• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan KB Dalam JKN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan KB Dalam JKN"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL Jakarta, 2014. i.

(2) Judul Asli: PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Copyright © 2014 by DITJALPEM BKKBN Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur 13650. Diterbitkan pertama kali dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit DITJALPEM BKKBN Jakarta, September 2014 ISBN 978-602-14745-3-2. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak Sebagian atau seluruh isi buku ini Tanpa izin tertulis dari penerbit. ii.

(3) Tim Penyusun Tim Penulis - dr. Irma Ardiana, M. Aps - dr. Fajar Firdawati - dr. Wiwit Ayu Wulandari - dr. Yuliana Slamet - dr. Putri Maulidiana Sari - dr. Umi Salamah - dr. Tuty Sahara, MSi - dr. Budi Utami Handajani - dr. Ari Widiastuti - M. Iqbal Apriansyah, MPH - Karnasih Tjiptaningrum, S.Kom, MPH. Kontributors - I Wayan Sundra, SH., MM (BKKBN) - Dra. Sri Rahayu, M.Si (BKKBN) - Drs. Ary Goedadi (BKKBN) - dr. Wicaksono, M.Kes (BKKBN) - dr. Ali Sujoko (BKKBN) - Lalu Rustam,SH, M.Si (BKKBN) - Drs. E. Agus Sapri, MM. (BKKBN) - Edi Purwoko, S.Sos, MPH (BKKBN) - Drs. Eli Kusnaeli, MMPd (BKKBN) - dr. Raymond Nadeak (BKKBN) - dr. Christina Manurung (Kemenkes) - dr. Arman (Kemenkes) - dr. Adi Pamungkas (Kemenkes) - dr. Diar Wahyu Indriarti, MARS (Kemenkes) - Dwi Desiawan (BPJS Kesehatam) - Windiarsih Madinda, S.Psi - Cicik Agustina, S.Farm.Apt.. Editor - Prof. dr. H. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK - dr. Julianto Witjaksono, MGO.,Sp.OG., K.Fer - Ir. Ambar Rahayu, MNS. iii.

(4)

(5) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN yang diluncurkan pada tanggal 1 Januari 2014 dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu, sehingga tercapai jaminan kesehatan semesta atau universal health coverage. Untuk maksud tersebut, setiap penduduk Indonesia berkewajiban untuk menjadi peserta JKN agar terjadi subsidi silang sehingga hambatan finansial di masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan dapat dihilangkan. JKN juga dimaksudkan untuk mewujudkan kendali mutu dan kendali biaya dalam pelayanan kesehatan, memperkuat layanan kesehatan primer dan sistem rujukannya, serta mengutamakan upaya promotif-preventif. Upaya promotif-preventif yang efektif akan menekan kejadian penyakit dan berdampak pada berkurangnya jumlah orang sakit serta jumlah orang berobat sehingga pembiayaan kesehatan lebih efisien. Pelayanan keluarga berencana adalah bagian dari upaya promotif-preventif. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional ini diterbitkan untuk dijadikan acuan bagi para pengelola program keluarga berencana di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota; para pemangku kepentingan; serta tenaga kesehatan pelaksana program keluarga berencana di semua tingkat administrasi di seluruh Indonesia.. NT. ER. I A N KES. EH. v. BL. E. P. U. SI. RE. A. KE. M. AN AT. E. Saya menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan buku ini. Semoga dengan terbitnya buku ini, pelaksanaan pelayanan keluarga berencana yang bermutu di fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dapat diakses oleh segenap peserta JKN dan seluruh lapisan masyarakat dengan mudah, nyaman, dan tanpa hambatan apapun juga.. IK INDO. N.

(6) vi.

(7) SAMBUTAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan izin-Nya Penyelenggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional, pada tanggal 1 Januari 2014 telah dimulai pelaksanaannya di seluruh Indonesia serta Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB dan KR) merupakan bagian dari manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan dengan tujuan agar setiap peserta memperoleh pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB). Dalam pelaksanaannya Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan memberi manfaat penguatan akses dan kualitas pelayanan KB dan KR yang lebih baik lagi. Untuk itu hal penting yang menjadi perhatian adalah: 1) menjamin ketersediaan tenaga pelayanan KB dan KR yang kompeten di seluruh fasilitas pelayanan KB, 2) menjamin ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB dan KR, 3) menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi untuk seluruh peserta Jaminan Kesehatan nasional, 4) serta penguatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB dan KR di fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan . Operasionalisasi BPJS untuk mengemban amanah Undang-Undang tentunya akan berimplikasi pada kebijakan teknis dan operasional program Keluarga Berencana di Indonesia yang diyakini dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB. Implikasi ini termasuk dalam hal menjamin agar setiap pasangan usia subur dapat secara mudah mendapatkan pelayanan kontrasepsi dan secara sukarela memilih alat dan obat kontrasepsi yang diinginkan. Upaya menjamin tersedianya pelayanan KB yang berkualitas, adil dan merata merupakan hal penting yang harus diperhatikan dengan memanfaatkan peluang pelayanan KB bagi peserta BPJS Kesehatan. Isu penting lainnya dalam pemenuhan jaminan pelayanan kontrasepsi dengan berlakunya program Jaminan Kesehatan Nasional adalah yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kontrasepsi yang ditanggung pemerintah, kemudahan pasangan usia subur terutama keluarga miskin untuk menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional, tersedianya petugas kesehatan pelayanan KB yang kompeten secara merata di fasilitas kesehatan. Agar pelayanan KB yang berkualitas, adil dan merata bisa terwujud dengan memanfaatkan peluang Program Jaminan Kesehatan Nasional maka diperlukan buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional ini merupakan acuan dan panduan yang dapat digunakan bagi pengelola program KB di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota, para pemangku kepentingan program KB, dan tenaga kesehatan di semua tingkatan wilayah. Selanjutnya diharapkan seluruh pasangan usia subur mendapatkan pelayanan KB dan. vii.

(8) KR yang mudah, terjangkau, dan berkualitas di era JKN, sehingga akhirnya setiap keluarga memiliki peluang untuk mengatur jarak kelahiran, mencegah kehamilan resiko tinggi dan sekaligus membentuk keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Amin. Jakarta, Juli 2014 KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,. Prof. dr. H. FASLI JALAL, PhD, Sp.GK. viii.

(9)    

(10)  . SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA BPJS KESEHATAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan mengemban tugas untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan yang terdiri dari Penerima Bantuan luran, Bukan Penerima Bantuan luran, serta orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Terhitung sejak BPJS Kesehatan beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014, setiap peserta BPJS Kesehatan berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan baik pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif, termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB). Pelayanan KB yang dijamin oleh BPJS Kesehatan meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi, termasuk komplikasi KB yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Kami menyambut gembira atas terbitnya buku Pedoman Penyelenggaraan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional ini. Buku Pedoman ini dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi pengelola dan pelaksana Program KB tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kota, Pemangku Kepentingan Program Keluarga Berencana serta tenaga kesehatan pelaksana Program KB di seluruh Indonesia. Kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas upaya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang telah berpartisipasi dalam mendukung Program Jaminan Kesehatan. Marilah kita ciptakan keluarga berencana yang sejahtera untuk menjadikan Indonesia lebih sehat.. ix.

(11) x.

