• Tidak ada hasil yang ditemukan

rhinitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "rhinitis"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KEPERAWATAN DEWASA 3

KEPERAWATAN DEWASA 3

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RHINITIS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RHINITIS

OLEH OLEH

KELOMPOK 18 : KELOMPOK 18 : REZA

REZA SITI SITI MARYAM MARYAM 11103230151110323015 DITA

DITA FEBRINA FEBRINA 11103230271110323027 ERA

ERA SUCHI SUCHI DARMA DARMA 11103230381110323038 FRIZ

FRIZ OKTALIZA OKTALIZA 11103230561110323056 NICY

NICY GUSVITA GUSVITA SARI SARI 11103230531110323053

FAKULTAS KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2013

PADANG, 2013

BAB I

BAB I

(2)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar belakangLatar belakang

Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori). atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori). Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan  permukaannya

 permukaannya dilapisi dilapisi oleh oleh epitel epitel torak torak berlapis berlapis semu semu yang yang mempunyai mempunyai silia silia dandan diantaranya terdapat sel sel goblet.

diantaranya terdapat sel sel goblet.

Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang 20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat . Di 20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat . Di tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.

rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.

1.2

1.2 TujuanTujuan Tujuan umum : Tujuan umum :

Mahasiswa mmampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan rhinitis. Mahasiswa mmampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan rhinitis. Tujuab khusus :

Tujuab khusus : 1.

1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis.Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis. 2.

2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan.Mampu merumuskan diagnose keperawatan. 3.

3. Mampu menetapkan indicator keberhasilan.Mampu menetapkan indicator keberhasilan. 4.

(3)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar belakangLatar belakang

Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori). atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori). Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan  permukaannya

 permukaannya dilapisi dilapisi oleh oleh epitel epitel torak torak berlapis berlapis semu semu yang yang mempunyai mempunyai silia silia dandan diantaranya terdapat sel sel goblet.

diantaranya terdapat sel sel goblet.

Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang 20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat . Di 20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat . Di tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.

rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.

1.2

1.2 TujuanTujuan Tujuan umum : Tujuan umum :

Mahasiswa mmampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan rhinitis. Mahasiswa mmampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan rhinitis. Tujuab khusus :

Tujuab khusus : 1.

1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis.Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis. 2.

2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan.Mampu merumuskan diagnose keperawatan. 3.

3. Mampu menetapkan indicator keberhasilan.Mampu menetapkan indicator keberhasilan. 4.

4. Mampu merumuskan intervensi.Mampu merumuskan intervensi.

BAB II

BAB II

(4)

TINJAUAN TEORITIS

TINJAUAN TEORITIS

1.3

1.3 Landasan Teoritis Penyakit.Landasan Teoritis Penyakit. 1.

(5)

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah

 Pangkal hidung ( bridge )

 Dorsum nasi

 Puncak hidung ( apeks )

 Ala nasi

 Kolumela

 Lubang hidung ( nares anterior )

Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.

Kerangka tulang terdiri dari :

1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung ) 2. Prosesus frontalis os maksila

3. Prosesus nasalis os frontalis

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung, yaitu :

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor) 3. Beberapa pasang kartilago alar minor

4. Tepi anterior kartilago septum nasi

Otot-otot ala nasi terdiri dari dua kelompok yaitu : 1. Kelompok dilator :

 m. dilator nares ( anterior dan posterior )

 m. Proserus

 kaput angulare m. kuadratus labii superior

2. Kelompok konstriktor :

 m.nasalis

 m. depresor septi

 Hidung dalam a. Vestibulum

(6)

mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae.

 b. Septum nasi

Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang terdiri dari :

 lamina perpendikularis os etmoi

 vomer

 krista nasalis os maksila

 krista nasalis os palatina

Bagian tulang rawan terdiri dari :

 kartilago septum ( lamina kuadrangularis )

 kolumela

c. Kavum nasI

 Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan  prosesus horisontal os palatum.

 Atap hidung

Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior,os nasal,  prosesus frontalis os maksila, korpus osetmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-filamen n.olfaktorius yang berasal dari  permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian

teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior

 Dinding lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina  pterigoideus medial.

 Konka

Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang

(7)

Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.

