• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

(STUDI KASUS)

Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139

Jurusan : Psikologi

Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yos Sudarso. Dengan melihat gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mereka dapat memahaminya untuk memasuki masa dewasa dan menjadi anggota masyarakat.

Penelitian ini meneliti tentang konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock 1993), berfokus pada komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) yaitu komponen perceptual adalah image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, komponen konseptual adalah konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimilikinya baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latarbelakang serta masa depannya dan komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang dirinya, sikap terhadap statusnya dan prospeknya di masa depan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan metode wawancara dan observasi, dengan jumlah subjek satu orang remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 17 tahun.

Hasil secara umum memperlihatkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki konsep diri yang cenderung positif dimana konsep diri dipengaruhi oleh peranan faktor sosial dan pengalaman yang dialaminya.

Kata kunci : konsep diri, remaja, panti asuhan

PENDAHULUAN

Tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak merupakan dasar untuk perkembangan diri

selanjutnya, karena itu dalam hal ini dituntut adanya lingkungan yang menunjang, tapi kenyataan yang dapat dilihat sekeliling kita banyak

(2)

anak-anak yang terlantar dengan berbagai sebab misalnya orang tua yang meninggal sehingga anak tidak terawat dengan baik atau orang tua yang memang menelantarkan anaknya.

Dengan banyak anak yang tidak memiliki keluarga, maka pemerintah mendirikan suatu tempat yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial agar mereka dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak yang diasuh dalm keluarga yaitu panti asuhan.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1989), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai

dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Anak-anak yang dalam panti asuhan adalah anak yang usianya berkisar antara 0 sampai 21 tahun yang diusia tersebut melewati masa yang salah satunya adalah masa remaja (Departemen Sosial Republik Indonesia 1989). Menurut Gunarsa (1983) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Anak remaja berjuang untuk mendapatkan otonomi atas dirinya dan berusaha untuk mendapatkan identitas dirinya. Siapa saya dan bagaimana sifat saya merupakan pertanyaan yang sering menjadi masalah pada remaja. Dengan kata lain remaja berusaha membentuk konsep dirinya sesuai dengan keadaannya.

Monks dkk (1999) menjelaskan bahwa memasuki usia remaja, masalah konsep diri menjadi masalah yang cukup serius. Pada umumnya remaja mengalami krisis psikososial yaitu antara menemukan dan kebingungan atas identitas dirinya.

(3)

Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri.

Lingkungan dimana anak dibesarkan, dididik, diberikan bimbingan serta pengalaman-pengalaman yang di alami oleh seorang anak, semua itu akan turut berperan dalam perkembangan diri anak, termasuk perkembangan konsep dirinya. Lingkungan yang baik dan pendidik akan dapat membuat segala kemampuan yang ada dalam diri anak untuk berkembang karena anak diberikan

kesempatan untuk mengaktualisasikan segala

kemampuan yang dimilikinya. Lingkungan dimana anak dibesarkan, dibimbing, dan dididik tidak lain berawal dari lingkungan dimana ia tinggal.

Dari penjelasan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tentang konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan. Untuk itulah, maka peneliti ingin mencoba menggambarkan bagaimana konsep diri remaja yang tinggal dipanti asuhan dan faktor-faktor apa yang

mempengaruhi konsep diri remaja yang tinggal dipanti asuhan.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Konsep Diri

Konsep diri menurut Hurlock (1993) adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Brook (dalam Rahmat 1996) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Taylor (dalam Rahmat 1996) mendefinisikan konsep diri sebagai segala sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan tentang diri sendiri, yang mencangkup serangkaian keyakinan dan sikap tentang diri individu sendiri.

Menurut Rini (2002) konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Rini (2002) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa.

(4)

Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.