(12) KATA PENGANTAR. Assalammu’alaikum Wr.Wb. Kami panjatkan Puji Syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan hidayah-Nya maka buku Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional telah selesai disusun dengan baik. Proses penulisan buku pedoman ini memerlukan waktu yang cukup panjang karena serangkaian proses pembahasan, pengembangan konsep, keputusan strategik yang dilakukan oleh seluruh elemen yang tergabung dalam Tim Penyusun Buku dan seluruh prosesnya dilakukan dengan penuh dedikasi, ketekunan, keseriusan, keuletan serta komitmen yang tinggi. Buku pedoman ini akan dijadikan sebagai acuan untuk pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan Reproduksi (KB dan KR) di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi pengelola dan pelaksanaan program KB di provinsi, kabupaten, kota diseluruh Indonesia. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga selesainya buku pedoman ini, kami ucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini, untuk itu kami sangat terbuka terhadap segala masukan yang bermanfaat dan bersifat konstruktif guna penyempurnaan buku ini di kemudian hari Jakarta, Mei 2014 Deputi Bidang KB dan KR BKKBN. dr. Julianto Witjaksono.AS,MGO,Sp.OG (K-FER.). xi.

(13) xii.

(14) DAFTAR AKRONIM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.. ABPK ADINKES AKBK AKDR ALOKON ANC ASKLIN APBN APBD BDT TNP2K. : : : : : : : : : :. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.. BKB BKKBD BKKBN BKL BKR BP3K BPJS BPS CTU DINKES FASKES FEFO FIFO IBI IDI INA-CBG’s IUD JKN Ka UPT KB KIA KIE KIP/K LSM MKJP MOW MUPEN KB MUYAN KB PBI PRAKTIK BIDAN PERSI PKFI. : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :. 43. PKS 44. PLKB 45. PNC. : : :. Alat Bantu Pengambilan Keputusan Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia Alat Kontrasepsi Bawah Kulit Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat dan Obat Kontrasepsi Ante Natal Care Asosiasi Klinik Indonesia Anggaran Pendapatan Belanja Negara Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Bina Keluarga Balita Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Bina Keluarga Lansia Bina Keluarga Remaja Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Pusat Statistik Contraceptive Technology Update Dinas Kesehatan Fasilitas Kesehatan First Expired First Out First In First Out Ikatan Bidan Indonesia Ikatan Dokter Indonesia Indonesian- Case Based Groups Intra Uterine Device Jaminan Kesehatan Nasional Kepala Unit Pelaksana Teknis Keluarga Berencana Kesehatan Ibu dan Anak Komunikasi, Informasi dan Edukasi Komunikasi Inter Personal/Konseling Lembaga Swadaya Masyarakat Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Metode Operatif Wanita Mobil Unit Penerangan Keluarga Berencana Mobil Unit Pelayanan Keluarga Berencana Penerima Bantuan Iuran Praktik Bidan Mandiri Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia Perjanjian Kerja Sama Petugas Lapangan Keluarga Berencana Post Natal Care xiii.

(15) 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.. POKJA POKTAN POLINDES POSKESDES PP-IMS PPLS PSA PUS PUSTU R/R RS SIM SIP SISMADUR SJSN SKPD KB SOP SPP UGD UPPKS VTP. : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :. Kelompok Kerja Kelompok Kegiatan Pondok Bersalin Desa Pos Kesehatan Desa Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual Pendataan Program Perlindungan Sosial Public Service Advertisement Pasangan Usia Subur Puskesmas Pembantu Recording/Reporting Rumah Sakit Sistem Informasi Manajemen Surat Ijin Praktik Sistem Pengaduan Masyarakat Sistem Jaminan Sosial Nasional Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana Standar Operasional Prosedur Survailan Pasca Pemasaran Unit Gawat Darurat Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera Vasektomi Tanpa Pisau. xiv.

(16) DAFTAR ISI TIM Penusun ............................................................................................................................... iii Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia .................................................................. v Sambutan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional .................................................................................................. vii Sambutan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ........................................................................................................ ix Kata Pengantar ........................................................................................................................... xi Daftar Akronim .......................................................................................................................... xiii Daftar Isi. ................................................................................................................................ xv. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ................................................................................................ xvii Lampiran Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ................................................................................................. xxi. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................................................................. 2 C. Sasaran Pengguna ............................................................................................................ .2 D. Ruang Lingkup .................................................................................................................... 2 E. Pengertian dan Batasan Operasional ................................................................................. 2. BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI .......................................................................................... 6 A. Kebijakan ............................................................................................................................ 6 B. Strategi................................................................................................................................. 6. BAB III PENYELENGGARAAN PELAYANAN KB DALAM JKN................................................. 7 A. Persiapan ............................................................................................................................. 7 B. Pengorganisasian ............................................................................................................... 12 C. Pelaksanaan ...................................................................................................................... 16 D. Pembiayaan ....................................................................................................................... 31 E. Pencatatan dan Pelaporan ................................................................................................ 34. xv.

(17) BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI .................................................................................. 38 A. Tujuan dan Mekanisme ...................................................................................................... 38 B. Indikator Keberhasilan ....................................................................................................... 38 BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 41 Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.. Perjanjian Kerjasama Antara BKKBN dengan PT Askes ........................................ 45 Contoh Perjanjian Kerjasama ................................................................................. 51 Kode ICD yang berhubungan dengan KB (ICD-9CM & ICD-10) ............................ 55 Tarif Pelayanan KB berdasarkan INA CBG’S ......................................................... 66 Daftar alamat kantor BPJS Kesehatan ................................................................... 69. xvi.

(18) PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL. NOMOR : 185/PER/E1/2014. TENTANG. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,. Menimbang :. a. bahwa pelayanan keluarga berencana dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga; b. bahwa dalam rangka peningkatan akses dan kualitas pelayanan keluarga berencana sebagaimana di maksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional;. Mengingat :. 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);. xvii.

(19) 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 6. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080); 7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Reprublik Indonesia Nomor 5372); 11. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29) yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 255); 12. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;. xviii.

(20) 13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan ; 14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional; 15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/ VIII/2013 tentang Formularium Nasional; 16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 455/MENKES/SK/ XI/2013 tentang Asosiasi Fasilitas Kesehatan; 17. Peraturan Kepala Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 55/HK-010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota; 18. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional; 19. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi; 20. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 246/PER/E1/2011 tentang Pembinaan Peserta Keluarga Berencana Aktif; 21. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 286/PER/B3/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Alat dan Obat Kontrasepsi; 22. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 120/PER/G4/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KESATU. : Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional, sebagaimana dimaksud dalam lampiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.. xix.

(21) KEDUA. : Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional, sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU digunakan sebagai acuan dan panduan bagi pengelola program KB tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota, pemangku kepentingan program KB, dan tenaga kesehatan di semua tingkatan wilayah dalam melaksanakan Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Jaminan Kesehatan Nasional.. KETIGA. : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.. AN. KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,. KEPENDUDU. K. xx. IO N. L. UA. AS. E NK. NA. DA. L. BA. AN. D. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal : Juli 2014. RG. A BERENCAN. A. Prof. dr. H. FASLI JALAL, PhD, Sp.GK.

(22) KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL. LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL. NOMOR : 185/PER/E1/2014. TENTANG. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. xxi.

(23) xxii.

(24) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi. Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sejalan dengan hal ini, Negara telah bersepakat dan berkomitmen dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memasukkan jaminan kesehatan sebagai salah satu program jaminan sosial selain 4 (empat) program jaminan sosial lainnya yaitu jaminan kecelakaan kerja, hari tua, pensiun, dan kematian. Didalam undang-undang ini diatur pula dalam penjelasannya bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan meliputi pelayanan KB. Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dikatakan bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran sehingga terwujud pertumbuhan penduduk yang seimbang melalui diantaranya pengaturan kehamilan sebagai upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi. Dengan telah diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhitung mulai 1 Januari 2014, telah terjadi beberapa perubahan pengaturan sistem pelayanan kesehatan nasional termasuk didalamnya adalah sub-sistem jaminan pembiayaan, sub-sistem pelayanan kesehatan dan pengelola pembiayaan pelayanan kesehatan. Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS maka BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Perubahan ini tentunya juga akan berimplikasi terhadap kebijakan, strategi dan program KB yang diyakini dapat mengurangi kesenjangan dan unmet need pasangan usia subur tehadap kebutuhan pelayanan KB.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 1.

