• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI TENORM PADA HASIL SAMPING PUPUK DARI EB-FGT PLTU BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI TENORM PADA HASIL SAMPING PUPUK DARI EB-FGT PLTU BATUBARA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI TENORM PADA HASIL SAMPING PUPUK DARI

EB-FGT PLTU BATUBARA

Herry Poernomo, Sutjipto

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281

ABSTRAK

PREDIKSI TENORM PADA HASIL SAMPING PUPUK DARI EB-FGT PLTU BATUBARA. Telah dilakukan penentuan kandungan TENORM pada hasil samping pupuk dari electron beam-flue gas treatment (EB-FGT) PLTU batubara. Tujuan penelitian ini adalah menentukan prediksi kandungan technologically enhanced natural occurring radioactivity materials (TENORM) seperti 238U, 226Ra, 232Th, 40K dalam pupuk (NH4)2SO4, NH4NO3, dan NH4Cl sebagai hasil samping dari EB-FGT menggunakan data sekunder

kandungan TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara Paiton dan data kandungan abu layang dalam hasil samping pupuk dari EB-FGT pada PLTU batubara 60 dan 100 MWe di Pomorzany Szeszesin Polandia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi kandungan TENORM dalam hasil samping pupuk (NH4)2SO4, NH4NO3, dan NH4Cl dari EB-FGT pada PLTU batubara di Indonesia sebagai berikut : 238U

(0,85 – 3,4 Bq/kg), 226Ra (tak terdeteksi), 232Th (0,43 – 1,74 Bq/kg), 40K (0,52 - 2,1 Bq/kg). Kandungan TENORM tersebut jauh lebih rendah daripada clearance level yang ditentukan oleh regulator proteksi radiasi seperti IAEA-Tecdoc 855, NEA/RWM/RF(2004)6, IAEA-Tecdoc 1000, dan Radiation Protection (RP) 89.

Kata kunci: TENORM, pupuk, EB-FGT, PLTU batubara

ABSTRACT

PREDICTION OF TENORM IN THE FERTILIZER SIDE YIELD FROM PRODUCTS FROM EB-FGT OF COAL-FIRED POWER PLANT. Determination of TENORM content in the fertilizer from EB-FGT of coal-fired power plant (CFPP) has been done. The objective of this research is to predict the TENORM content such as 238U, 226Ra, 232Th, 40K in the (NH

4)2SO4, NH4NO3, and NH4Cl fertilizers as side products of EB-FGT

using secondair data of TENORM content in the fly ash from Paiton CFPP and data of fly ash content in the fertilizer side products from EB-FGT on the 60 and 100 MWe CFPP at Pomorzany Szeszesin, Polandia. Result from this researh indicated that TENORM content in the fertilizer of (NH4)2SO4, NH4NO3, and NH4Cl

from EB-FGT in Indonesia CFPP are the following : 238U (0.85 – 3.4 Bq/kg), 226Ra (not detection), 232Th (0.43 – 1.74 Bq/kg), 40K (0.52 – 2.1 Bq/kg). Those TENORM content are loweer than clearance level a given radiation protection regulator such as IAEA-Tecdoc 855, NEA/RWM/RF(2004)6, IAEA-Tecdoc 1000, and Radiation Protection (RP) 89.

Keywords: TENORM, fertilizer, EB-FGT, coal-fired power plant

PENDAHULUAN

Teknologi Pengolahan Gas Buang pada PLTU Batubara

as buang dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara mengandung emisi gas SO2, NOx, CO2, volatile organic compounds (VOCs), dan trace elements seperti Hg2+, Pb2+, Cd2+, Cr3+, Cr6+, As2+, dan technologically enhanced natural occurring radioactivity materials (TENORM) seperti 238U, 226Ra, 232Th, 40K. Teknologi penurunan emisi SO2 dan NOx dalam gas buang pada PLTU batubara antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan teknolologi

konvensional seperti selective catalityc reduction (SCR) dan wet flue gas desulphurization (WFGD) atau menggunakan teknologi baru seperti electro-catalytic oxidation (ECO) dan electron beam-flue gas treatment (EB-FGT).

