• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun istilah pengajaran mengalami perkembangan arti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun istilah pengajaran mengalami perkembangan arti"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari tahun ke tahun istilah pengajaran mengalami perkembangan arti secara terus menerus. Pada hakikatnya pengajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi dalam penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu juga sering dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer diartikan sebagai proses pemindahan. Maka dapat dikatakan pengajaran merupakan ranah dari pribadi seorang guru.

Pengajaran intrakurikuler di satuan pendidikan sekolah, meliputi proses pengajaran formal di kelas, dengan pengayaan Ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Pendidikan Agama, Pendidikan Seni, Pendidikan Olahraga, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Adapun program pengayaan pengajaran yang ditawarkan oleh kegiatan ekstrakurikuler di setiap sekolah lebih terfokus pada wawasan pengetahuan dan bimbingan psikomotorik (keterampilan).

Dari uraian diatas pengertian kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan setiap kelembagaan satuan pendidikan. Pandangan tersebut senada dengan apa yang dikemukakan dalam lampiran Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/O/1992. bahwa “ekstrakurikuler adalah kegiatan di

▸ Baca selengkapnya: arti dighom mutaqoribain secara istilah adalah ...

(2)

luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah ataupun di luar sekolah”.

Banyak program pengajaran yang ditawarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik olahraga maupun kesenian. Salah satu satuan pendidikan yang menawarkan program olahraga dan seni dalam kegiatan ekstrakurikulernya adalah SD Negeri Asmi Kec. Regol Kota Bandung. Sekolah dasar tersebut memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler berupa Pramuka, Klub Voli, Pencak Silat, Tari Tradisi Sunda, dan Gamelan Degung.

Berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis seni tradisi di SDN Asmi, merupakan jenis kegiatan yang dipilih para guru dengan dasar pertimbangan ingin memberi wawasan dan pengalaman berkesenian secara langsung, terutama kesenian tradisi Sunda. Adapun pertimbangan lainnya adalah karena pengayaan pengajaran siswa akan seni di kelas secara formal kurang memadai. Pandangan tersebut selaras dengan pandangan Soehardjo (2005:165) dalam bukunya Pendidikan Seni, Dari Konsep sampai Program, mengemukakan:

“…Pelajaran seni di dalam ketiga program pendidikan terdahulu tidak sepenuhnya memberikan kesempatan untuk berkreasi ataupun berapresiasi dengan bebas. Keterbatasan waktu belajar terutama dan suasananya tidak memberikan kesempatan untuk melakukan perenungan serta penjelajahan kerja yang bebas tetapi serius. Padahal komponen-komponen proses belajar tersebut berperan dalam menetukan hasil kerja. Terutama hal itu dirasakan oleh para peserta didik yang memiliki minat dan bakat seni. Karena itu dengan adanya program ekstrakurikuler memberikan solusi bagi mereka. Bahkan disamping solusi untuk masalah kekurangan waktu serta suasana yang tidak kondusif, juga untuk memilih cabang seni yang disukai tetapi tidak disajikan oleh intrakurikulum”.

(3)

dahulu merupakan bangunan gudang penyimpanan senjata pada zaman pendudukan Belanda. Dari segi program pengajaran intrakurikuler, sekolah tersebut tidak jauh berbeda dari sekolah-sekolah dasar lainnya, sesuai dengan standar kurikulum pendidikan nasional. Namun seperti yang telah diungkapkan di atas, untuk program kegiatan ekstrakurikuler, sekolah tersebut memilih salah satunya adalah gamelan degung.

Kegiatan ekstrakurikuler gamelan degung ini diawali dengan menarik beberapa orang siswa untuk berlatih gamelan degung. Kelompok pertama ini mulai berlatih dengan lagu-lagu sederhana dan diberikan guru pendamping khusus.

Pada awal proses kegiatan ini terlihat keraguan dan keengganan dari siswa bahkan dari orang tua. Sehingga seringkali anak-anak tersebut harus “digiring” untuk berlatih gamelan degung. Para guru berpandangan bahwa keraguan dan keengganan ini dipicu karena kurangnya asupan informasi tentang kesenian tersebut sehingga membentuk paradigma bahwa bermain gamelan degung itu “kuno” khususnya di kalangan anak-anak, dan penolakan pun terjadi. Maka para guru tersebut bertekad untuk memberi asupan informasi dan pengalaman yang mereka butuhkan.

