MAKALAH
MAKALAH
PETAI CINA
PETAI CINA
((
LEUCAENA LECOCEPHALA)LEUCAENA LECOCEPHALA)Dari tanggal 23 Januari 2018 s/d 4 Februari 2018 Dari tanggal 23 Januari 2018 s/d 4 Februari 2018 Diajukan untuk
Diajukan untuk Tugas Take Home UAS Tugas Take Home UAS Matakuliah FITOKIMIA 1Matakuliah FITOKIMIA 1 Program S1 Jurusan F
Program S1 Jurusan Farmasiarmasi
Nomor absen 23 Nomor absen 23
oleh : oleh :
DEWI NURLINDA SITORUS
DEWI NURLINDA SITORUS
201551150
201551150
JURUSAN FARMASI
JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
TA 2018/2019
TA 2018/2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Cover
Cover
... ... ii DAFTARDAFTAR ISI ISI ... ... .... .... iiii DAFTAR
DAFTAR GAMBAR GAMBAR ... ... iiiiii BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 1.2
1.2 Rumusan Rumusan Permasalah Permasalah ... ... 22 1.3
1.3 Batasan Batasan Permasalah Permasalah ... ... 22 1.4
1.4 Tujuan Tujuan penelitian penelitian ... ... 22 1.5
1.5 Manfaat Manfaat Penelitian Penelitian ... ... 22 BAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tumbuhan Petai Cina
2.1 Tumbuhan Petai Cina ... ……….………... ... 33 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Petai Cina
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Petai Cina……….………... ... 33 2.1.2 Sistematika Tumbuhan Petai Cina
2.1.2 Sistematika Tumbuhan Petai Cina ……... ... 55 2.1.3 Manfaat Tumbuhan Petai Cina
2.1.3 Manfaat Tumbuhan Petai Cina …….……... ... 66 2.1.4
2.1.4 Efek Efek Farmakologis Farmakologis dan dan Hasil Hasil Penelitian Penelitian ... . 66 2.1.5
2.1.5 Kandugan Kandugan Kimia Kimia biji biji petai petai cina cina ... ... 66 2.2 Senyawa Flavonoida
2.2 Senyawa Flavonoida ……….………... ... 66 2.2.1
2.2.1 Struktur Struktur Dasar Dasar Senyawa Senyawa Flavonoida Flavonoida ... . 88 2.2.2
2.2.2 Klasifikasi Klasifikasi Senyawa Senyawa Flavonoida Flavonoida ... ... 88 2.3 Pengujian Isolasi dan Ekstraksi
2.3 Pengujian Isolasi dan Ekstraksi Senyawa
Senyawa antibakteri antibakteri dari dari daun daun petai petai cina...cina... ... 1010 2.3.1 Ekstraksi ...
2.3.1 Ekstraksi ...……….………... ... 1010 2.3.2 Fraksinasi ...
2.3.3 Isolasi
2.3.3 Isolasi ...……….………... ... 1111 2.3.4 Uji aktivitas antibakteri senyawa akti
2.3.4 Uji aktivitas antibakteri senyawa akti ….…... ... 1111 2.3.5
2.3.5 Ekstraksi Ekstraksi dan dan uji uji aktivitas aktivitas antibakteri antibakteri ekstrak ekstrak ... ... 1212 2.3.6 Fraksinasi, Isolasi dan Uji Aktivitas
2.3.6 Fraksinasi, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri
Antibakteri Isolat Isolat ... ... 1313 2.3.7 Identifikasi Senyawa Aktif Antibakteri
2.3.7 Identifikasi Senyawa Aktif Antibakteri ….…... ... 1515 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Gambar
Gambar 1 1 Pohon Pohon petai petai cina cina ... .. 33 Gambar
Gambar 2 2 Daun Daun Petai Petai cina cina ... ... 44 Gambar
Gambar 3 3 Bunga Bunga Petai Petai cina cina ... . 44 Gambar
Gambar 4 4 Buah/Biji Buah/Biji Petai Petai cina cina ... ... 55 Gambar
Gambar 5 5 Kerangka Kerangka dasar dasar senyawa senyawa flavonoida flavonoida ... ... 88 Gambar
Gambar 5. 5. Profil Profil KLT KLT hasil hasil KCV KCV F F III III ... ... 1313 Gambar
Gambar 6. 6. Profil Profil KLT KLT pita pita 2 2 setelah setelah di di KLTP ...KLTP ... ... 1414 Gambar
Gambar 7. 7. Aktivitas Aktivitas antibakteri antibakteri p1a, p1a, p2a, p2a, p3a p3a loading loading 1000 1000 µg µg ... .... 1414 Gambar
Gambar 8. 8. Lupeol Lupeol ... ... 1616 Tabel
Tabel I. I. Hasil Hasil ekstraksi ekstraksi serbuk serbuk daun daun petai petai cina cina ... ... 1212 Tabel
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Keanekaragaman tumbuhan Indonesia merupakan kekayaan alam yang patut Keanekaragaman tumbuhan Indonesia merupakan kekayaan alam yang patut disyukuri. Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat
disyukuri. Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat pentingpenting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk Hingga saat ini menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat
penggunaan obat yang berasal yang berasal dari tumbuhan dari tumbuhan (Radji, 2005). (Radji, 2005). Salah satu Salah satu tumbuhantumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah petai cina (Leucaena leucocephala yang digunakan sebagai obat tradisional adalah petai cina (Leucaena leucocephala (Lam) de Wit.).
(Lam) de Wit.).
Pengembangan obat tradisional dikatakan rasional, yakni ditemukannya bahan Pengembangan obat tradisional dikatakan rasional, yakni ditemukannya bahan alami (terutama tumbuhan) yang terbukti secara ilmiah memberikan manfaat klinik alami (terutama tumbuhan) yang terbukti secara ilmiah memberikan manfaat klinik dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak menyebabkan efek samping dalam pencegahan atau pengobatan penyakit dan tidak menyebabkan efek samping serius dalam arti aman untuk pemakaian obat pada manusia (Dalimartha, 2000). serius dalam arti aman untuk pemakaian obat pada manusia (Dalimartha, 2000). Tanaman Petai Cina (Leucaena glauca, Benth) merupakan salah satu t
Tanaman Petai Cina (Leucaena glauca, Benth) merupakan salah satu t anaman yanganaman yang sudah dikenal masyarakat sebagai obat, biasanya daun petai cina di oleh masyarakat sudah dikenal masyarakat sebagai obat, biasanya daun petai cina di oleh masyarakat sebagai makanan hewan peliharaan. Sejalan dengan perkembangan ilmu sebagai makanan hewan peliharaan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
pengetahuan dan teknodan teknologi, manulogi, manusia ingin sia ingin memanfaatkan hasil memanfaatkan hasil alam menjadi alam menjadi bahanbahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang semakin pesat dan canggih di zaman sekarang ini ternyata tidak mampu mengesampingkan begitu saja canggih di zaman sekarang ini ternyata tidak mampu mengesampingkan begitu saja peranan
peranan obat obat tradisional tradisional tetapi tetapi justru justru hidup hidup saling saling berdampingan berdampingan dan dan salingsaling melengkapi (Thomas, 1989).
melengkapi (Thomas, 1989).