Teknologi Pengolahan NOx dan SO2 secara SCR

dan WFGD

Prinsip pengolahan gas buang PLTU batubara secara konvensional dengan SCR dan WFGD ditunjukkan seperti pada Gambar 1[1].

Pada SCR, gas buang yang mengandung NOx (NO, NO2) direaksikan dengan NH3 pada reaktor

(2)

sebagai berikut[1] :

4 NO + O2 + 4 NH3 → 4 N2 + 6 H2O 4 NO2 + O2 + 4 NH3 → 3 N2 + 6 H2O

Pada WFGD, gas buang yang mengandung SO2 direaksikan dengan air kapur atau kalsium karbonat pada absorber menjadi gipsum basah seperti reaksi berikut [2, 3, 4]

SO2 + Ca(OH)2 + H2O → CaSO4.2H2O

SO2 + CaCO3 + ½O2 + H2O → CaSO4•2H2O + CO2

Electro-Catalytic Oxidation

Electro-Catalytic Oxidation (ECO) adalah teknologi penanganan multi-polutan yang terintegrasi dan simultan dengan hasil yang dapat dicapai untuk reduksi emisi NOx (90%), SO2 (98%), unsur partikel halus PM2,5 (95%), dan merkuri (80 – 90%) dari gas buang PLTU batubara. Pengolahan gas buang dari PLTU batubara secara ECO ditunjukkan seperti pada Gambar 2[5]

.

Gambar 1. Diagram alir sederhana FGT secara SCR dan WFGD pada PLTU batubara[1]

(3)

Gambar 3. Diagram alir konversi SO2 dan NOx pada PLTU batubara secara EB-FGT N2+ + e N2 Transmisi Energi N2* Disosiasi molekuler N2* Æ N z + Nz N2+ + 2 H2O Æ H3O+ +OHz + N2 e- + O 2 Æ O2z- Reaksi ionik H3O+ + O2z- Æ HO2z + H2O Nz+ NO Æ N 2 + O NOz + HO 2z Æ HNO3 Reaksi radikal SO2+OHz+O2+ H2O Æ H2SO4 + HO2z HNO3 + NH3 Æ NH4NO3 Reaksi netralisasi H2SO4 + 2NH3 Æ (NH4)2SO4 Reaksi termal 2NH3 + SO2 +H2O Æ (NH4)2SO4 0 10-15 10-10 10-5 100 105 Waktu, detik

Gambar 4. Mekanisme reaksi konversi gas buang menjadi pupuk oleh berkas elektron [7, 8]

Teknologi Pengolahan NOx dan SO2 secara

EB-FGT

Salah satu cara penerapan teknologi yang ramah lingkungan pada PLTU batubara yaitu pengolahan gas buang PLTU batubara dengan mesin berkas elektron (MBE) atau biasa disebut dengan electron beam- flue gas treatment (EB-FGT) seperti pada Gambar 3

Tujuan utama EB-FGT adalah mengkonversi SO2, NOx, dan VOC dalam gas buang dari ESP sehingga polutan SO2, NOx, dan VOC dalam gas buang oleh ammonia dan berkas elektron dalam process vessel akan dikonversi menjadi pupuk (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl secara simultan dalam waktu singkat (orde detik) seperti reaksi pada Gambar 4[6, 7]

(4)

Semua mineral alam termasuk batubara sebagai hasil tambang yang berasal dari kulit bumi mengandung sebagian besar deret radionuklida uranium (238U) dan thorium (232Th), serta isotop radioaktif kalium (40K). Dalam deret uranium, segmen rantai peluruhan yang dimulai dari radium (226Ra) adalah yang paling utama secara radiologis, maka dari referensi sering dibuat ke radium sebagai ganti dari uranium[8]. Dengan demikian semua bentuk konversi yang berasal dari batubara dalam proses kegiatan industri akan menghasilkan produk yang mengandung radionuklida alam yang disebut dengan technologically enhanced naturally occurring radioactive material (TENORM).

