• Tidak ada hasil yang ditemukan

Smoking behavior of patients with coronary heart disease: study in Saras Husada hospital | Pattilima | Berita Kedokteran Masyarakat 11661 67978 5 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Smoking behavior of patients with coronary heart disease: study in Saras Husada hospital | Pattilima | Berita Kedokteran Masyarakat 11661 67978 5 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perilaku merokok pasien jantung koroner: studi di rumah

sakit Saras Husada

Smoking behavior of patients with coronary heart disease: study in Saras Husada hospital

Debsy Vonneke Pattilima1, Anggoro Budi Hartono2, Trisno Agung Wibowo3

Dikirim: 15 Juni 2016 Diterima: 7 Oktober 2016 Dipublikasi: 01 Januari 2017

Abstrak

Tujuan: Kami menginvestigasi hubungan perilaku merokok dengan penyakit jantung koroner. Metode: Data berasal dari wawancara terstruktur pada 205 pasien rawat inap (157 iskemik dan 48 infark miokard akut) usia 60 tahun keatas. Hasil: Kami menemukan 98 (47,80%) diantara pasien jantung koroner adalah perokok. Terdapat 4 variabel yang signifikan berhubungan dengan perilaku merokok, paparan iklan ro-kok RP 1,47 (CI 95% 1,11-1,94), perilaku meroro-kok anggota keluarga RP 0,48 (CI 95% 0,31-0,69), jenis kelamin RP 5,18 (CI 95% 3,27-8,20), pendidikan RP 0,64 (CI 95% 0,48-0,87). Namun, hanya jenis kelamin yang mempengaruhi perilaku merokok PR 19,31 95%CI 8,70-42,94). Perokok laki-laki mengalami penyakit jan-tung koroner 19,31 kali lebih besar daripada perokok perempuan. Kesimpulan: Kami merekomendasikan implementasi peraturan daerah tentang larangan merokok terutama laki-laki di tempat umum untuk mendukung program promosi kesehatan.

Kata kunci: penyakit jantung koroner; perilaku merokok; perokok laki-laki

Abstract

Purpose: We investigated associations of smoking behavior and coronary heart diseases. Method: Data

came from structured interview on 205 inpatients (157 ischemic and 48 acute myocardial infarction) aged 60 and older. Results: We found 18.05% among patients with coronary heart disease were smokers. There were four significant variables related to smoking behavior, cigarette advertisiment exposure RP 1.47 (95% CI 1.11-1.94), smoking behavior of family members RP 0.48 (95% CI 0.31-0.69), sex RP 5.18 (95% CI 3.27-8.20), edu-cation RP 0.64 (95% CI 0.48-0.87). However, only sex that influence the behavior of smoking PR 19.31 95% CI 8.70-42.94). Male smokers have coronary heart disease 19.31 greater than female smokers. Conclusion: We suggested the implementation of local regulations on smoking bans especially men in public places to support health promotion programs.

Keywords: coronary health disease; smoking behavior; male smokers

1 Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi, UGM (pdebsy@yahoo.com) 2 Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, UGM

(2)

2 PENDAHULUAN

Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) tinggi disebabkan pola hidup dan perilaku masyarakat seperti merokok, minum alkohol, makanan berlemak, konsumsi buah dan sayur kurang, stress, dan aktivitas fisik kurang (1). Saat ini penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Tahun 2009, 17 juta orang meninggal karena penyakit jantung dan lebih dari 30% seluruh kematian akibat penyakit jantung (2).

Penelitian membuktikan hubungan antara merokok dengan penyakit jantung koroner. WHO melaporkan 6 juta kematian pertahun di negara maju, akibat gangguan sirkulasi darah, 2,5 juta PJK dan 1,5 juta stroke (3). Merokok merupakan faktor risiko terbesar kematian mendadak. Risiko PJK meningkat 2-4 kali pada perokok. Risiko ini meningkat seiring dengan pertambahan usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian membuktikkan merokok berhubungan dengan PJK seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi (4).

Indonesia berada di peringkat keempat dengan konsumsi rokok terbesar di dunia (5). Jumlah konsumsi rokok Indonesia meningkat menjadi 260,8 miliar batang. Tahun 2010, diperkirakan 384.058 orang di Indonesia sakit akibat konsumsi tembakau. Total kematian sebesar 190.260 orang. 50% dari orang dengan penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak adalah stroke, PJK, kanker trakhea, kanker bronkhus, dan kanker paru (6).

