• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kimia Anorganik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Kimia Anorganik"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

Disusun Oleh :

Nama : Samuel Parulian Bakara

NPM : E1G013069

Prodi : Teknologi Industri Pertanian Kelompok : 1 (Satu)

Hari / jam : Kamis / 14:00 – 15:40 Tanggal : 24 Oktober 2013

Ko-Ass : *Reski Pratama

*Tatik Sulasmi Dosen : Dra. Devi Silsia, M.Si

Objek Praktikum : CARA-CARA MENYATAKAN KONSENTRASI LARUTAN

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang

mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut.

Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut.

Berdasarkan hal ini muncul satuan- satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.

Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah

pengenceran.

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang- kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.

1.2 Tujuan Percobaan

 Menjelaskan berbagai satuan konsentrasi larutan.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlalu sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Larutan adalah campuaran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut (solute), sedangkan yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut. (Chang, 2003)

Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan merupakan campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen mempunyai sifat-sifat yang sama diseluruh cairan, sedangkan larutan heterogen merupakan campuran dua fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam. (Achmadi, 2004)

Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam bneberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Sehingga pembentukan larutan dapat dibuat sebagai suatu proses hipotesis berikut: pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini disertai dengan peningkatan entalpi, reaksinya adalah endoterm. Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi. Tahap ketiga dan terakhir adalah membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur. Gaya tarik intermolekul diantara molekul tak sejenis menyebabkan pelepasan energi, entalpi menurun dalam tahap ini. (Achmadi, 2004)

Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam kestimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain. (Oxtoby, 2001)

(4)

Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat terlarut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan tersebut dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat terlarut. Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua campuran gas adalah larutan (Achmadi, 2004).

Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan padat ini dinamakan alloy. Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal. Larutan ini dinamakan larutan substitusional, yang ukuran atom pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Dalam larutan padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi-kisi pelarut. Pembentukan larutan padat interstisial terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang diantara atom-atom pelarut (Achmadi, 2004).

2.2 Konsentrasi Larutan

Konsentrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi merupakan jumlah zat tiap satuan volume (besaran intensif), larutan encer berupa julah zat terlarut sangat sedikit, dan larutan pekat adalah jumlah zat terlarut sangat banyak. Cara menyatakan konsentrasi antara lain bisa dengan molar, molal, persen, fraksi mol, bagian persejuta (ppm), dan lain-lain. Untuk bagian persejuta (ppm) adalah massa komponen larutan (g) per 1 juta gram larutan. Untuk pelarut air, 1 ppm setara dengan 1 mg/liter, sedangkan persen berat, menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam larutan 100 gram.

(5)

lanjut mengenai massa/massa, volume/volume, massa/volume, maka yang dimaksud adalah persen massa. (Achmadi, 2004)

Pada konsentrasi molar (Molaritas), dicatat bahwa:

 Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi atom, ion, atau molekul yang bereaksi.

 Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan. Karena alasan ini konsentrasi dinyatakan berdasarkan jumlah partikel terlarut, atau konsentrasi molar. (Achmadi, 2004) Konsentrasi dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak jumlah suatu zat terlarut dalam larutan tersebut. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain: persen berat, persen volume persen berat per volume, part permilion (ppm) dan part perbillion (ppb), fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas.

2.3 Titrasi

Titrasi adalah cara yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Analitis semacam ini yang menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut analitis volumetric. (Petrucci, 1987).

Titrasi merupakan penambahan secara cermat volume larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan fisis, misalnya warna campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Indikator adalah zat warna yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. (Oxtoby, 2001)

Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai larutan asam diletakkan pada erlemeyer atau gelas kimia. Indikator adalah suatu zat yang mempunyai warna yang berlainan dalam keadaan asam dan basa. Misalnya, lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah, sedangkan dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa juga digunakan adalan phenophtalein, yang dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam keadaan basa berwarna merah muda. (Brady, 1999)

Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :

(6)

lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.

2) Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.

Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Berdasarkan reaksi

 Titrasi asam basa

 Titrasi oksidasi reduksi

 Titrasi pengendapan

 Titrasi kompleksometri

2. Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai

 Titrasi asidimetri

3. Campuran penetapan akhir

 Cara visual dengan indicator

 Cara elektromagnetik 4. Berdasarkan konsentrasi

 Makro

 Semimikro

 Mikro

5. Berdasarkan teknik pelaksanaan

 Titrasi langsung

 Titrasi plank

 Titrasi tidak langsung

2.4 Sifat Larutan

Penambahan solute menurunkam tendensi lepasnya molekul-molekul solven hingga penurunan titik beku akan terjadi pengurangan takanan uap, paling tidak larutan yang encer adalah berbanding langsung dengan kosentrasi dari partikel-partikel solute yang ditambahkan. (Sastrohamidjojo, 2005)

(7)

BAB III

METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat

 Pipet ukur

 Pipet gondok

 Neraca analitik

 Botol semprot

 Kaca arloji

 Labu ukur

 Bola hisap

 Sikat tabung reaksi

 Corong

Bahan

 H2SO4

 NaCl

 NaOH

 Etanol

 KlO3

 HCl

 Asam oksalat

(8)

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Membuat larutan NaCl 1%

Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.

