• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Untuk Perbaikan faktor Daya Pada Beban Dinamis 1 fase dan Monitoring Daya Dengan LCD Grafik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancang Bangun Alat Untuk Perbaikan faktor Daya Pada Beban Dinamis 1 fase dan Monitoring Daya Dengan LCD Grafik."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Rancang Bangun Alat Untuk Perbaikan faktor Daya Pada Beban

Dinamis 1 fase dan Monitoring Daya Dengan LCD Grafik.

Asrul Syafrianto

1

, Indhana Sudiharto ST.MT.

2

Ir.Sutedjo, MT.

3 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-IT, Surabaya ,Indonesia,

e-mail: asrulsyafrianto@yahoo.com1

Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-ITS,Surabaya ,Indonesia. 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri, PENS-ITS,Surabaya ,Indonesia. 3

Abstrak

Perbaikan faktor daya sangat dibutuhkan dalam rumah tangga. Perlunya perbaikan faktor daya

pada beban rumah tangga untuk meningkatkan efisiensi penggunaan daya aktif (Watt) sehingga bisa

maksimal.

Solusi dalam permasalahan ini yakni membuat alat perbaikan faktor daya (cos phi)

menggunakan kapasitor bank. Kapasitor bank mampu meningkatkan cos phi hingga diatas 0.85.

Pengaktifan kapasitor bank menggunakan soft switch dengan menggunakan Triac tipe BTA12.

Penggunaan softswitch sebagai saklar dari pengaktifan kapasitor bank bertujuan untuk meredam arus

inrush yang timbul akibat perpindahan dari off ke on. Pembacaan nilai cos phi , daya aktif, arus dan

tegangan akan ditampilkan ke LCD grafik.

Mikrokontroller sangat penting dalam menerapkan metode soft switch sebagai kontrol trigger

Triac. Pada beban motor memiliki faktor daya yang buruk sehingga mengatasinya dengan menggunakan

kapasitor 10uf dapat memperbaiki faktor daya yang awalnya 0.66 lagging menjadi 0.91 lagging. pada

beban kulkas faktor daya awalnya 0.68 menjadi 0.94 lagging dengan capasitor 8 uf, sedangkan pada

beban kulkas dan motor pompa yang awal faktor dayanya 0.71 lagging menjadi 0.96 lagging dengan

capasitor 18 uf.

Keywords: faktor daya , soft switch, Triac, arus inrush, mikrokontroller,

cos phi, lagging , leading

.

1. PENDAHULUAN

Kualitas daya yang baik akan memperbaiki drop tegangan, faktor daya, rugi–rugi daya, kapasitas daya dan efisiensi energi listrik. Perbandingan antara daya aktif (kW) dan daya semu (kVA) akan menghasilkan power faktor (Cos θ). Kualitas daya yang baik adalah jika power faktor > 0,8 (Cos θ > 0,8) sehingga meningkatkan efisiensi tenaga listrik. Beban-beban dengan sifat induktif menyebabkan rendahnya power faktor (Cos θ).

Untuk memperbaiki power faktor (Cos θ) pada sistem tenaga listrik dengan beban induktif diperlukan suatu kompensator daya reaktif dengan mikrokontroler sebagai kontroller soft switch otomatis. Fungsi dari kontroler soft switch otomatis adalah untuk mengatur penggunaan kapasitor sesuai dengan nilai yang diinginkan dari faktor daya yang akan diperbaiki. Kompensator daya reaktif konvensional pada umumnya terdiri dari capasitor bank yang dihubungkan paralel dengan beban melalui switch kontaktor. Kompensator daya reaktif dengan switch kontaktor menyebabkan arus inrush yang sangat besar, dapat mencapai 5 sampai 7 kali arus nominal. Arus inrush terjadi hanya pada saat awal arus pengisian capasitor bank. Pada beban dinamis, maka power faktor selalu berfluktuasi dan arus inrush akan terjadi berulang-ulang, sehingga mengakibatkan kerusakan pada switch kontaktor dan capasitor.

Pada proyek ini untuk mengatasi permasalahan pada kualitas daya tersebut, dipasang suatu peralatan

yang bisa menjaga kualitas daya semakin baik yakni dengan menggunakan softswitch SVC dan penggunaan LCD grafik untuk menampilkan gelombang daya, tegangan, arus serta menampilkan nilai cos phinya.

2. DASAR TEORI

Teori yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas akhir ini adalah:

2.1 Kualitas Daya

Daya dalam rangkaian DC sama dengan perkalian antara arus dan tegangan. Daya dalam rangkaian AC pada setiap saat sama dengan perkalian dari harga daya rata – rata dalan satu periode sama dengan perkalian antara arus dan tegangan efektif. Tetapi jika ada reaktansi dalam rangkaian, arus dan tegangan tidak sephase selama siklusnya seperti halnya arus bernilai negatif seraya tegangan bernilai positif. Hal ini menghasilkan besarnya daya kurang dari perkalian I dan V.