Felker (1974) menjelaskan bahwa konsep diri adalah sejumlah persepi yang dimiliki seseorang mengenai dirinya. Konsep diri dapat merupakan perasaan-perasaan, sikap dan nilai-nilai yang berlaku terhadap dirinya sendiri. Dari pengamatan individu terhadap dirinya ada suatu penilaian terhadap dirinya sendiri, kemudian dari penelitian itu muncul sikap dan perasaan terhadap diri sendiri termasuk kepribadian, sikap, perasaan dan penilaian terhadap tingkah laku dan kemampuannya. Konsep diri juga mengenai cara memandang kepribadian sendiri karena dengan konsep diri inilah seseorang dapat menilai apakah dirinya cantik, pintar dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis serta pengharapannya di masa yang akan datang, yang terbentuk dari interaksinya dengan

lingkungan sekitarnya serta pengalamannya.

Komponen Konsep Diri

Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen utama yaitu :

a. Komponen perceptual b. Komponen konseptual c. Komponen sikap

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Mead (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan produk sosial, yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan eksplorasi terhadap lingkungan fisik dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting disekitarnya. Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, diantaranya yaitu :

a. Peran Orang Tua b. Peranan Faktor Sosial c. Belajar

(5)

Dimensi Konsep Diri

Menurut Caulhoun (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu : pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri.

Konsep Diri Negatif dan Konsep Diri Positif

Brook dan Emmert (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif, antara lain :

1). Peka terhadap kritik

2). Responsive terhadap pujian, meskipun Ia pura-pura menghindarinya

3). Hiperkritik terhadap orang lain 4). Merasa tidak disenangi oleh

orang lain, sehingga sulit menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain 5). Pesimis terhadap kompetisi

Berlawanan dengan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yang dikemukakan oleh Brook dan Emmert (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) maka ciri-ciri orang yang meiliki konsep diri positif antara lain ;

1). Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah

2). Merasa setara dengan orang lain 3). Menerima pujian dengan tanpa rasa malu

4). Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

5). Mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspak keperibadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk merubahnya.

Uraian diatas menunjukkan bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan seluruh prilaku. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa setiap individu selalu berusaha memperoleh keseimbangan dalam dirinya, selalu dihadapkan pada pengalaman-pengalaman hidup, dan dipengaruhi oleh kebutuhan untuk mencapai prestasi.

Tempat Tinggal

Menurut Ali (1995) tempat tinggal adalah tempat orang diam (tinggal) yang biasa berbentuk rumah

(6)

atau bidang, tempat tinggal dapat berupa bangunan, seperti rumah, panti, asrama.

Panti Asuhan

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1989), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Panti asuhan yaitu suatu lembaga untuk mengasuh anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kapada anak dengan tujuan agar mereka menjadi manusia yang cakap dan berguna serta

bertanggungjawab atas dirinya dan terhadap masyarakat dikemudian hari. Panti asuhan sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anak (Sandrianny 2002).

Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1989) ialah memberikan pelayanan berdasarkan profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi yang wajar serta kemampuan ketrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggungjawab baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

Sasaran Garapan Panti Asuhan Sasaran garapan panti asuhan meliputi :

1). Anak yatim, piatu, yatim-piatu, terlantar usia 0-21 tahun

2). Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab anak yang orang tuanya melalaikan

(7)

kewajiban, sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial, antara lain keluarga retak sehingga ada relasi sosial yang harmonis

3). Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat

terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial dengan wajar antara lain salah satu orang tua dan atau keduanya sakit kronis, terpidana dan meninggal sehingga anak tidak ada yang merawat

Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yakni antara usia 12 sampai dengan 21 tahun. Masa remaja disebut juga masa pubertas yang meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa ini terlihat perubahan-perubahan jasmani berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin, terlihat pula adanya perkembangan

psikososial berhubungan dengan fungsi seseorang dalam lingkungan sosialnya, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, pembentukan rencana hidup dan pembentukan sistem nilai-nilai (Gunarsa dan Gunarsa1983).

METODELOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatan studi kasus. Menurut Moleong (2004) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isu –isu yang rumit atau objek untuk dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekan pada rincian analisis atau kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya.

Subjek Penelitian

Pada penelitian ini ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian, antara lain :

(8)

Subjek penelitian yang akan dipakai tidak ada ketentuan jenis kelamin, baik pria maupun wanita adalah remaja berusia 12 sampai 21 tahun yang tinggal dipanti asuhan di Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini diambil satu orang subjek remaja yang tinggal di panti asuhan. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari 2001).

2. Metode Observasi Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. Observasi juga memungkinkan peneliti untuk merefleksi dan bersikap introspeksi terhadap penelitian yang dilakukannya.

Alat Bantu Pengumpulan Data Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data terdiri dari pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam dan alat tulis.

Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Yin (2002) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif, empat hal tersebut adalah : 1. Keabsahan Konstruk (Construct Validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur.

2. Keabsahan Internal (Internal Validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan sesungguhnya.

3. Keabsahan Eksternal (External Validity)

Keabsahan eksternal mengacu pada sebarapa jauh hasil penelitian dapat di generalisasikan pada kasus lain.

4. Keajegan (Reliability)

Peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti juga

(9)

perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti (Poerwandari 2001).

HASIL DAN ANALISIS

Hasil Wawancara dan Observasi Pelaksanan observasi

Wawancara dilakukan dipanti asuhan Yos Sudarso Jl. Lapangan Tembak Marinir Cilandak Jakarta Selatan. Wawancara pertama dilakukan pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2005 pada pukul 14.55-16.45 WIB. Wawancara kedua dilakukan di sekolah subjek yaitu di SMKN Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada hari selasa tanggal 11 Oktober 2005 pada pukul 12.00-13.30 WIB, dan observasi ketiga dilakukan saat subjek melakukan kegiatan buka bersama di sekolah pada hari Sabtu Tanggal 15 Oktober 2005 pada pukul 17.00-18.30 WIB. Observasi ini dilakukan ketika peneliti melakukan pengambilan data dengan mewawancarai subjek. Peneliti melakukan observasi di tempat tinggal subjek yaitu dipanti asuhan, selain itu penulis juga melakukan

observasi terhadap prilaku subjek juga setting tempat tinggal subjek. Hasil Observasi

1. Setting

Sebelum melakukan

penelitian, peneliti meminta ijin kepada pihak panti asuhan Yos Sudarso untuk mengadakan penelitian di yayasan tersebut, setelah mendapatkan persetujuan dari pihak panti asuhan, peneliti membuat surat keterangan ijin melakukan penelitian yang diperoleh dari Universitas Gunadarma.

Sebelum melakukan

wawancara peneliti membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan subjek penelitian. Peneliti melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat dan selama wawancara dengan subjek, peneliti melakukan pencatatan lapangan yang telah disesuaikan dengan keadaan yang terjadi selama wawancara berlangsung.

2. Subjek

Subjek adalah seorang pelajar yang berperawakan tidak terlalu tinggi dan memiliki tubuh yang sedang (tidak gemuk dan tidak kurus) dengan berat badan 40 dan

(10)

tinggi badan 155. Berkulit kuning langsat dengan rambut hitam, lurus, panjang dan diikat. Subjek memiliki bentuk wajah lonjong/oval dengan hidung yang mancung. Ketika wawancara berlangsung subjek menggunakan kaos biru dan celana panjang jeans berwarna biru. Secara keseluruhan penampilan subjek sangat baik dan rapih.

3. Significant Other

Peneliti melakukan observasi dan wawancara pada significant other dalam hal ini ibu asrama panti asuhan yang berinisial S yang mana termasuk salah seorang yang dekat dengan subjek.

Pembahasan

Subjek memiliki konsep diri yang positif berkaitan dengan komponen perceptual yaitu penampilan fisik, subjek memiliki proporsi tubuh yang normal dan subjek menampilkan kesan yang ramah dan supel terhadap orang lain. Hal ini terlihat dari cara subjek bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah maupun di panti asuhan.

