LAPORAN PKL BANDENG
LAPORAN PKL BANDENG
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.A. Latar BelakangLatar Belakang
Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan Ikan bandeng merupakan suatu komoditas perikanan yang sudah lama dibudidayakan oleh petani tambak di Indonesia (Pirzan et al., 1989). Ikan ini juga merupakan jenis ikan oleh petani tambak di Indonesia (Pirzan et al., 1989). Ikan ini juga merupakan jenis ikan ekonomis dan banyak diminati masy
ekonomis dan banyak diminati masyarakat Indonesia dan dunia, arakat Indonesia dan dunia, Di Indonesia ada waDi Indonesia ada waktu tertentuktu tertentu
dimana produksi bibit ikan bandeng sangat melimpah tetapi dari segi kualitas, kesehatan dan dimana produksi bibit ikan bandeng sangat melimpah tetapi dari segi kualitas, kesehatan dan ukuran sangat bervariasi. Oleh karena itu perlu usaha penanganan bibit ikan tersebut yang ukuran sangat bervariasi. Oleh karena itu perlu usaha penanganan bibit ikan tersebut yang sekaligus dapat menpukulin usaha budidayanya yang berkesinambungan.
sekaligus dapat menpukulin usaha budidayanya yang berkesinambungan. Ditinjau dari
Ditinjau dari aspek ekonomi ikan bandeng aspek ekonomi ikan bandeng memiliki prospek yang memiliki prospek yang cerah cerah untuk saat iniuntuk saat ini
dan di masa yang akan datang hal ini dikarenakan organisme ini sudah berhasil dibudidayakan dan di masa yang akan datang hal ini dikarenakan organisme ini sudah berhasil dibudidayakan secara buatan serta dengan permintaan bandeng ukuran konsumsi. Kegiatan budidaya ikan secara buatan serta dengan permintaan bandeng ukuran konsumsi. Kegiatan budidaya ikan bandeng
bandeng ((Chanos chanos Forskal Chanos chanos Forskal ) sudah dikenal masyarakat sekitar abad ke 14 yang dimulai) sudah dikenal masyarakat sekitar abad ke 14 yang dimulai
dengan budidaya di tambak secara tradisional. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu dengan budidaya di tambak secara tradisional. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan teknologi dalam membudidayakan ikan bandeng di Indonesia, saat kendala dalam meningkatkan teknologi dalam membudidayakan ikan bandeng di Indonesia, saat ini kebutuhan benih untuk tambak bandeng masih mengandalkan produksi induk di hatcheri ini kebutuhan benih untuk tambak bandeng masih mengandalkan produksi induk di hatcheri lengkap dan dari alam yang jumlahnya sangat tidak menentu.
BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
A.
A. Klasifikasi dan Ciri Morfologi BandengKlasifikasi dan Ciri Morfologi Bandeng
Secara taksonomi ikan bandeng diklasifikasikan sebagai berikut Secara taksonomi ikan bandeng diklasifikasikan sebagai berikut ::
Kingdom
Kingdom : : AnimaliaAnimalia
Filum
Filum : : ChordataChordata
Kelas
Kelas : : ActinopterygiiActinopterygii
Ordo
Ordo : : GonorynchiformesGonorynchiformes
Famili
Famili : : ChanidaeChanidae
Genus
Genus : : ChanosChanos
Spesies :
Spesies : Chanos chanosChanos chanos ForsskalForsskal
Ikan bandeng merupakan sejenis ikan laut yang mempunyai bentuk tubuh yang langsing Ikan bandeng merupakan sejenis ikan laut yang mempunyai bentuk tubuh yang langsing
mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warna ikan mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warna ikan
bandeng
bandeng putih putih gemerlapan gemerlapan seperti seperti perak perak pada pada tubuh tubuh bagian bagian bawah bawah dan dan agak agak gelap gelap padapada
punggungnya (Soeseno, 1988). punggungnya (Soeseno, 1988).
Ikan bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping, Ikan bandeng mempunyai penampilan yang umumnya simetris dan berbadan ramping,
dengan sirip ekor yang bercabang dua. Ikan bandeng bisa bertambah besar menjadi 1,7 m, tetapi dengan sirip ekor yang bercabang dua. Ikan bandeng bisa bertambah besar menjadi 1,7 m, tetapi
yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Ikan bandeng tidak memiliki gigi, Seluruh yang paling sering sekitar 1 meter panjangnya. Ikan bandeng tidak memiliki gigi, Seluruh
permukaan
permukaan tubuhnya tubuhnya tertutup tertutup oleh oleh sisik sisik yang yang bertipe bertipe lingkaran lingkaran yang yang berwarna berwarna keperakan, keperakan, padapada
bagian tengah
bagian tengah tubuh terdapat tubuh terdapat garis memanjang garis memanjang dari bagian dari bagian penutup insang penutup insang hingga ke hingga ke ekor. Siripekor. Sirip
dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap dada dan sirip perut dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap
kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada kebelakang. Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada
bagian depan kepala dan simetris, Sirip ekor homocercal (Gambar 1). bagian depan kepala dan simetris, Sirip ekor homocercal (Gambar 1).
Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng
Bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh dibelakang tutup insang, dengan 14 Bandeng mempunyai sirip punggung yang jauh dibelakang tutup insang, dengan 14
sampai 16 jari pada sirip punggung, 16 sampai 17 jari pada sirip dada, 11 sampai 12 sampai 16 jari pada sirip punggung, 16 sampai 17 jari pada sirip dada, 11 sampai 12
jari- jari pada
jari pada sirip perut, sirip perut, 10 sampai 10 sampai 11 jari-jari 11 jari-jari pada sirip pada sirip anus dan anus dan pada sirip pada sirip ekor berlekuk ekor berlekuk simetrissimetris
dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 7
dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 7 5 sampai 80 sisik (Kordi, 2009).5 sampai 80 sisik (Kordi, 2009).
Ikan bandeng dapat di bedakan dengan jantan dan betina. Bandeng jantan dapat Ikan bandeng dapat di bedakan dengan jantan dan betina. Bandeng jantan dapat
diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil. Bandeng diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan ukuran badan agak kecil. Bandeng
betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan. betina memiliki lubang anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan.
2. PERSYARATAN LOKASI 2. PERSYARATAN LOKASI
Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-aspek yang Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-aspek yang
berkaitan
berkaitan dengan dengan lokasi. lokasi. Hal-hal Hal-hal yang yang perlu perlu diperhatikan diperhatikan dalam dalam persyaratan persyaratan lokasi lokasi adalahadalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
1) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery dibangun. 1) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery dibangun.
2) Mampu menjamin ketersediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang 2) Mampu menjamin ketersediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang
ditentukan; ditentukan;
- Pergantian air minimal; 200 % per hari. - Pergantian air minimal; 200 % per hari.
- Suhu air, 26,5-31 - Suhu air, 26,5-3100C.C. - PH; 6,5-8,5. - PH; 6,5-8,5. - Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm. - Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm. - Alkalinitas 50-500ppm. - Alkalinitas 50-500ppm.
- Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran). - Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
- Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik. - Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
3) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui 3) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui
secara rinci. secara rinci.
4) Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, species dominan, 4) Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, species dominan,
keberadaan predator dan kompetitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan karena mampu keberadaan predator dan kompetitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan karena mampu
mengakibatkan kegagalan proses produksi. mengakibatkan kegagalan proses produksi.
3. SARANA DAN PRASARANA 3. SARANA DAN PRASARANA 1) Sarana Pokok
1) Sarana Pokok
Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi adalah bak Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi adalah bak
penampungan
penampungan air air tawar tawar dan dan air air laut, laut, laboratorium laboratorium basah, basah, bak bak pemeliharaa pemeliharaa larva, larva, bak bak
pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami. pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami.
a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut. a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa sehingga air Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa sehingga air
dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang memerlukan air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang memerlukan air
(laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bak (laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bak
pemelihara induk
pemelihara induk, , pemeliharaan larva, pemeliharaan larva, pemeliharan pemeliharan pakan pakan alami, laboalami, laboratorium kering ratorium kering dan dan basahbasah
serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta udara (aerator). Laboratorium basah serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta udara (aerator). Laboratorium basah
sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan pemeliharaan larva dan banguna kultur murni sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan pemeliharaan larva dan banguna kultur murni
plankton
plankton serta serta diatur diatur menghadap menghadap ke ke kultur kultur masal masal plankton plankton dan dan dilengkapi dilengkapi dengan dengan sistimsistim
pemipaan air tawar, air laut dan udara. pemipaan air tawar, air laut dan udara.
b. Bak Pemeliharaan Induk b. Bak Pemeliharaan Induk
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan kedalaman lebih Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan kedalaman lebih
dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung
menerima cahaya tanpa dinding. menerima cahaya tanpa dinding.
c. Bak Pemeliharan Telur c. Bak Pemeliharan Telur
Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya tampung lebih dari Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya tampung lebih dari
2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter. 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.
d. Bak Pemeliharaan Larva d. Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat terbuat Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat terbuat
dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5) dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5)
m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat
lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk
mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa terpal plastik mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa terpal plastik
untuk menyangga atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu. untuk menyangga atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.
e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton
e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella spChlorella sp dan Rotifera.dan Rotifera.
Bak kultur plankton
Bak kultur plankton chlorella spchlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan larvadisesuaikan dengan volume bak pemeliharaan larva
yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar ruangan yang dapat yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar ruangan yang dapat
langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada bagian langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada bagian
atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi dari pengaruh air hujan. atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi dari pengaruh air hujan.
a)
a) Bak Bak kultur kultur chlorella chlorella b) b) Tabung Tabung tempat tempat kultur kultur rotiferarotifera Gambar 1. Kultur Pakan Alami
Gambar 1. Kultur Pakan Alami
Kedalamam bak kultur
Kedalamam bak kultur chlorella spchlorella sp harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga penetrasiharus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga penetrasi
cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki. Kedalaman air dalam tangki disarankan cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki. Kedalaman air dalam tangki disarankan
tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m, ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m, ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x
0,6)m3. Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton yang ditempatkan 0,6)m3. Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton yang ditempatkan
dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding. Perbandingan antara volume bak dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding. Perbandingan antara volume bak
chlorella, rotifer dan larva sebaliknya 5:5:1. chlorella, rotifer dan larva sebaliknya 5:5:1.
