ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
(TAM) DALAM SISTEM INFORMASI KEUANGAN
DESA (SISKEUDES)
(Studi kasus di Kabupaten Sleman Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Cornelia Mega Andriane 152114028
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
i
ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
(TAM) DALAM SISTEM INFORMASI KEUANGAN
DESA (SISKEUDES)
(Studi kasus di Kabupaten Sleman Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Cornelia Mega Andriane 152114028
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu. Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau, Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10)
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Orangtuaku Yohanes Bandriyaka dan Marsiana Wahyujati Kakek Hisam dan nenek Satirah
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv
HALAMAN ABSTRAK ... xv
HALAMAN ABSTRACT ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 6
D.Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
1.Bagi Universitas Sanata Dharma ... 7
2.Bagi Tempat Peneliti ... 8
3.Bagi Penulis ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A.Sistem Informasi Akuntansi ... 10
1.Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 10
2.Subsistem Sistem Informasi Akuntansi ... 12
x
B. Sistem Informasi ... 14
1.Pengertian Sistem Informasi ... 14
2.Ciri-ciri Sistem Informasi ... 15
3.Komponen Sistem Informasi ... 16
C. Technology Acceptance Model ... 17
1.Pengertian Technology Acceptance Model... 17
2.Manfaat dan Kemudahan... 19
3.Perumusan Konstruksi ... 20
D.Sistem Keuangan Desa ... 24
1.Sejarah Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) ... 24
2.Keuangan Desa ... 25
3.Kelebihan SISKEUDES ... 25
4.Tugas Pokok Operator SISKEUDES ... 26
E. Pembinaan dan Penerapan SISKEUDES di Kabupaten Sleman... 27
F. Manfaat Penerapan SISKEUDES di Kabupaten Sleman ... 29
G.Dampak Kegunaan SISKEUDES di Kabupaten Sleman ... 30
H.Penelitian Pendahul ... 31
I. Perumusan Hipotesis ... 35
J. Model Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN... 43
A.Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
1.Tempat Penelitian ... 43
2.Waktu Penelitian ... 43
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 44
1. Subjek Penelitiaan ... 44
2. Objek Penelitian ... 44
D.Populasi, Sampel ... 44
1.Populasi ... 44
2.Sampel ... 45
xi
1.Variabel Independen/ Variabel Bebas ... 45
2.Variabel Dependen/ Variabel Terkait... 47
F. Teknik Pengumpulan Data ... 49
1.Kuesioner ... 49
G.Jenis dan Sumber Data ... 49
H.Teknik Analisis Data ... 50
I. Pengukuran Variabel Penelitian ... 50
J. Uji Instrumen penelitian ... 51
1.Uji Validitas Data ... 51
a.Validitas Diskriminan ... 52
b.Validitas Konvergen ... 52
2.Uji Reabilitas Data ... 52
K.Metode Analisis Data ... 53
1.Uji Persyaratan Analisis ... 54
a.Uji Normalitas ... 54
b.Uji Multikolinearitas ... 54
2.Uji Ketetapan Model ... 55
3.Uji Hipotesis ... 56
a.Uji t ... 56
b.Uji Efek Mediasi dengan Path Analysis ... 57
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59
A.Sejarah Pemerintahan Kabupaten Sleman ... 59
B. Letak dan Luas Wilayah Pemerintahan Kabupaten Sleman ... 63
C. Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Sleman ... 64
1.Visi ... 64
2.Misi ... 64
D.Daftar Kecamatan dan Desa di Wilayah Kabupaten Sleman ... 64
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 68
A.Deskripsi Data ... 68
B. Analisis Data ... 69
xii
2.Model Struktural ( Inner Model) ... 74
3.Pengujian Hipotesis (Pengaruh antar Variabel) ... 77
C. Pembahasan ... 81 BAB VI PENUTUP ... 86 A.Kesimpulan ... 86 B. Keterbatasan Penelitian ... 86 C. Saran ... 87 Daftar Pustaka ... 89 LAMPIRAN ... 94
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Daftar Kecamatan Desa ... 65
Tabel 5.1 Presentasi Pendistribusian dan Pengembalian Kuesioner... 68
Tabel 5.2 Profil Responden ... 69
Tabel 5.3 Cross Loading ... 70
Tabel 5.4 Outer Loading ... 71
Tabel 5.5 Nilai AVE ... 73
Tabel 5.6 Cornbach’s Alpha dan Composite Reliability ... 74
Tabel 5.7 Latern Variabel Correlation ... 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Technology Acceptance Model ... 23 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 42 Gambar 3 Skor Skala Likert ... 51
xv ABSTRAK
ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) DALAM SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA (SISKEUDES)
(Studi kasus di Kabupaten Sleman Yogyakarta)
Cornelia Mega Andriane NIM: 152114028 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2020
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor dari
technology acceptance model terkait penggunaan Sistem Keuangan Desa di
Kabupaten Sleman. Permasalahan dari penelitian ini adalah pada penggunaan sistem, kemudahan menggunakan sistem, sikap yang ditimbulkan, keinginan menggunakan sistem dari Sistem Keuangan Desa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah operator SISKEUDES setiap desa di Kabupaten Sleman. Teknik pengumpulan data menggunakan metode survei, dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dengan menggunakan SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua hipotesis terdukung. Persepsi kemudahan pengguna terbukti memiliki pengaruh terhadap sikap penggunaan SISKEUDES. Persepsi kegunaan terbukti mempengaruhi kemudahan, sikap penggunaan teknologi, minat perilaku, dan penggunaan sesungguhnya menggunakan teknologi. Sikap terhadap menggunakan teknologi terbukti mempengaruhi minat perilaku menggunakan SISKEUDES. Persepsi kemudahan terbukti mempengaruhi penggunaan SISKEUDES.
xvi ABSTRACT
ANALYSIS OF TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL IN THE VILLAGE’S FINANCIAL INFORMATION SYSTEM
(A Case Study at Sleman Regency Yogyakarta)
Cornelia Mega Andriane NIM: 152114028 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2020
The purpose of this research is to analyze factors of technology acceptance model for the use of village’s financial system in the Sleman Regency. The main problem in this research are system usage, system’s ease of use, attitude, and intention to use the village’s financial system.
This is a case study research. The subject of this research were
SISKEUDES operators at villages in Sleman Regency. Data were collected by
survey method with questionsnaire. Data were analyzed by SMARTPLS 3.0 The result shows that among 4 hypotheses were accepted. Perceived ease of use influence attitude toward using SISKEUDES. Perceived usefulness influences perceived ease of use, attitude toward using, intention to use, and actual use of SISKEUDES. Attitude toward using SISKEUDES influence intention to use SISKEUDES. Perceived ease of use influence the use of SISKEUDES.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era sekarang ini, reformasi pengelolaan keuangan negara telah memasuki pada masa transparansi dan akuntabilitas. Hal tersebut ditandai dengan adanya sistem pemberlakuan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 pasal 22 yaitu tentang Keuangan Negara yang mewajibkan suatu instansi pemerintah pusat dan pemeritah daerah dalam membuat laporan keuangan dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara/ Daerah (APBN/D) kepada DPR/D. Laporan keuangan yang dimaksud adalah Laporan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan pencatatan atas Laporan Keuangan.