(25) B. Tujuan 1. Umum : Terwujudnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dalam JKN. 2. Khusus : a. Terlaksananya advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; b. Tersedianya data Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama dan Faskes Masukan Tingkat Lanjutan terkini dan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; c. Terbentuknya Kelompok Kerja KB JKN disemua tingkatan wilayah; d. Terlaksananya peningkatan pelayanan KB di Faskes Kesehatan Tingkat Pertama dan Faskes Kesehatan Tingkat Lanjutan; e. Terlaksananya mekanisme pembiayaan pelayanan KB; f. Terjaminnya ketersediaan alat dan obat kontraseps, di Faskes; g. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan pelayanan KB; h. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi. C. Sasaran Pengguna 1. Pengelola program KB tingkat pusat dan daerah; 2. Pemangku kepentingan program KB; 3. Tenaga Kesehatan; D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN meliputi : 1. Penyiapan data sasaran ; a. Pendataan kepesertaan JKN b. Pendataan Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan 2. Pengorganisasian; 3. Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB dan kesehatan reproduksi; 4. Pembentukan Kelompok Kerja KB JKN di semua tingkatan wilayah; 5. Pelayanan KB di Faskes dan Pelayanan KB bergerak (mobile); 6. Tertib mekanisme pembiayaan pelayanan KB; 7. Penggerakan kesertaan ber-KB; 8. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi; 9. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB; 10. Monitoring dan evaluasi pelayanan KB. E. Pengertian dan Batasan Operasional 1. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia yang telah membayar iuran. 2. Pelayanan Keluarga Berencana adalah pelayanan dalam upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk penanganan efek samping dan komplikasi bagi peserta JKN. 3. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi.. 2. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(26) 4. Pelayanan Keluarga Berencana bergerak (mobile) adalah pelayanan KB yang dilaksanakan di suatu daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat dan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan, asosiasi fasilitas kesehatan dan lembaga yang membidangi Keluarga Berencana. 5. Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program Jaminan Kesehatan Nasional. 6. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi yang diberikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau jejaringnya yang meliputi Pil, Suntik, Kondom, Intra Uterine Device (IUD), dan Implan. 7. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium nasional. 8. Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam jaminan kesehatan nasional. 9. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) dan Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP); IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) tahun dan Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun. 10. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau Masyarakat yang telah memiliki perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan dan teregister dalam sistem BKKBN. 11. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang termasuk didalamnya berupa Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau setara. 12. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah Fasilitas Kesehatan yang termasuk didalamnya berupa klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. 13. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan didalam menjalankan pelayanan kesehatan. Dalam pedoman ini tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga promosi kesehatan. 14. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. 15. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. 16. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari. 17. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 3.

(27) 18. Pelayanan kesehatan darurat medis adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecatatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan. 19. Sarana medis pelayanan Keluarga Berencana (KB) MKJP adalah sarana medis yang menunjang pelayanan KB MKJP termasuk IUD kit, implan kit, Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) kit, laparoskopi, obgyn bed, minilap kit dan dry sterilization; 20. Sarana non-medis pelayanan KB MKJP adalah sarana non medis yang menunjang pelayanan KB MKJP termasuk Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) dan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K); 21. Informed choice adalah proses pemilihan metode kontrasepsi oleh klien yang didasari pada pemahaman tentang beberapa pilihan metode KB dan hal-hal yang terkait dengan metode yang dipilihnya; 22. Informed consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode suntik KB, IUD, implan, Tubektomi dan Vasektomi setelah mendapatkan informed choice; 23. KIP/Konseling atau Komunikasi Inter-Personal/Konseling adalah proses komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk membantu klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih dan menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya; 24. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah; 25. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan; 26. Fasilitas Kesehatan KB Sederhana adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB yang meliputi: konseling, pemberian pil KB, suntik KB, kondom, penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan serta upaya rujukan. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB sederhana ini adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama. 27. Fasilitas Kesehatan KB lengkap adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB seperti pada fasilitas kesehatan KB sederhana ditambah dengan pemberian pelayanan KB: pemasangan/pencabutan Implan, pemasangan/pencabutan IUD dan atau pelayanan Vasektomi. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB lengkap ini adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama. 28. Fasilitas Kesehatan KB Sempurna adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB seperti pada fasilitas kesehatan KB lengkap ditambah dengan pemberian pelayanan KB Tubektomi/MOW. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB sempurna ini adalah fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. 29. Fasilitas Kesehatan KB Paripurna adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB seperti pada fasilitas kesehatan KB sempurna ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB paripurna ini adalah fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. 30. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.. 4. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(28) 31. Asosiasi fasilitas kesehatan adalah asosiasi fasilitas kesehatan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 455/MENKES/SK/IX/2013 tentang asosiasi fasilitas kesehatan yaitu: 1) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), 2) Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), 3) Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN), 4) Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI). 32. Klinik Pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar. 33. Klinik Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. 34. Muyan (Mobil Unit Pelayanan) KB adalah fasilitas pelayanan KB bergerak yang di pergunakan oleh tim pelayanan KB yang terlatih, mencakup satu unit mobil guna mendekatkan akses pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat di daerah yang sulit atau tidak memiliki fasilitas kesehatan. 35. Stock out alat dan obat kontrasepsi adalah keadaan dimana terjadi kekosongan terhadap salah satu jenis alat dan obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai kewenangan pelayanan KB yang dimiliki. 36. Kredensialing adalah suatu kegiatan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan untuk melakukan kualifikasi fasilitas kesehatan dan proses evaluasi untuk menyetujui atau menolak fasilitas kesehatan apakah dapat diikat dalam kerjasama dengan BPJS yang penilaiannya di dasarkan pada aspek administrasi, teknis pelayanan serta meliputi peninjauan dan penyimpanan data-data fasilitas kesehatan berkaitan dengan pelayanan profesinya yang mencakup lisensi, riwayat malpraktek, analisa pola praktek dan sertifikasi. 37. Keluarga sejahtera I (KS I) adalah keluarga dengan kategori 1). Dapat makan 2 kali atau lebih dalam sehari; 2). Memiliki beberapa lembar pakaian; 3). Rumah dengan kondisi ada atap, lantai dan dinding; 4). Jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit maka ia dapat dibawa ke fasilitas kesehatan; 5). PUS bersedia untuk ber-KB di klinik KB; 6). Semua anak-anak yang berumur 7-15 tahun dapat bersekolah. 38. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) adalah keluarga yang belum memenuhi satu atau lebih kategori dari keluarga sejahtera I.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 5.