3.2.2 Membuat larutan etanol 5%

Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Tanpa aquades sampai tanda batas. Kocok sampai homogen.

3.2.3 Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)

Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan neraca analitik, kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan ke dalam aquades (aquades ditambahkan sampai tanda batas).

3.2.4 Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)

Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian diencerkan dengan

aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

 Labu ukur 50 ml diisi terlebih dahulu dengan aquades, kira – kira 25 ml, selanjutnya baru dipipetkan H2SO4 ke dalam labu ukur, selanjutnya ditambahkan lagi dengan

aquades sampai tanda batas. Cara seperti ini berlaku untuk membuat larutan asam kuat dan basa kuat yang lain.

3.2.5 Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol)

Dipipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

3.2.6 Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4. 2H2O. 126 gram/mol) Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

3.2.7 Membuat larutan 1 N NaOH (Mr, 40 gram/mol)

(9)

3.2.8 Membuat Larutan 1000 ppm Nitrogen ( N2 ) (Mr.urea 60 gram/mol)

Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

1. Membuat larutan NaCl 1%

Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian dilarutkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.

2. Membuat larutan etanol 5%

Dipipet sebanyak 2,5 ml etanol absolute (=100% dengan pipet ukur, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.

3. Membuat larutan 0,01 M KIO3 (Mr. 214 gram/mol)

Ditimbang sebanyak 0,107 gram KIO3 dengan neraca analitik, kemudian dimasukkan ke

(10)

4. Membuat larutan 0,1 M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol)

Dipipet sebanyak 0,5 ml H2SO4 dengan pipet ukur, kemudian diencerkan dengan

aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas. 5. Membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol)

Dipipet sebanyak 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml, sampai tanda batas.

6. Membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4. 2H2O. 126 gram/mol)

Ditimbang 0,3151 gram asam oksalat dengan neraca analitik, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

7. Membuat larutan 1 N NaOH (Mr, 40 gram/mol)

Ditimbang 0,2 gram NaOH, kemudian diencerkan dengan aquades di dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

8. Membuat Larutan 1000 ppm Nitrogen ( N2 ) (Mr.urea 60 gram/mol)

Ditimbang 0,1086 gram urea, kemudian diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas.

B. Perhitungan 1. Dik: 0,5 gram NaCl

dilarutkan dalam aquades 50 ml sampai tanda batas Dit: % larutan NaCl

Jawab : x% = gram zat terlarutgram zat pelarut x100%

x = 0,550 x100

x = 50 50 x = 1 %

(11)

Dit: % larutan etanol

Jawab: x = 2,550 x100%

= 250 50 = 5 %

3. Dik: 0,0107 gram KIO3

dimasukkan dalam labu ukur 50 ml Dit : M

Jawab: M = gram zat terlarut

Mr zat terlarut x liter larutan

M = 0,107 214x0,05l

M = 0,10710,7

M = 0,01 M

4. Dik: 0,5ml H2SO4

diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml

Dit: M larutan

Jawab: 0,5 x 1,303 = 0,6515 gram

M ¿ 0,06515

98x0,005 =

0,6515

4,9 = 0,13 gram

5. Dik: 0,415 ml HCl 37% dengan pipet ukur

diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 50 ml

BE = Mrn

= 36,5

1 = 36,5 Dit: N larutan HCl

Jawab : N = mol ekivalen zat terlarut(ek)

L larutan ek =

(12)

= 0.00420,05 = 3736,5x0,415 6. Dik: 0,3151 gram oksalat diencerkan dengan aquades.

(13)

= 1013 ppm

BAB V

PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yaitu cara-cara menyatakan konsentrasi larutan kami melakukan 8 kali percobaan. Yang pertama membuat larutan NaCl 1% dengan NaCl yang ditimbang didalam neraca analitik sebanyak 0,5 gram dan kemudian NaCl dimasukkan kedalam labu ukur dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml dan diisi sebanyak tanda batas. Kedua, membuat larutan etanol 5% dengan etanol yang didalam pipet ukur sebanyak 2,5 ml yang kemudian di diencerkan didalam labu ukur yang diisi dengan aquades sebanyak 50 ml dan kemudian diencerkan sampai tanda batas. Ketiga, membuat larutan 0,01 M KIO3