Secara etnobotani, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan daun petai cina Secara etnobotani, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan daun petai cina sebagai obat- obatan diantaranya sebagai obat luka. Daun petai cina juga sudah sebagai obat- obatan diantaranya sebagai obat luka. Daun petai cina juga sudah dikenal masyarakat sebagai obat bengkak. Pemanfaatannya dengan cara dikenal masyarakat sebagai obat bengkak. Pemanfaatannya dengan cara dikunyah-kunyah atau diremas-remas, kemudian ditempelkan pada bagian yang bengkak kunyah atau diremas-remas, kemudian ditempelkan pada bagian yang bengkak (Wahyuni, 2006)
(Wahyuni, 2006)
Petai cina atau biasa disebut (Leucaena lecocephal
Petai cina atau biasa disebut (Leucaena lecocephala) diketahui sebagai salah satua) diketahui sebagai salah satu jenis
jenis tanaman tanaman yang yang digunakan digunakan secara secara empirik empirik untuk untuk menurunkan menurunkan kadar kadar glukosaglukosa dalam darah. Bagian dari tanaman ini yang dapat berfungsi untuk menurunkan dalam darah. Bagian dari tanaman ini yang dapat berfungsi untuk menurunkan
2 2
kadar gula di dalam darah adalah bijinya. Biasanya biji petai cina yang digunakan kadar gula di dalam darah adalah bijinya. Biasanya biji petai cina yang digunakan sebanyak 1 sendok teh, dibuat dengan cara di seduh dengan dosis 3 kali sehari sebanyak 1 sendok teh, dibuat dengan cara di seduh dengan dosis 3 kali sehari (Widowati et al., 1997).
(Widowati et al., 1997).
Petai cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, mimosin, leukanin, Petai cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, mimosin, leukanin, protein,
protein, asam asam lemak lemak dan dan serat serat (Skerman, (Skerman, 1977; 1977; Gupta Gupta dan dan Atreja, Atreja, 1998;1998; Khamseekhiew, dkk., 2001). Kajian bioaktivitas ekstrak kulit batang tanaman petai Khamseekhiew, dkk., 2001). Kajian bioaktivitas ekstrak kulit batang tanaman petai cina telah dilaporkan aktif terhadap bakteri Escherichia coli
cina telah dilaporkan aktif terhadap bakteri Escherichia coli (Bussmann, dkk, 2010)(Bussmann, dkk, 2010)
1.2
1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelum nya, penulis Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelum nya, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
1. Golongan ataupun senyawa apakah yang terdapat didalam kandungan biji petaiGolongan ataupun senyawa apakah yang terdapat didalam kandungan biji petai cina sehingga dapat digunakan untuk mengobati beberapa pen
cina sehingga dapat digunakan untuk mengobati beberapa pen yakit.?yakit.? 2.
2. Apa saja manfaat dan fungsi biji tumbuhan petai cina?Apa saja manfaat dan fungsi biji tumbuhan petai cina? 3.
3. Apakah Petai cina dapat aman mengobati beberapa penyakit?Apakah Petai cina dapat aman mengobati beberapa penyakit?
1.3
1.3 Tujuan PenelitianTujuan Penelitian 1.
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indentifiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui indentifikasi dan kandungan, manfaatkasi dan kandungan, manfaat serta fungsi biji tumbuhan petai cina.
serta fungsi biji tumbuhan petai cina. 2.
2. Mengisolasi senyawa flavonoida dari biji tumbuhan petai Cina dan menentukanMengisolasi senyawa flavonoida dari biji tumbuhan petai Cina dan menentukan strukturnya.
strukturnya. 3.
3. Menerangkan pengujian, isolasi dan ekstrasi senyawa antibakteri dari daun petaiMenerangkan pengujian, isolasi dan ekstrasi senyawa antibakteri dari daun petai cina untuk dapat dipastikan apakah aman dalam mengobati beberapa penyakit. cina untuk dapat dipastikan apakah aman dalam mengobati beberapa penyakit.
1.4
1.4 Manfaat penelitianManfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah pada Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah pada masyarakat mengenai indentifikasi, manfaat, fungsi serta sen
masyarakat mengenai indentifikasi, manfaat, fungsi serta sen yawa yang terkandungyawa yang terkandung didalam tumbuhan petai cina yang aman dan dapat dijadikan obat.
BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1
2.1 Tumbuhan Petai CinaTumbuhan Petai Cina
Petai cina berasal dari Amerika tropis, tersebardi daerah tropik dan ditemukan Petai cina berasal dari Amerika tropis, tersebardi daerah tropik dan ditemukan pada
pada ketinggian ketinggian antara antara 1-1.500 1-1.500 m m dpl. dpl. Petai Petai cina cina akan akan berbuah berbuah lebih lebih baik baik jikajika terkena langsung dengan sinar matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di segala terkena langsung dengan sinar matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat dan tergenang air. macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat dan tergenang air.
2.1.1
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Petai CinaMorfologi Tumbuhan Petai Cina 1.
1. Petai cina merupakan perdu ataupun pohon kecil dengan tinggi 2-10 m,Petai cina merupakan perdu ataupun pohon kecil dengan tinggi 2-10 m, memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang bulat memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang bulat silindris dan bagian ujung berambut rapat seperti gambar dibawah ini
silindris dan bagian ujung berambut rapat seperti gambar dibawah ini
Gambar 1 Pohon petai cina Gambar 1 Pohon petai cina
4 4 2.
2. Daun majemuk terurai dalam tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna,Daun majemuk terurai dalam tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil-kecil terdiri dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung anak daun kecil-kecil terdiri dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm.
runcing, tepi rata, panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm.
Gambar 2 Daun Petai cina Gambar 2 Daun Petai cina
3.
3. Bunga majemuk terangkai dalam karangan berbentuk bongkol yangBunga majemuk terangkai dalam karangan berbentuk bongkol yang bertangkai
bertangkai panjang panjang dan dan berwarna berwarna putih putih kekuningan kekuningan atau atau sering sering disebutdisebut cengkaruk.
cengkaruk.
Gambar 3 Bunga Petai cina Gambar 3 Bunga Petai cina
4.
4. Buahnya mirip buah petai ( parkia speciosa ) tetapi ukurannya jauh lebih kecilBuahnya mirip buah petai ( parkia speciosa ) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis, termasuk buah polong yang berisi biji
dan berpenampang lebih tipis, termasuk buah polong yang berisi biji – – biji biji kecil dengan jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis bertangkai pendek, kecil dengan jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis bertangkai pendek, panjang 10-18 cm, lebar 2 cm
15-30 butir, letak melintang, bentuk bulat telur sungsang, panjang 8 mm, lebar 5 30 butir, letak melintang, bentuk bulat telur sungsang, panjang 8 mm, lebar 5 mm, berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin mengkilap.
mm, berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin mengkilap.