(29) BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI. Dalam rangka mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN ditetapkan kebijakan dan strategi program KB sebagai berikut. A. Kebijakan 1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dalam JKN yang merata; 2. Peningkatan kemitraan lintas sektor dan program dalam penyelenggaraan pelayanan KB melalui JKN; 3. Peningkatan dan penguatan jejaring pelayanan KB dalam JKN baik melalui sektor pemerintah maupun swasta; 4. Peningkatan dan penguatan jejaring tim jaga mutu dan Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK); 5. Peningkatan kualitas rantai pasok alat dan kontrasepsinya (SCM). B. Strategi 1. Meningkatkan promosi, KIE, konseling dan kualitas pelayanan KB dalam JKN; 2. Menjamin ketersediaan alat dan obat kontrasepsi di seluruh Faskes atau titik layanan sesuai dengan ruang lingkup pelayanan KB, JKN; 3. Menjamin tersedianya tenaga penggerakan dan tenaga kesehatan yang kompeten dalam pelayanan KB; 4. Meningkatkan akses pelayanan KB dalam JKN di seluruh Faskes atau titik layanan sesuai dengan ruang lingkup pelayanan KB JKN; 5. Meningkatkan penggunaan Informed Choice dan informed consent ; 6. Meningkatkan kualitas pelayanan KB bergerak; 7. Meningkatkan pembinaan peserta KB yang berkesinambungan; 8. Meningkatkan koordinasi/kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan dan pembiayaan KB dalam JKN.. 6. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(30) BAB III PENYELENGGARAAN PELAYANAN KB DALAM JKN. A. Persiapan 1. Penyiapan Data Sasaran Peserta KB Data sasaran peserta KB dalam JKN mengacu pada data basis yang ada di Bank Data BPJS Kesehatan. Dari data basis yang ada di BPJS Kesehatan dipilah peserta yang berstatus Pasangan Usia Subur (PUS). Data sasaran peserta KB dalam JKN meliputi: a. Pasangan Usia Subur Peserta JKN 1) PUS Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN PUS PBI JKN meliputi PUS peserta JKN yang tergolong fakir miskin/tidak mampu. Data tersebut bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang diperoleh melalui hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) secara berkala yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut mencakup 40% rumah tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan paling rendah dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Data PUS PBI JKN diperoleh dari indikator PPLS yaitu Wanita Usia Subur (usia 15-49 tahun) yang berstatus kawin. 2) PUS Bukan PBI JKN PUS Bukan PBI JKN meliputi PUS peserta JKN yang tidak tergolong fakir miskin dan tidak mampu. Data sasaran Peserta KB dalam JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama meliputi: PUS PBI JKN, PUS anggota TNI/Polri, PUS peserta Askes, PUS peserta Jamsostek, PUS peserta Jamkesda, PUS peserta Jaminan Kesehatan Komersial, dan PUS peserta asuransi mandiri. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh PUS yang belum masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019. b. PUS Bukan Peserta JKN PUS Bukan Peserta JKN meliputi : 1) PUS yang tidak tergolong fakir miskin dan tidak mampu serta belum mendaftar sebagai peserta JKN. Bagi PUS bukan peserta JKN dapat mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya paling lambat tanggal 1 Januari 2019 dengan cara : a) Mendaftar langsung ke kantor BPJS Kesehatan terdekat sesuai dengan domisili, info lokasi BPJS terdekat dapat dilihat di http://www.bpjs-kesehatan.go.id atau melalui telepon 500400 (bebas pulsa) atau di Rumah Sakit Pemerintah yang menyediakan fasilitas pendaftaran kepesertaan JKN yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan. b) Mendaftar secara online melalui http://www.bpjs-kesehatan.go.id. Informasi lebih lanjut mengenai tata cara/prosedur pendaftaran peserta JKN dapat dilihat pada web bkkbn (http://www.bkkbn.go.id). 2) PUS yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu atau keluarga prasejahtera atau sejahtera I agar dapat didaftarkan sebagai peserta JKN melalui Sistem Pengaduan Masyarakat (Sismadur) yang dikoordinasikan antara SKPD KB Kab/Kota dan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Kantor BPJS Kesehatan setempat.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 7.

(31) c. Penyiapan Data Faskes KB Data Faskes KB mengacu pada Daftar Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Penyelenggara pelayanan KB dalam JKN meliputi semua Faskes yang telah memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BPJS Kesehatan serta telah teregistrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) BKKBN melalui Kartu Pendaftaran Fasilitas Kesehatan KB (K/0/KB/13). Ketentuan pendataan Faskes KB dalam SIM BKKBN: 1) Bagi Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan namun belum teregistrasi dalam SIM BKKBN maka BKKBN dan SKPD KB setempat berkewajiban untuk melakukan registrasi. 2) Bagi Faskes yang sudah teregistrasi oleh BKKBN tetapi belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka BKKBN dan SKPD KB setempat dapat merekomendasikan Faskes tersebut untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan. 3) Salah satu persyaratan teknis Puskesmas bekerjasama dengan BPJS Kesehatan adalah kesanggupan untuk memiliki jejaring pelayanan bersama dengan Praktik Bidan. Pendataan Faskes yang melayani KB dalam JKN dilakukan dengan menggunakan Formulir Pendaftaran Faskes KB (K/0/KB/13). Untuk Faskes KB yang sudah memiliki PKS dengan BPJS Kesehatan namun belum teregistrasi dalam SIM BKKBN maka Perwakilan BKKBN Provinsi dan atau SKPD KB tingkat Kabupaten dan Kota harus segera melakukan pemberian nomor registrasi kepada Faskes KB tersebut menggunakan Formulir K/0/ KB/13 dengan berkoordinasi dengan Dinkes setempat. Pemutakhiran data Faskes yang melayani KB dalam JKN dapat dilakukan setiap saat ada pembentukan Faskes KB baru yang telah memiliki PKS dengan BPJS Kesehatan yang akan dilaporkan setiap enam bulan. Pemuktahiran data Faskes yang bekerjasama degan BPJS Kesehatan dapat diakses melalui www.bpjs-kesehatan.go.id atau kantor BPJS kesehatan terdekat. Dalam hal penambahan atau pengurangan jumlah Faskes yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan maka BKKBN atau SKPD KB kabupaten dan kota melakukan koordinasi dengan kantor cabang BPJS Kesehatan dan Kantor Layanan Operasional BPJS Kesehatan kabupaten dan kota. 2. Faskes KB Faskes KB adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan Keluarga Berencana, berlokasi dan terintegrasi di Faskes tingkat pertama atau rujukan tingkat lanjutan, yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau swasta (termasuk masyarakat) meliputi : a. Faskes Tingkat Pertama Yang termasuk dalam Faskes Tingkat Pertama terdiri dari: 1) Puskesmas atau yang setara; 2) Praktik Dokter; 3) Klinik Pratama atau yang setara; 4) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.. 8. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(32) b. Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan Yang termasuk dalam Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan terdiri dari: 1) Klinik Utama atau yang setara; 2) Rumah Sakit Umum; 3) Rumah Sakit Khusus. c. Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat Dokter berdasarkan penetapan Dinkes setempat, maka Faskes KB meliputi: 1) Praktik Bidan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. 2) Praktik perawat yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam hal ini hanya untuk pelayanan KB sederhana. 3) Pelayanan KB Bergerak. 3. Jaringan / Jejaring Faskes KB Jaringan Faskes KB adalah Fasilitas kesehatan yang menginduk ke Puskesmas pembina sebagai berikut : a. Puskesmas Pembantu (Pustu); b. Bidan di desa c. Puskemas Keliling (Pusling); Jejaring Faskes KB adalah fasilitas kesehatan yang menginduk ke Puskesmas pembina setelah melakukan perjanjian kerjasama, yaitu : a. Praktek Bidan b. Pos Pelayanan Terpadu (Pustu) c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) d. Pos Bersalin Desa ( Polindes) Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Praktik Bidan sebagai jejaring puskesmas pembina, terdiri atas: a. Surat Ijin Praktik (SIP); b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. PKS antara Praktik Bidan dengan puskesmas pembinanya (terlampir); d. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan penyelenggaraan KB dalam JKN. Dalam menetapkan Praktik Bidan sebagai jejaring, puskesmas melakukan seleksi dan kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis sebagai berikut : a. Lingkup Pelayanan KB Sederhana, meliputi: 1) Sumber daya manusia, memiliki sertifikat pelatihan :  Komunikasi Inter Personal/Konseling (KIP/Konseling) KB. 2) Kelengkapan sarana penunjang pelayanan KB, mempunyai :  Materi KIE;  Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK);  Tensimeter;  Safety Box; Formulir, register, kartu pencatatan dan pelaporan Keluarga Berencana. 3) Komitmen pelayanan KB  Adanya jadwal pelayanan KB. b. Lingkup Pelayanan KB Lengkap, meliputi: 1) Sumber daya manusia, memiliki sertifikat pelatihan Komunikasi Inter Personal/Konseling (KIP/Konseling) KB  Contraceptive Technology Update (CTU) IUD dan Implan  Pelatihan Vasektomi. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 9.