Kabupaten Purworejo mempunyai jumlah pasien PJK masih cukup tinggi. Data rawat jalan di RSUD Saras Husada Purworejo memperlihatkan 266 orang (kasus baru) dan 457 orang rawat inap pada tahun 2014. Angka

case fatality rate (CFR) pasien PJK cukup tinggi,

tahun 2013 23% dan tahun 2014 24%. Faktor penyebab seseorang menjadi perokok berasal dari faktor internal dan eksternal.

METODE

Penelitian dilakukan di RSUD Saras Husada Purworejo karena CFR tinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan dilakukan September-Oktober 2015. Populasi penelitan adalah semua pasien penyakit jantung koroner yang terdiagnosa penyakit infark miokard akut dan atau penyakit jantung Iskemik. Data terkumpul dari wawancara mendalam melalui kuesioner. Variabelterikat mencakup perilaku merokok. Variabel bebas, pengetahuan bahaya merokok, paparan iklan rokok, perilaku merokok keluarga. Variabel perancu, umur, jenis kelamin, pendidikan.

HASIL

Total kasus PJK yang ditemukan di rekam medis adalah 325 kasus. Kasus PJK yang didiagnosa penyakit jantung iskemik 249 kasus (76,61%) dan yang diagnosa IMA 76 kasus (23,39%). Angka CFR sebanyak 28,00%. Jumlah kasus yang diwawancarai 205 kasus (63,08%) yang terdiri dari 157 kasus didiagnosa iskemik dan 48 kasus yang diagnosa IMA. Dari 205 responden, 37 (18,05%) perokok, 29 (14,15) mantan perokok, 32 (15,61%) experimen dan 107 (52,20 %) tidak merokok.

Tabel 1 Analisis bivariat perilaku merokok

Variabel

Status merokok

RP (95%) CI value

P-Merokok merokok Tidak

n % n %

Perilaku anggota merokok

(3)

0,31-3

Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna (p-value<0,05) antara perilaku merokok pada pederita PJK dengan paparan iklan, dan perilaku merokok anggota keluarga, pendidikan dan jenis kelamin. Variabel yang bermakna secara statistik (p< 0,05) bersama-sama dianalisis multivariat untuk mengetahui hubungan faktor dominan yang berhubungan dengan status merokok pasien PJK. Variabel yang bermakna secara statistik pada analisis bivariat, paparan iklan, anggota keluarga yang merokok, umur, dan pendidikan.

Tabel 2 Analisis multivariat perilaku merokok

Variabel

Tabel 2 menjelaskan model 4 dipilih untuk melihat faktor yang berhubungan dengan status merokok dengan nilai R2 terbesar. Model 4 menggambarkan hubungan antara paparan iklan dengan status merokok serta perilaku anggota keluarga yang merokok, jenis kelamin dan pendidikan diikutsertakan dalam analisis. Hasil analisis didapat OR = 19,31 (CI 95% = 8,70- 22,94). Perokok pada pasien PJK yang laki-laki dengan paparan iklan yang tinggi, ada anggota keluarga yang merokok dan berpendidikan rendah 19,31 kali lebih besar daripada perempuan yang paparan iklan rendah, tidak ada anggota keluarga yang merokok dan berpendidikan tinggi.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menujukkan kelompok terbanyak pada umur 24-64 tahun sebanyak 119 orang (67,32 %) dan paling sedikit umur 5-14 tahun sebanyak 1 orang (0,49%). Perbedaan tidak terlalu jauh berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 113 orang (50,24%). Berdasarkan tingkat pendidikan, yang paling banyak adalah SD sebanyak 63 (30,73%) dan paling sedikit dari perguruan tinggi sebanyak 26 kasus (12,68%). Kecamatan Purworejo paling banyak sebesar 54 orang (16,62%), dan paling sedikit adalah kecamatan Brono yaitu 3 orang (0,92%).