Gambar 4 Buah/Biji Petai cina Gambar 4 Buah/Biji Petai cina
Petai cina dipakai untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai tanaman Petai cina dipakai untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai tanaman pagar sedangkan d
pagar sedangkan daun muda, tunas baun muda, tunas bunga, dan unga, dan polong bisa dimakan polong bisa dimakan sebagai lalapsebagai lalap mentah ataupun dimasak terlebih dahulu. Perbanyakan selain dengan penyebaran mentah ataupun dimasak terlebih dahulu. Perbanyakan selain dengan penyebaran biji
biji yang yang sudah sudah tua tua juga juga dapat dapat dilakukan dilakukan dengan dengan cara cara stek stek batang.( batang.( Dalimarta,Dalimarta, 2000 ).
2000 ).
2.1.2
2.1.2 Sistematika Tumbuhan Petai CinaSistematika Tumbuhan Petai Cina
Sistematika tumbuhan petai cina adalah sebagai berikut : Sistematika tumbuhan petai cina adalah sebagai berikut : Kingdom
Kingdom : : PlantaePlantae Divisi
Divisi : : SpermatophytaSpermatophyta Class
Class : : DicotyledoneaeDicotyledoneae Ordo
Ordo : : fabalesfabales Famili
Famili : : MimosaceaeMimosaceae Genus
Genus : : LeucaenaLeucaena Spesies
Spesies : : Leucaena Leucaena glauca glauca L.L.
Nama
Nama umum umum tumbuhan tumbuhan adalah adalah petai petai Cina. Cina. tumbuhan tumbuhan ini ini dikenal dikenal masyarakatmasyarakat Indonesia dengan nama daerah yaitu : pete cina , pete selong (Sumatera). pete Indonesia dengan nama daerah yaitu : pete cina , pete selong (Sumatera). pete selong ( Sunda ). lamtoro, peutey, selamtara, pelending, kamalandingan, (Jawa). selong ( Sunda ). lamtoro, peutey, selamtara, pelending, kamalandingan, (Jawa).
6 6
kalandingan (Madura). Sinonim Leucaena glauca L. adalah Leucaena kalandingan (Madura). Sinonim Leucaena glauca L. adalah Leucaena leucocephala ( Lmk ) De Wit. Nama asing petai cina Yin he huan (C), dan nama leucocephala ( Lmk ) De Wit. Nama asing petai cina Yin he huan (C), dan nama simplisia petai cina adalah semen leucaenae glaucae ( biji lamtoro ), (Yuniarti, simplisia petai cina adalah semen leucaenae glaucae ( biji lamtoro ), (Yuniarti, 2008 ).
2008 ).
2.1.3
2.1.3 Manfaat Tumbuhan Petai CinaManfaat Tumbuhan Petai Cina
Biji, daun, dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati Biji, daun, dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati beberapa pen
beberapa penyakit. Diantaranya yakit. Diantaranya adalah kencing adalah kencing manis manis ( diabete( diabetes ms melitus), elitus), patahpatah tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang ginjal ( nephritis ) dan susah ti tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang ginjal ( nephritis ) dan susah ti dur.dur.
2.1.4
2.1.4 Efek Farmakologis dan Hasil PenelitianEfek Farmakologis dan Hasil Penelitian
Petai cina diantaranya adalah menyembuhkan luka luar, abses paru, meluruhkan Petai cina diantaranya adalah menyembuhkan luka luar, abses paru, meluruhkan urine ( diuretik ), melancarkan darah, dan anti anti-inflamasi (Dalimartha, 2000). urine ( diuretik ), melancarkan darah, dan anti anti-inflamasi (Dalimartha, 2000).
2.1.5
2.1.5 Kandugan Kimia biji petai cinaKandugan Kimia biji petai cina
Biji mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan protein. Daun Biji mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan protein. Daun mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,serta vitamin ( A, B, C ) (Dalimartha, 2000).
besi,serta vitamin ( A, B, C ) (Dalimartha, 2000).
2.2
2.2 Senyawa FlavonoidaSenyawa Flavonoida
Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar sen
Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar sen yawa yang berasalyawa yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini (Manitto, 1981). struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini (Manitto, 1981).
Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai li
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawanier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoida adalah flavonoida adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoida adalah
senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoida adalah 1,1 senyawa 1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoida adalah 1,1 diaril propana.
diaril propana.
Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira 1x109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan kira 1x109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan dengannya. Sebagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida dengannya. Sebagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida merupakan
merupakan salah satu golongan salah satu golongan fenol alam fenol alam yang yang terbesar. terbesar. Senyawa Senyawa flavonoidaflavonoida sebenarnya terdapat pada semua ba
sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit,gian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yng terdapat pada tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga flavonoida yng terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam sa hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan sekresi lebah. Dalam sa yapyap kupu
kupu – – kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-tumbuhan kupu dengan anggapan bahwa flavonoida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada
mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitugolongan tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).
angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988).
Flavonoida merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di Flavonoida merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan seluruh dunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa telah diidentifikasi. Kerangka dasar flavonoida biasanya diubah sedemikian rupa sehingga terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu sehingga terdapat lebih banyak ikatan rangkap, menyebabkan senyawa itu menyerap cahaya tampak, dan ini membuatnya berwarna.
menyerap cahaya tampak, dan ini membuatnya berwarna.
Ada tiga kelompok flavonoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi Ada tiga kelompok flavonoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi tumbuhan, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani tumbuhan, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna
anthos, bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umunya terdapatyang umunya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai di bunga berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian
bagian tumbuhan tumbuhan lain, lain, misalnya misalnya buah buah tertentu, tertentu, batang, batang, daun, daun, dan dan bahkan bahkan akar.akar. Sering flavonoida terikat di sel epidermis. Warna sebagian besar buah dan banyak Sering flavonoida terikat di sel epidermis. Warna sebagian besar buah dan banyak bunga adalah akibat dar
bunga adalah akibat dari antosianin, walaupun i antosianin, walaupun beberapa warna tbeberapa warna tumbuhan lainnya,umbuhan lainnya, seperti buah tomat dan beberapa bunga kuning, karena karotenoid. Warna cerah seperti buah tomat dan beberapa bunga kuning, karena karotenoid. Warna cerah daun musim gugur disebabkan terutama oleh timbunan antosianin pada hari cerah daun musim gugur disebabkan terutama oleh timbunan antosianin pada hari cerah dan dingin, walaupun karotenoid kuning atau jingga merupakan pigmen terbesar di dan dingin, walaupun karotenoid kuning atau jingga merupakan pigmen terbesar di daun musim gugur pada beberapa spesies.