 Meatus nasi

Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding

lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

2. Definisi

 Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di

hidung. (Dipiro, 2005 )

 Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

 Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin

dikelompokan baik sebagai rinitis alergik atau non-alergik. (Keperawatan Medikal-Bedah: Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002)

3. Etiologi

Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :

 Alergi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

(8)

-  Immediate Phase Allergic Reaction : Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.

-  Late Phase Allergic Reaction : Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang

 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya  penisilin atau sengatan lebah

 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap  besar :

 Respon Primer,terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

 Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,  jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena efek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier

 Respon Tersier ,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

 b. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.

(9)

c. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. Berdasarkan penyebabnya :

 Rhinitis alergi

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh  perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.

Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 )

 Rhinitis alergi musiman (Hay Fever),

Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

Gejala :

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.

(10)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang  peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.

Gejala :

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung tersumbat  bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakiusdi telinga,

sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak. Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

 Rhinitis non alergi

Rhinitis non allergidisebabkanoleh :infeksisalurannapas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial, masuknyabendaasingkedalamhidung, deformitasstruktural, neoplasma, danmassa, penggunaankronikdekongestan nasal, penggunaankontrasepsi oral, kokaindan anti hipertensif.

Gejala :

o Kongesti nasal

o Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)

o Gatalpada nasal

o Bersin-bersin

o Sakitkepala

(11)

Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas  parasimpatis.

Penyebab :

Belum diketahui, diduga akibat gangguankeseimbangan vasomotor. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

o Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis,

seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.

o Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara

yang tinggi, dan bau yang merangsang

o Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme

o Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

Tanda dan gejala :

Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi  pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat. Permukaannya dapat licin atau  berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan  biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita).

 Rhinitis medikamentosa

Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian

(12)

vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan.

Tanda dan gejala :

Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.

 Rhinitis atrofi

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka.

Penyebab

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering  Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok,  Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

Tanda dan geajala :

Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas  berbau (sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental

hijau, krusta hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta berwarna hijau.

4. Manifestasi Klinik

 Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).

(13)

 Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi  biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

 Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, te linga dan tenggorok.

 Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika  bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah

gejala rhinitis alergi.

Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.

Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis  bakterialis ) gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika

terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).

5. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen sekret hidung.

 Tes Alergi

Tes ini dilakukan untuk menegakkan bukti secara objektif akan adanya  penyakit atopi. Ia juga dapat menentukan agen penyebab reaksi alergitersebut,

yang akan dapat membantu dalam penanganan secara spesifik.Terdapat dua tipe pemeriksaan yang sering digunakan bagi menilai secarakausatif maupun kuantitatif sensitifitas suatu alergen: tes kulit dan esai serumin vitro (in vitro serum assay).

a. Tes Kulit

dapat dilakukan secara epikutan, intradermal atau kombinasi keduanya.

(14)

dan ekonomis.Dengan adanya sistem tesmultipel yang tersedia, tes ini mudah dilaksanakan danprosedurnya selalu tidak pernah  berubah.Namun bila hasil tesini diragukan, selanjutnya dilakukan tes

secara intradermal.

 Tes cukit kulit secara intradermal menggunakan pengenceranberseri yang kuantitatif 1:5 merupakan tes pilihan bagikebanyakan ahli spesialis THT setelah dilakukan tes cukit kulitsecara epikutan. Tipe tes yang dikenal sebagaiintradermaldilutional testing (IDT), dulunya dikenal sebagaiserialendpoint titration (SET) ini sangat berguna dalam menentukantahap sensitifitas alergen, dan dalam rangka itu, amatbermanfaat dalam penentuan terapi imunal yang tepat danaman  bagi penderita rhinitis alergi.

 b. Tes in vitro:

Tes ini melibatkan IgE serum yang spesifik dengan alergen dan merupakan teknik yang mudah dikerjakan serta akurat dalam mendeteksiadanya pengaruh atopi pada pasien dengan rhinitis alergi. Teknologi in vitrojuga sudah sangat dikembangkan sedemikian rupa sehingga efektifitasnyasudah kurang lebih sama dengan tes cukit kulit. Tes ini aman, murah dancukup spesifik sehingga penderita tidak  perlu bebas dari pengaruhantihistamin atau obat-obat lain pada saat  pada saat pemeriksaan dijalankan,yang kalau pada tes cukit kulit, dapat mengganggu penilaian.Tes ini juga sangat mudah dan cepat dikerjakan sehingga menjadi pilihan dalammenangani pasien anak-anak maupun dewasa yang disertai gangguananxietas. Walaupun tes in vitro yang pertama yaituradioallergosorbent test(RAST) sudah tidak dikerjakan lagi, terminologiRAST ini masih digunakansecara umum dalam menjelaskan pemeriksaan IgE spesifik darah. Saat ini,sudah banyak tipe esai in vitro yang ditinggalkan, karena peralihan ke tipebaru yang lebih cepat, dapat diandalkan dan lebih efisien contohnyaImmunoCap.Dengan tidak menggunakan tes yang dapat diandalkan, dapatberakibat buruk kepada diagnosis atopi yang seterusnya membawa kepadapenanganan yang tidak adekuat.