(33) 2) Kelengkapan sarana penunjang pelayanan KB, mempunyai :  Materi KIE;  Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK);  Tensimeter;  Obgyn Bed;  Safety Box;  IUD Kit;  VTP Kit;  Implan Removal Kit;  Sterilisator; Formulir, register, kartu pencatatan dan pelaporan KB. 3) Komitmen pelayanan KB  Adanya jadwal pelayanan KB. Faskes KB dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori berdasarkan ruang lingkup pelayanan KB (Tabel 1). Faskes KB merupakan bagian dari Faskes Tingkat Pertama dan Tingkat Lanjutan dengan perincian sebagai berikut : a. Faskes Tingkat Pertama terdiri dari : 1) Faskes KB Sederhana. 2) Faskes KB Lengkap. b. Faskes Tingkat Lanjutan terdiri dari : 1) Faskes KB Sempurna. 2) Faskes KB Paripurna. Tabel 1. Klasifikasi Faskes KB Berdasarkan Lingkup Pelayanan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.. 9.. 10. Lingkup Pelayanan Konseling Pemberian Kondom Pelayanan Pil KB Pelayanan Suntik KB Pelayanan IUD/Implan Pelayanan Vasektomi/ MOP Pelayanan Tubektomi/MOW Rekanalisasi dan penanggulangan Infertilitas Penanggulangan Efek Samping (sesuai kemampuan) dan upaya rujukan. Faskes KB Sederhana. Faskes KB Lengkap. Faskes KB Sempurna. Faskes KB Paripurna. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. -. ¥. ¥. ¥. -. - ¥. ¥. ¥. -. -. ¥. ¥. -. -. -. ¥. ¥. ¥. ¥. ¥. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(34) Dalam menyelenggarakan pelayanan KB, tenaga kesehatan yang diperlukan di Faskes tingkat pertama adalah Dokter atau Bidan terlatih yang melaksanakan pelayanan KB. Tenaga yang diperlukan untuk melayani KB di Faskes Tingkat Lanjutan:. Tabel 2. Tenaga Untuk Melayani KB di Faskes Tingkat Lanjutan No 1.. Pelayanan Tubektomi. 2.. Vasektomi. 3. 4.. IUD Implan. 5.. Administrasi. Tenaga Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Dokter Spesialis Anestesi Dokter Spesialis Urologi/ Dokter Spesialis Bedah/ Dokter Umum yang mendapat pelatihan untuk melayani vasektomi Dokter/Bidan yang telah mendapat pelatihan CTU IUD Dokter/Bidan yang telah mendapat pelatihan CTU Implan Tenaga Administrasi peralatan dan pelaporan pelayanan KB. Tabel 3. Klasifikasi Faskes KB Berdasarkan Persyaratan Minimal Tenaga Kesehatan Klasifikasi Sederhana Lengkap Sempurna. Paripurna. V VV V/0. Tenaga Dokter/Bidan/Perawat Kesehatan Administrasi Dokter/Bidan/Perawat Kesehatan Administrasi Dokter Bidan Perawat Kesehatan Administrasi Dokter Bidan Perawat Kesehatan Administrasi. V V/0 V V/0 VV VV VV VV VV VV VV VV. : Boleh terisi salah satu atau keduanya : Harus terisi dan tidak bernilai nol “0” : Boleh terisi atau boleh bernilai nol “0”. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 11.

(35) Tabel 4. Klasifikasi Faskes KB Berdasarkan Persyaratan Minimal Sarana Faskes KB Sederhana. Lengkap. Sempurna. Paripurna. Konseling Kit. Konseling Kit. Konseling Kit. Konseling Kit. BP3K. BP3K. BP3K. BP3K. Tensimeter. Tensimeter. Tensimeter. Tensimeter. Timbangan. Timbangan Berat. Timbangan Berat. Berat Badan. Badan. Badan. Obgyn Bed. Obgyn Bed. Obgyn Bed. IUD KIT. IUD KIT. IUD KIT. Implant. Implant Removal. Implant Removal. Removal Kit. Kit. Kit. VTP Kit. VTP Kit. VTP Kit. Minilaparotomi. Minilaparotomi. Kit/Laparoskopi. Kit/Laparoskopi. B. Pengorganisasian Dalam rangka memantapkan Penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN maka diperlukan suatu pengorganisasian dalam bentuk Kelompok Kerja KB JKN secara berjenjang, yaitu Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. 1. Tugas dan Fungsi Pokja KB JKN a. Pusat 1) Menelaah usulan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana penunjang pelayanan KB dalam rangka penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 2) Memberikan arahan agar peningkatan dan pengembangan program KB dalam JKN dapat terlaksana dengan baik. 3) Menyiapkan kebijakan, strategi dan pedoman program peningkatan dan pengembangan program KB dalam JKN. 4) Melakukan advokasi dan sosialisasi program peningkatan dan pengembangan program KB dalam JKN. 5) Melakukan kerjasama dengan unit sektor terkait/lembaga swadaya/organisasi masyarakat dalam meningkatkan pelayanan KB dalam JKN. 6) Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pokja provinsi dalam bidang administrasi berupa monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.. 12. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(36) b. Provinsi 1) Mengusulkan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana penunjang pelayanan KB ke kantor BKKBN Pusat dalam rangka penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 2) Memberi fasilitasi kepada kabupaten/kota agar peningkatan dan pengembangan program KB JKN dapat terlaksana dengan baik. 3) Menyiapkan dukungan pelaksanaan kebijakan, dan strategi operasional penyelenggaraan Pelayanan KB dalam JKN. 4) Melakukan upaya peningkatan komitmen operasional dan peran stakeholder dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 5) Menyiapkan materi dan media KIE, tenaga, serta sarana pelayanan KB dalam JKN. 6) Memfasilitasi kegiatan KIE penyelenggaraan pelayanan KB JKN. 7) Melakukan kerjasama dengan unit sektor terkait/lembaga swadaya / organisasi masyarakat dalam meningkatkan pelayanan KB dalam JKN. 8) Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pokja kabupaten / kota dalam bidang administrasi berupa monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. c. Kabupaten dan Kota 1) Mengusulkan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta sarana penunjang pelayanan KB ke kantor perwakilan BKKBN provinsi dalam rangka penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 2) Menyiapkan pengembangan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan (dokter dan bidan) dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 3) Melaksanakan kebijakan dan strategi operasional penyelenggaraan Pelayanan KB dalam JKN. 4) Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap pokja kabupaten dan kota dalam bidang administrasi berupa monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. 5) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan unit/sektor terkait, LSM/LSOM untuk membangun komitmen dalam melaksanakan pelayanan KB dalam JKN. d. Kecamatan 1) Menyusun perencanaan operasional penggerakan dan pelayanan KB di tingkat Kecamatan. 2) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan unit/sektor terkait, LSM/LSOM dalam melaksanakan pelayanan KB dalam JKN. 3) Memberikan fasilitasi dan dukungan pelayanan KB dalam JKN kepada peserta termasuk pemantauan ketersediaan alokon dan sarana penunjang pelayanan KB di fasilitas kesehatan. 4) Mengendalikan operasional penggerakan lini lapangan. 5) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program KB. e. Desa/Kelurahan 1) Melakukan pemutahiran data keluarga (PUS PBI dan PUS Bukan PBI) dan peta PUS untuk sinkronisasi sasaran KB dalam JKN. 2) Melakukan pembinaan penggunaan R/I/PUS sebagai dasar pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta pembinaan kesertaan ber-KB. 3) Menyusun perencanaan operasional penggerakan dan pelayanan KB. 4) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama/kemitraan dengan unit/sektor terkait, LSM/LSOM dalam melaksanakan pelayanan KB dan rujukan. 5) Menyelenggarakan operasional penggerakan lini lapangan (KIE, Pelayanan KB, dan Pembinaan Institusi Masyarakat). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 13.