2) Sarana Penunjang 2) Sarana Penunjang
Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah laboratorium pakan alami, ruang Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah laboratorium pakan alami, ruang
pompa,air
pompa,air blower, blower, ruang ruang packing, packing, ruang ruang genset, genset, bengkel, bengkel, kendaraan kendaraan roda roda dua dua dan dan roda roda empatempat
serta gudang (ruang pentimpanan barangbarang opersional) harus tersedia sesuai kebutuhan dan serta gudang (ruang pentimpanan barangbarang opersional) harus tersedia sesuai kebutuhan dan
memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan serta keselamatan kerja. memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan serta keselamatan kerja.
a. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat kultur a. Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat kultur
murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yangmemerlukan ruangan suhu murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yangmemerlukan ruangan suhu
rendah yakni 22~25 rendah yakni 22~2500C.C.
b.Laboratorium
b.Laboratorium kering kering termasuk termasuk laboratorium laboratorium kimia/mikrobialogi kimia/mikrobialogi sebaiknya sebaiknya dibangundibangun
berdekatan
berdekatan dengan dengan bak bak pemeliharaan pemeliharaan larva larva berguna berguna sebagai sebagai bangunan bangunan stok stok kultur kultur dandan
penyimpanan plankton
penyimpanan plankton dengan suhu dengan suhu sekitar 22~25 0C sekitar 22~25 0C serta dalam ruangan. serta dalam ruangan. Untuk kegiatan Untuk kegiatan yangyang
berkaitan dengan
berkaitan dengan pemasaran hasil dilengkapi pemasaran hasil dilengkapi dengan dengan fasilitas ruang pengepakan fasilitas ruang pengepakan yang dilengpakiyang dilengpaki
dengan sistim pemipaan air tawar dan air laut, udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air, dengan sistim pemipaan air tawar dan air laut, udara serta sarana lainnya seperti peti kedap air,
kardus, bak plastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat yang berfungsi kardus, bak plastik, karet dan oksigen murni. Alat angkut roda dua dan empat yang berfungsi
untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus tersedia tetap dalam keadaan untuk memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus tersedia tetap dalam keadaan
baik
baik dan dan siap siap pakai. pakai. Untuk Untuk pembangkit pembangkit tenaga tenaga listrik listrik atau atau penyimpanan penyimpanan peralatan peralatan dilengkapidilengkapi
dengan fasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan blower, ruang pendingin dan dengan fasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan blower, ruang pendingin dan
gudang. gudang.
3) Sarana Pelengkap 3) Sarana Pelengkap
Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor, perpustakaan, alat tulis Sarana pelengkap dalam kegiatan perbenihan terdiri dari ruang kantor, perpustakaan, alat tulis
menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang makan, ruang pertemuan, tempat tinggal menulis, mesin ketik, komputer, ruang serbaguna, ruang makan, ruang pertemuan, tempat tinggal
staf dan karyawan. staf dan karyawan.
4. TEKNIK PEMELIHARAAN 4. TEKNIK PEMELIHARAAN 1) Persiapan Operasional.
1) Persiapan Operasional.
a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakai dan bebas cemaran. a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakai dan bebas cemaran.
Bak- bak
bak sebelum sebelum digunakan digunakan dibersihkan dibersihkan atau atau dicuci dicuci dengan dengan sabun sabun detergen detergen dan dan disikat disikat lalulalu
dikeringkan 2-3 hari. Pembersihan bak dapat juga dilakukan dengan cara membasuh bagian dikeringkan 2-3 hari. Pembersihan bak dapat juga dilakukan dengan cara membasuh bagian
dalam bak kain yang dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 mil larutan chlorine 10% dalam bak kain yang dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 mil larutan chlorine 10%
dalam 1 m3 air) dan didiamkan selama 1~2 jam dan dinetralisir dengan larutan Natrium dalam 1 m3 air) dan didiamkan selama 1~2 jam dan dinetralisir dengan larutan Natrium
thiosulfat dengan dosis 40 ppm atau desinfektan lain yaitu formalin 50 ppm. Menyiapkan suku thiosulfat dengan dosis 40 ppm atau desinfektan lain yaitu formalin 50 ppm. Menyiapkan suku
cadang seperti pompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan pada saat proses cadang seperti pompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan pada saat proses
produksi. produksi.
b.
b. Menyiapkan Menyiapkan bahan bahan makanan makanan induk induk dan dan larva larva pupuk pupuk fytoplankton, fytoplankton, bahan bahan kimia kimia yang tyang tersediaersedia
cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap pembenihan. cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap pembenihan.
c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin dan berpengalaman dan mampu c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin dan berpengalaman dan mampu
menguasai bidang kerjanya. menguasai bidang kerjanya.