Sesuai dengan Perpres RI nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, sampai dengan tahun 2025 penyediaan energi listrik masih mengandalkan sumber bahan baku fosil seperti batubara, gas, dan minyak bumi untuk PLTU dengan persentase kontribusi energi masing-masing sebesar 33%, 30%, dan 20% dari total energi primer bauran [9]. Sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang RI nomor 30 tahun 2007 bab III bagian kelima pasal 8 ayat 1, maka kegiatan pengelolaan energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan [10]. Salah satu kontribusi Batan sebagai institusi litbang di bidang nuklir dalam agenda riset nasional (ARN) 2006 – 2009 adalah penggunaan MBE untuk pengurangan polusi udara dari pembangkit listrik dengan energi konvensional dengan sasaran akhir ARN pada 2025 adalah pemakaian MBE pada PLTU batubara dengan kapasitas besar dan terletak di daerah padat penduduk seperti pulau Jawa [11].

Regulasi pengelolaan TENORM telah ditetapkan oleh International Atomic Energy Agency dalam 855 (1996) dan IAEA-Tecdoc-1000 (1998), Nuclear Energy Agency (2004), Directorate-General Environment European Commission (2000)[12, 13, 14, 15], namun untuk negara berkembang seperti Indonesia belum ditetapkan. Hal tersebut disebabkan oleh fasilitas pendukung, penguasaan teknologi, dan koordinasi SDM ahli/terlatih antar lembaga/departemen terkait belum baik.

Sebagai antisipasi terhadap regulasi TENORM yang nanti akan disusun, disosialisasikan, dan diberlakukan oleh Bapeten; maka perlu dilakukan kajian untuk memprediksi TENORM yang terdapat di dalam produk samping pupuk dari EB-FGT pada PLTU batubara, apakah memenuhi syarat clearance level dari regulasi yang ada di International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Nuclear Energy Agency (NEA) ?

PEMBAHASAN

Komparasi biaya FGT konvensional (SCR dan WFGD) dengan EB-FGT

Sesuai dengan Peraturan Presiden RI nomor 71 tahun 2006 tentang kebijakan percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara, maka direncanakan pembangunan PLTU batubara 3.000 MWe di luar Jawa terdiri dari 60 unit PLTU batubara dengan kapasitas 7 – 150 MWe pada 30 lokasi di luar Jawa [16, 17]. Berdasarkan kisaran daya energi listrik yang dihasilkan oleh beberapa PLTU di luar Jawa sebesar 7 – 150 MWe, maka dapat dilakukan evaluasi ekonomi EB-FGT pada PLTU batubara 150 MWe di Indonesia dengan mengadopsi pada komparasi evaluasi ekonomi flue gas treatment (FGT) PLTU batubara secara konvensional dengan EB-FGT yang dilakukan di Pomorzany Szeszesin Polandia dengan data EB-FGT seperti pada Tabel 1 sebagai berikut[18, 19, 20]

Tabel 1. Data EB-FGT pada PLTU batubara di

Pomorzany Szeszesin Polandia Besaran Kuantitas & Kualitas 2 unit boiler PLTU

batubara dengan daya

60 MWe dan 100 MWe

2 unit MBE

masing-masing dengan energi 700 keV, 260 kW Laju alir gas buang

masuk

250.000 Nm3/jam Laju alir amonia masuk 100 – 150 kg/jam

Kadar gas SO2 2000 mg/Nm3 Kadar gas NOx 400 – 600 mg/Nm3 Efisiensi pengubahan SO2 95% Efisiensi pengubahan NOx 70% Hasil samping pupuk dengan komposisi : 200 – 300 kg/jam (NH4)2SO4 45 – 65% NH4NO3 22 – 30% NH4Cl 10 – 20% Abu layang 0,5 – 2%

Biaya operasi meliputi biaya-biaya untuk utilitas, operator, dan perawatan. Dari komparasi evaluasi ekonomi terhadap dua sistem tersebut maka biaya investasi dan operasional FGT dari PLTU batubara dengan MBE lebih murah dibandingkan dengan WFGD dan SCR seperti pada Tabel 2 berikut [18, 19, 20]