8 8
Antosianin umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan tumbuhan Antosianin umumnya tidak terdapat di lumut hati, ganggang, dan tumbuhan tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di
tingkat rendah lainnya, walaupun beberapa antosianin dan flavonoida ada di lumutlumut tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae tertentu. Antosianin jarang ditemui di gimnospermae, walaupun gimnospermae mengandung jenis lain dari flavonoida. Beberapa macam antosianin terdapat di mengandung jenis lain dari flavonoida. Beberapa macam antosianin terdapat di tumbuhan tingkat tinggi, dan sering lebih dari satu
tumbuhan tingkat tinggi, dan sering lebih dari satu macam terdapat di bunga tertentumacam terdapat di bunga tertentu atau organ lain. Mereka dijumpai dalam bentuk glikosida, biasanya mengandung atau organ lain. Mereka dijumpai dalam bentuk glikosida, biasanya mengandung satu atau dua unit glukosa atau galaktosa yang tertempel pada gugus hidroksil di satu atau dua unit glukosa atau galaktosa yang tertempel pada gugus hidroksil di cincin tengah, atau pada gugus hidroksil di posisi 5 cincin A. Bila gula dihila
cincin tengah, atau pada gugus hidroksil di posisi 5 cincin A. Bila gula dihila ngkan,ngkan, maka bagian sisa molekul, yang masih berwarna, dinamakan antosianidin maka bagian sisa molekul, yang masih berwarna, dinamakan antosianidin (Salisbury, 1995).
(Salisbury, 1995).
2.2.1
2.2.1 Struktur Dasar Senyawa FlavonoidaStruktur Dasar Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut :
flavonoida dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5 Kerangka dasar senyawa flavonoida (Sastrohamidjojo, 1996). Gambar 5 Kerangka dasar senyawa flavonoida (Sastrohamidjojo, 1996).
2.2.2
2.2.2 Klasifikasi Senyawa Klasifikasi Senyawa FlavonoidaFlavonoida
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut spektrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida
dengan glikosida (Harborne, 1996). (Harborne, 1996). Dalam tumbuhan, flavoDalam tumbuhan, flavonoida terdapat dalamnoida terdapat dalam berbagai
berbagai struktur. struktur. Keragaman Keragaman ini ini disebabkan disebabkan oleh oleh perbedaan perbedaan tahap tahap modifikasimodifikasi lanjutan dari struktur
1.
1. Flavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikatFlavonoida O-glikosida, satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada
pada satu gsatu gula (lebihula (lebih) deng) dengan an ikatan ikatan hemiasetal yang hemiasetal yang tak tahan tak tahan asam. asam. PengaruhPengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah glikosilasi menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula larut dalam air. Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, xilosa, dan lain yang sering juga terdapat adalah galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa. Gula lain yang kadang-kadang ditemukan adalah alosa, manosa, arabinosa. Gula lain yang kadang-kadang ditemukan adalah alosa, manosa, fruktosa, apiosa, dan asam glukoronat serta galakturonat.
fruktosa, apiosa, dan asam glukoronat serta galakturonat.
2.
2. Flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalamFlavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut karbon-karbon yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis glikosida. Jenis gula yang terlibat ternyata jauh lebih sedikit ketimbang jenis gula pada O-glukosa, biasanya dari
gula pada O-glukosa, biasanya dari jenis glukosa yang paling umum, dan jugajenis glukosa yang paling umum, dan juga galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa.
galaktosa, ramnosa, xilosa, dan arabinosa.
3.
3. Flavonoida sulfat, senyawa ini mengandung satu ion sulfat, atau lebih, yangFlavonoida sulfat, senyawa ini mengandung satu ion sulfat, atau lebih, yang terikata pada hidroksil fenol atau gula. Senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terikata pada hidroksil fenol atau gula. Senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat sebagai garam, yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida terdapat sebagai garam, yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida bisulfat,
bisulfat, bagian bagian bisulfat bisulfat terikat terikat pada pada hidroksil hidroksil fenol fenol yang yang mana mana saja saja yangyang masih bebas atau pada gula.
masih bebas atau pada gula.
4.
4. Biflavonoida, yaitu flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibatBiflavonoida, yaitu flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibat adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan--ikatan karbon atau kadang-kadang eter. Monomer flavonoida yang ikatan karbon atau kadang-kadang eter. Monomer flavonoida yang digabungkan menjadi biflavonoida dapat berjenis sama atau berbeda, dan let digabungkan menjadi biflavonoida dapat berjenis sama atau berbeda, dan let akak ikatannya berbeda- beda. Biflavonoida jarang ditemukan sebagai glikosida, ikatannya berbeda- beda. Biflavonoida jarang ditemukan sebagai glikosida, dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.
dan penyebarannya terbatas, terdapat terutama pada gimnospermae.
5.
5. Aglikon flavonoida yang aktif-optik, sejumlah Aglikon flavonoida yang aktif-optik, sejumlah aglikon flavonoida mempunyaiaglikon flavonoida mempunyai atom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik atom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan (yaitu memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan
10 10
flavonoida ini adalah flavanon, dihidroflavonol, katekin, rotenoid, dan flavonoida ini adalah flavanon, dihidroflavonol, katekin, rotenoid, dan lain-lain (Markham, 1988).
lain (Markham, 1988).
2.3
2.3 Pengujian, Isolasi dan Ekstraksi senyawa antibakteri dari daun Pengujian, Isolasi dan Ekstraksi senyawa antibakteri dari daun petai cina.petai cina. Bahan yang digunakan yaitu: daun tanaman petai cina (L. leucocephala), Bahan yang digunakan yaitu: daun tanaman petai cina (L. leucocephala), washbenzene (tehnis), washbenzene (p.a), metanol (tehnis), metanol (p.a), etilasetat washbenzene (tehnis), washbenzene (p.a), metanol (tehnis), metanol (p.a), etilasetat (tehnis), etil asetat (p.a), kloroform (p.a), n-heksan (p.a) (E. Merck), silika gel 60 (tehnis), etil asetat (p.a), kloroform (p.a), n-heksan (p.a) (E. Merck), silika gel 60 GF254, plat KLT (E.Merck), aquades, media Nutrient Agar (NA), biakan bakteri GF254, plat KLT (E.Merck), aquades, media Nutrient Agar (NA), biakan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, kertas Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, kertas Wathman no. 1, kertas saring, serium sulfat. Spektrofotometer UV-Vis (MILTON Wathman no. 1, kertas saring, serium sulfat. Spektrofotometer UV-Vis (MILTON ROY SPECTRONIC 3000 ARRAY), spektrofotometer IR (PERKIN ELMER ROY SPECTRONIC 3000 ARRAY), spektrofotometer IR (PERKIN ELMER FTIR 100), 1H-NMR (DELTA2 dengan frekuensi 500 MHz), GC-MS FTIR 100), 1H-NMR (DELTA2 dengan frekuensi 500 MHz), GC-MS (GCMSQP2010S SHIMADZU), peralatan gelas, alat Soxhlet, inkubator, autoklaf, (GCMSQP2010S SHIMADZU), peralatan gelas, alat Soxhlet, inkubator, autoklaf, rotary evaporator, cawan petri, cawan porselin, ose, autoklaf, lampu ultraviolet rotary evaporator, cawan petri, cawan porselin, ose, autoklaf, lampu ultraviolet panjang
panjang gelombang gelombang 336 336 nm nm dan dan 254 254 nm, nm, pipa pipa kapiler, kapiler, mikropipet, mikropipet, oven,oven, seperangkat alat Vacum Liquid Chromatography, dan bejana pengembang KLT seperangkat alat Vacum Liquid Chromatography, dan bejana pengembang KLT preparatif.
preparatif.