Format dalam menyusun laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah ini memiliki format yang berbeda dengan format lalu. Dalam laporan keuangan di kegiatan instansi pemerintahan, adanya pertanggungjawaban yang disusun oleh pemerintah berdasarkan dengan laporan realisasi anggaran. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah untuk terciptanya trasnparansi dan adanya akuntabilitas yang lebih baik. Sebagai dari tindak lanjut format laporan keuangan yang baru, pemerintah kemudian mengeluarkan dan mengesahkan Peraturaan Pemerintah No. 71 tahun 2010
yaitu tentang standar akuntansi keuangan pemerintah. Namun seiring berjalannya waktu, penggunaan format laporan keuangan secara manual ini dirasa tidak efisien secara waktu dan terkurasnya tenaga kerja. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan No. 46 Tahun 2006 yaitu tentang Tata Cara Penyampaian Informasi Keuangan Daerah, selanjutnya dikembangkan dengan Surat Edaran No. SE.900/122/BAKD tentang basis pengembangan dan Koordinasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SISKEUDES). Peraturan tersebut bertujuan membantu Pemerintah Daerah dalam menyusun laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah Daerah wajib menyampaikan data/informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah kepada Pemerintah Pusat. Penyampaian data/informasi tersebut disampaikan melalui Sistem Informasi Keuangan Daerah (SISKEUDES). SISKEUDES dikembangkan dengan basis teknologi informasi yang didesain sedemikian rupa agar menjadi sarana pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan referensi, serta proses komunikasi data/informasi keuangan daerah.
Sebuah sistem informasi merupakan suatu sistem yang banyak digunakan pada zaman ini. Sistem informasi ini juga dapat membantu dalam mencapai sebuah tujuan tertentu pada suatu organisasi. “Keberhasilan suatu sistem informasi merupakan salah satu alat pembantu dalam mencapai tujuan, dan membantu untuk menyediakan informasi. Hal ini merupakan suatu keberhasilan sistem informasi tidak hanya dapat ditentukan oleh
bagaimana sistem tersebut dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik. Tetapi dapat ditentukan berdasarkan dari kesesuaiannya dengan lingkungan pekerjaan karena walaupun sistem informasi tersebut menggunakan teknologi canggih, sistem belum bisa dikatakan berhasil bila pemakai sistem informasi tidak dapat menerimanya atau bahkan tidak menggunakannya” (Jogiyanto, 2005).
Penelitian-penelitian yang menggunakan TAM dengan tujuan adalah memberikan penjelasan tentang penentuan penerimaan komputer secara umum, memberikan penjelasan tentang perilaku atau sikap pengguna dalam suatu populasi” (Davis et al., 1989). TAM menyatakan bahwa
behavioral intension to use ditentukan oleh dua keyakinan yaitu: pertama, perceived usefulness yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang
yakin bahwa menggunakan sistem akan meningkatkan kinerjanya. Kedua,
perceived ease of use yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang
yakin bahwa penggunaan sistem adalah hal mudah.
TAM juga menyatakan bahwa dampak variabel-variabel eksternal seperti (karakteristik sistem, proses pengembangan dan pelatihan) terhadap
intension to use adalah dimediasi oleh perceived of usefulness dan perceived ease of use. Konsep TAM juga menyatakan bahwa perceived usefulness
dipengaruhi oleh perceived ease of used. Menurut Venkatesh dan Davis (2000), “TAM merupakan sebuah konsep yang dianggap paling baik dalam menjelaskan perilaku user terhadap sistem teknologi informasi baru. TAM
merupakan model yang dianggap paling tepat dalam menjelaskan bagaimana user menerima sebuah sistem”.
Menurut Davis et al., (1989), “Mengembangkan TAM untuk meneliti faktor-faktor determinan dari penggunaan sistem informasi oleh pengguna. Hasil penelitian ini menunjukan penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh minat (Intention) pemanfaatan sistem informasi, yang mana minat (Intention) tersebut dipengaruhi oleh persepsi tentang kegunaan teknologi (perceived usefulness) dan persepsi tentang kemudahan penggunaan teknologi (perceived ease of use)”.
Karakter dari Pemerintah Kabupaten Sleman berdasarkan karakteristik sumberdaya, yan terbagi menjadi empat kawasan yaitu: 1) kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan Kota Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan sampai dengan puncak Gunung Merapi. Kawasan ini memiliki sumberdaya air dan potensi elowisata yang beorientasi pada aktivitas gunung merapi dan ekosistemnya, 2) kawasan timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan, Berbah. Kawasan ini merupakan tempat peninggalan purbakala (candi) sebagai pusat wisata dan daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih, 3) kawasan tengah yaitu wilayah aglomerasi Perkotaan Yogyakarta meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Kawaasan ini cepat berkembang, sebagai pusat perndidikan, industri perdagangan, dan jasa, 4) kawasan barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan yang merupakan daerah pertanian lahan
basah dan pengahasilan bahan baku industri kerajinan mending, mambu dan gerabah. Kelebihan Pemerintahan Kabupaten Sleman yaitu kawasan Kabupaten Sleman memiliki potensi unggulan daerah yang terdiri dari 4 potensi diantaranya: potensi komoditi pertanian (salak pondoh, mendong, lele, sapi potong, kambing/domba), potensi industri, potensi wisata, dan potensi investasi.
Sistem Keuangan Desa mulai diperkenalkan kepada sie keuangan desa di Kabupaten Sleman pada tanggal 27 dan 28 november 2017 yang kemudian dilanjutkan pelatihan selanjutnya kepada sie keuangan pada tangga 24 dan 25 Juni 2019. Alasan peneliti memilih daerah Sleman sebagai tempat penelitian adalah, pelatihan penerapan SISKEUDES di Kabupaten Sleman telah diikuti oleh kurang lebih 80 peserta perangkat desa dari total 85 perangkat desa yang khusus menangani SISKEUDES. Jumlah ini lebih dari 50% dari jumlah keseluruhan Desa di Kabupaten Sleman. Dari jumlah peserta perangkat desa yang hadir pada saat pelatihan besar kemungkinan bahwa para perangkat desa sudah memahami cara kerja dari sistem keuangan desa.
Penggunaan Technology Acceptance Model (TAM) dapat membantu dalam penyajian laporan keuangan agar lebih efisien. Penelitian ini berfokus pada penggunaan Technology Acceptance Model (TAM) dalam sistem informasi keuangan desa (SISKEUDES) yang berada di daerah Yogyakarta. Mata kuliah yang bersangkutan adalah sistem informasi akuntansi dan akuntansi keuangan. Berdasarkan dengan latar belakang diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Techonology Acceptance Model (TAM) Dalam Sistem Informasi Keuangan Desa”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apakah perceived ease of use (PEOU) dan perceived usefulness (PU) berpengaruh pada attitude toward using technology (ATUT) terkait penggunaan SISKEUDES ?
2. Apakah perceived usefulnes (PU) berpengaruh pada perceived ease of
use (PEOU) terkait penggunaan SISKEUDES?
3. Apakah perceived usefulness (PU) dan attitude toward using technology (ATUT) berpengaruh pada behavioral intention to use (BIU) terkait penggunaan SISKEUDES?
4. Apakah perceived usefulness (PU), behavioral intention to use (BIU) dan perceived ease of use (PEOU) berpengaruh pada actual system use (ATU) terkait penggunaan SISKEUDES?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan TAM dalam Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis faktor-faktor
Technology Acceptance Model (TAM) diantanya:
1. Perceived ease of use (PEOU) dan Perceived usefulness (PU) berpengaruh pada attitude toward using technology (ATUT) terkait penggunaan SISKEUDES.
2. Perceived usefulnes (PU) berpengaruh pada perceived ease of use (PEOU) terkait penggunaan SISKEUDES.
3. Perceived usefulness (PU) dan Attitude toward using technology (ATUT) berpengaruh pada behavioral intention to use (BIU) terkait penggunaan SISKEUDES.
4. perceived usefulness (PU), Behavioral intention to use (BIU) dan
Perceived ease of use (PEOU) berpengaruh pada actual system use
(ATU) terkait penggunaan SISKEUDES.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan bisa mnejadi referensi dan bahan informasi untuk penelitian yang akan datang. Menambah kepustakaan untuk mengenai analisis faktor penerapan technology acceptance model dalam pengujian model penerimaan sistem informasi keuangan desa.
