga data tersebut dipahami dan diterima sebagai pesan perdamaian oleh penerima pesan.

(7)

penerima diharapkan memiliki kearifan untuk merubah paradigma dan memiliki komitmen baru untuk karya dan mengantisipasi segregasi sebagai sumber konflik di Maluku. Respons : Respons merupakan reaksi yang dimunculkan saat penerima

menerima data dari narasumber. Respons tersebut berlangsung dalam media facebook, karena sudah tersedia fitur-fitur terkait dengan respons penerima melalui simbol (like dan dislike, view), juga menyediakan bentuk komunikasi langsung (comment), serta turut membagikan content data narasumber kepada pihak berikutnya pada halaman akun facebook penerima (tag).

Gambar 6.2 Alur Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama

Alur Komunikasi Facebook sebagai Ruang Bersama Komunitas Provokator Damai

(8)

provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan semakin meluas bagi kehidupan masyarakat Maluku. Isu-isu provokatif yang muncul dikaji dan diubah menjadi isu-isu perdamaian bagi Maluku. Menurut salah satu pendiri provokator damai, yakni Abidin Wakanno, bahwa masyarakat Maluku melihat panggung konflik sebagai ajang menunjukan eksistensi diri mereka sebagai orang basudara. Konflik bukanlah sebuah gambaran hancurnya keberadaan masyarakat Maluku, namun sebuah ajang untuk menunjukan bukti nyata, bahwa praktek kehidupan orang basudara sebagai warisan budaya Maluku terus hidup untuk mempersatukan orang Maluku. 1

Komunitas Badati

Komunikasi lewat facebook sebagai ruang bersama komunitas badati menjadi alur positif yang bertujuan untuk membuka relasi perdamaian antar komunitas agama, sebagaimana dikemukakan oleh anggota komunitas ini, yakni :

1. Memperluas jejaring relasi dengan tujuan mengklarifikasi isu-isu

provokatif

2. Memainkan peran langsung di titik konflik melalui pembagian

coffie diposko-posko penjagaan dengan tujuan merubah pradigma bahwa konflik terjadi bukan karena isu agama. 2

Komunitas Molluca Hip-Hip Community (MHC)

Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas MHC mengarah pada proses mengantisipasi segregasi untuk meningkatkan rasa kecintaan terhadap Maluku dan menjadikan budaya sebagai perakat antarmasyarakat. Hal ini tampak dalam ruang MHC yang terdiri dari perpaduan kelompok agama Islam dan Kristen, serta menggunakan budaya sebagai jembatan penghubung antarmasyarakat Maluku yang telah tersegregasi berdasarkan agama (Iskam dan Kristen). Kenyataan ini yang menjadi sumber dihasilkannya karya-karya musik untuk memperkuat identitas kebersamaan masyarakat Maluku, seperti kapata-kapata budaya yang dinyanyikan dengan makna persatuan dan kebersamaan.3

Komunitas Kanvas Alifuru

Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas kanvas alifuru, bergerak pada bidang seni rupa. Mereka menggunakan seni rupa

1

(9)

sebagai karya memoriam dengan meletakan unsur budaya sebagai kekuatan, dan karya visioner yang menggunakan kekuatan imajiner untuk meletakan unsur kritik terhadap masyarakat Maluku yang tersegregasi, juga sebagai dasar membangun kebersamaan di antara masyarakat Maluku.4

Komunitas Bengkel Sastra

Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas bengkel sastra, bergerak pada bidang karya tulis berupa puisi, cerpen, novel, dll. Bengkel sastra menggunakan kekuatan bahasa untuk mewujudkan perdamaian bagi Maluku. Pesan-pesan kebersamaan, berupa Maluku Satu Darah, Satu Hati, dan berbagai karya lain yang dihasilkan dan disebarkan bertujuan untuk mengantisipasi menguatnya praktek-praktek yang semakin mengsegregasikan masyarakat Maluku.5