(Mr. 214 gram/mol) dengan KlO3 ditimbang sebanyak 0,017 gram dan dimasukkan kedalam

labu ukur yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 50 ml dan dilarutkan sampai tanda batas. Keempat, membuat larutan 0,1M H2SO4 (Mr. 98 gram/mol) dengan H2SO4 yang diukur

didalam pipet ukur sebanyak 0,15 ml, kemudian diencerkan didalam labu ukur dengan aquades sebanyak 50 ml sampai tanda batas. Kelima, membuat larutan 0,1 N HCl (Mr. 36,5 gram/mol) dengan HCl 37% yang diukur didalam pipet ukur sebanyak 0,415 ml yang

kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak 50 ml didalam labu ukur sampai tanda batas. Keenam, membuat larutan 0,1 N asam oksalat (Mr. H2C2O4. 2H2O. 126 gram/mol) dengan

asam oksalat yang ditimbang pada neraca analitik sebanyak 0,3151 gram, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur yang diisi dengan aquades sebanyak 50 ml sampai tanda batas. Ketujuh, membuat larutan 1 N NaOH (Mr. 40 gram/mol) dengan NaOh yang ditimbang sebanyak 0,2 gram yang kemudian diencerkan didalam labu ukur dengan aquades sebanyak 50 ml sampai tanda batas. Yang terakhir atau yang kedelapan yaitu membuat larutan 1000 ppm Nitrogen (N2) (Mr. Urea 60 gram/mol) dengan urea yang ditimbang sebanyak 0,1086

(14)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Penjelasan satuan konsentrasi yaitu :

Persen berat (%w/w) menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam gram larutan, persen volume (%V/V) menyatakan volume (ml) zat terlarut dalam volume larutan (ml), persen berat per volume (W/V) menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan, part permillion (ppm) menyatakan jumlah gram zat terlarut per 100 gram larutan dan part perbillion (ppb) menyatakan gram zat terlarut persejuta gram larutan, fraksi mol (fx) menyatakan jumlah zat terlarut atau pelarut dalam larutan, Molaritas (M) menyatakan jumlah zat terlarut per liter larutan, molaritas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut per kilogram (1000g) pelarut, dan Normalitas (N) menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter larutan.

2. Membuat larutan sebagai berikut :

Larutan NaCl 1% merupakan persen berat (% w/w), larutan etanol 5% merupakan persen volume (% V/V), larutan 0,01 M KIO3 merupakan persen berat per volume (%W/V),

larutan 0,1 M H2SO4 merupakan part permilion (ppm) dan part perbillion (ppb), larutan 0,1

N HCl fraksi mol (fx), larutan 0,1 N asam oksalat merupakan Molaritas (M), larutan 1 N NaOH merupakan molalitas (m), dan 1000 ppm Nitrogen (N2) merupakan Normalitas (N).

6.2 Saran

 Dalam proses percobaan sebaiknya praktikan diharapkan dapat menjaga ketertiban di dalam ruangan praktikum agar praktikum yang dilaksanakan berjalan dengan lancar.

(15)

BAB VII

JAWABAN PERTANYAAN

Soal

1. 80 gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air.

Diketahui : Mr H2SO4 98 g / mol Mr Air ( H2O ) 18 g/ mol BJ H2SO4 1,303 g / ml BJ air 1 g/ ml

Konsentrasi H2SO4 100 % Tanya :

a. Persen berat b. Molalitas c. Molaritas

d. Fraksi mol zat terlarut e. Fraksi mol pelarut Jawaban :

a. persen berat = gram zat terlarutgram zat pelarut x 100% = 80120x100

= 8000

120 = 66,69 %

b.Molalitas = mol zat terlarut

kg pelarut =

98gram/mol

0.12kg

= 816,67 mol / 1000 gram

c.Molaritas = mol zat terlarut

L larutan

V terlarut = 1,30380gramgram

/ml = 61,39 ml

V pelarut = 1120gramgram

/ml = 120 ml

(16)
(17)

F. Molaritas KBr = Massa KBrMr KBr ×v .larutan

1000 = 91 119×

450

1000=1,69 G. Massa KBr = Mr KBr ×mol KBr=119×0,42=49,98

H.Volume KBr = Massa KBrMr KBr ×Molaritas KBr

1000

¿90,44 119 ×

1,8 1000=

49980

214,2=233,3ml

BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarata : Binarupa Aksara.

Chang. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Petruccci, H. Ralph.1987. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Sastrojamidjojo. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Perkara Bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan yang diselesaikan tepat waktu... Jumlah kegiatan bagi Masyarakat Miskin yang terpinggirkan yang

Oleh karena itu, dari analisa tahap pertama yaitu dengan media karbon aktif, media dengan variable berat 8 gram lah yang dapat mengadsorpsi gas total yang dihasilkan reaktor

Kandungan asam fitat pada berbagai pakan broiler (jagung, dedak padi, kedelai) dan ransum pada penelitian ini menunjukkan penurunan kadar fitat pada masing-masing

4. Tujuan tunggal dari ayat ke-3 Pasal ini, setiap hukum, peraturan, perjanjian bersama atau kebijakan pelaksanaan lainnya wajib dipertimbangkan setara secara substansial,

5.0 Penggunaan Kemahiran Berfikir Aras Tinggi Marzano Dalam Penjanaan Idea Kini, pembelajaran dan tugasan yang diberi kepada pelajar di Institusi Pengajian Tinggi (IPT).

Indikator yang berada pada kuadran II adalah indikator yang dianggap penting oleh pelanggan Kantorpos cabang Asia Afrika dan pelanggan sudah merasa puas terhadap kinerja

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 201 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa

Hasil penelitian menunjukan istri yang pernah menjadi TKW berhasil meningkatkan taraf ekonomi keluarga, hal terebut ditandai dengan kemampuan membangun rumah Tangga yang