(5)

Tabel 2. Komparasi biaya FGT konvensional (SCR

dan WFGD) dengan EB-FGT Proses

FGT

Biaya Investasi

(USD/kWe) Operasional Biaya Tahunan (USD/MWe) WFGD 120 3000 SCR 110 4600 WFGD + SCR 230 7600 Electron Beam 157 7230

TENORM dalam Abu Layang dari PLTU Batubara

Pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara (coal-fired power plant) akan dijumpai TENORM yang dikonsentrasikan pada abu dasar (bottom ash) pada dasar boiler, abu layang (fly ash) dari electrostatic presipitator (ESP), dan sejumlah kecil abu layang yang lolos dari ESP bersama gas buang yang oleh beberapa PLTU batubara didispersikan ke udara bebas melalui cerobong (stack).

Untuk merumuskan regulasi TENORM skala nasional diperlukan bank data analisis TENORM terkomparasi yang dihasilkan dari beberapa fasilitas laboratorium radioaktivitas lingkungan terakreditasi. Disamping itu diperlukan kerjasama dan koordinasi antar lembaga/departemen dan beberapa industri penimbul TENORM dalam rangka mencapai kesepakatan dan kebijakan bersama mengenai batasan clearance level pada regulasi TENORM yang disusun dengan saksama agar tidak

memberatkan bagi pihak penimbul TENORM, tetapi aman bagi lingkungan di sekitarnya.

Regulasi clearance level pada TENORM skala nasional belum ada; maka untuk clearance level pada TENORM di dalam pupuk (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl sebagai produk samping EB-FGT pada PLTU batubara di Indonesia dapat mengacu pada ketentuan clearance level dari regulasi yang dipubikasikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Nuclear Energy Agency (NEA).

Menurut data Blueprint Energi Nasional periode 2005 – 2025, rasio cadangan/produksi batubara 147 tahun. Ekspor batubara 92,5 juta ton per tahun, pemakaian dalam negeri 32,91 juta ton per tahun. Indonesia termasuk negara pengekspor batubara ke China nomor 2 di dunia setelah Australia [21]. Dengan demikian sebagian batubara yang digunakan sebagai bahan bakar PLTU di China adalah berasal dari Indonesia.

Abu layang yang dihasilkan dari PLTU batubara Paiton di Indonesia dan beberapa PLTU batubara di China mengandung TENORM seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Sumber daya batubara di Indonesia sebagian besar berada di Kalimantan yaitu sebesar 61%, di Sumatera sebesar 38% dan sisanya tersebar di wilayah lain. Menurut jenisnya dapat dibagi menjadi lignite sebesar 58.6%, sub-bituminous sebesar 26.6 %, bituminous sebesar 14.4% dan sisanya sebesar 0.4% adalah anthracite[24].

Kadar TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara bergantung pada jenis dan asal batubara yang digunakan. Contoh kadar TENORM yang berbeda pada lokasi PLTU batubara di China disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara di Indonesia dan China

Konsentrasi TENORM (Bq/kg)

Sumber Abu Layang 238

U 226Ra 232Th 40K PLTU Indonesia [22] : Paiton 170 - 87 105 PLTU China [23] : Baoji - 112,2 147,5 385,6 Hongkong - 140 155 178 Shanghai - 160,3 159,9 246,2 Beijing - 101 110 347

(6)

analisis kadar TENORM pada abu layang dari PLTU Paiton Probolinggo Jawa Timur yang dilakukan oleh PTKMR–BATAN relatif lebih rendah daripada kadar TENORM pada abu layang yang dihasilkan oleh beberapa PLTU batubara di China. Secara umum kadar TENORM di beberapa PLTU di China saling berbeda satu dengan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kadar TENORM yang dihasilkan dari PLTU batubara bergantung pada jenis batubara (anthracite, bituminous/sub bituminous, lignite), lokasi penambangan batubara, efisiensi sistem peralatan penangkap abu, kondisi operasi (tekanan dan suhu), dan keandalan peralatan analisis TENORM.