2. Bagi Tempat Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menganalisis faktor dari TAM dalam penggunaan di Sistem Keuangan Desa, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai wujud sebagai sebuah penerapan dan sarana pengembangan diri yang telah didapat selama perkuliahan, juga dapat memeberikan pengetahuan yang baru bagi penulis mengenai analisis faktor penerapan TAM dalam pengujian penerimaan SISKEUDES.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai teori yang mendukung penelitian, penelitian pendahulu, rumusan hipotesis, dan model penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, tempat, dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang akan dibutuhkan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum SISKEUDES di Kabupaten Sleman
Bab ini menjelaskan mengenai sejarah pemerintahan Kabupaten Sleman, letak luas wilayah, visi dan misi, deskripsi Sistem Informasi Keuangan Desa (SISKEUDES), sejarah Sistem Informasi Keuangan Desa (SISKEUDES) di Kabupaten Sleman, tugas pokok dan fungsi SISKEUDES Kabupaten Sleman, struktur pemerintahan, daftar Kecamatan dan Desa Kabupaten Sleman.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini peneliti akan membahas deskripsi data dan analisis pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti.
Bab VI Penutup
Bab ini peneliti memberikan kesimpulan, keterbatasan penulisan, dan saran.
Daftar Pustaka
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Informasi Akuntansi
1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi memproses sebuah data dan transaksi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna untuk merencanakan, mengendalikan dan mengoperasikan sebuah bisnis. Untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam membuat suatu keputusan, sistem informasi akuntansi perlu melakukan berbagai tugas seperti: 1) mengumpulkan transaksi dan data yang berkaitan dengan sebuah transaksi dan memproses serta melakukan penyimpanan data untuk digunakan di masa depan, 2) memberikan informasi bagi pengguna yang dibutuhkan dengan membuat sebuah laporan atau mengizinkan pengguna untuk menanyakan sebuah data yang disimpan dalam sistem informasi akuntansi yang andal, dan 3) mengkontrol semua proses sehingga informasi yang dihasilkan akurat dan realisasi.
Sistem informasi akuntansi dapat menjadi sistem manual pensil dan kertas, sistem kompleks yang menggunakan TI terbaru, atau sesuatu diantara keduanya. Sistem informasi akuntansi harus memasukkan, mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan melaporkan data atau informasi. Terdapat enam komponen dari sistem
informasi akuntansi, diantaranya: 1) orang yang menggunakan sistem, 2) prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data, 3) data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya, 4) perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data, 5) infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat peripheral, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan didalam sistem informasi akuntansi, 6) pengendaian internal dan pengukuran keamaan yang menyimpan data sistem informasi akuntansi.
Sistem informasi akuntansi dapat menjadi salah satu cara untuk pengambilan keputusan dengan cara: mengidentifikasi masalah, mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi, mengevaluasi cara menyelesaikan masalah, memilih metedologi solusi, dan mengimplementasikan solusi. Laporan dapat membantu dalam mengidentifikasi permasalahan yang potensial. Berbagai alat, seperti
interface grafis, dapat membantu pembuat keputusan dalam
menginterpretasikan hasil model keputusan, mengevaluasinya, dan memilih diantara program alternatif tindakan. Selain itu, sistem informasi akuntansi dapat memberikan umpan balik dari hasil tindakan. Sistem informasi akuntansi dapat membantu dalam meningkatkan pengambilan keputusan dengan berbagai cara diantaranya: 1) dapat mengidentifikasi situasi yang membutuhkan tindakan manajemen, 2) dapat mengurangi ketidakpastian dan memberikan dasar untuk memilih diantara alternatif tindakan, 3) dapat menyimpan informasi mengenai
hasil keputusan sebelumnya, yang memberikan umpan balik bernilai yang dapat digunakan untuk meningkatkan keputusan dimasa yang akan datang, 4) dapat memberikan informasi yang akurat tepat waktu, 5) dapat menganalisis data penjualan untuk menemukan barang-barang yang dibeli bersama-sama dan dapat menggunakan informasi untuk memperbaiki tata letak barang dagangan atau mendorong penjualan tambahan barang-barang yang terkait.
2. Subsistem Sistem Informasi Akuntansi
Terdapat beberapa subsistem dari Sistem Informasi Akuntansi yang terdiri dari:
1) Sistem pengeluaran (Expenditure System)
Merupakan peristiwa yang saling berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan sumber-sumber ekonomis yang diperlukan oleh suatu perusahaan, baik berupa barang ataupun jasa, baik itu dari pemasok maupun dari karyawan didalam perusahaan.
2) Sistem pendapatan (Revenue System)
Suatu sistem yang berhubungan dengan penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan kepada konseumen dan mendapatkan pembayaran dari yang bersangkutan.
3) Sistem produksi (Production System)
Suatu sistem yang beruhubungan dengan adanya pengumpulan, penggunaan dan pengubahan bentuk dari suatu sumber informasi.
4) Sistem manajemen sumber daya (Resources Management
System)
Suatu sistem yang meliputi suatu peristiwa yang berkaitan dengan manajemen dan pengendalian sumber daya seperti investasi dan aktiva tetap (fasilitas).
5) Sistem buku besar dan laporan keuangan (General Ledger and
Financial Accunting)
3. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001, pp 19-20), “sistem informasi memiliki empat tujuan umum dalam penyusunannya, diantaranya :
1) Menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
2) Memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada.
3) Memperbaiki adanya pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu dimana untuk memperbaiki tingkat keandalan (realibility) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan
lengkap mengenai pertaanggung jawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
4) Mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
B. Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem Informasi
Sistem berasal dari (systēma) dari bahasa latin, dan (sustēma) dari bahasa yunani yaitu merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang saling dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.
Sistem merupakan suatu kumpulan dari sub-sub sistem, elemen-elemen, dan beberapa prosedur yang saling berinteraksi, berintegrasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu seperti halnya informasi, target, dan beberapa tujuan lainnya. Sedangkan informasi merupakan suatu data yang telah diolah dan menjadi suatu bentuk yang penting bagi pengguna dan mempunyai nilai yang nyata atau dapat dirasakan manfaatnya dalam suatu keputusan-keputusan yang akan datang.
Secara garis besar, sistem informasi merupakan suatu sistem yang dilakukan dalam menyediakan informasi ketika hendak
mengambil keputusan untuk manajemen dan dalam rangka menjalankan operasional dan prosedur yang terorganisir. Dimana bertujuan untuk menjaga tercapainya pesan atau informasi dari seseorang atau kelompok pada pihak lain.
2. Ciri-ciri Sistem Informasi
Terdapat beberapa penggolongan dalam sistem informasi. Berikut ini merupakan beberapa ciri dari sistem informasi:
1) Baru
Suatu informasi yang ingin disampaikan sesegera mungkin setelah terjadinya sebuah fakta atau kejadian sehingga informasi yang didapatkan oleh penerima sejalan dengan fakta yang sedang terjadi.
2) Kolektif
Merupakan informasi yang sifatnya untuk mengoreksi atau mengupdate informasi yang sebelumnya telah disampaikan. Bertujuan agar informasi tersebut dapat sesuai dengan perkembangan zaman.
3) Penegas
Merupakan informasi yang bisa mempertegas info yang sudah ada. Sehingga timbul keyakinan dari informasi pertama dengan adanya penegas pendukung, seperti gambar, video, dan lain-lain.
4) Tambahan
Merupakan informasi yang bisa diperbaharui sesuai dengan data yang didapat. Hal ini dapat memperjelas adanya informasi yang disampaikan sebelumnya.
3. Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi mempunyai beberapa komponen yang dapat berfungsi dalam pembentukan suatu informasi. Diantaranya adalah:
1) Komponen input
Merupakan sebuah data yang masuk untuk selanjutnya diolah ke dalam sistem informasi.
2) Komponen model
Merupakan kombinasi logika, model matematika, dan prosedur yang tugasnya memproses data yang ada di pusat data dengan menggunakan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan output informasi yang sesuai dengan keinginan.
3) Komponen output
Merupakan suatu hasil dari sebuah informasi yang memiliki kualitas dengan dokumentasi yang berguna untuk seluruh pengguna data mulai dari manajemen hingga pemakaian sebuah sistem.
4) Komponen teknologi
Merupakan sebuah alat dalam sistem informasi yang berupa teknologi kemudian digunakan dalam menerima input, kemudian menjalankan model, dan selanjutnya menghasilkan dan mengirimkan output dan juga memantau dalam pengendalian sistem.
5) Komponen basis data
Merupakan kumpulan data yang satu lain yang saling berhubungan yang disimpan dengan menggunakan software database di dalam sebuah komputer.
6) Komponen kontrol
Merupakan sebuah komponen yang bertujuan untuk mengendalikan gangguan yang muncul untuk mengganggu sistem informasi.
C. Technology Acceptance Model
1. Pengertian Technology Acceptance Model
Dalam menggunakan sebuah sistem informasi, para pengguna sistem mempertimbangkan beberapa hal seperti manfaat dan kegunaan dari sistem tersebut. Dalam menggunakan suatu teknologi yang dilakukan dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Yang dimana teori ini ditemukan oleh Davis M., (1986)
kemudian dikembangkan oleh beberapa peneliti seperti Adam et al., (1992), Szajna (1994), Igbaria et al., (1995), Venkantesh & Mourris (2000), Venkatesh & Davis (2000) dan Sanjaya (2005)
Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali diperkenalkan
oleh Davis, yang dimana TAM merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan dari Theory of Reasoned Acttion (TRA) yang dispesialisasikan dalam melakukan penerimaan pemakai. Theory of
Reasoned Acttion (TRA) merupakan sebuah well- researched intention
sebagai pemodelan khusus yang telah terbukti berhasil untuk melakukan perdiksi dan menjelaskan tentang perilaku seseorang dalam memanfaatkan dengan berbagai bidang.
“Tujuan TAM diantaranya yaitu untuk menjelaskan faktor penentu penerimaan teknologi yang berbasis informasi secara general serta menjelaskan tingkah laku pemakai terkahir (end user) teknologi informasi yang digunakan dengan variasi yang cukup luas serta populasi pemakai. TAM merupakan sebuah pengembangan dari TRA dan diyakini mampu untuk meramalkan penerimaan pemakai terhadap teknologi yang berdasarkan dari dua dampak faktor, yaitu perspektif kemanfaatan (perceives usefulness) dan perspektif kemudahan pemakai (perceived ease of use)” (Davis, 1989).
Menurut Davis (1989) “Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah teori sistem informasi yang telah didesign guna
untuk menerangkan bagaimana pengguna memahami dan mengaplikasikan sebuah teknologi informasi. Tingginya dalam penggunaan suatu sistem informasi menandakan bahwa sistem tersebut memiliki manfaat dan memudahkan bagi penggunanya”.
Dalam TAM, penerimaan pengguna dalam penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh dua kontruk yaitu kegunaan (Perveived
usefulness) dan kemudahan penggunaan (Perceived ease of use). Kedua
kontruk tersebut merupakan suatu perbedaan yang sangat mencolok yang ada pada TAM jika dibandingan dengan TRA. Selain itu juga, TAM juga tidak terdapat kontruk norma subjekif (subjectif norm) dan kontrol prilaku (perceived behavioral control)
2. Manfaat dan Kemudahan
Manfaat dalam menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) adalah kecenderungan bagi seseorang dalam menggunakan suatu aplikasi atau tidak, karena memiliki suatu keyakinan bahwa aplikasi tersebut dapat membantu pengguna untuk melakukan aktifitasnya menjadi lebih baik lagi.
“Kemudahan dalam menggunakan Technology Acceptance
Model (TAM) adalah terletak pada tingkat kepercayaan seseorang
bahwa penggunaan suatu teknologi akan membebaskannya dari usaha” (Davis, 1989 dalam Sanjaya 2005). Yang dimana kemudahan dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang menyakini bahwa
dalam penggunaan sistem informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha yang keras sari pemakaiannya.
3. Perumusan Konstruksi
a. Persepsi Kegunaan Pengguna ( Perceived Usefulness)
Davis et al., (1989) “sudah melakukan pengujian kemudahan penggunaan yang dimana hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa faktor ini terbukti secara empiris, dapat menjelaskan alasan pengguna akhir dalam menggunakan sistem informasi serta menjelaskan bahwa sistem baru yang sedang dilakukan pengembangan, diterima oleh para pengguna akhir”.
Dalam perspektif penggunaan (perceived usefulness) terdapat 6 indikator untuk mengukur kontruk kegunaan yaitu pekerjaan lebih cepat selesai (work more quickly), meningkatkan kinerja (job
performance), meningkatkan produktivitas (increase produktivity),
meningkatkan efektivitas inerja (effectiveness), memudahkan pekerjaan (makes job easier), dan berguna (useful) (Davis, 1989 dalam Jogiyanto, 152).
b. Perspektif Kemudahan Pengguna (Perceived Ease of Use) Menurut Davis (1989) “Perspektif kemudahan pengaplikasian (perceived ease of use) yang merupakan sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa pengguna sistem tertentu, yang mampu
mengurangi usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu”. Dalam frekwensi penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga mampu menunjukkan kemudahan penggunaan. Dimana sistem yang lebih sering digunakan, menunjukkan bahwa sistem tersebut akan mudah untuk dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh pengguna.
c. Sikap Terhadap Pengaplikasian Teknologi (Attitude Toward Using Technology)
“Sikap dapat diidentifikasi sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukam” (Davis et al., 1989 dalam Jogiyanto, 2008:116).
Dalam model TAM, sikap sangat berpengaruh pada intensi serta dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan dan kegunaan. (Jogiyanto, 2008:116) juga menyatakan bahwa dalam “penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan, sebagian menunjukkan bahwa sikap memiliki pengaruh positif pada intensi, namun sebagian menunjukkan bahwa sikap tidak memiliki pengaruh yang signifikan ke intensi”. Oleh sebab itu, adanya penelitian TAM ini tidak menyertakan konstruk sikap dalam modelnya.
d. Perilaku Keinginan untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)
“Behavioral Intention to Use merupakan adanya kecenderungan perilaku untuk tetap mengaplikasikan pada sebuah teknologi” (Davis 1989). Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap serta perhatian sang pengguna terhadap teknologi tersebut. Contohnya, adanya keinginan untuk menambah peripheral pendukung, keinginan untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk mempengaruhi pengguna lain.
e. Pemakaian Actual Teknologi (Actual Use Technology)
“Pemakaian aktual (actual system usage technology) merupakan suatu kondisi yang nyata untuk pengaplikasian pada sistem” (Davis 1989). Seseorang akan merasa senang untuk menggunakan sistem jika mereka yakin bahwa sistem tersebut tidak sulit untuk digunakan dan juga terbukti untuk meningkatkan adanya produktifitasnya, yang tercermin dari kondisi nyata dalam penggunaan. Bentuk pengukuran pemakaian aktual (actual system
usage) merupakan seberapa kerap dan durasi waktu pemakaian
f. Technology Acceptance Model (TAM) yang Dimodifikasi untuk Berbasis Internet
“Teknologi model dalam penerimaan teknologi telah digunakan untuk menguji dalam tingkat penerimaan dengan berbagai teknologi. Technology Acceptance Model memberikan yang lebih baik dalam penyesuaian dari keseluruhan teknologi tertentu, dibandingkan dengan yang lainnya. Secara keseluruhan, hubungan mungkin berbeda dengan konstruk di TAM berdasarkan dengan teknologi yang dipelajari, yang dimana penelitian” (Donald L Amoroso 2004) mengusulkan model dari yang mempelajari dampak dari konstruksi pada pola adobsi berbasis konsumen.