(15)

6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

 Penatalaksanaan medis.

Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid

 Antihistamin

Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.

Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular. Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.

 Dekongestan

Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang  beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam  jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering  pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling  bagi pasien.

(16)

 pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional karena mekanismenya berbeda.

  Nasal Steroid

Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.

Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.

 Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.

 Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.

 Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu: 1. Ampisilin 4 X 500 mg

2. Amoksilin 3 x 500 mg

3. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet 4. Diksisiklin 100 mg/hari.

c. Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.

 Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:

1. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen 2. Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)

(17)

 Penatalaksanaan keperawatan.

1. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan seperti (debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)

2. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin. 3. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan. 4. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.

5. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun terhadap hidung.

7. Komplikasi

 Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

 Otitis media.

Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak. Otitis media dan sinusitis kronik ini disebabkan penyumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

(18)

2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian. a. Identitas pasien.  Nama : Umur : Jenis kelamin : Agama : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat :

Tannggal masuk rumah sakit :

Penanggung jawab :

Hubungan :

 No. MR :

 b. Riwayat kesehatan.

- Keluhan Utama.

Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan.

- Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien masuk rumah sakit dengan keadaan klien mengeluh hidung tersumbat, pilek yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua mata, penciuman berkurang, bersin pada malam hari atau pagi harii terutama pada suhhu udara dingin, saat menyapu lantai/ membersihkan tempat tidur, klien mengeluh mengganggu tidur dan aktivitas yang dilakukannya. Klien tampak lemas karena hidung yang tersumbat.

- Riwayat kesehatan dahulu.

Klien memiliki riwayat penyakit perdarahan pada hidung atau trauma  pada hidung. Klien juga memilki riwayat penyakit THT.

(19)

c. Pemeriksaan fisik. 1. Keadaan umum.

Klien tampak pilek keluar ingus dari hidung klien. 2. Head to toe.

 Telinga. Inspeksi :

Bentuk dan ukuran : normal. Tidak terdapat benjolan. Tidak terdapat serumen. Tidak terdapat edema.

 Hidung. Inspeksi.

Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung. Tidak terdapat jarinagn parut dalam hidung. Tidak terdapat deviasi septum.

Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung. Tidak tampak udem mukosa.

Mukosa hidung hiperemis. Terdapat secret.

Palpasi.

Tidak terdapat nyeri tekan. Tidak ada krepitasi.

 Tenggorokan. Inspeksi.

Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta. Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).

Ovula : tidak ada kelainan.

Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis. Detritus (-)

(20)

Palpasi.

Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)

3. Pengkajian 11 fungsional Gordon.

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan.

Klien tidak mengetahui penyebab penyakit nya ini. Klien sangat sensitive dengan keadaan seperti banyak debu. Bangun di pagi hari membuat pilek klien makin menjadi, bersin-bersin yang dikeluhkan klien juga bertambah. Klien selalu menjaga diri nya agar tidak terhirup debu yang begitu banyak. Pada saat klien merasakan hal yang demikian, klien hanya menggunakan obat resep apotik dan warung.

2. Pola nutrisi dan metabolic.

Biasanya pola nutrisi metabolic pada klien yang mengalami hipersensitivitas akan menjadi terganggu, nafsu makan klien akan menjadi  berkurang, dan biasanya klien yang mengalami hipersensitivitas tidak dapat memakan sembarang makanan, sehingga mengakibatkan penurunan berat  badan pada klien.

3. Pola eliminasi.

Pola perkemihan klien lancer dank lien juga tidak mengalami masalah pad BAB nya.

4. Pola aktivitas dan latihan.

Aktifitas klien berjalan seperti biasanya, namun terganggu bila pasien telah  bersin-bersin pada saat dingin.