Perkalian arus dan tegangan efektif dalam rangkaian AC dinyatakan dalam voltampere (VA) atau kilovoltampere (KVA). Satu KVA sama dengan 1.000 VA. Daya yang berguna atau daya nyata diukur dalam watt dan diperoleh jika voltampere dari rangkaian dikalikan dengan faktor yang disebut dengan faktor daya. Maka dalam rangkaian AC satu phase adalah:

(2)

Faktor daya P dalam wattV x I P = V × Iaktif

P = VI Cos θ

Oleh karena daya adalah EI dikalikan dengan faktor daya, maka faktor daya suatu rangakaian AC sama dengan kosinus dari sudut phase. Hubungan antara daya dalam watt (P), voltampere (VA) dan voltampere reaktif (VAR) dapat dinyatakan dengan segitiga seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2. sudut θ adalah sudut phase rangkaian. Alas segitiga menyatakan daya nyata (VA), tingginya menyatakan daya reaktif (VAR), dan hipotunosa menyatakan daya aktif (W).

Harga faktor daya tergantung dari beda phase antara arus dan tegangan. Capasitor daya AC sebagai kompensator yang dihubungkan jaringan maka akan mengakibatkan arus beban mendahului 90 derajat, Ic=Im sin (wt+90°). Sehingga akan mengakibatkan arus beban menjadi sephase dengan tegangan. Dimana arus beban yang tertinggal 90 derajat akan terkompensasi arus capasitor mendahului sebesar 90 derajat, Ib=Ib sin (wt-90°+90°)=Ib sint. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. 2.

Gambar 2. 1 Diagram phasor konsep kompensator

daya nyata ( VI cos θ ) θ

daya reaktif ( VI sin θ )

daya aktif (VI )

Gambar 2. 2 Hubungan antara daya, voltampere dan voltampere reaktif

Oleh karena Voltampere sama dengan VI daya nyatanya adalah VI Cos θ, dan voltampere reaktifnya VI Sin θ. Juga terjadi hubungan sebagai berikut.

        2.2 Hubungan Phase

Ada tiga kemungkinan hubungan phase antara arus dan tegangan dalam satuan rangkaian.

1. Arus dan tegangan mungkin sephase seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.

2. Tegangan dapat melalui harga nol dan naik ke harga tertinggi pada waktu yang lebih dahulu dari arus seperti dalam Gambar 2.5. Dalam hal ini arus dikatakan tertinggal dari tegangan.

3. Tegangan dapat melalui harga nol dan harga tertingginya pada beberapa saat kemudian dari pada arus seperti dalam gambar 2.6. Dalam hal ini arus dikatakan mendahului tegangan. Lamanya waktu dimana arus mendahului atau tertinggal dari

tegangan bervariasi dalam rangkaian yang berbeda dari kondisi sephase sampai mendahului atau tertinggal ¼ siklus atau 90˚.oleh karena itu waktu dapat diukur dalam derajat listrik, beda waktu atau beda phase dari arus dan tegangan biasanya dinyatakan dalam derajat listrik dan disebut sudut phase.

I V

Gambar 2. 3 Arus dan tegangan

V I

Gambar 2. 4 Arus tertinggal 30˚ dari Tegangan

I

V Gambar 2. 5 Arus mendahui 30˚ dari Tegangan 2.3 Penggunaan Segitiga Daya dan Tabel Cos θ

Untuk Analisa Perbaikan Faktor Daya

Gambar 2.6 Segitiga Daya

Penjumlahan dari daya aktif dan daya reaktif menghasilkan daya nyata.

S P  Q 

Dimana: P = daya aktif (kW) S = daya nyata (kVA) Q = daya reaktif (kVAR) Faktor daya:

daya aktif daya nyata

P S cos θ

2.4 Zero Crossing dan Phase Detector (Detektor Phasa)

Rangkaian ini berfungsi untuk mendeteksi perbedaan sudut phasa yang mengalir ke beban. Detektor Phasa dibuat menggunakan komparator dan gerbang logika XOR. Komparator digunakan untuk mendapatkan informasi saat nilai tegangan dan nilai

(3)

3

arus tepat melewati titik nol. Gerbang logika XOR digunakan untuk mengetahui nilai beda sudut phasa. Nilai perbedaan sudut phasa didapat dengan menghitung selang waktu antara tegangan naik dan tegangan turun pada keluaran gerbang logika XOR. Rangkaian detektor phasa ini ditunjukkan pada Gambar 2.13, serta sinyal input dan output pada rangkaian zero crossing detector dapat dilihat pada Gambar 2.14.