Angkatan pertama calon penabuh gamelan atau yang biasa disebut nayaga ini merupakan gabungan siswi dari kelas empat yang berjumlah enam orang. Keenam orang gabungan siswi ini dipilih secara acak dengan catatan yang “terlihat aktif” dalam pelajaran kesenian di kelasnya, menurut pandangan guru masing-masing. Meski pada awal prosesnya penilaian aktif ini tidak banyak

(4)

membantu. Terutama dari segi konsentrasi mereka terhadap pelajaran yang disampaikan dalam bermain gamelan.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan satu kali dalam seminggu ini belum mampu menarik perhatian peserta didik pada awalnya. Seringkali mereka gelisah dan muram ketika bermain gamelan. Mereka menabuh gamelan dengan penuh emosi, sampai-sampai salah satu bilah saron terlonjak dari ancak. Kendati demikian guru pendamping tetap mengajarkan bermain gamelan. Terkadang salah satu murid menangis karena kesal diharuskan bermain gamelan. Bila hal tersebut sudah terjadi maka kegiatan tersebut diselingi istirahat.

Keengganan yang berbuntut mudah terpecahnya konsentrasi ini bukan satu-satunya masalah. Salah satu masalah lainnya adalah kondisi keenam orangtua murid yang belum sepenuhnya mendukung kegiatan ini. Bahkan mereka masih berpendapat bahwa kemahiran bermain degung tidak dapat memberikan nilai plus yang berarti bagi nilai akademik dan materi bagi anak-anak mereka.

Kondisi belajar anak dan pengertian orang tua yang masih minim tersebut tidak menyurutkan tekad para guru untuk memberikan yang terbaik bagi anak didiknya. Namun pada prosesnya mulai terlihat sedikit demi sedikit pencapaian yang telah diraih oleh kelompok siswa tersebut. Terlihat beberapa perubahan yang diraih kelompok tersebut, diantaranya keengganan siswa untuk bermain gamelan sedikit demi sedikit mulai berganti antusiasme, kadar emosi keseluruhan anggota pun mulai stabil, bahkan konsentrasi mereka yang tadinya mudah sekali terpecah, kini mulai terjaga dengan baik, bahkan terdapat perubahan sikap yang signifikan.

(5)

Dikatakan demikian karena pada beberapa anggota yang sedikit rumit, mereka mulai memiliki kapabilitas untuk menjaga konsentrasi dan bersikap.

Satu tahun berselang, kelompok nayaga ini sering diundang untuk mengisi acara-acara kehormatan seperti, Lepas – Sambut Camat Kecamatan Regol di Pendopo Kecamatan Regol Bandung. Pada tahun yang bersamaan Dinas Pendidikan Kecamatan Regol menunjuk kelompok ini untuk mengisi acara Konferensi OPEC se-Asean periode tahun 2004 sebagai penerima tamu kehormatan.

Mudah terpecahnya konsentrasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler bermain gamelan degung, di SD Negeri Asmi ternyata menjadi momok yang kerap membayangi berlangsungnya kegiatan tersebut. Meski pada akhirnya masalah ini dapat ditanggulangi, sehingga mendapatkan kebanggaan diterimanya seluruh nayaga gamelan di SMP Negeri 11 Bandung melalui jalur prestasi pada tahun 2005. Namun persoalan pecahnya konsentrasi siswa, senantiasa berulang ketika kelompok binaan baru (regenerasi) datang.

Munculnya fenomena tersebut menarik peneliti untuk mengkaji strategi pengajaran gamelan degung pada kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Asmi Kecamatan Regol Kota Bandung. Khususnya fenomena yang terjadi pada nayaga angkatan pertama tersebut.

Hal tersebut merupakan masalah mendasar dalam pendidikan dan pengajaran anak usia sekolah dasar. Selain ingin mengetahui penanganan emosi dan konsentrasi anak yang mudah terpecah dengan bijak, juga ingin mengkaji bagaimana pengembangan emosi dan konsentrasi anak agar terarah secara sehat

(6)

melalui kegiatan bermain gamelan degung. Semua itu merupakan tugas yang harus dijalankan oleh guru, agar terwujudnya proses pendidikan yang dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya, sesuai dengan makna pendidikan yang tercantum dalam USPN pasal 1 ayat 1 Thn 2003 yakni:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Bila hal ini tidak diteliti, dikhawatirkan pengajaran degung untuk anak tingkat sekolah dasar akan disamaratakan dengan tingkatan usia lain. Sedangkan terdapat perbedaan metode dan prosedur pengajaran untuk setiap tingkatan usia. Pandangan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Havighurst (1961:2) bahwa

“Pemberian materi yang membantu tugas-tugas perkembangan peserta didik seyogianya berlandaskan tingkat kematangan fisik dan psikologis anak, ketika hal tersebut berhasil diraih maka akan memberikan warisan kebahagiaan dan keberhasilan pada masa yang akan datang, sedangkan ketidakberhasilan pencapaian akan memberikan warisan ketidakbahagiaan/ ketidakpuasan, penolakan terhadap lingkungan, dan kesulitan di masa yang akan datang.”