Ketentuan bahwa abu layang dari hasil pembakaran batubara tersebut aman terdapat pada produk komersial pupuk (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl dari EB-FGT pada PLTU batubara, maka data TENORM dalam abu layang pada Tabel 4 perlu dikomparasi dengan daftar clearance level yang dikeluarkan oleh badan regulator proteksi radiasi seperti International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Nuclear Energy Agency (NEA).

Clearance Level pada TENORM

Tingkat pemeriksaan (clearance level) untuk beberapa radionuklida dalam TENORM telah ditentukan oleh IAEA dalam IAEA-Tecdoc-855 (1996) yang kemudian dipakai juga oleh Nuclear Energy Agency (NEA) dalam NEA/RWM/ RF(2004)6. Daftar clearance level pada TENORM dicantumkan pada Tabel 4[12] dan Tabel 5[13, 14].

Dari daftar clearance level pada Tabel 4 dan 5 dapat diringkas menjadi clearance level yang memuat 3 atau 4 unsur utama radioaktivitas alam dari deret uranium (238U) atau dapat diwakili oleh 226Ra, deret thorium yang diwakili oleh 232Th, dan 40K seperti pada Tabel 6

Samping Pupuk dari EB-FGT pada PLTU Batubara

Pada Tabel 1 terlihat bahwa kandungan abu layang hanya sebagian kecil (0,5 – 2%) dari berat pupuk yang mengandung (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl, abu layang sebagai hasil samping dari pengolahan gas buang 250.000 Nm3/jam dari ESP pada PLTU batubara 60 dan 100 MWe di Pomorzany Szeszesin Polandia yang menggunakan MBE dengan energi 700 keV, 260 kW.

Indonesia termasuk negara pengekspor batubara ke China nomor 2 di dunia setelah Australia. Dengan demikian sebagian batubara yang digunakan sebagai bahan bakar PLTU di China adalah berasal dari Indonesia. Jika diasumsikan EB-FGT dapat dioperasikan pada PLTU batubara 150 MWe di beberapa daerah luar Jawa dan berdasarkan data kadar TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara Paiton dan beberapa PLTU batubara di China pada Tabel 3, maka dapat dihitung prediksi kadar TENORM dalam produk samping pupuk yang mengandung (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl, abu layang dengan persamaan sebagai berikut : AL P P x KT P AL KT = (1)

dengan KTP adalah kadar TENORM dalam pupuk (Bq/kg), ALP % berat abu layang dalam pupuk, KTAL kadar TENORM dalam abu layang (Bq/kg), dan P % berat pupuk.

Dengan menggunakan persamaan (1) diperoleh hasil perhitungan prediksi KTP untuk radionuklida 238U, 226Ra, 232Th, dan 40K seperti pada Tabel 7 sebagai berikut

Tabel 4. Clearance level umum untuk limbah padat [12]

No. Kisaran konsentrasi

aktivitas (Bq/kg) Radionuklida

1 1000 232Th

2 10.000 22Na, 24Na, 47Ca, 59Fe, 58Co, 226Ra

3 100.000 99Mo, 99mTc, 111In, 123I, 131I, 42K, 198Au, 57Co, 197Hg, 203Hg, 67Ga, 201Tl, 75Se, 85Sr

4 1.000.000 90Sr, 90Y, 32P, 125I, 51Cr

5 10.000.000 14C-14, 99Tc, 36Cl, 45Ca, 147Pm, 169Er

6 100.000.000 35S

(7)

Tabel 5. Clearance level untuk radionuklida dalam limbah padat[13, 14]

Kisaran aktivitas Bq/kg)

Radionuklida Nilai aktivitas tunggal yang mewakili, (Bq/kg) 100 22Na 94Nb 152Eu 230Th 237Np 24Na 11mAg 210Pb 232Th 239Pu 54Mn 124Sb 226Ra 234U 240Pu 300 60Co 134Cs 228Ra 235U 241Am 65Zn 137Cs 228Th 238U 244Cm 1.000 59Co 90Sr 111In 192Ir 210Po 3.000 59Fe 106Ru 131I 198Au 10.000 51Cr 99mTc 125I 129I 210Tl 30.000 57Co 123I 99Tc 144Ce 241Pu 100.000 14C 36Cl 89Sr 109Cd 40K [7] 300.000 32P 55Fe 90Y 1.000.000 3H 35S 45Ca 63N 147Pm 3.000.000 10.000.000

