• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas di era perkembangan teknologi yang kian pesat seakan

menjadi sepi akan pengunjung. Masyarakat tampaknya lebih memilih untuk

berobat langsung ke rumah sakit meski dengan keluhan penyakit yang

tergolong ringan serta biaya yang jauh lebih mahal dengan alasan fasilitas

yang lebih lengkap dan memadai. Padahal, menurut fungsinya, Puskesmas

adalah unit pelayanan kesehatan tingkat pertama. Masyarakat tanpa melalui

rujukan dari Puskesmas langsung memilih rumah sakit atau dokter spesialis

untuk berobat. Hal ini membuat fungsi Puskesmas kurang dapat dijalankan

dengan maksimal (Kemenkes, 2004).

Menyongsong era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan

pelayanan kesehatan telah bergeser ke arah yang lebih bermutu. Sejalan

dengan bertambah baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi

penduduk, tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan

merupakan sebuah elemen penting yang tidak dapat terpisahkan. Masyarakat

semakin kritis dalam menuntut pelayanan yang prima (Nursalam, 2011). Sering kita jumpai banyak isu negatif di masyarakat tentang

puskesmas, antara lain adalah pelayanan tidak memuaskan, petugas kurang

ramah, fasilitas yang kurang, dan masih banyak persepsi lainnya. Hal ini

(2)

sehingga upaya-upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kurang bisa

bejalan optimal karena kurangnya peran serta dari masyarakat. Puskesmas

sebagai suatu system pelayanan kesehatan terdepan bertanggungjawab dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dengan mutu yang baik

dan dengan biaya yang terjangkau.

Thi (2002) dalam Soraya (2005) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu faktor yang dapat diubah (faktor-faktor yang berkaitan

dengan fasilitas rumah sakit, organisasi rumah sakit, pelayanan di rumah

sakit) dan faktor yang tidak dapat diubah (karakteristik pasien seperti umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan).

Parasuman, et al dalam Bustami (20011) menyatakan bahwa mutu

pelayanan dinilai dari dimensi pelayanan yang diantaranya: (1) kehandalan

(reliability), (2) daya tanggap (responsiveness), (3) jaminan (assurance), (4)

empati (emphaty), (5) bukti fisik (tangible). Mutu pelayanan kesehatan adalah

menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan

dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik

profesi serta standar yang telah diterapkan (Azwar, 2010).

Harus disadari bahwa semakin berkembangnya pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan oleh swasta baik balai pengobatan (BP) maupun dokter

praktek swasta merupakan saingan puskesmas pada saat ini. Tanpa adanya

peningkatan mutu dari puskesmas maka dalam jangka panjang masyarakat

(3)

semakin dijauhi. Apabila pendapatan penduduk membaik maka masyarakat

cenderung menggunakan fasilitas pelayanan swasta (Bustami, 2011).

Puskesmas Kecamatan Margaasih adalah salah satu puskesmas yang

berada di Kabupaten Bandung. Dalam pengembangan dan kedudukannya

yang berada diperbatasan antara Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi

Puskesmas Margaasih mempunyai peranan penting dalam pengembangan

kesehatan daerah. Puskesmas Margaasih membawahi 3 desa/kelurahan yaitu

Margaasih, Nanjung dan Lagadar yang terdiri dari 14.878 Kepala Keluarga

(KK). Di wilayah Puskesmas Margaasih sendiri belum terdapat rumah sakit,

memiliki 7 balai pengobatan, 3 apotek, 1 laboratorium, 1 rontgent, 15 Praktek

dokter, 5 praktek dokter gigi dan 12 Praktek bidan (Profil Puskesmas

Margaasih , 2014). Oleh karena itu Puskesmas ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar, sehingga

harus selalu meningkatkan kualitas pelayanannya agar pasien maupun

pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Data jumlah

kunjungan pasien pengobatan rawat jalan umum di Puskesmas Margaasih

tahun 2014-2016 sebagai berikut:

Penurunan persentase kunjungan pasien baru dan adanya

kecenderungan penggantian dokter dari pelayanan sebelumnya dari pasien

mengindikasikan bahwa terdapat faktor kurang puas dari pasien.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada pelayanan Puskesmas

terdapat kecenderungan kurang puas terhadap fasilitas pelayanan, waktu

(4)