(37) 6) Memfasilitasi pengaduan masyarakat terkait dengan penyelenggaraan pelayanan KB. 7) Memfasilitasi masyarakat yang belum terdaftar menjadi peserta JKN. 2. Susunan Organisasi Kelompok Kerja KB JKN, terdiri dari : a. Pusat Pelindung : 1. Menteri Kesehatan RI 2. Kepala BKKBN 3. Direktur Utama BPJS Kesehatan Penasehat : 1. Deputi Bidang KB dan KR BKKBN 2. Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI 3 Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Ketua I : Direktur Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah, BKKBN Ketua II : Direktur Bina Kesehatan Ibu,Kemenkes RI Ketua III : Direktur Kepesertaan dan Pemasaran, BPJS Kesehatan Sekretaris I : Direktur Bina Kesertaan KB Jalur Swasta, BKKBN Sekretaris II : Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI Sekretaris III : Kepala Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer BPJS Kesehatan Anggota : 1. Direktur Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus, BKKBN 2. Direktur Kesehatan Reproduksi, BKKBN 3. Direktur Advokasi dan KIE, BKKBN 4. Direktur Bina Lini Lapangan, BKKBN 5. Direktur Pelaporan dan Statistik, BKKBN 6. Kepala Biro Perencanaan, BKKBN 7. Kepala Biro Keuangan dan BMN, BKKBN 8. Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar, Kemenkes RI 9. Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan 10. Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan 11. Perwakilan Pengurus Besar IDI 12. Perwakilan Pengurus Besar IBI 13. Perwakilan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Pusat 14. Perwakilan Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN) Pusat 15. Perwakilan Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) pusat 16. Perwakilan Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) Pusat 17. Organisasi unsur mitra kerja pelayanan KB Kelompok kerja KB JKN di Tingkat Pusat akan ditetapkan oleh Menko Kesra. b. Provinsi Pelindung : Gubernur Penasehat : 1. Sekretaris Daerah Provinsi 2. Kepala Divisi Regional BPJS Kesehatan. 14. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(38) Ketua I Ketua II Ketua III. : : :. Kepala Perwakilan BKKBN provinsi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Asisten/Kepala Biro yang menangani bidang kesra Tingkat Provinsi Sekretaris I : Kepala Bidang KB-KR Perwakilan BKKBN Sekretaris II : Kepala Bidang di Biro Yansos SETDA Sekretaris III : Kepala Departemen Manajemen Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Anggota : 1. Kepala SKPD KB Provinsi 2. Eselon III Dinkes Provinsi 3. Eselon III Perwakilan BKKBN Provinsi 4. Eselon III Biro yang menangani Kesra 5. Kepala Departemen Pemasaran dan Kepesertaan BPJS Kesehatan 6. Unsur Perwakilan Bappeda 7. Perwakilan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (ERSI) Pusat 8. Perwakilan/Pengurus Daerah Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN) 9. Perwakilan/Pengurus Daerah Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) 10. Perwakilan / Pengurus Daerah Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) 11. Unsur organisasi mitra kerja pelayanan KB Tk Prov (IBI, IDI, Persi, TP PKK, dll). Kelompok Kerja KB JKN di Tingkat Provinsi ditetapkan oleh Gubernur. c. Kabupaten dan Kota Pelindung : Bupati/Walikota Penasehat : 1. Sekretaris Daerah Kabupaten dan Kota 2. Kepala Cabang BPJS Kesehatan Ketua : Kepala SKPD KB Kabupaten dan Kota Wakil Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Sekretaris I : Kepala Bidang KB SKPD KB Kabupaten dan Kota Sekretaris II : Kepala Bidang yang menangani KB di Dinkes Anggota : 1. Perwakilan dari SKPD Kabupaten dan Kota 2. Unsur Pemda (setda/Biro Kesra/Sosial) 3. Unsur organisasi mitra kerja pelayanan KB Tingkat Kabupaten dan Kota (IBI, IDI, Persi, TP PKK, dll). 4. Kepala Unit Kepesertaan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan atau Kepala Layanan Operasional Kabupaten dan Kota Kelompok Kerja KB JKN di Tingkat Kabupaten dan Kota ditetapkan oleh Bupati dan Walikota. d. Kecamatan Pelindung Penasehat Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota. : : : : : :. Camat Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Kasi Kesos Kecamatan Kepala Puskesmas Kecamatan PPLKB/Ka.UPT KB/Koordinator KB 1. Unsur Kemenag 2. TP PKK. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 15.

(39) 3. Bidan Koordinator 4. Unsur Toma/Toga. Kelompok kerja KB JKN di Tingkat Kecamatan ditetapkan oleh Camat. e. Desa/Kelurahan Pelindung : Penasehat : Ketua : Wakil Ketua : Sekretaris : Anggota :. Kepala Desa/Lurah Ketua BPD, Ketua LPM Kaur Kesra Bidan Desa PLKB/PPKBD 1. Aparat terkait 2. IMP 3. TP PKK 4. Toma/Toga Dukungan pembiayaan rapat koordinasi kelompok Kerja JKN dibebankan pada anggaran Rakor Desa dan dilaksanakan setiap bulan sekali. Kelompok Kerja KB JKN di Tingkat Desa/Kelurahan ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah.. C. Pelaksanaan 1. Advokasi dan KIE Advokasi dan KIE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. Kegiatan Advokasi dalam konteks penyelenggaraan pelayanan KB diperuntukkan bagi pembuat kebijakan untuk memastikan semua pemangku kepentingan (stakeholders), terkait pelayanan KB dalam sistem JKN, baik di pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, memberikan dukungan kebijakan dan komitmen operasional untuk menunjang pelaksanaan, baik dalam aspek regulasi, infrastruktur, sarana prasarana, SDM, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi, serta dukungan penganggaran yang memadai. Sementara komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan dalam konteks untuk memastikan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat, memiliki kepedulian dan peran serta dalam program JKN pada umumnya. a. Advokasi Kegiatan advokasi diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mempengaruhi praktek para pembuat kebijakan, (termasuk pemberi layanan kesehatan dan KB) badan legislatif, tokoh masyarakat, agama dan adat, sehingga mereka mampu menciptakan lingkungan yang kondusif. 1) Tujuan Tujuan advokasi penyelenggarakan pelayanan KB dalam JKN adalah : a) Meningkatkan dukungan dan komitmen pemangku kepentingan (eksekutif dan legislatif) dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. b) Meningkatkan sinergitas kebijakan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dan kota dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. c) Meningkatkan partisipasi dan kerjasama semua institusi formal dan informal dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. d) Meningkatkan peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat dalam penyelenggaraan pelayanan informasi KB dalam JKN.. 16. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(40) 2) Sasaran a) Kementerian dan Lembaga di Pusat terkait penyelenggaraan Pelayanan KB. b) Kepala Pemerintahan dalam semua tingkatan: Gubernur dan Bupati/Walikota, Camat dan Kepala Desa/Lurah. c) Lembaga legislatif, baik DPR RI maupun DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten dan Kota. d) Pimpinan organisasi massa/kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, universitas/perguruan tinggi serta tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam semua tingkatan. e) Pimpinan media massa cetak, media elekronik dan jejaring sosial media. f) Penyedia layanan kesehatan, baik perorangan maupun di fasilitas kesehatan yang sudah memberikan pelayanan KB maupun yang belum memberikan pelayanan KB. 3) Pelaksanaan Advokasi penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan pada Tingkat Pusat dan Daerah. a) Pusat Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah pusat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, untuk mendapatkan dukungan terhadap implementasi penyelenggarakan pelayanan KB dalam JKN. b) Provinsi Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah provinsi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk mendapatkan dukungan terhadap implementasi penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. c) Kabupaten dan Kota Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah kabupaten dan kota serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk mendapatkan dukungan terhadap implementasi penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN yang terkait pelaksanaan di wilayah kabupaten dan kota, terutama untuk mendekatkan pelayanan KB ke masyarakat dan meningkatkan komitmen masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. 4) Bentuk dan Media Advokasi Untuk menentukan bentuk dan media advokasi, terlebih dahulu dilakukan analisis situasi terkait dengan kebijakan dan regulasi penyelenggaraan pelayanan KB JKN. Selanjutnya memetakan stakeholders kunci yang terkait pelayanan KB, serta isu-isu yang berkembang terkait pelayanan KB. Bentuk-bentuk advokasi antara lain: a) Seminar eksekutif dengan sasaran Pemerintah Daerah (Gubernur, Walikota, Bupati, DPRD) b) Dialog interaktif c) Lokakarya d) Kunjungan kerja e) Audiensi dengan stakeholders, tokoh masyarakat-tokoh agama f) Kunjungan ke redaksi media dan konferensi pers g) Lobby h) Audiensi i) Pembentukan jaringan ahli dan pemerhati permasalahan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana Selanjutnya, penggunaan media advokasi tergantung dengan permasalahan, hubungan sebab akibat munculnya masalah dan dimana permasalahan itu berada.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 17.