Tabel 6. Ketentuan Clearance Level 238U, 226Ra, 232Th, 40K dalam Limbah Padat

Clearance Level, (Bq/kg) Regulator 238 U 226Ra 232Th 40K IAEA-Tecdoc 855 (1996) [13] 300 300 300 - NEA/RWM/RF(2004)6 [14] 300 300 300 - IAEA-Tecdoc 1000 (1998) [12] - 10.000 1.000 - RP 122 (2000) [15] 1.000 10 10 1.000 RP 89 (1998) [25] 1.000 1.000 1.000 1.000 RP 113 (2000) [26] 1.000 100 100 1.000

Tabel 7. TENORM pada hasil samping pupuk dari EB-FGT PLTU batubara

Kadar TENORM dalam pupuk (Bq/kg) Sumber Abu Layang 238

U 226Ra 232Th 40K PLTU Indonesia : Paiton 0,85 – 3,4 - 0,43 – 1,74 0,52- 2,1 PLTU China : Baoji - 0,56 – 2,24 0,74 – 2,95 1,93 – 7,71 Hongkong - 0,70 – 2,80 0,77 – 3,10 0,89 – 3,56 Shanghai - 0,80 – 3,20 0,79 – 3,19 1,23 – 4,92 Beijing - 0,50 – 2,02 0,55 – 2,20 1,73 – 6,94

(8)

pupuk yang mengandung (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl, dan abu layang dari EB-FGT PLTU batubara pada Tabel 7 dikomparasi dengan ketentuan clearance level 238U, 226Ra, 232Th, 40K dari beberapa regulator pada Tabel 6, maka secara umum TENORM yang terkandung dalam pupuk sebagai hasil samping EB-FGT dari PLTU batubara kadarnya sangat jauh di bawah clearance level 238U, 226Ra, 232Th, 40K sebagaimana yang dipersyaratkan oleh beberapa regulator proteksi radiasi seperti Tecdoc 855, NEA/RWM/RF(2004)6, IAEA-Tecdoc 1000, dan Radiation Protection (RP) 89. Clearance level 238U, 226Ra, 232Th, 40K yang dipersyaratkan oleh beberapa regulator proteksi radiasi tersebut adalah : untuk 238U sebesar 300 – 1.000 Bq/kg, untuk 226Ra sebesar 300 – 10.000 Bq/kg, untuk 232Th sebesar 300 – 1.000 Bq/kg, dan untuk 40K sebesar 1.000 Bq/kg.

KESIMPULAN

Prediksi TENORM pada hasil samping pupuk yang mengandung (NH4)2SO4, NH4NO3, NH4Cl, dan abu layang dari EB-FGT PLTU batubara di Indonesia dapat dilakukan dengan bantuan beberapa data seperti data analisis TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara Paiton dan beberapa PLTU batubara di China, data kandungan abu layang dalam hasil samping pupuk dari EB-FGT PLTU batubara di Pomorzany Szeszesin Polandia. Prediksi kadar TENORM dalam hasil samping pupuk dari rencana EB-FGT pada PLTU batubara di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan clearance level yang dipersyaratkan oleh beberapa regulator proteksi radiasi seperti IAEA-Tecdoc 855, NEA/RWM/ RF(2004)6, IAEA-Tecdoc 1000, dan RP 89. Ditinjau dari TENORM, maka hasil samping pupuk dari EB-FGT PLTU batubara di Indonesia memenuhi syarat aman untuk diproduksi, dipasarkan, dan digunakan secara komersial.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ZIMEK, Z., Introduction to EB Application in Flue Gas Treatment Process, Institute of Nuclear Chemistry and Technology, Warsaw, Poland, National Training Course on Electron Beam Machine Technology – BATAN, Yogyakarta, Indonesia, 12-23 September, (2005).