5. Pola istirahat dan tidur.

Klien mengatakan bahwa istirahatnya terganggu pada malam hari karena  bersin-bersin yang berlebihan pada malam hari dan pilek yang melanda

(21)

6. Pola kognitif dan persepsi.

Klien memiliki penglihatan yang masih baik, pendengaran yang masih baik, dan pengecapan klien masih baik, namun pada penciuman klien kadang-kadang terganggu karena hidung klien yang sering tersumbat dan karena  pilek yang klien alami.

7. Pola persepsi dan konsep diri.

Klien tidak merasa rendah diri. Klien tetap berusaha dan percaya bahwa  penyakitnya bisa sembuh.

8. Pola peran dan hubungan.

Karena penyakit yang diderita oleh klien sekarang mengganggu pekerjaan nya, maka klien tidak dapat membantu penghasilan untuk keluarganya lagi. Klien mem iliki hubungan yang sangat baik dengan anggota keluarga yang lain.

9. Pola seksualitas dan produksi.

Kebutuhan seksualitas klien tidak terganggu.

10. Pola koping dan toleransi stress.

Untuk menangani stress yang dialami klien, klien sealu bercerita dengan keluarga nya dan keluarga klien pun memberikan perhatian lebih kepada klien.

11. Pola nilai dan keyakinan.

Klien mengaku agama penting dalam hidup, klien tidak merasa kesulitan dalam beribadah. Klien tetap melaksanakan ibdah dengan baik, dank lien selalu berdoa dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar klien dapat segera sembuh dari penyakit yang diderita nya sekarang.

(22)

2. Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, NIC.

No. NANDA NOC NIC

1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan adanya sekret yang mengental.

KEADAAN

PERNAFASAN: JALAN NAFAS YANG JELAS Indikator:

  Nilai pernafasan

 pada skala yang ditentukan

 Pengeluaran dahak

keluar dari jalan nafas

 Tidak ada demam

KEADAAN PERNAFASAN: PERTUKARAN GAS Indikator:  Kemudahan  bernafas  Tekanan O2 dalam  batas normal  Tekanan CO2

dalam batas normal KEADAAN

PERNAFASAN: VENTILASI

  Nilai pernafasan

 pada skala yang ditentukan

 Tingkat kedalaman

inspirasi

 Kemudahan

PEMBERSIHAN JALAN NAFAS YANG TIDAK EFEKTIF

 Masuknya udara

 pada jalan nafas dan stabilisasi  Penatalaksanaan  jalan nafas  Pengurangan tingkat kegelisahan PENGATURAN JALAN NAFAS  Membuka jalan

nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang ditinggikan.  Memposisikan  pasien agar mendapatkan ventilasi yang maksimal.  Mengidentifikasi  pasien berdasarkan  penghirupan nafas yang potensial pada  jalan nafas.

 Penghirupan nafas

melalui mulut atau nasopharing.

(23)

2. Gangguan pola tidur  berhubungan dengan  penyumbatan pada

hidung

 Pengeluaran dahak

dari jalan nafas

 Pengeluaran udara  Tidak adanya  pengumpulan nafas melalui bibir  Tidak adanya  pernafasan dangkal Tidak adanya dyspnea pada saat Istirahat TINGKAT KENYAMANAN Indicator : - Melaporkan  perkembangan kepuasan - Melaporkan  perkembangan  Menentukan kebutuhan  penyedotan pada mulut dan/atau trakea.  Mendengarkan

 bunyi nafas sebelum dan sesudah  penyedotan.

 Menginformasikan

 pada pasirn dan keluarga mengenai  penyedotan tersebut.  Poemberian obat  penenang.  Melakukan  pencegahan umum: memakai sarung tangan, kacamata debu, dan masker.

 Menyisipkan bunyi sengau untuk memfasilitasi  penyedotan pada nasotrake. PENINGKATAN TIDUR - Anjurkan klien untuk menghindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat mengganggu tidur .

(24)

3. Kurangnya  pengetahuan  berhubungan dengan ketidak tahuan informasi  psikologi - Mengekspresikan  perasaan dengan lingkungan fisik sekitar

PENGETAHUAN : proses penyakit. Indikator : - menjelaskan proses terjadinya penyakit - mendeskripsikan

keluarga klien tentang faktor yang dapat menimbulkan gangguan  pola tidur 

- Fasilitasi pemeliharaan rutinitas klien sebelum tidur - Bantu klien membatasi waktu tidur siang dengan memberi aktivitas yang meningkatkan keterjagaan,  jika diperlukan.

