BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah-buahan dan sayur-sayuran adalah makanan “gaya hidup sehat”. Salah satu alasannya adalah dalam buah-buahan dan sayuran terdapat zat yang disebut dengan Phytochemicals. Phytohemicals adalah senyawa yang memiliki bioaktivitas dalam tubuh manusia walaupun tidak memiliki nilai gizi. Fungsi phytochemicals ini adalah sebagai antioksidan, pencegah kanker , meregulasi kolestrol, dan aktivitas anti-inflammatory.
Salah satu golongan zat phytochemical yang paling banyak adalah Flavonoida. Seluruh golongan Flavonoida adalah antioksidan, tapi beberapa ada yang aktifitas nya lebih kuat dibandingkan yang lain, tergantung struktur molekulernya (Stoker, 1994). Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antosianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Senyawa Flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon (Sastrohamidjojo, 1996).
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran; jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas (Harborne,1996). Flavonoida umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Gugus hidroksil selalu terdapat pada karbon no.5 dan no.7 pada cincin A. pada cincin B gugusan hidroksil atau alkoksi terdapat pada karbon no.3 dan no.4 . Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah, tepung sari, dan akar.
Berikut ini merupakan beberapa kegunaan dari flavonoida pada tumbuhan yaitu sebagai penarik pada serangga untuk membantu penyerbukan dan pada manusia dengan dosis yang kecil sebagai antioksidan (Sirait,2000).
Secara botani, Azalea adalah anggota dari keluarga Ericaceae, dimana Blueberry dan Laurel Gunung termasuk juga kedalam keluarga Ericaceae. Yayasan Royal Hortikulutura di London menyatakan secara internasional bahwa ada lebih dari 800 spesies Rhododendron yang terdaftar dan telah diberi nama pada beberapa jenis tumbuhan ini (Wade, 2003). Rhododendron telah banyak disilangkan antara yang alami dan hybrid sehingga memiliki banyak spesies berdasarkan bentuk bunga. Dan Rhododendron Kamfaeri Planch termasuk kedalam jenis alami. Penelitian terdahulu terhadap tumbuhan beberapa jenis Azalea dapat dilihat sebagai berikut :
Nakatsuka et al. (2008) telah mengisolasi senyawa Antosianin dari bunga azalea dari berbagai warna, yang menunjukkan bahwa jumlah kandungan antosianin pada berbagai jenis warna bunga azalea berbeda. Erturk et al. (2009) telah menguji antibakteri dan antijamur dari ekstrak (bunga dan daun) empat jenis Rhododendron, yaitu jenis Rhododendron ponticum L. subsp. ponticum, Rhododendron luteum L., Rhododendron smirnovii L, and Rhododendron caucasicum L. (Ericaceae), terhadap 6 jenis bakteri. Dan hasil yang didapatkan bahwa aktivitas anti bakteri Rhododendron spp. lebih tinggi daripada aktivitas antijamur. Hal ini membuktikan bahwa terdapat senyawa polifenol didalam tumbuhan Rhododendron. Kemudian Keyser (2010) telah melakukan penelitian terhadap bunga dan daun Rhododendron dengan subgenus Rhododendron simsii hibrid. Dan Dia memperkirakan bahwa terdapat golongan antocyanidin dalam bunga Azalea yang memiliki pigmen warna dan golongan flavonol pada bunga yang tidak memiliki pigmen warna. Lectenberg et al. (2014) Dia menentukan senyawa Grayanotoxin 1 dalam Rhododendron juga telah melakukan fitokimia terhadap genus Rhododedron dan menyatakan bahwa ada beberapa senyawa terdapat didalamnya triterpen, fenol (Rhododendrin, Phloracetophenon, dan Phloracetophenon-4-O- Glukosida, Flavonoida Hyperosida, Myrecetin-3-O-Galaktopiranosa).
Ekstrak dari beberapa jenis Rhododendron telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Masyarakat Hamaja menggunakan tumbuhan ini sebagai anti-inflamasi dan perawatan kulit( Rezk, et al, 2015).
Dari uraian diatas dan berdasarkan literatur mengenai kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan Azalea , maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap daun tumbuhan tumbuhan Azalea, khususnya mengenai senyawa flavonoida yang terkandung di dalamnya.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah menentukan golongan flavonoida yang terdapat dalam daun tumbuhan Azalea.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengetahui golongan flavonoida dari tumbuhan Azalea.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah pada bidang Kimia Bahan Alam khususnya tentang golongan senyawa flavonoida yang terkandung dalam daun tumbuhan Azalea.
1.5 Lokasi Penelitian
1. Tempat Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan diperoleh dari Desa Barus Jahe, Kec. Barus Jahe, Kab. Karo.
2. Tempat Melakukan Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Bahan Alam , FMIPA, Universitas Sumatera Utara (USU) dan Laboratorium Pascasarjana Kimia, Universitas Sumatera Utara.
3. Lokasi Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
Analisis Spektrofotometer Inframerah (FT-IR), dan Spektrometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) dilakukan di Lembaga Penelitian Kimia-LIPI dan analisa Spektrofotometer UV-Visibel (UV-Vis) dilakukan di laboratorium Kimia Organik Bahan Alam ITB, Bandung.
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, isolasi senyawa flavonoida dilakukan terhadap daun tumbuhan Azalea berupa serbuk halus yang kering sebanyak 1300 g. Tahap awal yaitu dilakukan uji skrining fitokimia untuk senyawa flavonoida dari ekstrak metanol dan etil asetat dengan menggunakan pereaksi FeCl3 5%
Tahap isolasi yang dilakukan adalah ekstraksi maserasi dengan pelarut metanol kemudian dilakukan pemisahan tanin dengan menggunakan pelarut etil asetat dilanjutkan dengan ekstraksi partisi menggunakan pelarut n-heksana selanjutnya dilakukan Hidrolisis (Pemutusan Gula) menggunakan HCL 2N yang menghasilkan senyawa total flavonoid yang kemudian dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis dilanjutkan dengan Kromatografi Kolom yang menghasilkan fraksi flavonoid yang dilanjutkan dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif. Sehingga menghasilkan senyawa flavonoid yang murni yang selanjutnya dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis dan menggunakan Spektroskopi FT-IR, 1H-NMR, dan UV-Visible.