Technology acceptance model ini terdiri dari technology acceptance model asli dengan variable yang dipecah menjadi empat item: jenis
D. Sistem Keuangan Desa
1. Sejarah Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)
Pengembangan Aplikasi Sistem Desa telah dipersiapkan sejak awal dalam rangka mengantisipasi penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Persiapan ini sejalan dengan adanya perhatian yang lebih dari Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI maupun Komisi Pemberantasan Korupsi. Launching aplikasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2015 merupakan jawaban atas pertanyaan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XI tanggal 30 Maret 2015, yang menanyakan kepastian waktu penyelesaian aplikasi yang dibangun oleh BPKP, serta memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk menyusun sistem keuangan desa bersama dengan Kementerian Dalam Negeri.
Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dibuat sederhana dan user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi SISKEUDES. Tujuan utama dari aplikasi SISKEUDES adalah sebagai alat untuk mendukung transparasi keuangan desa di Indonesia.
2. Keuangan Desa
Dengan telah disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri, termasuk pengelolaan keuangannya, serta melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Implementasi UU Nomor 6 tentang Desa ini selaras dengan Program Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional 2015-2019 yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan DESA dalam kerangka NKRI”.
UU Nomor 6 tentang Desa pasal 72, sesuai dengan undang-undang tersebut desa juga mengelola keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. pemerintah desa diharapkan untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa.
3. Kelebihan SISKEUDES
Aplikasi SISKEUDES memiliki beberapa kelebihan bagi pengguna dalam mengaplikasikannya. Kelebihan yang dimiliki SISKEUDES adalah sebagai berikut:
a. Sesuai peraturan.
b. Memudahkan tata kelola keuangan desa.
c. Mudah untuk digunakan.
d. Dilengkapi dengan Sistem Pengendalian Intern (Built-in Internal
Control) digunakan untuk meminimalisir penyimpangan dana desa.
e. Didukung dengan Petunjuk Pelaksanaan Implementasi dan Manual Aplikasi.
4. Tugas Pokok Operator SISKEUDES
Berikut merupakan gambaran dari tugas pokok operator SISKEUDES di Kabupaten Sleman:
a. Membantu sekretaris desa dalam mengimput perencanaan mulai dari mengimput data umum desa, visi misi desa, RPJMDes dan RKPDes dalam Aplikasi SISKEUDES.
b. Membantu sekretaris desa mengimput Rangcangan APBDes dan Perubahan APBDes SISKEUDES.
c. Membantu sekretaris desa dalam membuat Laporan Kepala Desa di SISKEUDES.
d. Membantu Kepala urusan Keuangan dalam mengimput penata urusan baik itu membuat buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak, dan Laporan Realisasi APBDes di SISKEUDES.
e. Membantu Kepala Seksi sebagai pelaksana Pengelola Keuangan Desa dalam membuat Buku Pembantu Kegiatan dan SPP di SISKEUDES.
Operator SISKEUDES memiliki tugas untuk membantu Kepala Desa dalam hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengelolaan Sistem Keuangan Desa.
b. Melakukan dan bertanggungjawab atas semua tugas terkait Sistem Keuangan Desa.
c. Melaksanakan cetak data Sistem Keuangan Desa setiap akhir bulan sebagai bagian dari prosedur kas opname APBDes.
d. Melakukan pemutakhiran data setiap terjadi transaksi keuangan desa.
E. Pembinaan dan Penerapan SISKEUDES di Kabupaten Sleman
Dinas PMD Kabupaten Sleman, Sie Keuangan Desa menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES). Kegiatan dilaksanakan selama dua hari dengan peserta dibagi menjadi periode, periode pertama tanggal 27 dan 28 november 2017 dan periode kedua pada 24 dan 25 Juni 2019 semua Desa di Kecamatan Gamping, Godean, Moyudan, Minggir, Seyegan, Mlati, Sleman, Tempel, semua Desa di Kecamatan Depok, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak, Ngaglik, Turi, Pakem, dan Cangkringan.
Narasumber dari Balai Pemerintahan Desa Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta dengan materi Penatausahaan Siskeudes, dan dari Tenaga Ahli Pembangunan Partisipatif Kabupaten Sleman dengan materi Perubahan APBDes melalui Siskeudes. Kegiatan ini langsung dipraktekkan dengan Siskeudes sebagai dasar permasalahan yang sering terjadi di Desa.
Penerapan Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Sleman kemudian dilakukan pada setiap Kecamatan. Adanya pembinaan Sistem Keuangan Desa membuat bagian Sie Keuangan Desa terbantu dalam proses transaksi yang ada dan dapat menghasilkan output berupa dokuman penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sie Keuangan Desa diminta untuk bekerja dengan aturan yang telah ditentukan sehingga hasil pekerjaannya semakin baik. Selain RAB (Rancangan Anggran Biaya) terdapat beberapa dokumen yang diinput dalam Sistem Keuangan Desa diantaranya: dokumen penataushaan, bukti penerimaan, Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Setoran Pajak (SSP), laporan penganggaran (Perdes APBDesa, APBDesa persumber dana) dan laporan penatausahaan ( buku kas umum, buku bank, buku pajak, buku pembantu, dan register).
Laporan-laporan yang akan diinput ke dalam sistem, sebelumnya akan dibuat oleh Sie Keuangan Desa kemudian yang telah dibagi kedalam bidangnya masing-masing. Setelah sie keuangan desa membuat rancangan laporan yang sesuai dan telah mendapatkan persetujuan maka akan diberikan kepada bagian operator untuk diinput kedalam sistem.
F. Manfaat Penerapan SISKEUDES di Kabupaten Sleman
Penerapan sistem keuangan desa (SISKEUDES) mengarahkan para pegawai agar dapat bekerja dengan lebih maksimal serta dapat menghasilkan sebuah laporan yang dapat memberikan informasi yang akurat. Adanya sistem keuangan desa (SISKEUDES) diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi setiap sie keuangan desa. Meski sistem keuangan desa merupakan sebuah sistem yang baru diterapkan di Kabupaten Sleman, namun pegawai bagian sie keuangan desa telah meraasakan manfaat dari adanya sistem keuangan desa (SISKUEDES).
Sebelum menggunakan sistem keuangan desa (SISKEUDES), pegawai bagian sie keuangan desa masih menggunakan cara manual untuk melakukan pelaporan keuangan desa. Dalam hal ini para pergawai mengalami kesulitan pada saat bekerja karena belum mengetahui arah yang benar dari pekerjaan mereka. Dengan diterapkannya sistem keuangan desa (SISKEUDES) membantu pekerjaan sie keuangan desa, yaitu pekerjaan yang dilakukan dapat lebih terarah dan terencana sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan. Adanya sistem keuangan desa (SISKEUDES), para pegawai sie keuangan desa semakin termotivasi untuk bekerja lebih baik dan benar karena dalam sistem tersebut dapat mendeteksi jika terjadi satu kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut akan membantu setiap desa di Kabupaten Sleman dalam menciptakan pegawai desa bagian sie keuangan desa untuk lebih berkompeten.