MANAJEMEN ENERGI - Tentukan pembatasan aktivitas fisik pasien

- Monitor pola tidur

- Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri - Bantu pasien membuat  jdwal istirahat

- Jelaskan apa dan  bagaimana aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun energi

- Monitor intake nutrisi yang adekuat

MEMPERSIAPKAN PERBAIKAN PENGETAHUAN Aktivitas: - Sediakan lingkungan yang aman

(25)

 penyebab atau faktor-faktor  pendukung - mendeskripsikan faktor resiko - mendeskripsikan akibat penyakit - mendeskripsikan

tanda dan gejala - mendiskripsikan tindakan untuk meminimalkan  perkembangan  penyakit - mendeskripsikan tindakan pencegahan komplikasi PENGETAHUAN : KEBIASAAN SEHAT Indikator : - Mendeskripsikan kebiasaan  pemenuhan nutrisi - Mendeskripsikan

 pola tidur bangun yang efektif

- Mendeskripsikan efek kesehatan dari  penggunaan alkohol,

zat kimia, kafein

- Adakan hubungan - fokus pada masalah

 pasien yang spesifik -  bantu klien untuk

menyadarai

kerentanan untuk komplikasi

-  beri kesempatan pada klien untuk bertanya

1. Mengajarkan proses  penyakit Aktivitas: - hargai tingkat  pengetahuan pasien -  jelaskan perjalanan suatu penyakit -  jelaskan tanda-tanda dan gejala penyakit -  jelaskan proses  penyakit - identifikasi penyebab yang mungkin - sediakan informasi mengenai kondisi kepada pasien - diskusikan pemikiran yang ketinggalan yang direkomendasikan manajemen (terapi/pengobatan) -  jelaskan komplikasi

(26)

- Mendeskripsikan keamanan  penggunaan resep obbta-obatan. PENGETAHUAN : Sumber tindakan. Indikator : - Mendeskripsikan tindakan dalam keadaan darurat. - Mendeskripsikan sumber untuk  perlindungan dalam keadaan darurat.

yang mungkin terjadi

MENGAJARKAN MENENTUKAN PENGOBATAN Aktivitas:

- informasikan pada  pasien dari yang umum dan berbagai  jenis nama di setiap  pengobatan

- informasikan pada  pasien maksud dari tindakan disetiap  pengobatan

- informasikan pada  pasien takaran,  perjalanan dan waktu  pengobatan - evaluasi kemampuan  pasien untuk melakukan  pengobatan sendiri - informasikan pada

 pasien akibat dari  pengobatan yang

tidak dilakukan.

- instruksikan pada  pasien efek samping

(27)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS

Kasus:

 Ny E umur 28 tahun datang ke Rumah Sakit Umum DR M Djamil Padang pada tanggal 27 Juli 2013 dengan keluhan hidung meler dan bersin-bersin sejak seminggu yang lalu, mata merah berair yang tidak berhenti-henti, lapisan hidung membengkak warna merah kebiruan, mudah tersinggung, nafsu makan menurun, dan susah tidur, klien bernafas melalui mulut. Saat ini Ny E dirawat di ruang THT Rumah Sakit Umum DR M Djamil Padang.

3.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

 Nama : Ny E

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pasar Baru

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

 No. RM : 804290

Tanggal masuk : 27 Juli 2013 Diagnosa medis : Rhinitis

 b. Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama

Klien mengeluhkan hidung meler dan bersin-bersin sejak seminggu yang lalu, mata merah  berair yang tidak berhenti-henti.

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien memgalami bersin-bersin, lapisan hidung membengkak warna merah kebiruan, tidak nafsu makan, susah tidur, hidung tersumbat sehingga klien bernafas melalui mulut.

 Riwayat Kesehatan Dahulu

(28)

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada diantara keluarga klien yang menderita penyakit yang sama dengan klien. c. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1. Pola Persepsi

 – 

 Manajemen Keperawatan

Klien tidak mengetahui penyebab penyakit yang sedang dideritanya. Ketidaktahuan klien membuat klien mengganggap penyakitnya itu hanya flu  biasa.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Klien tidak nafsu makan sehingga mengakibatkan penurunan berat badan, hal tersebut juga mengakibatkan gangguan pada metabolisme klien.