2) Pengadaan Induk. 2) Pengadaan Induk.
a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor. a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.
b.
b. Pengangkutan Pengangkutan induk induk jarak jarak jauh jauh menggunakan menggunakan bak bak plastik. plastik. Atau Atau serat serat kaca kaca dilengkapi dilengkapi aerasiaerasi
dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta suhu 24~25 0C. Atau serat kaca dilengkapi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta suhu 24~25 0C. Atau serat kaca dilengkapi
aerasi dan diisi air barsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 2
aerasi dan diisi air barsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 2 4~25 0C.4~25 0C.
c. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air. Kedalaman air dalam c. Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air. Kedalaman air dalam
bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas. bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.
d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai
selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Setelah selesai aklimatisasi salinitas selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Setelah selesai aklimatisasi salinitas
segera dinaikan dengan cara mengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar. segera dinaikan dengan cara mengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar.
3) Pemeliharaan Induk 3) Pemeliharaan Induk
a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4 m3 dalam bak a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4 m3 dalam bak
berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter. berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter.
b.
b. Pergantian Pergantian air air 150 150 % % per per hari hari dan dan sisa sisa makanan makanan disiphon disiphon setiap setiap 3 3 hari hari sekali. sekali. Ukuran Ukuran bak bak
induk lebih besar dari 30 ton. induk lebih besar dari 30 ton.
c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 % c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 %
diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan masa sore. diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan masa sore.
d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang
< 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 C. < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 C.
4) Pemilihan Induk 4) Pemilihan Induk
a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah dan tidak a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah dan tidak
banyak terkelupas serta mampu berenang cepat. banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.
b.
b. Pemeriksaan Pemeriksaan jenis jenis kelamin kelamin dilakukan dilakukan dengan dengan cara cara membius membius ikan ikan dengan dengan 2 2 phenoxyethanolphenoxyethanol
dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah kanula dimasukan kelubang kelamin sedalam 20~40 dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah kanula dimasukan kelubang kelamin sedalam 20~40
cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama
untuk induk jantan. untuk induk jantan.
c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan gonad. Induk yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap kematangan gonad. Induk yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap
untuk dipijahkan untuk dipijahkan
d. Induk jantan yang siap di pijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III yaitu pejantan d. Induk jantan yang siap di pijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III yaitu pejantan
yang mengeluarkan sperma cupuk banyak sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang yang mengeluarkan sperma cupuk banyak sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang
kelamin. kelamin.
5) Pematangan Gonad 5) Pematangan Gonad
a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan
reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khusus. Jenis reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khusus. Jenis
hormon yang lazim digunakan untukmengacu pematangan gonad dan pemijahan bandeng LHRH hormon yang lazim digunakan untukmengacu pematangan gonad dan pemijahan bandeng LHRH
–
– a, 17 alphamethiltestoteron dan HCG. Cara penyuntikan pellet hormon ke ikan bandenga, 17 alphamethiltestoteron dan HCG. Cara penyuntikan pellet hormon ke ikan bandeng
Induk bandeng diletakkan di atas bantalan busa.Induk bandeng diletakkan di atas bantalan busa.
Lendir yang melapisi bagian punggung sebelah kanan indukan dibersihkan.Lendir yang melapisi bagian punggung sebelah kanan indukan dibersihkan.
Salah satu sisik dilepas dengan pisau kecil kemudian pisau tersebut ditisukkan untuk Salah satu sisik dilepas dengan pisau kecil kemudian pisau tersebut ditisukkan untuk
membuat lubang untuk menanam pellet hormon. membuat lubang untuk menanam pellet hormon.
Pellet hormon dimasukkan dengan bantuan implanter.Pellet hormon dimasukkan dengan bantuan implanter.
Indukan kemudian dimasukkan lagi ke bak pemeliharaan.Indukan kemudian dimasukkan lagi ke bak pemeliharaan.
b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan p
b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan p erkembanganerkembangan
gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17alpha methiltestoteren gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17alpha methiltestoteren
masing-masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor
(berat induk 3,5 sampai 7 kg). (berat induk 3,5 sampai 7 kg).
6) Pemijahan Alami. 6) Pemijahan Alami.
a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi
aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak
b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari. b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari.
c. Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air. c. Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.
d. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina d. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina
mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal. mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
7) Pemijahan Buatan. 7) Pemijahan Buatan.
a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan
pada
pada saat saat induk induk jantan jantan dan dan betina betina sudah sudah matang matang gonad gonad sedang sedang hormone hormone berbentuk berbentuk padatpadat
diberikan setiap bulan (implantasi). diberikan setiap bulan (implantasi).
b. Induk
b. Induk bandeng akan bandeng akan memijah setelah 2memijah setelah 2 -15 kali -15 kali implantasi tergantung dari implantasi tergantung dari tingkat kematangantingkat kematangan
gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH
gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH – – a dan 17 alphaa dan 17 alpha
methyltestoterone pada dosis masing-masing 100-200 mikron per ekor indu
methyltestoterone pada dosis masing-masing 100-200 mikron per ekor indu k (> 4 Kg beratnya).k (> 4 Kg beratnya).
c. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk c. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk
jantan
jantan yang yang mengandung mengandung sperma sperma tingkat tingkat tiga tiga dapat dapat dipercepat dipercepat dengan dengan penyuntikan penyuntikan hormonhormon
LHRH- a pada dosis 5.000 10.000IU per Kg berat tubuh. LHRH- a pada dosis 5.000 10.000IU per Kg berat tubuh.
d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton
ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk
meloncat keluar tangki. meloncat keluar tangki.