(a) (b) Gambar 2.7 (a) Rangkaian Detektor Phasa (b) Input dan output pada rangkaian phasa detector 2.5 Kapasitansi Kapasitor Bank

Perhitungan nilai capasitor digunakan untuk setiap beban yang terpasang pada sistem, sehingga dapat memperbaiki power faktor dengan maksimal. Dalam menentukan kapasitansi capasitor bank dilakukan terlebih dahulu perhitungan daya reaktif kompensator. Daya reaktif konpensator dibagi dengan banyaknya step VAR kompensator. Daya reaktif kompensator tiap step VAR kompensator digunakan untuk perhitungan kapasitansi capasitor bank tiap step VAR kompensator. Dengan demikian akan didapatkan kapasitansi capasitor untuk tiap step VAR kompensator yang digunakan.

Daya reaktif konpensator:

Q()*= P × (tan θ,− tan θ ) Keterangan:

P : Daya Aktif (watt)

Qcap : Daya Reaktif Konpensator(VAR) θ1 : sudut sebelum diperbaiki θ2 : sudut setelah diperbaiki

3. KONFIGURASI SISTEM

Pada perencanaan dan pembuatan perangkat keras rancang bangun alat untuk perbaikan faktor daya pada beban dinamis 1 fase dan monitoring daya dengan lcd grafik mengacu pada blok diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 dibawah.

Gambar 3.1. Blok diagram rancang bangun alat untuk

perbaikan faktor daya pada beban dinamis 1 fase dan

monitoring daya dengan lcd grafik

Berdasarkan Gambar 3.1 perencanaan dan pembuatan perangkat keras pada Tugas Akhir ini meliputi:

1. Perencanaan dan Pembuatan rangkaian klamper 2. Perencanaan dan pembuatan sensor.

3. Perencanaan capasitor bank dan pembuatan soft switch. 4. Perencanaan dan pembuatan mikrokontroller dan display.

3.1.

Perencanaan

dan

Pembuatan

rangkaian

positive clamper

Rangkaian klamper pada tugas akhir ini dirancang dan dibuat untuk menaikan tegangan AC dengan nilai referensi tegangan minimum peak to peaknya diatas 0. Tujuan dari pembuatan rangkaian klamping ini untuk mendapatkan nilai tegangan AC yang dapat dibaca oleh ADC pada mikrokontroller. Karena ADC tidak dapat membaca nilai yang dibawah 0. Nilai tegangan AC keluaran rangkaian klamping yang dibaca ADC akan diproses pada mikrokontroller dan akan ditampilkan pada LCD grafik yang berbentuk gelombang sinus.

(a) (b)

Gambar 3.2. (a).rangkaian positif clamper (b).hasil simulasi rangkaian positif clamper

3.2.1. Sensor tegangan

Sensor tegangan yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu pembagi tegangan (Voltage Devider). Voltage devider ini digunakan untuk mendeteksi tegangan keluaran sistem yang digunakan pembanding antara arus dan tegangan untuk mengetahui beda fasanya. Sensor tegangan dirancang dengan tegangan output 4.25 volt AC yang mewakili 220 volt AC. Nilai tegangan referensi yang diharapkan yaitu 220 volt AC. Sensor pembagi tegangan yang digunakan menggunakan resistor yang disusun secara seri dengan perhitungan menurut hukum KVL (Kirchof Voltage Low).

3.2.2. sensor arus

- Sensor arus dengan ZCT

Sensor arus jenis ZCT (Zero Current Transformer) cara pengoperasiannya dengan cara melilitkan kabel dari 1 fasa yang menuju kebaban pada lingkaran fisik dari ZCT. ZCT akan membaca arus yang mengalir kebeban dengan cara mengeluarkan tegangan AC dari 2 buah kabel keluaran pada ZCT. Pada keluaran ZCT yang berupa tegangan AC ini akan dimasukan ke dalam rangkaian sensor beda fase.