2.3.1
2.3.1 EkstraksiEkstraksi
Serbuk kering daun petai cina (300 gram) disari secara bertingkat menggunakan Serbuk kering daun petai cina (300 gram) disari secara bertingkat menggunakan 2 pelarut yang berbeda polaritasnya, dimulai wash
2 pelarut yang berbeda polaritasnya, dimulai washbenzene dan kemudian denganbenzene dan kemudian dengan metanol. Serbuk disokhlet dengan 1 L washbenzene selama 24 jam, filtrat metanol. Serbuk disokhlet dengan 1 L washbenzene selama 24 jam, filtrat ditampung dan ampasnya diangin-anginkan sampai terbebas dari bau ditampung dan ampasnya diangin-anginkan sampai terbebas dari bau washbenzene dan disokhlet lagi dengan metanol sebanyak 1 L. Sokhletasi washbenzene dan disokhlet lagi dengan metanol sebanyak 1 L. Sokhletasi dihentikan setelah pelarutnya tampak jernih. filtrat diuapkan dengan evaporator dihentikan setelah pelarutnya tampak jernih. filtrat diuapkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak (Tabel I). Kedua ekstrak yang menggunakan metode sampai diperoleh ekstrak (Tabel I). Kedua ekstrak yang menggunakan metode difusi agar
2.3.2
2.3.2 FraksinasiFraksinasi
Sebanyak 2 gram ekstrak aktif tersebut dikeringkan dengan silika gel 60 Sebanyak 2 gram ekstrak aktif tersebut dikeringkan dengan silika gel 60 PF254 Merck sampai menjadi serbuk kering. Bagian bawah sinterglass PF254 Merck sampai menjadi serbuk kering. Bagian bawah sinterglass dimasukkan kertas saring, kemudian diisi dengan serbuk fase diam silika gel 60 dimasukkan kertas saring, kemudian diisi dengan serbuk fase diam silika gel 60 PF254 Merck sampai mencapai ketinggian ± ½ dari tinggi sinterglass sambil PF254 Merck sampai mencapai ketinggian ± ½ dari tinggi sinterglass sambil divakum, serbuk sampel ditaburkan diatasnya dan permukaan serbuk ditutup lagi divakum, serbuk sampel ditaburkan diatasnya dan permukaan serbuk ditutup lagi dengan kertas saring. Elusi dilakukan dengan fase gerak washbenzen : etilasetat dengan kertas saring. Elusi dilakukan dengan fase gerak washbenzen : etilasetat (washbenzen 100 %; 19:1; 19:1; 15,7:1; 13,3:1; 11,5:3; 9:1; 8:1; 8:2; 5:5) v/v (washbenzen 100 %; 19:1; 19:1; 15,7:1; 13,3:1; 11,5:3; 9:1; 8:1; 8:2; 5:5) v/v sambil divakum (Tabel II). Hasil fraksinasi tersebut ditampung dan dikeringkan, sambil divakum (Tabel II). Hasil fraksinasi tersebut ditampung dan dikeringkan, selanjutnya dilihat profil KLTnya. Hasil fr
selanjutnya dilihat profil KLTnya. Hasil fraksinasi yang menunjukkan pola bercakaksinasi yang menunjukkan pola bercak yang sama disatukan menjadi satu fraksi.
yang sama disatukan menjadi satu fraksi.
2.3.3
2.3.3 IsolasiIsolasi
Isolasi Fraksi yang menunjukkan aktivita antibakteri yang paling besar Isolasi Fraksi yang menunjukkan aktivita antibakteri yang paling besar ditotolkan membentuk pita memanjang diatas plat KLTP. Selanjutnya plat ditotolkan membentuk pita memanjang diatas plat KLTP. Selanjutnya plat tersebut diangin-anginkan sampai semua pelarutnya menguap. Plat tersebut tersebut diangin-anginkan sampai semua pelarutnya menguap. Plat tersebut dimasukkan dalam bejana yang berisi larutan pengembang washbenzen : etil dimasukkan dalam bejana yang berisi larutan pengembang washbenzen : etil asetat (8 : 1 v/v). Setelah pengembangan selesai, plat dikelurkan dari dalam bej asetat (8 : 1 v/v). Setelah pengembangan selesai, plat dikelurkan dari dalam bej anaana pengembang
pengembang lalu lalu dianginanginkan dianginanginkan lagi lagi selama selama ± ± 30 30 menit. menit. Untuk Untuk mengetahuimengetahui bercak
bercak pita pita yang yang akan akan dikerok, dikerok, plat plat tersebut tersebut diamati diamati di di bawah bawah sinar sinar UV UV atauatau dengan pereaksi semprot lalu ditandai pita-pita yang terbentuk. Pita-pita yang dengan pereaksi semprot lalu ditandai pita-pita yang terbentuk. Pita-pita yang terbentuk hasil preparatif dikerok dan dikumpulkan serta dilarutkan dengan terbentuk hasil preparatif dikerok dan dikumpulkan serta dilarutkan dengan pelarut
pelarut metanol:kloroform (1:1 metanol:kloroform (1:1 v/v). Selav/v). Selanjutnya disaring njutnya disaring dengan menggunakandengan menggunakan penyaring vakum, lalu d
penyaring vakum, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkanikeringkan dengan cara diangin-anginkan
2.3.4
2.3.4 Uji aktivitas antibakteri senyawa aktifUji aktivitas antibakteri senyawa aktif
Isolat-isolat yang diperoleh dari KLTP dilarutkan dalam kloroform dan diuji Isolat-isolat yang diperoleh dari KLTP dilarutkan dalam kloroform dan diuji aktivitas antibakterinya terhadap S. aureus dengan menggunakan metode difusi aktivitas antibakterinya terhadap S. aureus dengan menggunakan metode difusi agar. Sebanyak 10 µL isolat dengan konsentrasi 100 mg/mL (loading 1000 µg) agar. Sebanyak 10 µL isolat dengan konsentrasi 100 mg/mL (loading 1000 µg) ditotolkan di atas paper disk. Isolat yang memiliki aktivitas antibakteri dimurnikan ditotolkan di atas paper disk. Isolat yang memiliki aktivitas antibakteri dimurnikan kembali dengan KLTP dengan larutan pengembang washbenzen : etil asetat (15 : kembali dengan KLTP dengan larutan pengembang washbenzen : etil asetat (15 :
12 12
1 v/v). sehingga diperoleh senyawa tunggal dan diuji aktifitas antibakterinya 1 v/v). sehingga diperoleh senyawa tunggal dan diuji aktifitas antibakterinya terhadap S. aureus
terhadap S. aureus
2.3.5
2.3.5 Ekstraksi dan uji aktivitas antibakteri ekstrakEkstraksi dan uji aktivitas antibakteri ekstrak Hasil uji aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak ter
Hasil uji aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak ter sebut menunjukkan bahwasebut menunjukkan bahwa ekstrak washbenzene hanya aktif terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 ekstrak washbenzene hanya aktif terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 sedangkan ekstrak metanol tidak aktif terhadap kedua bakteri baik S. aureus sedangkan ekstrak metanol tidak aktif terhadap kedua bakteri baik S. aureus ATCC 25923 maupun E. coli ATCC 25922. Hal ini
ATCC 25923 maupun E. coli ATCC 25922. Hal ini ditunjukkan dengan diameterditunjukkan dengan diameter zona hambat ekstrak washbenzene 250, 500 dan 1000 µg berturut-turut adalah zona hambat ekstrak washbenzene 250, 500 dan 1000 µg berturut-turut adalah 7,13; 8,46 dan 9,07 mm sedangkan ekstrak metanol ti
7,13; 8,46 dan 9,07 mm sedangkan ekstrak metanol tidak memberikan hambatan.dak memberikan hambatan. Ekstrak washbenzen yang hanya aktif terhadap S. aureus disebabkan karena Ekstrak washbenzen yang hanya aktif terhadap S. aureus disebabkan karena perbedaan struk
perbedaan struktur dinding tur dinding sel bakteri sel bakteri Gram positif Gram positif dan bakdan bakteri Gram teri Gram negatif yangnegatif yang mengakibatkan perbedaan penetrasi ekstrak uji ke dalam bakteri tersebut.