(41) Ketajaman dalam merumuskan masalah mempermudah solusi pemecahan masalah penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. Secara umum, media advokasi penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN adalah: a) Advokasi kit (berisi VCD multi media, film pendek, lembar paparan, lembar fakta (factsheet) terkait pelayanan KB, kependudukan dan keterkaitan dengan sektorsektor lain). b) Talkshow / Dialog Interaktif di televisi dan radio c) Advertorial di koran atau majalah d) Media luar ruang, seperti billboard atau baliho, untuk membangun kesadaran bersama dan kepekaan stakeholders e) TVC (TV Commercial) atau Iklan layanan Masyarakat (PSA) f) Roundtable discussion g) Dll b. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KIE mengacu pada intervensi program yang komprehensif, yakni merupakan bagian integral dari program pembangunan suatu negara, yang bertujuan untuk mencapai perubahan. KIE menggunakan kombinasi teknologi komunikasi, pendekatan dan proses secara fleksibel dan partisipatif. Titik awal KIE adalah untuk memberikan kontribusi dalam pemecahan suatu masalah atau membangun dukungan dari sasaran terhadap sebuah isu yang terkait dengan sebuah program. 1) Tujuan Tujuan KIE Pelayanan KB dalam JKN sebagai berikut : a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang belum ber-KB sehingga tercapai penambahan peserta KB baru. b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang sudah ber-KB sehingga tercapai kelestarian kesertaan ber-KB c) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan reproduksi 2) Sasaran Sasaran KIE dipilah menjadi sasaran langsung (penerima akhir) dan sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung diharapkan dapat meneruskan pesan kepada sasaran langsung. Sasaran langsung meliputi : a) PUS yang belum ber-KB (ibu hamil, ingin anak segera, ingin anak ditunda, dan tidak ingin anak lagi) b) Peserta KB aktif Sasaran tidak langsung meliputi : a) Tokoh masyarakat, b) Tokoh agama c) Tokoh adat d) Tokoh partai politik 3) Pelaksanaan KIE penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan pada Tingkat Pusat dan Daerah.. 18. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(42) a) Tingkat pusat dan daerah lebih banyak memanfaatkan media above the line yang menempatkan seluruh individu, keluarga, dan masyarakat sebagai sasaran umum dengan pesan yang bersifat umum. b) Tingkat Kabupaten dan Kota dan lini lapangan, lebih banyak memanfaatkan media below the line dan komunikasi langsung yang memilah individu, keluarga dan masyarakat sebagai sasaran spesifik sesuai dengan isi pesan program yang disampaikan. 4) Bentuk dan Media KIE Bentuk dan media KIE yang dapat dilakukan dalam Pelayanan KB dalam JKN sebagai berikut : a) KIE Massa adalah KIE yang dilakukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak elektronik atau media tradisional (pentas seni dan budaya) sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak pada waktu yang bersamaan. b) KIE Kelompok, adalah KIE yang dilakukan kepada sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. c) KIE Perorangan, adalah KIE yang dilakukan kepada orang/individu langsung maupun tidak langsung dengan teknik komunikasi interpersonal. Media KIE yang digunakan dalam Pelayanan KB dalam JKN antara lain : a) Media Luar Ruang (Billboard, Poster, Mural) b) Media Massa Cetak (Koran, Majalah, Buku, Tabloid) c) Media Massa Elektronik (TV, Radio, Radio Komunitas, Internet) d) Media Jejaring Sosial e) Leaflet dan Brosur 2. Penggerakan Kesertaan Ber-KB Penggerakan adalah upaya peningkatan kepedulian individu, keluarga dan masyarakat dalam proses pembangunan menyangkut keikutsertaan dalam meningkatkan kepedulian individu, keluarga dan masyarakat untuk tahu, mau dan mampu melaksanakan program KB. 1) Tujuan penggerakan sumber daya program pembinaan kesertaan ber-KB dalam JKN adalah : a. untuk menumbuhkan rasa kepedulian dan peran serta individu, keluarga dan masyarakat dalam setiap kegiatan keluarga berencana b. untuk meningkatkan partisipasi aktif dari individu, keluarga dan masyarakat itu sendiri, sehingga menjadi kelompok yang berdaya, bekerja secara mandiri dalam mengembangkan kapasitas dan sumber daya yang dimilikinya. 2) Sasaran penggerakan dipilah menjadi sasaran langsung (penerima akhir) dan sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung diharapkan dapat meneruskan pesan kepada sasaran langsung. Sasaran langsung meliputi : a. PUS yang belum ber-KB (ibu hamil, ingin anak segera, ingin anak ditunda, dan tidak ingin anak lagi) b. Peserta KB aktif. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 19.