- Sensor arus dengan ACS

Sensor arus yang digunakan adalah sensor arus jenis IC ACS 712. IC ACS 712 ini memiliki kelebihan dibandingkan sensor arus ZCT yakni pada arus yang disensornya. Pada IC ACS 712 dapat menyensor arus AC dan arus DC sedangkan pada ZCT hanya dapat menyensor arus AC saja. Keluaran dari sensor arus jenis IC ACS ini berupa teggangan DC. Pada tegangan keluaran nya apabila tidak dialiri arus minimal 2,5 volt dan maksimal dengan range pembacaan sebesar 30 A yakni tegangan keluarannya sebesar 5 volt DC. Tegangan keluaran pada sensor arus ini akan masuk kedalam port ADC mikrokontroller untuk diproses yang kemudian akan ditampilkan nilai arusnya kedalam LCD grafik

(4)

3.2.3. Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)

Menggunakan IC Op-Amp Lm 324 untuk mengubah sinyal tegangan sinusoidal dari sensor tegangan dan sensor arus menjadi sinyal step. Sinyal step dari sensor tegangan dan sensor arus kemudian dimasukkan gerbang logika XOR untuk menghasilkan sinyal step yang menunjukkan nilai beda phasa. Beda fasa atau Cos θ sangat penting dalam perancangan alat tugas akhir ini karena mempengaruhi berapa kapasitor yang aktif untuk mengkompensasi VAR yang dibutuhkan beban agar cos θ nya lebih dari 0,8.

Gambar 3.3. Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)

3.2.4.

Soft switch dengan Thyristor

Gambar 3.4 Soft switch dengan thyristor triac BTA12

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pin 2 pada optocoupler diberi inputan aktif high dari mikrokontroller sebagai trigger agar gate terbuka, sehingga tegangan dari pin 6 dapat melewati pin 4. Tegangan tersebut digunakan untuk mentrigger gate pada thyristor agar kapasitor bank yang dipasang secara parallel dapat bekerja atau mengkompensasi daya reaktif untuk memperbaiki cos θ pada beban.

3.2.5.

Perencanaan capacitor bank

Target yang diinginkan dalam perancangan kapasitor bank yakni dengan cos phi 0,99. Menentukna target dengan cos phi 0,99 dikarenakan pada kapasitor yang ada dipasaran memiliki toleransi sebesar 015% dan nilai toleransi kapasitor tertera pada body kapasitornya. Sehingga dalam perancangan memaksimalkan dengan cos phi 0,99. Pada pembuatan alat ini memiliki target cos phi > 0,9.

3.3. Perencanaan dan pembuatan mikrokontroller dan display.

Perencanaan dan pembuatan mikrokontroller sangatlah penting dikarenakan fun gsi dari mikrokontoler pada proyek ini yakni sebangai pengatur pengaktifan dari capasitor bank , dan juga menampilkan informasi pada LCD. IC mikrokontroller yang digunakan pada proyek akhir ini adalah ATMEGA 128 dan LCD yang digunakan yakni jenis LCD grafik 128x64 sebagai alat monitoringnya. Berikut ini adalah perencanan dan pembuatan dari mikrokontroller dan display.

4.

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pada Bab IV dibahas tentang pengujian terhadap

system yang dibangun disertai dengan analisa.

Pengujian system menyangkut beberapa hal sebagai

berikut:

1.

Pengujian sensor.

2.

Pengujian monitoring LCD grafik.

3.

Pengujian sistem tanpa kapasitor bank dan dengan

kapasitor bank

Berikut ini adalah gambar panel box system dan

gambar rangkaian system yang telah terintegrasi.

Gambar 4.1. Panel Box system

Gambar 4.2. Sistem yang terintegrasi

4.1.

Pengujian rangkaian sensor

Pengujian sensor meliputi pengujian sensor

tegangan, sensor arus dan pengujian sensor phasa

detektor. Pengujian sensor tegangan dan sensor arus

dilakukan secara bergantian. Pengujian sensor beda

fase merupakan integrasi sensor arus, sensor tegangan

dan masuk ke rangkaian phasa detektor, sehingga

didapat nilai cos phinya.

4.1.1.

Sensor tegangan

Berikut ini adalah gambar dari sensor tegangan

yang telah dibuat :

10kΩ

10kΩ

10kΩ

10kΩ 3.9kΩ

(5)

5

Gambar 4.3. Sensor Tegangan

Sensor tegangan diuji dengan memberikan tegangan

variable dari variac AC 1 fase. Berikut adalah tebel

pengujian dari sensor tegangan.

Tabel 4.1. pengujian sensor tegangan keluaran AC

No.

Vin ( volt ) AC

Vout (Volt) AC

1

50.3

1.020

2

100.6

2.054

3

150.2

3.025

4

200.7

4.11

Dari hasil pengujian telah didibuktikan bahwa sensor

tegangan dapat digunakan untuk masuk kedalam sensor

beda fasa .

Gambar 4.4. Keluaran dari sensor tegangan AC

Time/div = 5ms; volt/div =50 volt;

4.1.2.

Sensor arus

-

Pengujian sensor arus ZCT

Sensor arus yang digunakan pada proyek akhir

ini yakni jenis sensor ZCT dan ACS. Tegangan

keluaran pada ZCT dari hasil pembacaan arus yang

mengalir kebeban berupa tegangan AC.. Berikut ini

adalah gambar dari sensor arus yang telah dibuat :

Gambar 4.5. Bentuk model sensor arus ZCT.