Berkaitan dengan komponen konseptual subjek

memiliki kejujuran yang dibekali dari pembinaan mental rohani yang ada di panti asuhan. Kepercayaan diri subjek terpupuk dari pembinaan pelatihan ketrampilan yang diberikan pihak panti asuhan kepada anak asuhnya diharapkan agar anak asuh dapat hidup tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian yang dimiliki subjek tumbuh dari kehidupan subjek sehari-hari yang ditanamkan sejak dini dipanti asuhan. Hal ini dapat terlihat dari tugas sehari-hari yang dilakukan subjek di panti asuhan.

Sikap terhadap statusnya terlihat dari cara subjek hidup bermasyarakat karena di panti asuhan ini dilibatkan secara langsung dalam kegiatan sosial dengan warga masyarakat sekitar panti asuhan, hal ini terlihat dari diadakannya kegiatan bazaar setiap enam bulan sekali dilingkungan panti asuhan.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi konsep diri subjek menjadi positif didasari oleh peranan orang tua dimana subjek merasa dekat dan nyaman dengan orang tua pengganti dalam hal ini ibu panti asuhan, peranan faktor sosial yaitu

(11)

subjek dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar baik didalam panti asuhan maupun di sekolah dan di masyarakat. Serta proses belajar dimana subjek belajar dari pengalaman-pengalaman yang membuatnya berpikir lebih positif. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rini (2002) bahwa orang yang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan mampu melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang. Subjek dapat menerima dan

memahami berbagai kenyataan tentang dirinya, menerima pengalaman yang telah dialami oleh subjek. Subjek dapat menampung selutuh pengalaman tentang dirinya, sehingga hasil evaluasi subjek mengarah kearah yang lebi positif. Hal ini ssuai dengan yang dikatakan oleh Pudjijogyanti (1991) mengemukakan bahwa konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, L. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka

Depertemen Sosial Republik Indonesia. (1989). Petunjuk teknis pelaksanaan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak. Jakarta.

Felker, S. (1974). Theoritical of self concept. USA : Mc. Graw Hill.

Gunarsa dan Yulia. G. (1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga.

Monks, F. J. Knoers, A. M..P & Haditono, S. R. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Perss.

Moleong, L. J. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

(12)

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.

Pudjijogyanti, C. R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan.

Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (seri diktat kuliah). Jakarta: Gunadarma.

Rini, J. F. (2002). Konsep diri. www.e-psikologi.com

Sandrianny, N. (2002). Perbedaan harga diri antara anak yang tinggal bersama keluarga dan yang tinggal di panti asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Atma Jaya.

Yin R. K. (2002). Studi kasus (desain dan metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memantau angka lempeng sediaan uji yang telah diinokulasi, gunakan media agar yang sama seperti media untuk biakan awal mikroba yang bersangkutan, Jika tersedia inaktivator

Anak dengan pencernaan sehat umumnya akan memiliki tumbuh kembang yang optimal karena zat-zat gizi yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat dicerna dan

Pada umumnya tanah sub soil mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah top soil dalam kandungan bahan organik dan unsur hara sehingga. perlu

Berdasarkan hasil analisis model structural (SEM) dan analisis moderasi regresi (MRA) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini didapatkan hasil antara lain :

Hasil analisis interkorelasi penggunaan strategi meta- kognitif dalam belajar keempat keterampilan berbahasa Indonesia menunjukkan ada hubung- an positif antara satu

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Khusus untuk calon peserta yang mengajukan permohonan tugas belajar secara mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, menyampaikan bukti kelulusan seleksi yang

Az is feltehet ő kérdés, hogy miért lesz valaki konzer- vatív vagy liberális, feltéve, ha elismerjük, hogy a politikai orientációk sokdimen- ziósak, változtathatóak, és