8) Penanganan Telur. 8) Penanganan Telur.
a. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, a. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt,
sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh. sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
b.
b. Selama Selama inkubasi, inkubasi, telur telur harus harus diaerasi diaerasi yang yang cukup cukup hingga hingga telur telur padam padam tingkat tingkat embrio. embrio. SesaatSesaat
sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan
secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak
penetasan antara 20-30 butir per liter. penetasan antara 20-30 butir per liter.
c. Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut c. Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut
penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan
benturan antar
benturan antar telur yang telur yang dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan menurunnya dmenurunnya daya tetas aya tetas telur. telur. Pengangkatan telur Pengangkatan telur
pada fase ini belum bisa dilakukan. pada fase ini belum bisa dilakukan.
d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 % d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 %
selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit. selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit.
9) Pemeliharaan Larva. 9) Pemeliharaan Larva.
a. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27 31 C salinitas 30 ppt, pH a. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27 31 C salinitas 30 ppt, pH
8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan
dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi. dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
b.
b. Larva Larva umur umur 0-2 0-2 hari hari kebutuhan kebutuhan makananya makananya masih masih dipenuhi dipenuhi oleh oleh kuning kuning telur telur sebagaisebagai
cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella
dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener. dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
c. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu c. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu
disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10
dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen. dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.
d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk
mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air pemeluharan mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air pemeluharan
perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal. perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal.
e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12- 16 mm dan berat e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12- 16 mm dan berat
0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah
menyamai bandeng dewasa. menyamai bandeng dewasa.
10) Pemberian Makanan Alami 10) Pemberian Makanan Alami
a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi rotifera a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi rotifera
(Brachionus plicatilis
(Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang air media diperkaya) sebagai makanan sedang air media diperkaya chlorellachlorella sp sebagaisp sebagai
makanan rotifera dan pengurai metabolit. makanan rotifera dan pengurai metabolit.
b. Kepadatan
b. Kepadatan rotifera pada rotifera pada awal pemberian awal pemberian 5-10 ind5-10 ind/ml dan /ml dan meningkat jumlahnya meningkat jumlahnya sampai 15-20sampai 15-20
ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah
chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari
setelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelah menetas. setelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelah menetas.
c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupipada saat larva c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupipada saat larva
berumur
berumur lebih lebih dari dari 10 10 hari. hari. Sedangkan Sedangkan penambahan penambahan Naupli Naupli artemia artemia tidak tidak mutlak mutlak diberikandiberikan
tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada. tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.
d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam
satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan
mulut larva pada tiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan mulut larva pada tiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan
komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng. komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng.
11) Budidaya Chlorella 11) Budidaya Chlorella
Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva yang dikehendaki Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva yang dikehendaki
dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan
chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastic yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastic yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang
berada
wadah serat kaca volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan wadah serat kaca volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan
kepadatan ± 10 juta sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke kepadatan ± 10 juta sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke
tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang digunakan sebaiknya pompa tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang digunakan sebaiknya pompa
benam (submersible) untuk
benam (submersible) untuk menjamin aliran menjamin aliran yang sempurna. yang sempurna. Pembuangan Pembuangan dan sebelumnya dan sebelumnya telahtelah
disiapkan wadah penampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran disiapkan wadah penampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran
40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke
wadah lain dan dihitung kepadatanya per milimeter. wadah lain dan dihitung kepadatanya per milimeter.
12) Budidaya Rotifera. 12) Budidaya Rotifera.
Budidaya rotifera skala besar sebaiknya dilakukan dengan cara harian yaitu sebagian hasil panen Budidaya rotifera skala besar sebaiknya dilakukan dengan cara harian yaitu sebagian hasil panen
disisakan untuk bibit dalam budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan disisakan untuk bibit dalam budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan
dengan cara panen penuh harian (batch harvest). Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya dengan cara panen penuh harian (batch harvest). Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya
lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya
sepersepuluh dari volume wadah. Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca sepersepuluh dari volume wadah. Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca
volume 1-10 ton diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan volume 1-10 ton diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan
mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi intensitas cahaya matahari mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi intensitas cahaya matahari
yang dapat mempercepat pertumbuhan chlorella. yang dapat mempercepat pertumbuhan chlorella.
a)
a) chlorella chlorella b) b) rotiferarotifera Gambar 2. Pakan Alami Gambar 2. Pakan Alami
Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorella atau Tetraselmis yang Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorella atau Tetraselmis yang
merupakan makanannya. Sebaiknya perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : merupakan makanannya. Sebaiknya perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 :
1 untuk mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentu 1 untuk mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentu
perkembangan
perkembangan populasi populasi rotifer rotifer dapat dapat dipacu dipacu dengan dengan penambahan penambahan air air tawar tawar sampai sampai 23 23 ppt.ppt.
Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi (yeast) pada dosis 30 Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi (yeast) pada dosis 30
mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan
sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro
berukuran
berukuran 40x40x50 40x40x50 cm, cm, di di bawah bawah aliran aliran tersebut. tersebut. Rotifer Rotifer yang yang tertampung tertampung pada pada saringansaringan
dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter. Pencatatan tentang dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter. Pencatatan tentang
perkembangan
perkembangan rotifer rotifer dilakukan dilakukan secara secara teratur teratur dan dan berkala berkala serta serta data data hasil hasil pengamatan pengamatan dicatatdicatat
untuk mengetahui perkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan pertimbangan untuk mengetahui perkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan pertimbangan
pemeliharaan berikutnya. pemeliharaan berikutnya.
5. PANEN 5. PANEN
1) Panen dan Distribusi Telur. 1) Panen dan Distribusi Telur.
Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi dapat Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi dapat
dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan
berukuran
berukuran 40x40x50 40x40x50 cm, cm, biasa biasa disebut disebut egg egg collector, collector, yang yang ditempatkan ditempatkan di di bawah bawah ujung ujung luar luar
saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan
menggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok. menggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok.
a)
a) Kontruksi Kontruksi tambak tambak b) b) Akuarium Akuarium tempat tempat penetasanpenetasan Gambar 3. Kontruksi tambak dan Akuarium penetasan Telur
Gambar 3. Kontruksi tambak dan Akuarium penetasan Telur
Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30 Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30
menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum
diseleksi. Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan diseleksi. Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan
menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap.
Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau
persentasi
persentasi yang yang baik baik kurang kurang dari dari 50 50 %, %, sebaiknya sebaiknya telur telur dibuang. dibuang. Telur Telur yang yang baik baik hasil hasil sortasisortasi
dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen
yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ± yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ±
12 jam). 12 jam).
2) Distribusi Telur. 2) Distribusi Telur.
Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik berukuran Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik berukuran
40x60 cm, dengan ketebalan 0,05
40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen murni dengan0,08 mm yang diisi air dan oksigen murni dengan
perbandingan
perbandingan volume volume 1:2 1:2 dan dan dipak dipak dalam dalam kotak kotak styrofoam. Makin styrofoam. Makin lama lama transportasi dilakukantransportasi dilakukan
disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama
angkut 8
angkut 8 – – 16 jam pada suhu air antara 2016 jam pada suhu air antara 20 – – 25 0C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air 25 0C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air
dapat dipertahankan tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong dapat dipertahankan tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong
plastik. Pengangkutan
transportasi. Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan transportasi. Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan
penyamaan
penyamaan suhu suhu air air lainnya. lainnya. Apabila Apabila kondisi kondisi air air dalam dalam kantong kantong dan dan diluar diluar kantong kantong sama sama makamaka
telur dapat segera dicurahkan ke luar. telur dapat segera dicurahkan ke luar.
3) Panen dan Distribusi Nener. 3) Panen dan Distribusi Nener.
Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian
diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi
persyaratan
persyaratan hygienis hygienis dan dan ekonomis. ekonomis. Serok Serok yang yang digunakan digunakan untuk untuk memanen memanen benih benih harus harus dibuatdibuat
dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener. dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener.
Nener
Nener tidak tidak perlu perlu diberi diberi pakan pakan sebelum sebelum dipanen dipanen untuk untuk mencegah mencegah penumpukan penumpukan metabolit metabolit yangyang
dapat menghasilkan amoniak danmengurangi oksigen terlarut secara n yata dalam wadah dapat menghasilkan amoniak danmengurangi oksigen terlarut secara n yata dalam wadah
pengangkutan pengangkutan
a)
a) Penghitungan Penghitungan benih benih b) b) Packing Packing benihbenih Gambar 4. Tata cara penghitungan dan packing benih Gambar 4. Tata cara penghitungan dan packing benih a) Persiapan plastik packing, dan memasukan benih ke dalam plastik packing a) Persiapan plastik packing, dan memasukan benih ke dalam plastik packing
b) Memasukkan oksigen ke dalam plastik packing b) Memasukkan oksigen ke dalam plastik packing
c) Pengikatan plastik, plastik di ikat secara kuat
c) Pengikatan plastik, plastik di ikat secara kuat agar oksigen tidak keluar agar oksigen tidak keluar
d) Pengemasan ke dalam kotak pengemasan d) Pengemasan ke dalam kotak pengemasan
e) Benih siap di distribusikan e) Benih siap di distribusikan
4) Panen dan Distribusi Induk. 4) Panen dan Distribusi Induk.
Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi air surut volume air Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi air surut volume air
tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan dengan alat jarring yang disesuaikan ukuran tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan dengan alat jarring yang disesuaikan ukuran
induk, dilakukan oleh tenaga yang terampil serta cermat. Seser / serok penangkap sebaiknya induk, dilakukan oleh tenaga yang terampil serta cermat. Seser / serok penangkap sebaiknya
berukuran
berukuran mata mata jaring jaring 1 1 cm cm agar agar tidak tidak melukai melukai induk. induk. Pemindahan Pemindahan induk induk dari dari tambak tambak harusharus
menggunakan kantong plastik yang kuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya menggunakan kantong plastik yang kuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya
induk tidak luka dan mengurangi stress. Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong induk tidak luka dan mengurangi stress. Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong
plastik, serat plastik, serat
gelas ukuran 2 m3, oksigen murni selama distribusi. Kepadatan induk dalam wadah 10 ekor/m3 gelas ukuran 2 m3, oksigen murni selama distribusi. Kepadatan induk dalam wadah 10 ekor/m3
tergantung lama transportasi. Suhu rendah antara 25
tergantung lama transportasi. Suhu rendah antara 25 – – 27 0C dan salinitas rendah antara 10-1527 0C dan salinitas rendah antara 10-15
ppt
ppt dapat dapat mengurangi mengurangi metabolisme metabolisme dan dan stress stress akibat akibat transportasi. transportasi. Aklimatisasi Aklimatisasi induk induk setelahsetelah
transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepat kondisi induk
transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepat kondisi induk pulih kembali.pulih kembali.