mengakibatkan perbedaan penetrasi ekstrak uji ke dalam bakteri tersebut.
Dinding sel S. aureus (bakteri Gram positif) memiliki struktur dinding sel Dinding sel S. aureus (bakteri Gram positif) memiliki struktur dinding sel dengan banyak lapisan peptidoglikan dan relatif sedikit lipid sedangkan E. coli dengan banyak lapisan peptidoglikan dan relatif sedikit lipid sedangkan E. coli (bakteri Gram negatif) mempunyai struktur lebih kompleks, dimana terdapat (bakteri Gram negatif) mempunyai struktur lebih kompleks, dimana terdapat membran luar yang melindungi peptidoglikan yakni fosfolipid (lapisan dalam) membran luar yang melindungi peptidoglikan yakni fosfolipid (lapisan dalam) dan lipopolisakarida (lapisan luar) (Jawetz
dan lipopolisakarida (lapisan luar) (Jawetz, et al., 1980; Pratiwi, 2008). Akibatnya,, et al., 1980; Pratiwi, 2008). Akibatnya, ekstrak uji sulit
ekstrak uji sulit untuk menembus dan mengganggu intergritas dinding sel bakteriuntuk menembus dan mengganggu intergritas dinding sel bakteri tersebut.
tersebut.
Tabel I. Hasil ekstraksi serbuk daun petai cina Tabel I. Hasil ekstraksi serbuk daun petai cina
No.
No. Pelarut Pelarut Penyari Penyari Berat Berat Ekstrak Ekstrak (gram) (gram) Rendemen Rendemen (%)(%)
1.
1. Washbenzene Washbenzene 30,03 30,03 10,0110,01
2.
Tabel II. Hasil fraksinasi ekstrak WB daun petai cina Tabel II. Hasil fraksinasi ekstrak WB daun petai cina
No.
No. WB (mL) WB (mL) EtOAc EtOAc (mL) (mL) PerbandinganWB PerbandinganWB :: EtOAc EtOAc Fraksi Fraksi 1. 1. 100 100 0 0 100% 100% WB WB II 2. 2. 95 95 5 5 19:1 19:1 IIII 3. 3. 95 95 5 5 19:1 19:1 IIIIII 4. 4. 94 94 6 6 15,7:1 15,7:1 IVIV 5. 5. 93 93 7 7 13,3:1 13,3:1 VV 6. 6. 92 92 8 8 11,5:311,5:3 7. 7. 90 90 10 10 9:1 9:1 VIVI 8. 8. 88,88 88,88 11,12 11,12 8:18:1 9. 9. 80 80 20 20 8:2 8:2 VIIVII 10. 10. 50 50 50 50 5:55:5
Gambar 5. Profil KLT hasil KCV F III dengan menggunakan fase gerak Gambar 5. Profil KLT hasil KCV F III dengan menggunakan fase gerak kloroform-etilasetat (8:1 v/v),
kloroform-etilasetat (8:1 v/v), fase diam silika gel 60 F254, yang fase diam silika gel 60 F254, yang dideteksi dengandideteksi dengan pereaksi Serium
pereaksi Serium Sulfat.Sulfat. 2.3.6
2.3.6 Fraksinasi, Isolasi dan Uji Aktivitas Fraksinasi, Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri IsolatAntibakteri Isolat
Ekstrak washbenzene selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi Ekstrak washbenzene selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum (KCV) dan didapatkan 7 fraksi gabungan yaitu I, II, III,
cair vakum (KCV) dan didapatkan 7 fraksi gabungan yaitu I, II, III, IV, V, VI danIV, V, VI dan VII (Tabel II). Fraksi III
VII (Tabel II). Fraksi III merupakan fraksi yang paling aktif dengan diameter zonamerupakan fraksi yang paling aktif dengan diameter zona bening
bening yang yang paling paling besar besar yakni yakni 20,23 20,23 mm. mm. Dari Dari 7,5 7,5 g g ekstrak ekstrak washbenzenwashbenzen diperoleh 2 g FIII. Selanjutnya fraksi III difraksinasi la
diperoleh 2 g FIII. Selanjutnya fraksi III difraksinasi la gi dengan kromatografi cairgi dengan kromatografi cair vakum untuk meminimilasir campuran senyawa yang terdapat dalam fraksi vakum untuk meminimilasir campuran senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut. Hal ini terlihat pada Gambar 5.
14 14
Gambar 6. Profil KLT pita 2 setelah di KLTP menggunakan fase diam silika gel Gambar 6. Profil KLT pita 2 setelah di KLTP menggunakan fase diam silika gel 60 F
60 F254254dengan eluendengan eluen kloroform : kloroform : etilasetat etilasetat (15 : 1 (15 : 1 v/v) dengan v/v) dengan pereaksi Seriumpereaksi Serium
Sulfat. Sulfat.