3. Pola Eliminasi

Klien tidak mengalami gangguan eliminasi. BAK dan BAB klien normal dengan warna dan bau yang khas.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya karena sering bersin- bersin, mata merah berair yang tidak berhenti-henti, hidung tersumbat

sehingga klien tidakdapat bernapas melalui hidung. 5. Pola Istirahat dan Tidur

Klien mengalami susah tidur karena hidung tersumbat yang disertai bersin- bersin

6. Pola Kognitif-Persepsi

Klien mengalami gangguan pada indra penciumannya, yang dikarenakan hidung tersumbat sehingga menyulitkan klien untuk bernapas melalui hidung. 7. Pola Persepsi-Konsep Diri

Klien merasa terbebani dengan penyakit yang sedang dideritanya. 8. Pola Peran-Hubungan

Klien tidak dapat melakukan perannya dengan baik sedangkan hubungan klien dengan keluarga terjalin cukup baik.

9. Pola Seksual-Reproduksi

Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasa. 10. Pola koping-Toleransi Stres

(29)

Klien melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya. d. Pemeriksaan Fisik

 Kulit : turgor kulit baik.

 Rambut : tidak mudah dicabut, penyebaran rata.  Telinga : simetris ka/ki, tidak ada peradangan.

 Mata : kedua mata simetris ka/ki, sclera tidak ikserik, konjungtiva tidak anemis.

 Hidung : Mukosa lembab, terdapat peradangan, hidung memerah, terdapat banyak

sekret.

 Mulut : Mukosa dan lidah kering

 Leher : KGB tidak terjadi pembesaran.

 Toraks : Simetris ka/ki.

 Paru : Inspeksi : Simetris ki = ka

Palpasi : Fremitus ki = ka Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bronkovesikuler.

Perut : Inspeksi : Simetris ka = ki

Palpasi : Hati tidak teraba, limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan) Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+).

 Ekstremitas : Normal.  Genitalia : Tidak dikaji.

 Kesadaran : Compos Mestis

3.2 Diagnosa NANDA, NOC, NIC

 NANDA NOC NIC

1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d  penumpukan sekret

DO:

- Klien bersin-bersin - Klien tampak  bernapas dari mulut

- Hidung klien

Status Respirasi : Kepatenan Jalan Napas

- Tidak ada demam - Tidak ada cemas

- Frekuensi napas dalam  batas normal

- Bebas dari suara napas tambahan

Manajemen Jalan Napas - Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu atau dengan mendorong rahang sesuai keadaan

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan

(30)

membengkak merah kebiruan

DS:

- Klien mengatakan hidungnya tersumbat sehingga sulit untuk  bernapas

- Klien mengatakan sering bersin-bersin

Status Respirasi: Ventilasi - Rata-rata pernapasan dalam rentang yang diharapkan - Irama napas dalam rentang yang diharapkan

- Mudah bernapas

- Tidak ada bunyi napas - Tidak ada mulut terbuka saat bernapas

ventilasi yang potensial - Identifikasi masukan  jalan nafas baik yang

aktual ataupun potensial - Masukkan jalan nafas/ nasofaringeal sesuai kebutuhan

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction/pengisapan

Monitor Pernapasan

- Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha  bernafas

- Monitor bising  pernafasan seperti ribut

atau dengkuran

- Monitor sekresi  pernafasan pasien

- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu, hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu, biot dan pola ataksi Penghisapan Jalan Napas - Tentukan kebutuhan untuk suction mulut dan/atau trakea.

- Auskultasi nafas sebelum dan sesudah  pengisapan.

(31)

kepada pasien dan keluarga tentang  pengisapan.

- Aspirasi nasoparing dengan tabung syringe atau bulb atau alat yang sesuai.

- Sediakan pemberian obat yang sesuai

2 Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh  berhubungan dengan  penurunan berat badan.