Gambar 4.6. Keluaran gelombang tegangan ZCT.

Time/div = 5ms; volt/div =50 volt;

Pengujian sensor arus ZCT menggunakan beban

resistor variable dan dengan variac 1 fase.berikut ini

adalah data dari pengujian sensor arus ZCT.

Tabel 4.2 Pengujian sensor arus ZCT

no ADC

Tegangan

keluaran

ZCT

(Volt)

Penguat

Non

inverting

25 kali

(volt)

Pembacaan

arus

Amperemeter

(Ampere)

Pembacaan

Arus di

LCD

(Ampere)

Error

Pembacaan

1

20.6

0.020

0.497

0.2

0.21

2

49.5

0.023

0.576

0.4

0.41

3

67

0.026

0.650

0.6

0.61

4

85.9

0.029

0.709

0.8

0.81

1.25%

5

105

0.032

0.776

1

1

6

147

0.038

0.933

1.2

1.2

7

189

0.044

1.080

1.4

1.4

8

232

0.050

1.230

1.6

1.6

9

277

0.057

1.396

1.8

1.82

10

319

0.063

1.544

2

2.02

Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa pada

sensor arus ZCT memiliki keluaran tegangan yang

sangat kecil. Tegangan keluaran pada ZCT dengan

pengujian tanpa lilitan pada body ZCT tegangan yang

terbaca dengan arus yang mengalir 0,2 Ampere sebesar

0,02 volt. Dengan penguat 25 kali maka tegangannya

menjadi 0,497 volt untuk pembacaan ADCnya yakni

20,6 kemudian penampilan pembacaan arus pada LCD

grafik yakni 0,21 ampere. Persen error dari pembacaan

arus 0,2 amprere yakni sebesar 5%. Dari pengujian

sensor arus ini pada range pembacaan 1 ampere samapi

dengan 1,6 ampere memeiliki persentase error pada

pembacaan ampere meter analog dibandingkan dengan

pembacaan di LCD grafik yakni sebesar 0%. kemudian

pembacaan pada arus 1,8 ampere dan 2 ampere

memilikin persen error 1,1% dan 1 %. Kesimpulan dari

hasil pengujian sensor arus ZCT ini yeng memiliki

persen error yang tinggi pada pembacaan arus 0,2

ampere dengan error sebesar 5%.

(6)

Gambar 4.7. Grafik pengujian sensor arus ZCT

Pada gambar 4.7 menununjukkan

grafik

perbandingan antara pembacaan arus pada amapere

meter analog dan pembacaan di LCD grafik.

Berikut adalah listing progam dari pembacaan

sensor arus dengan menggunakan bahasa visual C++:

temp0=0;

for(j=0;j<1000;j++)temp0=temp0+read_adc(0);

temp0=(temp0/1000);

if(temp0<105)

{

arus=(temp0/105);

}

else

{

temp=(temp0-105);

temp1=(temp/209);

arus=temp1+1;

}

4.1.3.

Rangkaian Zero Crossing Dan Phasa

Detector (Sensor cos phi)

Rangkaian zero crossing dan phasa detector

merupakan kelanjutan sensor arus dan sensor tegangan,

Kemudian diolah oleh IC-XOR dan menghasilkan

sinyal step yang menginformasikan data beda fasa

antara tegangan dan arus. IC-XOR digunakan sebagai

pembanding dari 2 sinyal input yaitu sinyal arus dan

tegangan yang merupakan keluaran dari zero crossing

yang mempunyai beda phasa, seperti yang telah

diketahui bahwa IC-XOR memiliki cara kerja sebagai

berikut:

1.

Jika kedua input berlogika sama maka output akan

bernilai logika "0".

2.

Jika kedua input berlogika tidak sama maka output

akan bernilai logika "1".

Sinyal gelombang kotak yang keluar dari zero

crossing arus dan tegangan masuk ke rangkaian

komparator untuk dibandingkan dengan menggunakan

IC TTL XOR 74LS86 sehingga diketahui perbedaan

sudut phase antara tegangan dan arus mengalir pada

beban.

Gambar 4.8 Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)

Keterangan pada gambar 4.8 :

-

A = titik A (gelombang sinyal keluaran sensor

tegangan)

-

B = titik B (gelombang sinyal keluaran sensor

arus)

-

C = titik C (sinyal step tegangan)

-

D = titik D (sinyal step arus)

-

E = titik E ( sinyal beda fasa)

Gambar 4.9 Masukan pada rangakain zero crossing

detector

Time/div = 5ms; volt/div =0,2volt;

Pada gambar 4.9 menunjukkan gambar dari

sinyal tegangan keluaran dari sensor tegangan yang

diambil dari titik A pada gambar 4.8 dan sinyal arus

keluaran dari sensor arus yang diambil dari titik B pada

gambar 4.8. Untuk gelombang sinyal tegangan yang

memiliki amplitudo yang besar dan untuk gelombang

sinyal

arus

memuiliki

amplitudo

yang

kecil.