(43) Sasaran tidak langsung meliputi : a. Tokoh masyarakat, b. Tokoh agama c. Tokoh adat d. Tokoh partai politik 3) Pelaksanaan 1) Persiapan a) Pengumpulan Data dan Informasi, yang mencakup sumber daya, kelembagaan, berbagai kebijakan, sarana dan prasarana, dana sesuai dengan kebutuhan. b) Identifikasi masalah penggerakan adalah keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain dan dampak pada pencapaian tujuan. c) Masalah dapat dianalisis berdasarkan kekuatan dan kelemahan, alternatif pemecahan masalah yang akan dihadapi sehingga dapat dirumuskan upaya pemecahan, cara mencapai tujuan serta waktu pelaksanaan. 2) Pelaksanaan a) Penggalangan Dukungan Penggalangan dukungan dalam melaksanakan penggerakan kesertaan ber-KB melalui komitmen yang tinggi di setiap tingkatan khususnya dari lembaga legislatif, eksekutif, LSOM, pihak swasta maupun perorangan. b) Keterpaduan Kegiatan Komitmen operasional yang menumbuhkan kesediaan untuk melaksanakan penggerakan kesertaan ber-KB dalam JKN yang dilanjutkan dengan kegiatan fisik operasional di lapangan. i) Melakukan Sosialisasi Sosialisasi dapat dilakukan dalam bentuk orientasi, bimbingan, fasilitasi, pelatihan, penyebaran bahan informasi yang dilakukan secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, sikap serta keterampilan individu, keluarga dan masyarakat. ii) Mobilisasi Penggerakan Melakukan mobilisasi penggerakan untuk meningkatkan pemahaman secara menyeluruh ke semua tempat diberbagai tingkatan. Dari hasil pemahaman dan kesadaran tersebut selanjutnya dilakukan pelayanan KB. Mobilisasi penggerakan perlu untuk menyediakan sarana yang dapat menunjang kegiatankegiatan yang dilaksanakan, seperti penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk pelayanan KB. Penggerakan dan mobilisasi kelompok masyarakat, dapat dilakukan dengan cara: 1) Melibatkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama; 2) Mengidentifikasi norma masyarakat, adat dan kebiasaan kelompok masyarakat; 3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk kegiatan yang ada di masyarakat untuk penyebaran informasi; 4) Mengorganisasikan kelompok dalam membantu program KB; 5) Menggerakkan kelompok melalui pertemuan, diskusi kelompok, seni tradisional dan pertunjukan langsung. iii) Kegiatan Momentum Kegiatan momentum yang dapat dimanfaatkan untuk penggerakan antara lain kerjasama dengan mitra kerja seperti TNI, POLRI, PKK, Organisasi Profesi (IDI,POGI, IBI,PPNI, dll) dan organisasi keagamaan dan kegiatan lainnya. Untuk mengetahui hasil penggerakan dapat dievaluasi melalui hasil kegiatan. 20. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(44) seperti kesertaan ber KB dan pencapaian peserta KB baru. iv) Pertemuan/Rapat Koordinasi Pertemuan/rapat koordinasi dimaksudkan untuk melakukan evaluasi koordinasi dan menyiapkan langkah-langkah untuk membina hasil penggerakan yang telah dicapai serta melanjutkan kegiatan yang tertunda. Jenis pembinaan meliputi: (1) Pembinaan Tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten dan Kota, Kecamatandan Tingkat Desa/Kelurahan. (a) Melalui pertemuan koordinasi pokja dengan komponen terkait yang dilakukan setiap periode tertentu sesuai rencana kerja (triwulan) (b) Melalui pertemuan sesuai mekanisme operasional, seperti : (i) Pertemuan rutin IMP/kader secara berjenjang, staf meeting, pembinaan dari Pusat ke Provinsi dan Kab/Kota, pertemuan UPT/Koordinator, pertemuan PLKB/PKB; (ii) Rakor Desa/Rakor Kecamatan; Rakor Kabupaten dan Kota. (2) Pembinaan Tidak Langsung dapat dilakukan melalui video conference, internet, umpan balik (feedback) laporan. (3) Pembinaan Tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten dan Kota, Kecamatandan Tingkat Desa/Kelurahan. (c) Melalui pertemuan koordinasi pokja dengan komponen terkait yang dilakukan setiap periode tertentu sesuai rencana kerja (triwulan) (d) Melalui pertemuan sesuai mekanisme operasional, seperti : (iii) Pertemuan rutin IMP/kader secara berjenjang, staf meeting, pembinaan dari Pusat ke Provinsi dan Kab/Kota, pertemuan UPT/ Koordinator, pertemuan PLKB/PKB; (iv) Rakor Desa/Rakor Kecamatan; Rakor Kabupaten dan Kota. (4) Pembinaan Tidak Langsung dapat dilakukan melalui video conference, internet, umpan balik (feedback) laporan. 3. Pelayanan KB a. Ruang Lingkup 1) Pelayanan KB di Faskes Pelayanan KB di Faskes disesuaikan dengan klasifikasi Faskes KB seperti tercantum di atas. (halaman 10) 2) Pelayanan KB oleh Praktik Bidan atau Praktik Perawat Apabila di suatu kecamatan tidak tersedia tenaga dokter dengan penetapan dari Kepala Dinkes setempat, maka Bidan maupun Perawat dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan KB. Ruang lingkup pelayanan : a) Praktik Bidan mencakup pelayanan KB yang diberikan di Faskes KB sederhana sampai dengan lengkap (tanpa Vasektomi) b) Praktik perawat mencakup pelayanan KB yang diberikan di Faskes KB sederhana 3) Pelayanan KB oleh jejaring Faskes KB Ruang lingkup pelayanan KB oleh jejaring Faskes KB mencakup pelayanan KB yang diberikan di Faskes KB sederhana sampai lengkap disesuaikan dengan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih dan sarana penunjang pelayanan KB.. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional. 21.

(45) b. Prosedur pelayanan 1) Sistem Pelayanan KB Sistem pelayanan KB di Faskes meliputi: a) Pelayanan KB dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku serta menerapkan pilihan kontrasepsi secara cafetaria. b) Mengisi lembar informed consent untuk setiap pelayanan KB suntik, IUD/implan, vasektomi dan tubektomi. c) Pelayanan KB di Faskes dilakukan melalui pendekatan satu atap (one stop service) artinya setiap klien/calon klien potensial yang membutuhkan pelayanan KB, dapat dilayani kebutuhan KIEnya di beberapa unit terkait, dan setelah dilakukan promosi dan KIP/Konseling serta pengambilan keputusan mengenai metode kontrasepsi yang dipilih, maka dilakukan pelayanan medis KB di tempat yang telah ditetapkan. d) Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan komponen kesehatan reproduksi lainnya, antara lain dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (PP-IMS) dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (dalam hal ini pemberian informasi tentang KB). e) SDM dan sarana prasana yang tersedia harus memenuhi ketentuan. f) Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik. g) Harus ada sistem monitoring, evaluasi dan umpan balik dari klien dalam rangka pengendalian kualitas pelayanan. h) Ayoman pasca pelayanan. 2) Sistem Rujukan Pelayanan KB Sistem rujukan diciptakan untuk mengendalikan mutu dan biaya secara terpadu dan berkesinambungan. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping dan komplikasi penggunaan kontrasepsi. Tata Laksana Pelayanan KB dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sesuai kebutuhan medis. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan hanya dapat diberikan atas rujukan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan atau pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan lainnya. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Ketentuan sebagaimana dimaksud diatas dikecualikan pada keadaaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan klien. Sistem rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horisontal : a) Rujukan Vertikal Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud merupakan rujukan antara pelayanan KB yang berbeda tingkatan, dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya (rujuk balik). Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila : i) Klien membutuhkan pelayanan KB spesialistik atau subspesialistik. ii) Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan KB sesuai dengan kebutuhan klien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila : i) Pelayanan KB dapat ditangani oleh tingkatan Faskes yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya; ii) Klien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan. 22. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 14 diketahui peningkatan nilai minsim mengakibatkan jumlah association rule yang dihasilkan semakin sedikit dengan nilai tengah mendekati 0. Pada penelitian ini

55 menit.. Murid mendengarkan penjelasan guru tentang materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia. Murid yang belum memahami tentang materi yang diajarkan diminta

Terinspirasi dari logo salah legenda band rock kelas internasional Iron Maiden, pada simbol keempat ini akan melakukan sedikit perubahan bentuk pada bentuk logo band Iron

Perusahaan dewasa ini menganggap bahwa promosi merupakan bagian penting dari pemasaran, karena pihak perusahaan berharap dengan promosi yang dilaksanakan secara efektif

Terdapat pesan dari tari Sodoran kepada masyarakat, khususnya remaja, untuk mengingat kehidupannya, asal-muasalnya, kehati-hatian dalam pergaulan, serta pesan

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Program Studi Magister Teknik Informatika-UAJY dan bersifat rahasia. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa

Posisi sumber data penunjang (yang dalam penelitian ini diperlakukan sebagai sumber tersier, walaupun dieksplorasi langsung dari subjek penelitian) merupakan bahan- bahan

Penelitian dengan judul Model Perubahan Penggunaan Lahan untuk Penataan Ruang dalam kerangka Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Bandung) mengikuti