[2] TAERAKUL, P., Characterization of Trace Elelements in Dry Flue Gas Desulfurization (FGD) By Product, Dissertation the Degree Doctor of Philosophy in the Graduate, School of The Ohio State University, (2005),

osu1119038889, 6 September 2008.

[3] ALSTOM, Alternative Fuels, (2006), http://www.choa.ab.ca/documents/May16TL.pd f, 10 September 2008.

[4] TAYLOR, M.R., Experience Curves for Power Plant Emission Control Technologies, Int. J. Energy Technology and Policy, Vol. 2, Nos. 1/2, (2004), http://gspp.berkeley.edu/

academics/faculty/docs/taylor_IJETP_2(1-2).pdf, 14 September 2008.

[5] BOYLE, P.D., STEEN, D., DOVALE, A.J., Commercial Demonstration of ECO Multi-Pollutant Control Technology, Power-Gen International, Las Vegas, (2003), http://www.powerspancorp.com/news/Power-Gen_2003_Paper.pdf, 10 Maret 2008.

[6] QUINTIN, O.S., Electron Beam Treatment of Flue Gas to Reduce Sulfur and Nitrogen Oxide Emmisions : Review of First-Generation Process, http://www.pavac.com/Docu/ Egistra-ebflue gas treatment-Paper-0306, 17 Januari 2007.

[7] CHMIELEWSKI, A.G., TYMINSKI, B., PAWELEC, A., ZIMEK, Z., The Industrial Plant for Electron Beam Flue Gas Treatment-Experiences and Perspectives, Second International Conference on Clean Coal Technologies for our Future, Castiadas, Italy, (2005).

[8] KAISER, S., Radiological Protection Principles Concerning the Natural Radioactivity of Building Materials, Radiation Protection 112,

European Commission,(1999), http://ec.europa.eu/energy/nuclear/radioprotecti

on/publication/doc/12en.pdf, 21 November 2007.

[9] Perpres RI nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

[10] Undang-undang RI nomor 30 tahun 2007 tentang Energi.

[11] Agenda Riset Nasional 2006 – 2009.

[12] IAEA, Clearance of Materials Resulting from the Use of Radionuclides in Medicine, Industry and Research, Tecdoc-1000, IAEA-Vienna, ISSN-1011-4289, (1998), p.21.

[13] IAEA, Clearance Levels for Radionuclides in Solid Materials, Application of Exemption Principles, IAEA-Tecdoc-855, IAEA-Vienna, ISSN-1011-4289, (1996), p.11.

(9)

[14] NEA, Removal from Regulatory Control of Materials and Sites in Decommissioning and Site Remediation Situation in Spain, In : Removal of Regulatory Controls for Materials and Sites, Nuclear Energy Agency (NEA), Radioactive Waste Management Committee,

NEA/RWM/RF(2004)6, p.31, http://www.nea.fr/html/rwm/

docs/2004/rwm-rf2004-6.pdf, 30 November 2007.

[15] KAISER, S., Practical Use of the Concepts of Clearance and Exemption Part I, Guidance on General Clearance Levels for Practices, Radiation Protection 122, Directorate-General

Environment, (2000), http://ec.europa.eu/energy/nuclear/radioprotecti

on/publication/doc/ 122_part1_en.pdf, 3 Desember 2007.

[16] Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 05 Juli 2006, Tentang Penugasan Kepada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara.

[17] Proyek percepatan 10.000 MW, http://202.162.220.3/10000mw/index.asp, 25 Januari 2008.

[18] CHMIELEWSKI, A.G., TYMINSKI, B., PAWELEC, A., ZIMEK, Z., The Industrial Plant for Electron Beam Gas buang Treatment – Experiences and Perspectives, Second International Conference on Clean Coal Technologies for our Future, Castiadas, Italy, (2005).

[19] CHMIELEWSKI, A.G., TYMINSKI, B., PAWELEC, A., ZIMEK, Z., LICKI, J., Industrial Applications of Electron Beam Gas buang Treatment, In : Emerging Application of Radiation Processing, Proceeding of Technical Meeting, Vienna, IAEA-Tecdoc-1386, (2004), pp. 153 - 161.