Pengambilan data ini melakukan pengujian dengan

beban motor pompa dengan cos phi motor pompa yakni

0,66 lagging.

Gambar 4.10 Keluaran pada ragkaian zero crossing

detector

Time/div = 5ms; volt/div =10volt;

Pada gambar 4.10 yakni gelombang sinyal

tegangan dan arus yang telah dirubah bentuk sinyal

step. Sinyal step pada tegangan diambil dari titik C

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0

5

10

15

amapere

meter

analog

LCD grafik

A

B

C

D

E

Gelombang Sinyal tegangan Gelombang Sinyal arus

Sinyal step tegangan

(7)

pada gambar 4.8 dan sinyal step arus diambil dari titik

D pada gambar 4.8. Pada gambar 4.10 terlihat jelas

perbedaan sudut fasa antara sinyal tegangan dan arus.

Kedua buah sinyal ini akan masuk ke rangkaian fase

detector untuk diambil diketahui berapa derajat

perbedaan antara fase tegangan dan fase arusnya

Gambar 4.11 Keluaran dari rangkaian fese detector

Time/div = 5ms; volt/div =10 volt;

Pada gambar 4.11 yakni bentuk gelombang

sinyal beda fase hasil dari perbandingan sinyal arus dan

tegangan. Sinyal step diambil dari titik E pada gambar

4.8. Sinyal beda fase masuk ke port f bit 2 pada

mikrokontroller AT Mega 128 yang kemudian dibaca

nilai lebar pulsa yang berlogika 1 atau high dari sinyal

beda fase tersebut kemudian nilai itu dikonversi

kedalam nilai derajat setelah itu dikonversi kedalam

nilai cos phi. Berikut adalah listing program dari

pembacaan cos phi :

void baca_CP(void)

{

unsigned char counter=0;

while(PINF.2==1);

while(PINF.2==0);

while(1)

{

counter++;

delay_ms(1);

if (!PINF.2) break;

}

while(PINF.2==0);

while(1)

{

counter++;

delay_ms(1);

if (!PINF.2) break;

}

cos_phi=(counter/20.0)*360; //phi=phi/20ms * 360

cos_phi=cos(cos_phi);

cos_phi=fabs(cos_phi);

}

Dari pengertian program cos phi ini yakni

membaca pulsa dengan menggunakan counter yang

membaca apabila pulsa berlogika 1. Pembacaan

tersebut dilakukan setiap waktu 1 ms. Apabila sinyal

kotak berlogika low atau 0 maka counter akan berhenti

berjalan kemudian hasil pembacaan counter akan

diteruskan untuk konversi kedalam nilai cos phi. Dan

kemudian akan ditampilkan pada LCD grafik.

4.2.

Pengujian monitoring LCD grafik.

Pengujian LCD Grafik menggunakan program

yang telah dibuat. Program lcd grafik menggunakan

basaha C dengan software code vision.

(a)

(b)

Gambar 4.12. (a) Pengujian LCD grafik untuk

measurement

(b)

Pengujian LCD grafik untuk nilai ADC dan

bentuk grafik

Pengujian

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

kelayakan dari LCD grafik dalam menampilkan suatu

perintah dari mikrokontroller untuk menampilkan

tampilan yang telah diprogram.

Program untuk menampilkan measurement sebagai

berikut

void measurement(void)

{

initlcd();

bersih();

sTeks(0,5,tNAME,15);

sTeks(2,0,tvolt,10);

sTeks(3,0,tampere,12);

sTeks(4,0,twatt,11);

sTeks(5,0,tcosphi,8);

while(1)

{

baca_sensor();

ftoa(tegangan,3,mystr);

sTeks(2,15,mystr,3);

ftoa(arus,4,mystr);

sTeks(3,15,mystr,4);

baca_CP();

ftoa(cos_phi,4,mystr);

sTeks(5,65,mystr,4);

ftoa(daya,5,mystr);

sTeks(4,15,mystr,5);

if (cos_phi <0.5)

(8)

{sTeks(6,0,tled,7); }

if (cos_phi >0.5)

{sTeks(6,0,tlag,7); }

} ;

Program untuk menampilkan grafik sebagai berikut :

void grafik(void)

{

initlcd();

bersih();

sTeks(0,0,twatt,11);

while(1)

{

baca_sensor();

baca_CP();

ftoa(daya,5,mystr);

sTeks(0,15,mystr,5);

fp=daya/10;

ip2=floor(fp); // integer pembulatan

kebawah

for (i=0;i<127;i++)

{data[i]=data[i+1];} //A.geser 1 titik ke

kiri

data[127]=ip2; //A.dapatkan titik baru di ujung

kanan

bersihbawah(3);

for (i=0; i<127;i++) // A & B

{titik(i,data[i]); } //A & B tampilkan titik

} ;

}

4.3.