Komunitas Non Violence

Alur komunikasi facebook sebagai ruang bersama komunitas non violence hendak menampakan bahwa pascakonflik Maluku, kekuatan segregasi ternyata semakin kuat bergerak dan berdampak dalam ruang-ruang ilmiah di kampus. Kenyataan ini membuat komunitas non violence hendak bergerak pada tataran etis-praktis untuk memupuk kebersamaan, juga bergerak dalam proses sosialisasi perdamaian serta menghasilkan karya-karya yang berorientasi pada perdamaian Maluku dan dimunculkan pada facebook. Upaya ini bertujuan untuk mentransformasi paradigma-paradigma lama yang terkurung dalam ruang-ruang segregasi dan melunturkannya, serta membuka ruang kebersamaan sebagai wujud asali kehidupan masyarakat Maluku, yakni hidup orang basudara. Di sisi lain komunitas non-violence bergerak dalam ruang penyelesaian konflik dengan jalan dialog dan komunikasi.6

Etika Dalam Media Sosial Sebagai Pilar Komunikasi Masyarakat Maluku

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena perannya yang sangat signifikan dalam komunikasi modern. Kenyataan ini yang dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Maluku untuk mengatasi menguatnya jalur-jalur segregasi seperti yang telah disampaikan di atas. Kemudahan dalam mengakses akun media sosial, dalam hal ini facebook,

4 Wawancara: Joner Lakburlawal

5

(10)

membuat sarana tersebut akrab dengan kehidupan masayarakat. Proses akses yang tidak terbatas, bisa terjadi di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dan tentang apa saja membuat facebook telah menjadi backbone (tulang punggung) dalam komunikasi abad digital ini. Akan tetapi, selain dampak positif yang ditimbulkan berkat fungsi dan tujuannya, medsos (facebook) dapat menjadi sarana negatif apabila digunakan secara tidak bertanggung jawab.

Praktek penggunaan facebook yang mengabaikan prinisp-prinisp etika berkomunikasi telah marak akhir-akhir ini di Indonesia. Pesan-pesan kebencian dipublikasi tanpa sensor sehingga memunculkan emosi dari pihak penerima yang tidak setuju terhadap pesan tersebut. Namun, tindakan sedemikian tidak dilakukan oleh komunitas-komunitas perdamaian di Ambon. Mereka mendjadikan facebook sebagai sarana integrasi dan penebar pesan-pesan perdamaian, mempublikasi karya anak Maluku berbasis lintas iman bagi perdamaian.

Tatanan sosial yang terbangun dari komunikasi era digital melalui medsos sebagai tulang punggungnya akan rusak dan destruktif apabila penggunaan medsos tidak didasarkan pada etika berkomunikasi yang baik. Ketika masyarakat berkomunikasi, pada dasarnya mereka sedang menciptakan sendi-sendi trust atau rasa saling percaya. Komunikasi demikian dapat terjadi ketika pihak-pihak yang berkomunikasi menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Konflik Maluku dimulai juga dengan prinsip komunikasi yang tidak beretika. Kenyataan ini ditakutkan akan membuka kembali ruang konflik bagi Maluku di era digital ini. Oleh karena itu, pemanfaatan media sosial facebook sebagai ruang bersama penting untuk dimaknai, sekaligus turut memperhatikan aspek etika komunikasi di dalamnya.

Prinsip etika komunikasi dalam media sosial telah diatur dalam ketentuan Hukum UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).7 Ketentuan UU ini menjadi balutan legalitas dalam proses penggunaan media sosial. Selain prinsip legalitas sebagai ketentuan yang tertulis, ada pula prinsip etika yang tidak tertulis dan dimaknai sebagai perwujudan moralitas. Beberapa point di bawah ini hendak menjadi acuan dalam proses berkomunikasi di media sosial, khususnya facebook, bagi masyarakat Maluku:

1. Berkomunikasilah secara santun dan tidak mengumbar kata-kata kasar. Gunakan kaidah kaidah bahasa dengan baik dan benar. Upayakan untuk menghindari kata-kata atau idiom yang artinya kotor, menghujat dan tidak sopan dalam bermedia sosial.