G. Dampak Kegunaan SISKEUDES di Kabupaten Sleman
Sistem keuangan desa (SISKEUDES) merupakan sebuah aplikasi yang memiliki berbagai kelebihan bagi para pengguna. Penerapan sistem keuangan desa (SISKEUDES) di Kabupaten Sleman telah memeberikan perubahan dalam kinerja bagi pegawai bagian sie keuangan desa. Dengan adanya kelebihan dan manfaat yang dirasakan penggunanya, tentu aplikasi sistem keuangan desa (SISKEUDES) memberikan dampak terhadap kinerja sie keuangan desa.
Dampak kegunaan sistem keuangan desa (SISKEUDES) yang dirasakan diantaranya: memberikan motivasi bagi pegaawai sie keuangan desa untuk berkeja dengan baik dan benar, meningkatkan kinerja para pegawai, menciptakan laporan keuangan yang akuntabel, kegiatan operasional lebih tertata secara administratif, dan mengurangi adanya kecurangan baik yang dilakukan secara disengaja maupun tidak disengaja. Penerapan sistem keuangan desa (SISKEUDES) di Kabupaten Sleman secara tidak langsung telah dirasakan oleh pegawai sie keuangan desa.
Penerapan sistem keuangan desa (SISKEUDES) dalam organisasi dapat mempermudah dan mempercepat penyelesaian tugas oleh setiap individu. Kondisi tersebut diharapkan kana meningkatkan kinerja setiap individu dalam organisasi. Tujuan dari adanya sistem keuangan desa (SISKEUDES) di Kabupaten Sleman dapat meningkatkan kinerja pegawai sie keuangan desa. Keberhasilan sistem tergantung pada bagaimana sitem dijalankan, kemudahan sistem bagi para pemakainya, serta sikap dan
kepercayaan pemakai sistem terhadap sistem informasi, yang tidak lebih pada sejauh mana sistem tersebut dipercaya dapat memenuhi kebutuhan tugas mereka dan sesuai dengan kebutuhan tugas mereka.
H. Penelitian Pendahul
Taylor dan Todd (1995) “mengembangkan TAM yang dimodifikasi fokus pada penilaian kemanjuran TAM yang diperbesar dalam membantu, apriori, untuk memahami perilaku pengguna berpengalaman / tidak berpengalaman. Hasil dari Studi mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pengaruh relatif dari faktor penentu penggunaan tergantung pada pengalaman. Juga terungkap bahwa TAM ditambah dapat digunakan untuk memprediksi perilaku penggunaan selanjutnya untuk pengguna yang tidak berpengalaman. Ditemukan bahwa manfaat dirasakan adalah prediktor terkuat niat untuk pengguna yang tidak berpengalaman. Padahal, pengguna berpengalaman paling kuat prediktor adalah kontrol perilaku yang dirasakan. Mereka juga menemukan hubungan yang kuat antara niat perilaku dan perilaku untuk pengguna berpengalaman”.
Igbaria, Parasuraman, dan Baroudi studi (1996) memiliki tujuan yaitu “untuk menguji pengaruh ketiganya motivator pada pilihan individu untuk menggunakan komputer: (1) manfaat yang dirasakan, (2) persepsi kesenangan / kesenangan, dan (3) tekanan sosial. Dua indikator penggunaan komputer mikro yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) penggunaan harian yang dilaporkan sendiri mikro komputer, dan (2) frekuensi yang
dilaporkan sendiri mikro komputer. Hasil juga menunjukkan pentingnya manfaat yang dirasakan, kenikmatan yang dirasakan, dan sosial tekanan dalam memediasi hubungan anteseden variabel dan kompleksitas yang dirasakan pada komputer mikro pemakaian. Hasilnya mendukung model motivasi tiga kali lipat dan membantu menjelaskan hubungan antara yang dirasakan kegunaan, kenikmatan yang dirasakan, tekanan sosial, dan penggunaan komputer mikro. Studi ini juga mengungkapkan hal itu kompleksitas yang dirasakan adalah variabel penting dalam menghubungkan keterampilan, dukungan organisasi, dan penggunaan organisasi dengan manfaat yang dirasakan, kenikmatan yang dirasakan, dan sosial tekanan. Juga diakui bahwa dukungan organisasi penting dalam mempromosikan penggunaan mikrokomputer yang lebih luas”.
Melalui perpanjangan penerimaan teknologi model (TAM), Van der Heijden (2000) meneliti “penerimaan individu dan penggunaan situs web menambahkan dua konstruksi baru: nilai hiburan yang dirasakan dan daya tarik presentasi yang dirasakan. Hubungan antara manfaat yang dirasakan, nilai hiburan yang dirasakan dan kunjungan kembali situs web ditemukan signifikan. Sebaliknya, hubungan antara kemudahan penggunaan, daya tarik yang dirasakan, dan penggunaan situs web tidak signifikan. Studi ini mengungkapkan bahwa persepsi manfaat dan persepsi nilai hiburan merupakan faktor penting dalam menentukan penggunaan Situs Web. Nilai hiburan yang dirasakan berkontribusi pada lamanya kunjungan lebih dari manfaat yang dirasakan. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa
kemudahan penggunaan hanya secara tidak langsung mempengaruhi penggunaan situs web melalui kegunaan dan bahwa daya tarik secara tidak langsung mempengaruhi penggunaan situs web melalui nilai hiburan”.
Venkatesh dan Davis (2000) “memperluas TAM asli untuk memasukkan pengaruh sosial dan proses instrumental kognitif. TAM2 berhipotesis bahwa tiga pengaruh sosial akan memengaruhi keputusan individu untuk menerima atau menolak sistem informasi: norma subyektif, kesukarelaan, dan citra. Dalam empat studi lapangan longitudinal, TAM2 sangat didukung. Ini menjelaskan hingga 60% dari varians dalam manfaat yang dirasakan sebagai penentu niat pengguna. Temuan yang menarik adalah bahwa relevansi pekerjaan dan kualitas output memiliki efek interaktif di antara mereka. Efek dari proses pengaruh sosial dan proses instrumental kognitif konsisten dengan TAM2”.
Chau dan Hu (2001) “membandingkan tiga model dalam hal ini belajar; Model Penerimaan Teknologi (TAM), Teori Perilaku Terencana (TPB), dan yang terurai model TPB yang berpotensi memadai di target pengaturan profesional kesehatan di Hong Kong. Hasil menunjukkan bahwa TAM lebih unggul dari TPB dalam menjelaskan niat dokter untuk menggunakan teknologi telemedicine. Itu TPB terurai tampil sedikit lebih baik dari TAM dan temuan mengungkapkan bahwa manfaat yang dirasakan adalah faktor paling signifikan untuk teknologi dokter penerimaan, sementara persepsi kemudahan penggunaan bukan afaktor signifikan. Norma subyektif ternyata tidak ada pengaruh signifikan terhadap niat
perilaku. Namun, kontrol perilaku yang dirasakan memiliki efek signifikan pada niat perilaku. Akhirnya, kompatibilitas ditemukan dengan adanya faktor signifikan untuk manfaat yang dirasakan, tetapi tidak untuk persepsi kemudahan penggunaan”.
Abdel Nasser (2012) “membandingkan dua model yaitu: model tentang technology acceptance model dengan model Delone and Mclean. Terdapat empat kesimpulan yang dihasilkan diantaranya: pertama dari analisis empiris, kualitas informasi memiliki nilai yang signifikan dan berpengaruh pada kesuksesan sistem informasi, kedua perancang sistem harus secara aktif mencari metode untuk meningkatkan sistem keamaan, sistem ketersediaan, sistem kesesuaian, sistem privasi, dan sistem pemeliharaan karena elemen tersebut secara signifikan akan mempengaruhi kesuksesan sistem informasi, ketiga kualitas layanan memiliki pengaruh positif terhadap kesuksesan sistem informasi, dapat membantu dan meningkatkan penggunaan sistem, keempat model yang diajukan bersama dengan elemen-elemennya membuktikan bahwa Delone and Mclean dapat digunakan sebagai alat yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam suatu organisasi pada mengevaluasi implementasi sistem informasi”.