Pengujian system tanpa kapasitor bank dan

dengan kapasitor bank

Dalam pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

nilai daya, arus, tegangan, dan cos phi pada beban yang

dpakai. Beban yang digunakan berupa kulkas , AC dan

motor pompa. Pada tugas akhir ini target diatas 0.9.

tetapi perancangan kapasitor dengan target 0,99

dikarenakan pada kapasitor yang ada memiliki toleransi

faradnya sekitar

01

5%

dengan adanya toleransi itu maka

perancangan dimaksimalkan.

Gambar 4.13 Kapasitor bank

Pada tabel 4.5 Berikut adalah hasil dari pengujian yang

dilakukan.

Tabel 4.3 Pengujian sistem Tanpa Kapasitor

No

Nama

beban

V

(Volt)

I

(ampere)

Cos phi

P

(Watt)

S

(VA)

% error

Cos phi

1

Motor

pompa

224 (Fluke meter) 1 (Fluke meter) 0.66 lag (Fluke meter)

150

(Fluke meter)

220

224 (lcd ) 1 (lcd ) 0.64 lag (lcd ) 143.3 (lcd )

2

kulkas

224 (Fluke meter) 0.77 (Fluke meter) 0.68 lag (Fluke meter)

116

(Fluke meter)

170

1.4%

224 (lcd ) 0.78 (lcd ) 0.67 lag (lcd ) 115.3 (lcd )

4

Kulkas

dan

motor

pompa

224 (Fluke meter) 1.81 (Fluke meter) 0.71 lag (Fluke meter)

280

(Fluke meter)

410

1.4%

224 (lcd ) 1.82 (lcd ) 0.70 lag (lcd ) 285.3 (lcd )

pada tabel 4.5 dari pengujian sistem tanpa

kapasitor dapat dilihat bahwa untuk pembacaan cos phi

pada lcd grafik dibandingkan dengan pembacaan

cosphi pada fluk meter memiliki % error yang tinggi

pada pembacaan cos phi dengan % error sebesar 3%.

Sedangkan pada pembacaan cos phi pada dengan

persen error yang rendah mencapai 1,4 %.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian sistem dengan Kapasitor

No

Nama

beban

Dengan

pemakaian

Kapasitor

(uF)

V

(Volt)

I

(ampere)

Cos phi

P

(Watt)

S

(VA)

1

Motor

pompa

10 uf

Dengan

toleransi

5%

0 1 224 (Fluke meter) 0.69 (Fluke meter) 0.91 lag (Fluke meter)

139

159

224 (lcd ) 0.70 (lcd ) 0.89 lag (lcd )

139m.5

2

kulkas

8 uf

Dengan

toleransi

5%

0 1 224 (Fluke meter) 0.56 (Fluke meter) 0.94 lag (Fluke meter)

118

124

224 (lcd ) 0.58 (lcd ) 0.94 lag (lcd )

122.1

3

Motor

pompa

dan

kulkas

18 uf

Dengan

toleransi

5%

0 1 224 (Fluke meter) 1.66 (Fluke meter) 0.96 lag (Fluke meter)

356

368

224 (lcd ) 1.67 (lcd ) 0.96 lag (lcd )

359.1

Dari tabel 4.6 hasil pengujian sistem dengan

menggunakan kapasitor dapat disimpulkan bahwa

dengan perencanaan kapasitor bank untuk target cos phi

0,99 namun untuk data yang didapatkan dari pengujian

yakni pada beban motor pompa menjadi cos phi 0,91

lag. hal ini membukitkan bahwa untuk nilai farad yang

terkandung dalam kapasitor tidak sebenarnya yang

tertera pada label dari bodi kapasitor tersebut dan

memiliki toleransinya.

Untuk persen error pada cos phi perancangan dengan

cos phi hasil pengujian.

(9)

9

Pada motor pompa :

% 23 cos 4 =

5364

789:;

− 5364

<:=>

5364

789:;

?100%

% 23 5 cos 4 =

0.99 − 0.91

0.99

?100%

% 23 536 4 = 8.08 %

Untuk konsumsi arusnya berkurang dari 1 ampere

menjadi 0,69 ampere sehingga pada daya semu juga

berkurang dari 220 VA menjadi 159 VA.