(11)

2. Dilarang untuk menyebarkan konten yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan sosial, baik itu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), berupa tulisan, foto, gambar, ilustrasi, suara maupun video.

3. Dilarang menyebarkan foto, tulisan ataupun video yang bersifat pornografi dan menggangu mentalitas kehidupan masyarakat terutama generasi muda.

4. Jangan menuduh, menyerang, beropini negatif dan memberikan informasi tidak benar melalui medsos.

5. Beropini dan mengeluarkan pendapat dengan berpijak pada fakta sebenarnya dan data yang sahih.

6. Jangan menggunakan nama samaran, nama orang lain atau membuat akun samaran dengan tujuan apa pun. Hal itu bisa menjadi awal dari bentuk penipuan karena menyembunyikan identitas aslinya. Biasanya, penggunaan nama samaran ini oleh orang yang tidak bertanggung jawab dikombinasikan dengan perbuatan tidak baik seperti menyebarkan atau melakukan forward informasi bohong, menyesatkan, fitnah, mengadu domba, Memperkeruh suasana, memanipulasi informasi, dan membunuh karakter pihak lain.

7. Hindari penggunaan media sosial untuk meluapkan emosi negatif kepada orang lain, ucapan-ucapan kasar, pelecahan, dsb.8

Media sosial akan bermakna positif ketika dimanfaatkan untuk berbagi kebaikan, optimisme, kebahagiaan, saling tolong-menolong, dan saling menghargai. Namun, media sosial akan bermakna negatif ketika dimanfaatkan untuk menyebar kebencian kepada pihak lain. Ketika terdapat ujaran kebencian, sebagai bentuk pelanggaran terhadap etika tidak tertulis dalam berkomunikasi di media sosial, maka umumnya pengguna akan mendapat sanksi sosial, seperti dikeluarkan dari grup, mendapat unfollow, dislike, mendapat kritikan, teguran, atau masukan dari orang lain, atau bisa juga dikucilkan (ekskomunikasi) oleh pengguna media sosial yang lain.

Di tengah pemanfaatan facebook yang berfungsi ganda, yakni: positif dan negatif, suatu pilihan penggunaan facebook yang luar biasa telah hidup dalam masyarakat Maluku. Mereka dapat menggunakannnya dengan baik untuk menghidupkan ruang bersama bagi perdamaian di Maluku. Facebook telah digunakan sebagai ruang perjumpaan alternatif komunitas lintas agama dan menjadi ruang klarifikasi tehadap isu-isu provokatif yang dapat memecah-belah masyarakat Maluku. Pemenfaatan facebook sedemikian oleh

(12)

komunitas perdamaian di Maluku, dapat dipandang sebagai penopang hukum dan moralitas bersama. Selain itu, facebook telah menjadi ruang untuk mempubikasikan nilai-nilai dasar kehidupan seperti kerja sama, tolong-menolong, saling menghargai, dan lain-lain.

Gambar

Tabel 6.1 Komunitas-Komunitas Perdamaian di Ambon
Gambar 6.1 Alur Penerimaan Pesan Melalui facebook
Gambar 6.2 Alur Proses Facebook Sebagai Ruang Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan perilaku seseorang kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengertian pengarahan dalam hal ini untuk menyebabkan

Untuk pencapaian tujuan kedua, analisis dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap pertama, pendekatan analisis yang digunakan berdasarkan pendekatan

Kajian yang dilakukan oleh Lauer dan Lauer (1986) dalam Parker, 2002), mendapati bahawa daripada 351 responden yang telah berkahwin seramai 300 orang pasangan yang kedua-

[r]

Tahanan tumpu nominal tergantung kondisi yang terlemah dari baut atau komponen pelat yang disambung.. a home base

 The procedure described above can be used to obtain an independent SDoF equation for each mode of vibration of the undamped structure.. a home base

 Mahasiswa dapat menghitung respon struktur MDoF akibat beban gempa bumi.. a home base

[r]