Ada hubungan bermakna pada paparan iklan, perilaku anggota keluarga, pendidikan dan jenis kelamin terhadap perilaku merokok pada pasien PJK. Paparan iklan memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok pasien PJK. Paparan iklan yang tinggi memiliki prevalensi 1,47 kali lebih besar daripada pasien PJK yang merokok dengan paparan iklan rendah. Penelitian lain menyebutkan hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok mahasiswa (7). Hal yang sama dilakukan oleh Prabandari, remaja yang merokok karena mengenal baik merk rokok dan iklan rokok (8).

(4)

4

Ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan anggota keluarga dengan perilaku merokok pasien PJK. Pasien PJK yang merokok dengan tidak ada keluarga yang merokok lebih besar. Penelitian lain menyatakan remaja yang mempunyai kakak laki-laki merokok berpeluang 4,26 kali lebih besar daripada remaja yang kakak laki-lakinya tidak merokok Trinowati (12). Ada juga yang menyatakan hubungan kebiasaan merokok orang tua dengan perilaku merokok anaknya (13). Berada di sekitar anggota keluarga yang merokok menjadi prediktor utama seseorang untuk merokok (14).

Pendidikan memiliki hubungan dengan perilaku merokok pada pasien PJK. Hal yang sama dinyatakan faktor pendidikan yang rendah merupakan faktor penentu menjadi perokok dan laki-laki dengan pendidikan rendah memilki risiko sebanyak 1,5 kali untuk menjadi perokok dibandingkan dengan laki-laki berpendidikan tinggi (15). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku anggota keluarga dengan perilaku merokok pasien PJK. Hal yang sama ditemukan oleh Arno, tingkat pendidikan responden dari tenaga kesehatan, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok petugas kesehatan (16). Survei kesehatan nasional tahun 2001 menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin menurun perokok yang merokok di rumah.

Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku merokok pasien PJK. Pasien PJK laki-laki yang merokok memiliki prevalensi 5,18 kali lebih besar daripada pasien PJK perempuan yang merokok. Nitchter menegaskan merokok umumnya dianggap sebagai budaya kebersamaan pada laki-laki, misalnya rokok dibagikan pada saat acara sosial, pernikahan, pemakaman, upacara keagamaan, petemuan warga. Selain itu merokok merupakan hal normatif laki-laki dan dianggap sebagai lambang kejantanan

(17). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informal, laki-laki yang merokok dianggap banci. Anggapan seperti itu berlaku bagi kalangan remaja laki-laki. Bagi para laki-laki dewasa dan remaja merokok menjadi sarana pertemanan. Mereka merasa tidak nyaman ketika berada pada situasi sosial dalam kondisi tidak merokok sehingga mereka lebih baik keluar dari situasi tersebut (17). Analisis multivariat terhadap pengetahuan dan umur tidak berhubungan dengan perilaku merokok pasien PJK.

Variabel jenis kelamin mepunyai hubungan yang bermakna/signifikan dengan RP 19,31 dengan nilai CI 95% 8,70-42,94. Uji bivariat laki-laki dan perempuan terhadap variabel tingkat pengetahuan, paparan iklan, perilaku merokok anggota keluarga, umur, pendidikan tidak mempunyai hubungan yang bermakna.

KESIMPULAN

Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, paparan iklan dan perilaku anggota keluarga dengan perilaku merokok pada pasien PJK. Jenis kelamin merupakan variabel yang memiliki hubungan paling kuat dengan perilaku merokok. Perlu penerapan Perda larangan merokok terutama laki-laki di tempat umum, tempat kerja dan sekolah untuk mendukung program promosi kesehatan tentang perilaku merokok.

DAFTARPUSTAKA

1. Kesumasari C. (2008). Skoring Faktor risiko Lingkungan dan Perilaku sebagai lndikator Skrining PJK pada Masyarakat. Disertasi. Ma-kassar: Universitas Hasanuddin.

2. World Health Organization (WHO),(2011a).

Global Atlas on Cardiaovascular Disease

Pre-vention and Control. Genewa: WHO, p:18-47.

3. World Health Organization (WHO). (2011).

WHO Report on the Global Tobacco Epidemic. Warning about the dangers of tobacco. WHO

Press. p: 8. Available from :

http://www.who.int/tobacco/en/ [accessed Mei 21, 2015].

(5)

5

Masalah merokok. Available from

://www.kompas.com/kompas-ce-tak/0306/30/opini/398215.htm. [accessed June 20, 2015.