[20] TYMINSKI, B., PAWELEC, A., Economic Evaluation of Electron Beam Gas buang Treatment, In : Radiation Treatment of Gaseous and Liquid Effluents for Contaminant Removal, Proceeding of Technical Meeting, Sofia, Bulgaria, IAEA-Tecdoc-1473, (2004), pp. 25 – 34.

[21] KMNRT, Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025, http://www.ipa.or.id/ files/Energy_Blueprint.pdf, 12 Mei 2008. [22] WIDODO, S., Trace Element dalam Fly Ash

Industri Batubara, Workshop Aplikasi Energi Nuklir untuk Proses Batubara Cair, PTKMR – BATAN, (2007).

[23] LU, X., JIA, X., WANG, F., Natural Radioactivity of Coal and Its by-Products in the Baoji Coal-Fired Power Plant, China, College of Tourism and Environment, Shaanxi Normal University, Xi’an 710062, P.R. China, Current Science, Vol. 91, No. 11, (2006), www.ias.ac.in/ currsci/dec102006/1508.pdf, 21 November 2007.

[24] ASTHARY, R., Teknologi Gasifikasi Batubara, (2007), http://www.majarikanayakan. com/2007/12/teknologi-gasifikasi-batubara/, 13 Mei 2008.

[25] EUROPEAN COMMISSION, Recommended Radiological Protection Criteria for the Recycling of Metals from the Dismantling of Nuclear Installations, Radiation Protection No. 89, Luxembourg, ISBN 92-828-3284-8, (1998). [26] EUROPEAN COMMISSION, Recommended

Radiological Protection Criteria for the Clearance of Buildings and Building Rubble from the Dismantling of Nuclear Installations, Radiation Protection No. 113, Luxembourg, ISBN 92-828-9172-0, (2000).

TANYA JAWAB

Damunir

− Apakah kandungan U238, Th dan Ra dalam Tenorm sudah memenuhi syarat kesehatan secara public (secara umum)

Herry Poernomo

− Kandungan TENORM (235U, 232 Th, 226 Ra dan 40 K) dalam produk samping pupuk dari proses EB-FGT jauh lebih rendah dari batasan clearance level yang dipersyaratkan oleh EAIA dan NEA. Dengan demikian hasil samping pupuk memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat.

Gambar

Gambar 1.  Diagram alir sederhana FGT secara SCR dan WFGD pada PLTU batubara [1]
Gambar 4.  Mekanisme reaksi konversi gas buang menjadi pupuk oleh berkas elektron  [7, 8]
Tabel 1.   Data EB-FGT pada PLTU batubara di   Pomorzany Szeszesin Polandia
Tabel 3.  TENORM dalam abu layang dari PLTU batubara di Indonesia dan China
+3

Referensi

Dokumen terkait

jurnal online paling banyak antara 1-2 jam sejumlah 13 orang pemustaka (43.34%), (3) tingkat kemampuan pemustaka dalam pemanfaatan operator Boolean AND, OR, NOT sejumlah 11

di dalam Permenpan Nomor 24/2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Secara Nasional, Pengadu dengan kebutuhan khusus adalah individu

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Margareta (2013) yang menyatakan bahwa semakin rendahnya tepung ketan yang digunakan dalam pembuatan dodol

Perilaku tidak memilih atau golput umumnya dipakai untuk merujuk pada fenomena ketidak hadiran seseorang dalam pemilu karena tidak adanya motivasi. Masyarakat pada

 Pada kolom “ayo kerjakan” peserta didik secara berpasangan (dengan teman sebangku) untuk melafalkan surah Al-Fatihah secara bergantian..

Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, sikap lansia, jarak rumah dan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Unsur karbon banyak berperan dalam peningkatan kualitas baja. Beberapa unsur dipadu dengan baja agar dapat memperbaiki kemampuan tarik

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, (Glady Precillia Arindi), menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH RISIKO KREDIT, INTERMEDIASI