ASKES serta alur pelayanan administrasi pembayaran. Selain itu hasil survei

pasien rawat jalan menunjukkan bahwa masih terdapat keluhan mengenai

waktu menunggu yang lama dan kurangnya fasilitas menunggu. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kepuasan pasien rawat jalan

dilakukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan sehingga kepuasan pasien

akan terus meningkat. Analisis review ini mempunyai tujuan untuk

mengetahui hubungan antara karakteristik pasien rawat jalan dengan mutu

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Pengguna jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas menuntut pelayanan

yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari penyakit secara

fisik akan tetapi juga menyangkut kepuasan terhadap sikap, pengetahuan dan

keterampilan petugas dalam memberikan pelayanan serta tersedianya sarana

dan prasarana yang memadai dan dapat memberikan kenyamanan. Dengan

semakin meningkatnya kualitas pelayanan maka fungsi pelayanan di

puskesmas perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta

memberikan kepuasan terhadap pasien dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan review studi kasus tentang “Hubungan Karakteristik Pasien Rawat

Jalan Dengan Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas” .

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang timbul berhubungan dengan fenomena di

atas adalah “adakah hubungan antara karakteristik pasien dengan mutu

pelayanan kesehatan di Puskesmas?”

(5)

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang hubungan karakteristik pasien dengan

mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas berdasakan studi literatur. 2. Tujuan Khusus

a. Membuat review matriks literatur jurnal tentang karateristik pasien

rawat jalan dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas

b. Mengidentifikasi permasalahan tentang kepuasan pasien rawat jalan

dan mutu pelayanan

c. Menganalisis aspek metode penelitian dan aspek substansi penelitian

yang dilakukan dalam jurnal tentang karaterisrik pasien rawat jalan

dengan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas.

d. Menggambarkan pola kerangka teori tentang karakteristik pasien

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mutu

Pengertian mutu itu tidak sama bagi setiap orang, seperti halnya dalam

penilaian kecantikan akan tergantung dari cara memandang dan selera

seseorang. Demikian pula halnya mengenai mutu, setiap orang pasti akan

mempunyai pengertian yang berbeda tentang apa arti mutu. Menurut Pohan,

(2003) mutu adalah suatu perkataan yang sudah lazim digunakan, baik oleh

lingkungan akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari, yang artinya

secara umum dapat dirasakandan dipahami oleh siapapun, namun mutu

sebagai suatu konsep atau pengertian, belum banyak dipahami orang dan

kenyataannya pengertian mutu itu sendiri tidak sama bagi setiap orangnya.

Konsumen yang membeli sebuah produk atau jasa mempunyai

harapan, yaitu apabila mutu produk atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan

melampaui harapan konsumen bukan saja satu kali tetapi berulang kali hingga

memberikan kepuasan maka persepsi konsumen tersebut ialah bahwa dia

memperoleh produk/jasa yang mempunyai mutu.

Mutu pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata serta

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Azwar,

(7)

Mutu pelayanan kesehatan pada dasarnya merujuk pada penampilan

(performance), dari pelayanan kesehatan yang dikenal keluaran (outcome),

yaitu akhir dari tindakan tenaga profesional (dokter, perawat dll) terhadap

pasien selama berada di poliklinik/ puskesmas (Azwar, 2003). Adapun

beberapa indikator yang dapat menilai mutu pelayanan, sebagai berikut:

a. Indikator Klinik

Berupa penampilan kerja (performance) profesional di rumah sakit

seperti dokter, perawat, paramedis dan lain-lain. Indikator klinik tersebut

dapat dilihat antara lain dari penanganan penyakit, tindakan kasus darurat dan

lain-lain.

b. Indikator efisien dan afektivitas

Indikator tersebut berhubungan dengan apakah sumber daya telah

digunakan secara efisien dan ekonomis untuk menghasilkan pelayanan

kesehatan yang bermutu

c. Indikator keamanan pasien

Keamanan pasien berkaitan dengan kurang teliti dalam memberikan

pelayanan keperawatan dan tindakan medis pada pasien.

Penjamin mutu menyangkut satu atau beberapa dimensi mutu,

Parasuraman, menggabungkan beberapa dimensi menjadi satu, yaitu

kompetensi, kesopanan, keamanan, dan kreadibilitas yang disatukan menjadi

jaminan (assurance). Dimensi komunikasi, akses, dan kemampuan

(8)

jadilah 5 (lima) dimensi utama, yaitu reliabilitas, daya tanggap, jaminan,

empati, dan bukti fisik atau bukti langsung (Bustami, 2011).

1. Reliabilitas (reliability), adalah kemampuan memberikan pelayanan

dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan. Secara umum dimensi ini

mereflesikan konsistensi dan kehandalan (hal yang dapat dipercaya dan

dipertanggungjawabkan) dari penyedia pelayanan. Dengan kata lain,

reliabilitas berarti sejauh mana jasa mampu memberikan apa yang telah

dijanjikan kepada pelanggannya dengan memuaskan. Hal ini berkaitan

erat dengan apakah perusahaan/instansi memenuhi janjinya, membuat

catatan yang akurat, dan melayani secara benar.