C. RINGKASAN PEMBENIHAN C. RINGKASAN PEMBENIHAN
Pemilihan tempat perbenihan bandeng sangat lah penting oleh karena itu harus Pemilihan tempat perbenihan bandeng sangat lah penting oleh karena itu harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemilihan lokasi karena pemilihan mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemilihan lokasi karena pemilihan
lokasi sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha perbenihan tersebut. Kegiatan lokasi sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha perbenihan tersebut. Kegiatan
pembenihan
pembenihan merupakan merupakan kegiatan kegiatan yang yang sangat sangat penting penting karena karena merupakan merupakan muara muara dalam dalam kegiatankegiatan
budidaya selanjutnya
budidaya selanjutnya yaitu kegiatan pendyaitu kegiatan pendederan dan pederan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan embesaran. Kegiatan pembenihan meliputimeliputi
pemilihan induk, perawatan induk, teknik pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva. pemilihan induk, perawatan induk, teknik pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
Dimana setiap tahap akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan selanjutnya, sehingga Dimana setiap tahap akan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan selanjutnya, sehingga
dalam kegiatan pembenihan baik mulai melakukan pemilihan induk sampai pemeliharaan larva dalam kegiatan pembenihan baik mulai melakukan pemilihan induk sampai pemeliharaan larva
harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati sehingga dapat berhasil. harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati sehingga dapat berhasil.
BAB III BAB III Penggelondongan Bandeng Penggelondongan Bandeng A. Indikator Keberhasilan A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi pokok 3 mengenai Penggelondongan ikan Bandeng, peserta Setelah mempelajari materi pokok 3 mengenai Penggelondongan ikan Bandeng, peserta
mampu melakukan pendederan ikan bandeng yang meliputi teknik Penggelondongan bandeng, mampu melakukan pendederan ikan bandeng yang meliputi teknik Penggelondongan bandeng,
Konstruksi Tambak, Persiapan Lahan, Penebaran Benih, Pemeliharaan, Pemupukan Susulan, Konstruksi Tambak, Persiapan Lahan, Penebaran Benih, Pemeliharaan, Pemupukan Susulan,
Pengendalian hama dan Penyakit, Lama Pemeliharaan, Cara Panen. Pengendalian hama dan Penyakit, Lama Pemeliharaan, Cara Panen.
B. Materi Penggelondongan Bandeng B. Materi Penggelondongan Bandeng
Hampir satu dasawarsa serangan penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali Hampir satu dasawarsa serangan penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali
secara efektif, kegagalan sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya secara efektif, kegagalan sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya
penyakit
penyakit udang udang tersebut tersebut disebabkan disebabkan semakin semakin menurunnya menurunnya daya daya dukung dukung lahan lahan tambak tambak sebagaisebagai
akibat dari penerapan Sapta Usaha Pertambakan yang tidak sesuai anjuran dan adanya berbagai akibat dari penerapan Sapta Usaha Pertambakan yang tidak sesuai anjuran dan adanya berbagai
bentuk
bentuk manipulasi manipulasi lingkungan lingkungan perairan perairan tambak tambak yang yang dilakukan dilakukan petani, petani, semua semua ini ini bermuarabermuara
kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali Poernomo, 1992). Salah satu upaya kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali Poernomo, 1992). Salah satu upaya
untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya suatu untuk meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya suatu
solusi dengan memfungsikan tambak melalui budidaya bermacam-macam komoditi salah satu solusi dengan memfungsikan tambak melalui budidaya bermacam-macam komoditi salah satu
diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng adalah salah satu sumber protein
hewani yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi hewani yang harganya lumayan dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi
dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto dalam bentuk ikan segar juga dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto
(Aslianti,1994). (Aslianti,1994).
Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup
untuk penangkapan tuna/cakalang (Asmin Ismail, dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain untuk penangkapan tuna/cakalang (Asmin Ismail, dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain
yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH,
kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kisaran kadar
garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini
mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama mempunyai kecenderungan untuk dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama
penggelondongan
penggelondongan (Liao,1985). (Liao,1985). Dalam Dalam usaha usaha budidaya budidaya benih benih sampai sampai ukuran ukuran gelondongangelondongan
merupakan komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat merupakan komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat
ini adalah rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat ini adalah rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat
tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat pertumbuhan dan tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat pertumbuhan dan
kelulusan hidup yang didapatkan dalam penggelondongan bandeng masih sangat rendah. Untuk kelulusan hidup yang didapatkan dalam penggelondongan bandeng masih sangat rendah. Untuk
itu diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi penggelondongan nener itu diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi penggelondongan nener
bandeng
bandeng sebagai sebagai acuan acuan yang yang dapat dapat dimanfaatkan dimanfaatkan oleh oleh petani/pengusaha petani/pengusaha tambak. tambak. BeberapaBeberapa
keuntungan dapat diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) keuntungan dapat diperoleh dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm)
adalah sebagai berikut : adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng sepanjang tahun untuk menunjang budidaya a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng sepanjang tahun untuk menunjang budidaya
bandeng umpan maupun bandeng konsumsi. bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.
b. Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha budida
b. Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha budida ya berikutnya.ya berikutnya.
c. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan terhadap budidaya c. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan terhadap budidaya
bandeng umpan atau bandeng konsumsi. bandeng umpan atau bandeng konsumsi.
d. Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus siklus penyakit udang. d. Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus siklus penyakit udang.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak. e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak.
f. Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai. f. Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai.
1. Pemilihan Lokasi 1. Pemilihan Lokasi
Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan
tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi
pasang surut
pasang surut 2-3 m. 2-3 m. Elevasi tambak Elevasi tambak optimal adalah optimal adalah 0,50 m 0,50 m dari permukaan dari permukaan air laut. air laut. Tanah dasar Tanah dasar
yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena selain mampu yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena selain mampu
menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yang baru dibuka menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yang baru dibuka
pada
pada umumnya umumnya bereaksi bereaksi masam, karena masam, karena itu peitu perbaikan tanah rbaikan tanah (reklamasi) perlu (reklamasi) perlu dilakukan dilakukan dengandengan
jalan penjemuran tanah dasar dan pencucian maupun pengapuran. jalan penjemuran tanah dasar dan pencucian maupun pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
-- Keadaan Lingkungan (Variabel)Keadaan Lingkungan (Variabel) 1 PH 7 1 PH 7 – – 88 2 Oksigen terlarut > 3 ppm 2 Oksigen terlarut > 3 ppm 3 Suhu air 25 - 30 0C 3 Suhu air 25 - 30 0C 4 Salinitas 10 - 30 ppt 4 Salinitas 10 - 30 ppt
5 Sumber air Payau dan tawar 5 Sumber air Payau dan tawar
6 Kualitas air Tidak tercemar 6 Kualitas air Tidak tercemar
7 Tekstur tanah Liat berdebu 7 Tekstur tanah Liat berdebu
2. Konstruksi dan Desain Tambak 2. Konstruksi dan Desain Tambak
Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat
(tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam
1-1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil 1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil
dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992). dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).
a)
a) Tampak Tampak samping samping b) b) tampak tampak atasatas
Gambar 5
Gambar 5..Kontruksi kolam untuk nenerKontruksi kolam untuk nener
Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari
penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada
penyusutan sebesar 15-20% harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran pembuatan semua jenis pematang. Saluran didi
tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di dalam tiap
petakan tambak
petakan tambak dapat dibuat dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan parit-parit keliling (caren) dengan lebar 2-4 lebar 2-4 m dan m dan dalam 0,3-0,5 dalam 0,3-0,5 mm
dari permukaan pelataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder dari permukaan pelataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder
dan pintu tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan dan pintu tertier. Pintu utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan
pemasukan
pemasukan air air ke ke dalam dalam unit unit tambak. tambak. Pintu Pintu sekunder sekunder dipasang dipasang pada pada pematang pematang perantara perantara untuk untuk
memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur
sesuai dengan kapasitas lahan sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan sesuai dengan kapasitas lahan sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan
lebih cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk lebih cepat. Tiap petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk
mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah sebaiknya pengairan tidak dilakukan secara
seri. seri.
3. Persiapan 3. Persiapan
- Pengeringan tanah dasar tambak - Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan
perbaikan
perbaikan pematang, pematang, saluran saluran dan dan pintu pintu tambak. tambak. Tanah Tanah dasar dasar bagian bagian pelataran pelataran diolah diolah dandan
diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai
sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama
yaitu dengan menggunakan Saponin sebanyak 30 yaitu dengan menggunakan Saponin sebanyak 30
kg/ha. kg/ha.
- Pemupukan awal - Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara
tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami
juga
juga dapat dapat memperbaiki memperbaiki struktur struktur tanah. tanah. Pupuk Pupuk an-organik an-organik merupakan merupakan pelengkap pelengkap yang yang dapatdapat
menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa
ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan
berbagai
berbagai jenis jenis jasad jasad dasar dasar yang yang komponen komponen utamanya utamanya terdiri terdiri dari dari alga alga biru biru ((CyanophyceaeCyanophyceae) dan) dan
diatom (
diatom ( Bacillariophyceae Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan
tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan
dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik
(buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran.
Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu.
Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm,
hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur. hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur.
Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng.
Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari
masuknya organisme predator. masuknya organisme predator.
4. Penebaran Benih 4. Penebaran Benih - Ukuran
- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir
masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm.
Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan Apabila penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan
maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari. maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.