Pada motor kulkas :

% 23 cos 4 =

5364

789:;

− 5364

<:=>

5364

789:;

?100%

% 23 5 cos 4 =

0.99 − 0.94

0.99

?100%

% 23 536 4 = 5.05 %

Untuk konsumsi arusnya berkurang dari 0.78 ampere

menjadi 0,56 ampere sehingga pada daya semu juga

berkurang dari 170 VA menjadi 124 VA.

Pada motor pompa dan kulkas :

% 23 cos 4 =

5364

789:;

− 5364

<:=>

5364

789:;

?100%

% 23 5 cos 4 =

0.99 − 0.96

0.99

?100%

% 23 536 4 = 3.03 %

Untuk konsumsi arusnya berkurang dari 0.78 ampere

menjadi 0,56 ampere sehingga pada daya semu juga

berkurang dari 410 VA menjadi 355 VA.

Pada beban rumah tangga meskipun tidak

diberi denda dengan buruknya cos phi tetapi disini

bertujuan

untuk

meningkatkan

efisensi

pada

penggunaan beban rumah tangga, sehingga bisa

memaksimalkan pada pemakaian dayanya.

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Achmad Fanani, ”Power faktor Regulator Mengunakan PLC(HARDWARE)”, Proyek Akhir PENS – ITS, 2001.

[2]

Rety Silvana, Florentina, ”Perbaikan Kualitas Daya menggunakan Soft Switch Static Var Kompensator untuk beban dinamik pada industri”, PENS-ITS, Surabaya, 2006.

[3]

Indhana Sudiharto, ST, MT, ”Desain Soft Switched Static Var Compensator Untuk Mengurangi Inrush Current Pada Capasitor Bank”, Tesis Teknologi Industri – ITS, 2006.

[4]

Arif, Faisyal, ”Power Faktor Regulator

menggunakan PLC Zelio”, PENS-ITS, Surabaya, 2007.

[5]

Allegro MicroSystems,”Fully Interated, Hall Effect-Base Linear Current Sensor IC with 2.1 kVRMS Isolation and a Low-Resistance Current Conduktor”, ACS712, 2006-2009.

[6]

Epcos,”Damping of Inrush Current in Low-Voltage PFC Equipment”, Aplication Note, 2001.

[7]

Atmel,”8-bit AVR Microcontroller with 16K Bytes

In-System Programmable Flash”, Atmega16 datasheet, 2002

[8]

www.electroniclab.com/index.php?option=com_c ontent&view=article&id=12:thyristor&catid=6:elka dasar&Itemid=7

Gambar

Gambar 2. 2 Hubungan antara daya, voltampere dan  voltampere reaktif
Gambar 3.1. Blok diagram  rancang bangun alat untuk  perbaikan faktor  daya pada beban dinamis 1 fase dan
Gambar 3.4  Soft switch dengan thyristor triac BTA12  Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa  pin 2  pada  optocoupler  diberi  inputan  aktif  high  dari  mikrokontroller  sebagai  trigger  agar  gate  terbuka,  sehingga  tegangan  dari  pin  6  dapat  me
Gambar 4.4. Keluaran dari sensor tegangan AC  Time/div = 5ms; volt/div =50 volt;
+4

Referensi

Dokumen terkait

Vektor ciri variabel habitat dengan komponen utama menunjukkan bahwa variabel kemiringan lereng mempunyai hubungan positif yang tinggi terdapat pada komponen utama

38 Dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 113, disebutkan bahwa perkawinan dapat putus karena: (1) Kematian (2) Perceraian (3) Putusan Pengadilan Pada pasal

Dalam karya sastra jawa, konsep kepemimpinan banyak dituangkan dalam bentuk ajaran salah satu diantaranya yaitu Nilai Kepemimpinan dalam SeratSastra Gendhing bahwa

macam profesi, serta tujuh informan laki-laki yang merupakan suami dari para perempuan yang bekerja tersebut untuk mengetahui seberapa besar andilnya dalam proses

3 PSIKOLOGI - Menyenangi sesuatu berhubungan dengan Diri Pribadi atau Jiwa Manusia, seperti: emosi, jiwa, karakter, kepribadian, motivasi meliputi berdiskusi,

Untuk itu apabila pasien peserta BPJS mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar rumah sakit, maka perlindungan hukum bagi pasien BPJS adalah peserta

Lebih spesifik, peran ICON+ adalah memberikan layanan terbaik kepada para pelanggan listrik dari sisi teknologi informasi ICON+ juga menyediakan sejumlah layanan lainnya

2011, Pemerintah Kabupaten Cianjur mengalokasikan dana bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa Pemekaran untuk rehabilitasi kantor,.. pengadaan mebeulair dan ATK