Gambar
Gambar 7. 7. Aktivitas Aktivitas antibakteri antibakteri p1a, p2a, p1a, p2a, p3a p3a loading loading 1000 1000 µg daun µg daun petaipetai cina
cina pada pada bakteribakteri S. aureusS. aureus ATCC 25923, C adalah kloroform sebagai kontrolATCC 25923, C adalah kloroform sebagai kontrol negatif dengan diameter paper disk 6 mm.
negatif dengan diameter paper disk 6 mm.
Fraksi yang memberikan profil KLT yang sama atau mirip digabung, yakni Fraksi yang memberikan profil KLT yang sama atau mirip digabung, yakni fraksi III.3, III.4, III.5, III.6, III.7 dan III.8. Kemudian gabungan fraksi tersebut fraksi III.3, III.4, III.5, III.6, III.7 dan III.8. Kemudian gabungan fraksi tersebut dilakukan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP), yang dimaksudkan untuk dilakukan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP), yang dimaksudkan untuk memeriksa jumlah pita yang terbentuk. Dimana dari hasil KLT preparatif memeriksa jumlah pita yang terbentuk. Dimana dari hasil KLT preparatif diperoleh sebanyak 5 pita. Pita 1 dan 2 menunjukkan aktivitas anti
diperoleh sebanyak 5 pita. Pita 1 dan 2 menunjukkan aktivitas anti bakteri terhadapbakteri terhadap bakteri S.
bakteri S. aureus dengan aureus dengan diameter hambatan diameter hambatan rata-rata rata-rata sebesar sebesar 11,4 mm 11,4 mm dan 12,8dan 12,8 mm. Pita 2 yang menunjukkan aktifitas paling besar dicek kemurniaanya dengan mm. Pita 2 yang menunjukkan aktifitas paling besar dicek kemurniaanya dengan plat krom
: etilasetat (15 : 1 v/v). Berdasarkan profil KLT masih ada yang tersisa ditempat : etilasetat (15 : 1 v/v). Berdasarkan profil KLT masih ada yang tersisa ditempat penotolan
penotolan (Gambar 6),o(Gambar 6),oleh karena leh karena itu perlu itu perlu dimurnikan dimurnikan lagi denglagi dengan mengan menggunakangunakan KLTP. Dari hasil KLTP pita 2 di
KLTP. Dari hasil KLTP pita 2 di peroleh 3 pita. Pita-pita peroleh 3 pita. Pita-pita yang terbentuk kemudianyang terbentuk kemudian dikerok, dilarutkan dengan kloroform dan dipisahkan dengan cara disaring dikerok, dilarutkan dengan kloroform dan dipisahkan dengan cara disaring menggunakan
menggunakan vakum vakum lalu lalu hasilnya hasilnya diuapkan diuapkan sampai pelarusampai pelarutnya mengtnya menguap semua.uap semua. Isolat-isolat tersebut kemudian diuji kembali aktivitas antibakterinya terhadap S. Isolat-isolat tersebut kemudian diuji kembali aktivitas antibakterinya terhadap S. Aureus. Hasil uji aktivitas bakteri ditampilkan pada Gambar 7. Dari gambar di Aureus. Hasil uji aktivitas bakteri ditampilkan pada Gambar 7. Dari gambar di atas terlihat bahwa
atas terlihat bahwa isolat p2a yang paling akisolat p2a yang paling aktif dengan diameter hambatan sebesartif dengan diameter hambatan sebesar 25,2 mm.
25,2 mm.
Pemeriksaan kemurnian secara kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan Pemeriksaan kemurnian secara kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan dengan menggunakan 3 macam fase gerak yang berbeda yakni kloroform : dengan menggunakan 3 macam fase gerak yang berbeda yakni kloroform : etilasetat (15 : 1 v/v), washbenzene :
etilasetat (15 : 1 v/v), washbenzene : etilasetat (14 : 1 v/v) dan etilasetat (14 : 1 v/v) dan n-heksan : etilasetatn-heksan : etilasetat (5 : 1 v/v). Berdasarkan profil
(5 : 1 v/v). Berdasarkan profil KLT, isolat aktif memberikan bercak tunggal dielKLT, isolat aktif memberikan bercak tunggal dielusiusi dengan berbagai variasi fase gerak (data tidak diperlihatkan). Oleh karena itu dengan berbagai variasi fase gerak (data tidak diperlihatkan). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa isolat tersebut telah murni secar
dapat dikatakan bahwa isolat tersebut telah murni secar a KLT.a KLT.
2.3.7
2.3.7 Identifikasi Senyawa Aktif AntibakteriIdentifikasi Senyawa Aktif Antibakteri Berdasarkan analisis data s
Berdasarkan analisis data spektra UV, IR , GC-MC dan 1H-NMR, isolat pektra UV, IR , GC-MC dan 1H-NMR, isolat yangyang diperoleh mengarah pada senyawa lupeol (Gambar 8). Gambar 6. Profil KLT pita diperoleh mengarah pada senyawa lupeol (Gambar 8). Gambar 6. Profil KLT pita 2 setelah di KLTP menggunakan fase diam silika gel 60 F254 dengan eluen 2 setelah di KLTP menggunakan fase diam silika gel 60 F254 dengan eluen kloroform : etilasetat (15 : 1 v/v) dengan pereaksi Serium Sulfat. Gambar 7. kloroform : etilasetat (15 : 1 v/v) dengan pereaksi Serium Sulfat. Gambar 7. Aktivitas antibakteri p1a, p2a, p3a loading 1000 µg daun petai cina pada bakteri Aktivitas antibakteri p1a, p2a, p3a loading 1000 µg daun petai cina pada bakteri S. aureus ATCC 25923, C adalah kloroform sebagai kontrol negatif dengan S. aureus ATCC 25923, C adalah kloroform sebagai kontrol negatif dengan diameter paper disk 6 mm.
diameter paper disk 6 mm.
Spektra ultra violet senyawa aktif hasil isolasi menunjukkan adanya Spektra ultra violet senyawa aktif hasil isolasi menunjukkan adanya absorbansi maksimum pada panjang gelombang (λ maks) 214 nm. Lupeol absorbansi maksimum pada panjang gelombang (λ maks) 214 nm. Lupeol menunjukkan serapan pada λ maks (MeO
menunjukkan serapan pada λ maks (MeOH) 210 nm (Igoli, dkk., 2008).H) 210 nm (Igoli, dkk., 2008).