Sayekti dan Putra (2016) “menggunakan dua indikator yaitu kegunaan yang dipersepsikan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan yang dipersepsikan (perceived ease of use). Terdapat tiga kesimpulan dari hasil penelitian yaitu: pertama penerimaan SIPKD di instansi pemerinta di Wilayah Yogyakarta dipengaruhi oleh persepsi
pemakai terhadap kemudahan penggunaan sistem. Dalam hal ini PNS di wilayah Yogyakarta mempunyai persepsi bahwa SIPKD mudah digunakan sehingga mereka bisa menerima SIPKD dalam pekerjaan mereka. Kedua penerimaan SIPKD di instansi di Wilayah Yogyakarta tidak dipengaruhi oleh persepsi kemanfaatan sistem. Dalam hal ini persepsi user mengenai kemanfaatan SIPKD tidak akan mempengaruhi penerimaan SIPKD. Ketiga secara simultan persepsi kemudahan penggunaan (PEU) dan persepsu kemanfaatan (POU) mempengaruhi penerimaan SIPKD. Dalam hal ini user SIPKD akan lebih mudah menerima SIPKD apabila mereka merasa bahwa SIPKD mudah digunakan dan mempunyai manfaat dalam pekerjaan mereka”.
I. Perumusan Hipotesis
Dari beberapa teori dan hasil penulisan pendahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh Kemudahan Pengguna Internet (Perceived Ease of Use) dan Pengaruh Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) Terhadap Sikap Penggunaan Internt (Attitude Toward using Technology) Terkait Penggunaan SISKEUDES.
“Persepsi kemudahan penggunaan merupakan sejauh mana individu mempercayai bahwa menggunakan sistem tertentu adalah bebas dari upaya fisik dan mental. Persepsi kemudahan penggunaan telah ditemukan dalam mempengaruhi kegunaan, sikap, niat, dan penggunaan
actual” (Chau, 1996). Davis et al., (1989) menemukan bahwa “persepsi kemudahan penggunaan secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi penggunaan melalui dampak pada manfaat yang dirasakan melalui sikap terhadap penggunaan internet”.
Davis dkk (1989) mengartikan “ attitude using technology sebagai perasaan yang positif atau negatif dari seseorang, jika perlu melakukan perilaku yang akan ditentukan”. Sikap terhadap penggunaan sistem teknologi berupa penerimaan atau penolakan sebagai dmpak jika seseorang menggunakan teknologi. “Manfaat yang dirasakan pada teori harapan berkaitan dengan keyakinan individu dalam proses pengambilan sebuah keputusan” (Fishbein dan Azjen, 1975). Kegunaan yang dirasakan adalah sejauh mana seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kemampuannya atau penampilannya.
Apabila pemakai SISKEUDES mempunyai persepsi bahwa SISKEUDES tersebut mudah digunakan dan memudahkan pekerjaan mereka, memberikan dampak sikap positif terhadap pengguna SISKEUDES, maka akan semakin sering menggunakan SISKEUDES untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
H1: perceived ease of use dan perceived usefulness berpengaruh terhadap
2. Pengaruh Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) Terhadap Persepsi Kemudahan (Perceived Ease Of Use) Terkait penggunaan SISKEUDES.
Straub et al., (1995) menemukan bahwa “penggunaan sistem memiliki nilai praktis penting bagi para manajer yang tertarik mengevaluasi dampak teknologi informasi”. Igbaria et al., (1995) mendefinisikan “persepsi penggunaan sebagai jumlah waktu berinteraksi dengan teknologi dan frekuensi penggunaan. Mereka menemukan hubungan yang kuat dengan niat perilaku gunakan teknologinya”. Igbaria
et al., (1997) menemukan itu “individu cenderung menggunakan sistem
jika mereka percaya itu mudah digunakan dan akan meningkatkan produktivitas kinerja mereka”.
Apabila pemakai SISKEUDES mempunyai persepsi bahwa SISKEUDES berguna dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, maka pemakai akan semakin sering menggunakan SISKEUDES dalam pekerjaan mereka. Sehingga hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian adalah:
H2: faktor kegunaan (perceived usefulness) berpengaruh terhadap
3. Pengaruh Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) dan Persepsi Sikap Terhadap Penggunaan Teknologi (Attitude Toward Using Technology) Terhadap Minat Perilaku Menggunakan Internet (Behavioral Intention To Use) Terkait Penggunaan SISKEUDES.
“Minta perilaku (behavioral intention) merupakan suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Apabila sistem teknologi dapat menunjukkan kegunaannya, maka dapat menumbuhkan minat pengguna dalam menggunakannya” Hartono (2007:116).
“Sikap pada penggunaan teknologi adalah evaluasi pengguna terhadap keinginan menggunakan sistem” (Mathieson, 1991). “Sikap dapat mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan suatu teknologi dan membuktikan bahwa sikap perasaan positif individu dalam menggunakan teknologi sistem informasi dapat berpengaruh terhadap minat perilaku individu untuk menggunakan informasi tersebut” (Davis dkk, 1989).
Apabila pemakai mempunyai persepsi bahwa SISKEUDES mudah untuk digunakan dalam menyelesaikan tugas mereka, dan memudahkan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan mereka sehari-hari, maka pemakai akan menerima SISKEUDES dalam pekerjaan mereka. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: perceived usefulness dan perceived usefulness berpengaruh terhadap
behavioral intention to use terkait penggunaan SISKEUDES.
4. Pengaruh Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness), Minat Perilaku Menggunakan Teknologi (Behavioral Intention To Use) dan Pengaruh Persepsi Kemudahan Pengguna (Perceived Ease of Use) Terhadap Penggunaan Teknologi Sesungguhnya (Actual System Use) Terkait Penggunaan SISKEUDES.
“Niat perilaku (behavioral intention) merupakan suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Apabila sistem teknologi dapat menunjukkan kegunaannya, maka dapat menumbuhkan minat pengguna dalam menggunakan sistem tersebut” Hartono (2007;116)
“Penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology use) memiliki arti sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dalam konteks penggunaan teknologi dalah tindakan nyata seseorang dalam menggunakan teknologi” (Hartono, 2007:117). Penelitian Davis dkk. (1989) menunjukkan bahwa “behavioral intention merupakan prediksi yang baik dari penggunaan teknologi oleh pemakaian sistem”
Pemakai mempunyai persepsi bahwa SISKEUDES mudah untuk digunakan dalam menyelesaikan tugas, pemakai memiliki minat untuk menggunakan teknologi, maka pemakai akan menerima SISKEUDES
dalam pekerjaan mereka. sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H4 : perceived usefulness, behavioral intention to use, dan perceived
ease of use berpengaruh terhadap actual system use terkait
penggunaan SISKEUDES.
J. Model Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana metode ini menggambarkan kondisi yang diteliti dengan menggunakan angka dan pengambilan keputusan atas hasil penelitian berdasarkan pada angka-angka statistik. Pada penelitian ini terdapat sembilan variabel yang berbagi kedalam lima variabel. Yang pertama adalah variabel bebas. Dimana variabel dalam penelitian ini adalah kegunaan teknologi (perceived usefulness), kemudahan menggunakan teknologi (perceived ease of use), dan jenis kelamin. Variabel kedua adalah variabel terikat, dimana variabel ini yaitu dari penerimaan SISKUEDES (intention to use), sikap terhadap pengguna internet (attitude toward using), dan niat perilaku untuk menggunakan internet (behavioral intention to use).