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para petugas membantu

semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanakan pemberian

pelayanan dengan tanggap. Dimensi ini menekankan pada sikap dari

penyedia jasayang pnuh perhatian, cepat, dan tepat dalam menghadapi

permintaan, pertanyaan, keluhan, dan masalah dari pelanggan.

3. Jaminan (assurance), artinya petugas memiliki kompetensi, kesopanan

dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari resiko dan

keragu-raguan. Dimensi ini merefleksikan kompetensi perusahaan,

keramahan (sopan, santun) kepada pelanggan, dan keamanan operasinya.

4. Empati (empathy), adalah mampu menempatkan dirinya pada pelanggan,

dapat berupa kemudahan dalam menjalani hubungan dan komunikasi

termaksud perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta dapat

(9)

perhatian yang diberikan kepada setiap pelanggan dan merefleksikan

kemampuan petugas untuk melayani perasaan pelanggan.

5. Bukti fisik atau bukti langsung (tangible), berupa ketersediaan sarana dan

prasarana termaksud alat yang siap pakai serta penampilan petugas yang

menyenangkan.

Kelima dimensi tersebut diatas dikenal sebagai service quality.

Dimensi-dimensi ini didapat melalui wawancara terhadap para pelanggan

untuk mengetahui atribut apa saja yang diharapkan para pelanggan dari

perusahaan atau instansi tertentu, beberapa dimensi mutu yang harus

diperhatikan dalam pelayanan, yaitu:

1. Ketepatan waktu pelayanan, misalnya waktu tunggu pasien, waktu

pelaksanaan (proses) pelayanan.

2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari

kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.

4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penanganan keluhan dari pasien

(pelanggan)

5. Kelengkapan, menyangkut dengan ketersediaan sarana pendukung

pelayanan.

6. Kemudahan mendapat pelayanan, berkaitan dengan petugas dan

tersedianya fasilitas pendukung

7. Variasi model pelayanan, berhubungan dengan inovasi untuk memberikan

(10)

8. Pelayanan pribadi, berkaitan fleksibilitas petugas

9. Kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan lokasi,

ruang, kemudahan menjangkau, tempat parkir kendaraan, ketersediaan

informasi, dan sebagainya.

10.Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, fasilitas AC,

dan sebagainya.

Dari berbagai dimensi atau cara pandang yang dikemukakan oleh para

ahli, dapat ditemukan bahwa meskipun rumusnya tidak sama, namun

pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah terlalu berbeda,

karena sesungguhnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu

dan memuaskan pelanggan tidak semudah yang diperkirakan. Semakin

banyak cara pandang atau sisi-sisi yang kita perhatikan dalam memberikan

pelayanan, tentu akan semakin bermutu pelayanan yang diberikan dan

semakin puas pelanggan yang menerima pelayanan.

Menurut Azwar (2010) suatu pelayanan harus mempunyai persyaratan

pokok, hal ini dimaksudkan adalah persyaratan pokok itu dapat memberi

pengaruh kepada pasien dalam menentukan keputusannya terhadap

penggunaan ulang pelayanan kesehatan:

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan

kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

(11)

yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta

keberadaannya di masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat

diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan

keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan

yangbertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan

kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu

pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah

dicapai (accesible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang

dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat

mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi

sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu

terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, sementara itu tidak ditemukan di

daerah pedesaan, bukan pelayanan kesehatan yang baik

4. Mudah dijangkau

Syarat pokok yang keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. pengertian keterjangkauan

yang dimaksudkan disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat

(12)

pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya

mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukan pelayanan

kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

bermutu (quality). Pengertian bermutu yang dimaksud disini adalah yang

menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan

kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

B. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan (ambulatory service) adalah salah satu bentuk

dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan

pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk

pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Dalam pengertian

pelayanan rawat jalan ini termaksud tidak hanya diselenggarakan oleh sarana

pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal seperti Rumah Sakit atau klinik,

tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care) serta di rumah

(13)

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab makin berkembangnya

pelayanan dan juga sarana pelayanan berobat jalan ini. Jika disederhanakan

paling tidak ada lima macam, yakni:

1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan

rawat jalan relatif lebih sederhana dan murah, dan karena itu lebih banyak

didirikan.

2. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan biaya kesehatan mendorong

dikembangkannya berbagai sarana pelayanan rawat jalan.

3. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat, yang tidak

lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit saja, tetapi juga

untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat

dilayani oleh sarana pelayanan rawat jalan saja.

4. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah dapat melakukan

berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan rawat

inap, tetapi saat ini cukup dilayani dengan pelayanan rawat jalan saja.

5. Utilisasi Rumah Sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk

meningkatkan income, kecuali lebih mengembangkan pelayanan rawat

jalan yang ada di Rumah Sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana

(14)

C. Puskesmas

1. Pengertian puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu

pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Adapun

yang dimaksud dengan Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional

yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang

bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 2010). Jika

ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia maka peranan dan

kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem kesehatan.

Sebagai sarana pelayanan terdepan, Puskesmas kecuali bertanggung jawab

dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia maka

peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem

kesehatan. Sebagai sarana pelayanan terdepan, Puskesmas selain

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

masyarakat juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan

kedokteran.

Menurut permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

(15)

a. Memiliki perilaku yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat, dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

2. Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, dalam melaksanakan tugas

Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas.

(16)

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

D. Konsep Karakteristik

Karakter (watak) adalah kepribadian yang dipengaruhi motivasi yang

menggerakkan kemauan sehingga orang tersebut bertindak (Sunaryo, 2004).

Sumadi (1985 dalam Sunaryo, 2004) mengatakan, bahwa karakter (watak)

adalah keseluruhan atau totalitas kemungkinan-kemungkinan bereaksi secara

emosional seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh unsur-unsur dari

dalam (dasar, keturunan, dan faktor-faktor endogen) dan unsur-unsur dari luar

(pendidikan dan pengalaman, serta faktor-faktor eksogen).

Karakteristik berarti hal yang berbeda tentang seseorang, tempat atau hal yang

menggambarkannya. Sesuatu yang membuatnya unik atau berbeda.

Karakteristik dalam individu adalah sarana untuk memberitahu satu terpisah

dari yang lain, dengan cara bahwa orang tersebut akan dijelaskan dan diakui.

Sebuah fitur karakteristik dari orang yang biasanya satu yang berdiri diantara

sifat-sifat yang lain (Sunaryo, 2004).

Karakteristik seseorang sangat mempengeruhi pola kehidupan

seseorang, karakteristik bisa dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya

(17)

keseriusan seseorang dalam menjaga kesehatannya sangat mempengaruhi

kualitas kehidupannya baik dalam beraktivitas, istirahat, ataupun secara

psikologis.

1. Karakteristik Responden

Karakter pasien meliputi umur, pendidikan, pekerjaan.

a. Umur

Usia (umur) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan).

b. Pendidikan

Pendidikan merupakanbagian integral dalam pembangunan. Proses

pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan

sumberdaya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi,

yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan

berbarengan (Hamalik, 2008). Tingkat pendidikan seseorang maju sejalan

dengan pengetahuan, makin tinggi tingkat pendidikan maka makin tinggi

pula pengetahuannya, seperti dikutip dari Notoatmodjo (2007) bahwa

pendidikan yang tinggi akan cepat awas terhadap perubahan kesehatan

yang terjadi pada keluarganya.

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas

seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi,kantor, perusahaan

(18)

maupun barang demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Rohmat,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Latar Belakang dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi stres, yang dapat menyebabkan penyakit fisik dan tekanan psikologis yang telah diinvestigasi dan terjadi di

Dari 39 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Analisis Real dengan metode inkuiri dapat diketahui nilai kemampuan berpikir kritis matematis yang di atas 65 diraih oleh 8

Sebuah distribusi Linux, yang umum disebut dengan "distro", adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk mengatur sebuah kumpulan perangkat lunak berbasis Linux dan

Kendala lainya komplain dari pihak keluarga mempelai pada saat akad nikah dilangsungkan, karena mereka merasa tidak pernah diberi tahu kalau telah ada perjanjian

“...pada umum religiusitas atau keadaan keagamaan yang ada di TPA ini sudah mengalami keningkatan, dengan melihat beberapa anak yang semangat belajar mengaji, beberapa

dan panitera membuat laporan masing-masing ini yang bisa saya kerjakan ini yang belum dikerjakan begitu saya minta terima kasih pada teka teka teki pengawas Namun

Jika pada penelitian Widyaningrum (2013) mengangkat judul tentang kelengkapan ringkasan keluar pasien terkait akreditasi versi 2012 pada kelompok standar Berfokus Kepada

2. Apa saja resiko yang dihadapi dalam implementasi jual beli istishna’ pada usaha Yuni Catering di Desa Kijang Jaya Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar ?.. 3. Apakah