5. Tobacco Atlas. (2012). Word lung foundation. Published by American cancer Society, Inc. At-lanta, Georgia.

6. TCSC-IAKMI. (2013). Atlas tembakau Indonesia. Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Edisi 2013. 7. Azwar, Eddy. (2007). Determinan Perilaku

merokok pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh

Povinsi Nanggroe Aceh Ddarussalam. Tesis.

Yogyakarta :Fakultas kedokteran Universitas Gadjamada.

8. Prabandari, Y,S., Ng, Nawi ., Padmawati., Retna Siwi. (2009). Kawasan tanpa rokok sebagai alternatif pengendalian tembakau studi efektivitas penerapan kebijakan kampus bebas rokok terhadap perilaku dan status merokok mahasiswa di fakultas kedokteran ugm, yogyakarta, jurnal manajemen pelayanan kesehatan. Vol. 12: 218 - 225.

9. Kinard, BR., Webster, C. (2010). The Effects of Advertising, Social Influences, and Self-Efficacy on Adolescent Tobacco Use and Alcohol Con-sumption. Journal of konsumer Affairs’s. Vol: 44. The American Council on Consumer Inter-ests.

10. Sirait, A, M., Pradono, Y., Toruam, I, L, (2002). Perilaku Merokok Indonesia, Bulletin Penelitian Kesehatan; 30 (03) : 139-150.

11. Harianto, D., (2008). Standar Penentuan Infor-masi iklan Menyesatkan, Jurnal Equality, vol 13(1).

12. Trisnowati, He., (2012),Ppaparan iklan rokok dan perilaku merokok pada remaja SMP di Ka-bupaten Bantul Daerah istimewa Yogyakrta ta-hun 2011. Yogyakarta. Tesis, Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada.

13. Scragg, R., Laugesen, M., Robinson, E. (2001).

Parental Smoking and Related Behaviors

Influ-ence Adolescent Tobacco Smoking: Result from

the 2001 New xealand National survey of 4th form student., Jourmal of Epidemiology and Bi-ostatisticsm School of Population health, Aucland.

14. Badr,H, E., Moody,P,M.., 2005. Health Locus of control Belief and smoking among male Ku-waiti Government Employess, Eastern Meditteranean Health Jornal, 11, hal 137-145. 15. Nawi Ng. (2006). Chronic disease risk factors in

a transitional country the case of rural Indone-sia, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indo-nesia.

16. Arno.(2009), Determinan perilaku merokok petugas kesehatan pasca penerapan kawasan tanpa rokok di dinas kesehtan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Tesis. Yogyakarta: Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada.

(6)

Gambar

Tabel 1 Analisis bivariat perilaku merokok
Tabel 2 Analisis multivariat perilaku merokok

Referensi

Dokumen terkait

Muhammadiyah, senantiasa mengajak umat muslim melakukan sholat ied di tanah lapang, mengubah arah kiblat, serta menyayangi anak yatim. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan

Hal ini hendaknya siswa SMA perlu mengorientasikan masa depan dengan jelas sesuai harapan, usaha yang dapat di lakukan yaitu dengan berusaha mengurangi kegagalan yang

Berdasarkan penelitian pendahuluan dengan observasi dan wawancara sederhana yang dilakukan oleh peneliti di SMP N 6 Purwokerto kelas VII pada 5 Januari 2016 terhadap 10

yang melatarbelakangi penulis mengambil judul tentang Analisis Resiko Agroindustri Tahu (Studi Kasus Industri Pabrik Tahu Mitra di Kota Palu) karena

It won't take more time to download this Make Him Fall For You: Tools For Love By Rori Raye By Rori Raye It will not take more money to print this book Make Him Fall For You: Tools

Gambar 5. Hubungan kecepatan gelombang dan diameter agregat pada fas 0.6.. Dengan nilai fas yang sama, agregat dengan diameter agregat maksimum lebih besar mempunyai

Meskipun selain anime dan manga terdapat juga budaya pop lain seperti musik , drama , film , fashion , game , dan lain lain, akan tetapi manga dan anime dapat

terhadap sumbu lemah – z, persamaan diferensial tekuk lentur terhadap sumbu kuat – y, dan persamaan tekuk torsi terhadap pusat geser.. Titik-titik pada potongan A &amp;