“Perceived ease of use menggambarkan bagaimana persepsi pengguna SISKUEDES terhadap kemudahan penggunaan SISKUEDES. Indikator yang dipakai untuk mengukur variabel persepsi kemudahan penggunaan SISKUEDES adalah kemudahan untuk dipelajari (easy to
dipahami (clear and understabel), fleksibel (flexible), bebas dari kesulitan (easy become skillfull) dan kemudahan penggunaan (easy to use)” Davis (1989).
Variabel persepsi kegunaan teknologi mengukur bagaimana persepsi responden terhadap kegunaan SISKUEDES dalam pekerjaan mereka. Variabel ini mengukur dengan menanyakan indikator sebagai berikut: produktivitas (productivity), kinerja tugas atau efektivitas (job
performance/effevtiveness), pentingnya bagi tugas (important to job), dan
kegunaan secara keseluruhan (overall usefulness).
Variabel penerimaan SISKUEDES (intention use) ini diukur dengan menggunakan indikator keinginan untuk tetap menggunakan di masa yang akan datang. Artinya penelitian ini akan dilihat dari sejauh mana pengguna mau menggunakan sistem informasi dalam pekerjaan sehari-hari dan tugas-tugasnya.
Jawaban responden dalam penelitian ini akan diukur dengan sklata likert dengan interval : 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Dari variabel penelitian tersebut, dapat digambarkan model dan skema penelitian sebagai berikut:
43 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sukmadinata (2009;18), “Penelitian kuantitaif merupakan penelitian yang datanya berupa data kuantitatif dan menghasilkan analisis kuantitatif (inferensi) dalam bentuk angka”. Yang dimaksud dengan data kuantitatif adalah dimana responden akan menjawab pertanyaan dari kuesioner. Data yang digunakan adalah data primer, dimana data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber asli (tanpa melalui perantara). Data primer dalam penelitian ini meliputi jawaban responden berdasarkan kuesioner.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jalan Parasmya Beran Tidadi Sleman, Yogyakarta 55511.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019 sampai dengan Maret 2020.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitiaan
Subjek penelitian merupakan orang atau lembaga yang berhubungan dengan objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek-objek penelitian tersebut. Dalam hal ini subjek penelitian adalah pegawai yang bekerja di Kabupaten Sleman.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah informaasi-informasi mengenali penerapan
technology acceptance model dan penggunaan sistem informasi
keuangan desa.
D. Populasi, Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek dari penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2006: 131). “Populasi ini dapat digunakan untuk menyebutkan keseluruhan anggota dari suatu wilayah/tempat yang dijadikan sebagai sasaran penelitian yang dilakukan” (Noor, 2011: 147). Populasi yang akan diteliti diharuskan sudah jelas sebelum penelitiannya dilakukan. Yang menjadi populasi didalam penelitian ini adalah pegawai Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini terdapat 85 populasi.
2. Sampel
“Sampel merupakan sebagian dari anggota populasi yang telah terpilih” (Suhartanto, 2014: 230). Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini mengambil jumlah sampel sebanyak 77 anggota di Kabupaten Sleman atau 1 anggota aparatur desa di setiap Kecamatan Sleman. Penelitian ini menggunakan model sampel jenuh.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variaabel yang akan digunakan, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perceived usefulness (kemudahan dalam menggunakan), dan percevied ease of use (penggunaan internet). Sedangkan variabel dependen terdiri dari attitude toward using technology (sikap pengguna teknologi internet), behavioral intention to use (niat perilaku), dan actual system use technology (pemakaian teknologi aktual).
1. Variabel Independen/ Variabel Bebas a. Perceived Usefulness (kemudahan) (𝑿𝟏)
Menurut Davis (1993) dan Al Gahtani (2001) “Kegunaan sistem informasi (perceived usefulness) merupakan sejauh mana seorang individu percaya bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya”. “Dalam variabel ini terdapat 6
pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Donald Amoroso (2004), terdapat 6 indikator untuk mengukur kontruk kegunaan yaitu pekerjaan lebih cepat selesai (work more quickly), meningkatkan kinerja (job performance), meningkatkan produktivitas (increase
produktivity), meningkatkan efektivitas inerja (effectiveness),
memudahkan pekerjaan (makes job easier), dan berguna (useful)” (Davis, 1989 dalam Jogiyanto, 152). Dengan menggunakan skala Likert skor 1 sampai dengan 5, sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
b. Perceived Ease Of Use (penggunaan) (𝑿𝟐)
Davis (1989) “Dalam bukunya menyatakan bahwa perspektif kemudahan pengaplikasian (perceived ease of use) yang merupaka sebuah tingkatan dimana seseorang percaya bahwa pengguna sistem tertentu, yang mampu mengurangi usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu”. Dalam frekwensi penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga mampu menunjukkan kemudahan penggunaan. Dimana sistem yang lebih sering digunakan, menunjukkan bahwa sistem tersebut akan mudah untuk dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh pengguna.
Dalam variabel ini terdapat terdapat 6 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Donald Amoroso (2004). “Dimana konstruk
perspektif kemudahan penggunaan (perceived ease of use) terdapat 6 indikator yaitu untuk mengukur kemudahan sistem untuk dipelajari (easy of learn), kemudahan system untuk dikontrol (contrallable), interaksi dengan sistem yang jelas dan mudah dimengerti (clear and
understandable), fleksibilitas interaksi (flexibility), mudah untuk
terampil menggunakan sistem (easy to become skillful), dan mudah untuk digunakan (easy to use)” (Davis, 1989 dalam Jogiyanto, 152). Dengan menggunakan skala Likert skor 1 sampai dengan 5, sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
2. Variabel Dependen/ Variabel Terkait
a. Attitude Toward Using Technology (𝒀𝟏)
Sikap terhadap pengaplikasian menurut Aakers dan Myers (1997), “Merupakan suatu sikap pro dan kontra terhadap suatu pengaplikasian sebuah produk”. “Sikap pro atau kontra terhadap suatu produk ini dapat diaplikasikan guna untuk memprediksi tingkah laku ataupun niat seseorang untuk menggunakan suatu produk atau tidak menggunakannya. Sikap dapat diidentifikasi sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukam” (Davis et al., 1989 dalam Jogiyanto, 2008:116). Dalam variabel ini terdapat 4 pertanyaan yang diadopsi dari Donald Amoroso (2004). Terdapat 4 indikator didalamnya yaitu, adanya interaksi dengan internet,
memberikan kesenangan, menikmati penggunaan internet, dan dapat membuat bosan. Dengan menggunakan skala Likert skor 1 sampai dengan 5, sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
b. Behavioral Intention To Use (𝒀𝟐)
“Behavioral Intention to Use merupakan adanya kecenderungan perilaku untuk tetap mengaplikasikan pada sebuah teknologi” (Davis 1989). Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikao serta perhatian sang pengguna terhadap teknologi tersebut. Dalam variabel ini terdapat 5 pertanyaan yang diadopsi dari Donald Amoroso (2004). Terdapat 5 indikator didalamnya yaitu, penggunaan internet setiap tugas, menggunakan internet sebanyak mungkin, menggunakan internet dimasa depan, menggunakan terus dimasa depan, dan dapat terus menggunakan web dimasa depan. Dengan menggunakan skala Likert skor 1 sampai dengan 5, sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
c. Actual Technology System Use (𝒀𝟑)
“Pemakaian teknologi aktual (actual technology system use) merupakan suatu kondisi yang nyata untuk pengaplikasian pada sistem” (Davis 1989). Seseorang akan merasa senang untuk menggunakan sistem jika mereka yakin bahwa sistem tersebut tidak sulit untuk digunakan dan juga terbukti untuk meningkatkan adanya