Spektra IR menunjukkan serapan kuat (strong) pada 3409,4 cm-1 yang Spektra IR menunjukkan serapan kuat (strong) pada 3409,4 cm-1 yang merupakan pita uluran OH, hal ini mengidikasikan adanya gugus (- OH) dan merupakan pita uluran OH, hal ini mengidikasikan adanya gugus (- OH) dan diperkuat dengan adanya pita serapan sedang (moderat) pada 1082,3 cm-1 yang diperkuat dengan adanya pita serapan sedang (moderat) pada 1082,3 cm-1 yang
16 16
menunjukan ikatan C-O dan serapan yang lemah (weak) pada 1285,3 cm-1. menunjukan ikatan C-O dan serapan yang lemah (weak) pada 1285,3 cm-1. Vibrasi C-H luar bidang tak
Vibrasi C-H luar bidang tak jenuh ditunjukkan pada 904 cm-1, sedangkan serapanjenuh ditunjukkan pada 904 cm-1, sedangkan serapan pada 1575 cm-1 merup
pada 1575 cm-1 merupakan vibrasi ikatan rangkap C=C tak terkonakan vibrasi ikatan rangkap C=C tak terkonjugasi. Vibrasijugasi. Vibrasi stretching dan bending dari metil (CH3) ditunjukkan pada 2928,2 dan serapan stretching dan bending dari metil (CH3) ditunjukkan pada 2928,2 dan serapan pada
pada 2854,3 2854,3 cm-1 cm-1 menunjukkan menunjukkan adanyaadanya – – CH bending yang merupakanCH bending yang merupakan hidrokarbon alifatik siklik (lingkar) dan dipertegas adanya serapan pada daerah hidrokarbon alifatik siklik (lingkar) dan dipertegas adanya serapan pada daerah 1416,4cm-1 untuk metilen dan 1385,0 cm-1 untuk metil
1416,4cm-1 untuk metilen dan 1385,0 cm-1 untuk metil (Silverstein dkk., 1991).(Silverstein dkk., 1991). Data ini memperkuat struktur senyawa lupeol.
Data ini memperkuat struktur senyawa lupeol.
Data GC-MS memberikan fragmen 427 (M+H)+ yang mengarah pada Data GC-MS memberikan fragmen 427 (M+H)+ yang mengarah pada senyawa lupeol, dimana lupeol memiliki
senyawa lupeol, dimana lupeol memiliki bobot molekul 426,3868 g/mol.bobot molekul 426,3868 g/mol.
Spektrum 1H-NMR memberikan informasi umum bahwa isolat yang Spektrum 1H-NMR memberikan informasi umum bahwa isolat yang diperoleh bukan merupakan senyawa aromatik. Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh bukan merupakan senyawa aromatik. Hal ini ditunjukkan dengan chemical shift yang hanya sampai pada daerah 5 ppm.
chemical shift yang hanya sampai pada daerah 5 ppm.
Proton metil, metilen alifatik dan proton olefinat ditunjukkan dengan Proton metil, metilen alifatik dan proton olefinat ditunjukkan dengan chemical shift pada daerah 0,8
chemical shift pada daerah 0,8 – – ,1 ppm dan 1,6 ,1 ppm dan 1,6 – – 2,8 ppm. Proton metil 2,8 ppm. Proton metil ditunjukkan pada daerah δ 0,87; 0,98; 1,10 ppm. Proton metilen, metin pada ditunjukkan pada daerah δ 0,87; 0,98; 1,10 ppm. Proton metilen, metin pada siklopentana dan metil olefinat ditunjukkan pada daerah 1,61; 2,07; 2,3; 2,8 ppm. siklopentana dan metil olefinat ditunjukkan pada daerah 1,61; 2,07; 2,3; 2,8 ppm. Menurut Igoli, dkk. (2008) proton pada daerah δ 0,75 –
Menurut Igoli, dkk. (2008) proton pada daerah δ 0,75 – 1,64 ppm merupakan 1,64 ppm merupakan proton
proton rest. rest. Ada Ada enam enam metil metil tersier tersier pada pada δ δ 0,76 0,76 – – 1,03 ppm ppm (Wahyuono, 1,03 ppm ppm (Wahyuono, 1985).
1985).
Tipikal signal cincin lupan pentasiklik dengan proton olefinat ditunjukkan Tipikal signal cincin lupan pentasiklik dengan proton olefinat ditunjukkan dengan chemical shift pada daer
dengan chemical shift pada daerah δ 5,4 dan 4,2 ppm. Proton hidroksimetin padaah δ 5,4 dan 4,2 ppm. Proton hidroksimetin pada daerah δ 3,6 ppm. Berdasarkan semua data
daerah δ 3,6 ppm. Berdasarkan semua data-data spektrum pendukung yang-data spektrum pendukung yang tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi bahwa puncak 1 isolat p2a dari daun tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi bahwa puncak 1 isolat p2a dari daun petai cina kemungkinan adalah senyawa lup
petai cina kemungkinan adalah senyawa lupeol.eol.
Gambar 8. Lupeol. Gambar 8. Lupeol.
BAB III BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
3.1 KESIMPULANKESIMPULAN
Dari Penelitian diatas penulis memberikan kesimpulan ; Dari Penelitian diatas penulis memberikan kesimpulan ; Ekstrak washbenzen daun petai cina aktif
Ekstrak washbenzen daun petai cina aktif terhadap bakteri S. aureus. Senyawa terhadap bakteri S. aureus. Senyawa yangyang terkandung pada isolat aktif antibakteri dari daun petai cina diperkirakan adalah terkandung pada isolat aktif antibakteri dari daun petai cina diperkirakan adalah lupeol.
lupeol.
3.2
3.2 SARANSARAN
Dari penelitian ini,sekiranya masyarakat dapat mengetahui betapa pentingnya Dari penelitian ini,sekiranya masyarakat dapat mengetahui betapa pentingnya kesehatan tubuh,dan memanfaatkan apa-apa saja yang ada disekitar kita. Penulis kesehatan tubuh,dan memanfaatkan apa-apa saja yang ada disekitar kita. Penulis menyapaikan kepada pembaca agar tidak perlu kahwatir
menyapaikan kepada pembaca agar tidak perlu kahwatir mengkomsumsi petai cina.mengkomsumsi petai cina. Karena dari penelitan di atas menyampaikan bahwasanya petai cina memiliki Karena dari penelitan di atas menyampaikan bahwasanya petai cina memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat mencegah dan menyembuhkan beberapa kandungan protein yang tinggi dan dapat mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Radji, M., 2005, Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit
Radji, M., 2005, Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obatdalam Pengembangan Obat Herbal,
Herbal, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 : 11 Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 : 113-126.3-126.
Wahyuni, 2006, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Petai Cina pada Tikus Jantan Galur Wahyuni, 2006, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Petai Cina pada Tikus Jantan Galur Wistar,
Wistar, Skripsi,Skripsi, Fakutas Farmasi UMS, Surakarta Fakutas Farmasi UMS, Surakarta
Wahyuono, S., 1985, Phytochemical Investigation of
Wahyuono, S., 1985, Phytochemical Investigation of Amsonia Amsonia grandifloragrandiflora FamilyFamily Apocynaceae,
Apocynaceae, ThesisThesis, The University of Arizona., The University of Arizona.
Dalimartha, Setiawan. 2000.
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Atlas Tumbuhan Obat Jilid 2Obat Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya. Jakarta: Trubus Agriwidya
Manitto, P., 1981,
Manitto, P., 1981, Biosynthesis of Natural Product Biosynthesis of Natural Product , Sames, P. G. (trans), Ellis, Sames, P. G. (trans), Ellis Horwood limited, New York,