DO: - Klien hanya menghabiskan ½ porsi makanannya DS: - Klien mengatakan tidak nafsu makan

Status Nutrisi

- Asupan zat gizi

- Asupan makanan dan cairan

- Energi

- Indeks masa tubuh - Berat badan

Monitoring Cairan

- Monitor intake dan output cairan

- Monitor berat badan - Kaji tentang riwayat  jumlah dan tipe intake

cairan dan pola eliminasi - Monitor TTV

Manajemen Nutrisi

- Mengontrol

 penyerapan

makanan/cairan dan menghitung intake kalori harian, jika diperlukan - Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian

- Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika

(32)

 berkolaborasi dengan ahli makanan, jika diperlukan - Anjurkan pasien untuk memilih makanan ringan,  jika kekurangan air liur mengganggu proses menelan

- Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan Monitor Nutrisi

- Timbang berat badan klien

- Monitor kehilangan dan pertambahan berat  badan

- Jadwalkan perawatan, dan tindakan keperawatan agar tidak mengganggu  jadwal makan

- Monitor turgor kulit - Monitor adanya mual dan muntah

- Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan lemah

- Monitor intake kalori dan nutrisi

3 Gangguan Istirahat Tidur  b.d penyumbatan pada hidung. DO: Tingkat Kenyamanan - Melaporkan  perkembangan kepuasan - Melaporkan Peningkatan Tidur

- Anjurkan klien untuk menghindari

(33)

- Klien tampak  bernapas melalui mulut

- Hidung klien tersumbat

DS:

- Klien mengatakan susah tidur karena hidungnya tersumbat

 perkembangan psikologi

- Mengekspresikan perasaan dengan lingkungan fisik sekitar

-dan minuman yang dapat mengganggu tidur

- Ajarkan kepada klien dan keluarga klien tentang faktor yang dapat menimbulkan gangguan  pola tidur

- Fasilitasi

 pemeliharaan rutinitas klien sebelum tidur

- Bantu klien

membatasi waktu tidur siang dengan memberi aktivitas yang meningkatkan keterjagaan,  jika diperlukan

Manajemen Energi

- Tentukan pembatasan aktivitas fisik pasien

- Monitor pola tidur - Monitor lokasi ketidaknyamanan/nyeri - Bantu pasien membuat jdwal istirahat - Jelaskan apa dan  bagaimana aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun energi

- Monitor intake nutrisi yang adekuat

(34)

BAB IV

PEMBAHASAN

 Ny E datang ke Rumah Sakit Umum DR M Djamil dengan keluhan hidung meler dan  bersin-bersin sejak seminggu yang lalu, mata merah berair yang tidak berhenti-henti, lapisan

hidung membengkak warna merah kebiruan, mudah tersinggung, nafsu makan menurun, dan susah tidur, klien bernafas melalui mulut. Saat ini Ny E dirawat di ruang THT Rumah Sakit Umum DR M Djamil Padang.

Dengan keluhan yang diderita oleh Ny E sekarang serta dengan terjadinya  penumpukan secret sehingga mengganggu jalan nafas Ny E, tidak tertutup kemungkinan  bahwa Ny E dapat di diagnose oleh Dokter dengan penyakit Rhinitis.

No

Data

Diagnosa

1.

2.

3.

DO: - Klien bersin-bersin

- Klien tampak bernapas dari mulut - Hidung klien membengkak merah kebiruan

DS:

- Klien mengatakan hidungnya tersumbat sehingga sulit untuk bernapas - Klien mengatakan sering bersin- bersin

DO:

- Klien hanya menghabiskan ½ porsi makanannya

DS:

- Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO:

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif  b.d penumpukan sekret

 Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh  berhubungan dengan penurunan berat  badan

(35)

- Klien tampak bernapas melalui mulut - Hidung klien tersumbat

DS:

- Klien mengatakan susah tidur karena hidungnya tersumbat

Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu berarti bahwa nilai tidak diketahui atau dipikirkan, melainkan “dirasakan” (Suseno, 2006: 36). Scheler tidak hanya membahas mengenai fakta fenomenologi ataupun

Datuk Rangkayo Mulio adalah Nenek Moyang Masyarakat Desa Baru Pelepat dan Dusun Lubuk Telau yang diberikan kewenangan untuk menjadi pimpinan Masyarakat Hukum Adat Datuk

Pelayanan Manajemen tersebut adalah rangkaian kegiatan dalam melayani semua karyawan baik untuk semua hak dan kewajiban karyawan, serta merupakan salah upaya peningkatan sumber

Puji dan syukur Penulis naikan kehadirat Allah SWT atas anugerah dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi pesawat sederhana antara yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis

yang siap dijual pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal. Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan

Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan keluhan yang dirasakan klien secara objektif, sehingga dapat diketahui apa masalah kesehatan

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs Taris tahun pelajaran 2011/2012 dengan subyek penelitian sebanyak 8 orang dari 40 orang dan diambil dari