“A development task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later tasks, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by the society, and difficulty with later tasks.”

Kajian penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang strategi pengajaran gamelan degung untuk anak usia sekolah dasar sesuai dengan ranah perkembangan anak usia sekolah dasar.

(7)

B. Rumusan Masalah

Agar tidak menimbulkan kerancuan dan kesalahpahaman, penulis memberikan batasan-batasan istilah, yakni:

1. Pengajaran.

Proses menanamkan pengetahuan dan keterampilan “teaching is imparting knowledge or skill.” Smith (1987:94)

2. Strategi

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal” J.R David dalam Sanjaya (2007:124). Dengan demikian strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3. Metode

“Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal” (Sanjaya, 2007:124).

4. Pembelajaran

“Pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dirancang bagi proses belajar siswa dan merupakan sebuah sistem” (Sanjaya, 2007:123). Karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa dan merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen.

(8)

5. Gamelan Degung

“Kegiatan berkesenian dengan mengetengahkan keterampilan memainkan perangkat kesenian berupa degung yang tentunya secara berkelompok” (Soepandi, 1998:14).

6. Kegiatan Ekstrakurikuler.

Kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah ataupun di luar sekolah (SK Dirjen Dikdasmen No. 226/Kep/O/1992)

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pengajaran seni degung untuk siswa kelas empat SD, sehingga tidak hanya memberikan wawasan dan pengalaman yang kaya akan kesenian tradisi, tetapi juga mampu mengembangkan potensi kecerdasan emosional anak. Karena pengajaran, metode, dan pembelajaran menjadi bagian atau komponen dari strategi yang akan dikaji dalam penelitian ini. Membatasi tentang bagaimana strategi pengajaran dikembangkan dan dilaksanakan, secara spesifik masalah tersebut diidentifikasi dengan pertanyaan: a. Bagaimana penerapan strategi pengajaran gamelan degung oleh guru pada

kegiatan ekstrakurikuler kesenian gamelan degung di SD Negeri Asmi? b. Bagaimana pengembangan emosi dan konsentrasi anak agar terarah secara

(9)

C. Tujuan Penelitian

Dalam prosesnya terdapat beberapa sistem pendidikan seni, salah satunya adalah sistem sanggar. Dimana sanggar ini berarti merupakan tempat untuk berkumpul dan saling bertukar pengalaman. Sehingga menjadikan anggota sanggar lebih dewasa, dalam pengertian lebih matang dalam berkesenimanan.

Sistem pengajaran ini yang kemudian diadopsi para guru di SD Negeri Asmi dalam menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler degung untuk anak didiknya, yang tentu saja dengan menambahkan guru kesenian, yang khusus mengajari mereka bermain gamelan degung.

Kegiatan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik melalui proses bimbingan, pengajaran, dan latihan agar menguasai kemampuan berkesenian, bukan tidak mengalami berbagai rintangan dan hambatan, khususnya dari peserta didik itu sendiri. Apalagi diusia mereka yang kadar emosi dan konsentrasinya lebih mudah terpecah. Bahkan kedua masalah ini merupakan tantangan nyata dalam mempersiapkan anak didik yang bekemampuan berkesenian dengan baik (kompetensi dasar seni). Dimana metode pengajaran menjadi hal yang benar-benar krusial untuk diolah dan diterapkan.

Maka tujuan penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menemukan “ramuan” metode pengajaran seni degung pada anak usia kelas empat sekolah dasar. Sehingga tujuan pemerkayaan pengalaman dan pengetahuan akan budaya tradisi dapat terlaksana. Adapun tujuan khusus dari kajian penelitian ini adalah untuk menggali, mengkaji, mengetahui, memaparkan, tentang permasalahan Strategi, metode, dan pengajaran Gamelan Degung pada Kegiatan Ekstrakurikuler

(10)

di SD Negeri Asmi Kecamatan Regol Kota Bandung, serta memberi gambaran tentang metode dan pengelolaan kelas yang dilaksanakan.

D. Asumsi

Pendekatan seni dalam pendidikan (dalam hal ini adalah bermain musik) penting diberikan kepada anak. Artinya keahlian menyanyi, memainkan alat musik, dan jenis keterampilan seni lain perlu ditanamkan kepada anak dalam kerangka menyiapkan peserta didik sebagai individu yang sehat dan dewasa secara individual serta sosial, sekaligus pengembangan dan pelestarian budaya. Pendekatan seni dalam pendidikan ini amat sejalan dengan konsep pendidikan sebagai proses enkulturasi (proses pembudayaan yang dilakukan dengan upaya mewariskan atau menanamkan nilai-nilai dari generasi tua kepada generasi berikutnya). Namun penanaman keterampilan dalam kerangka menyiapkan peserta didik tersebut seyogyanya dapat disesuaikan dengan kondisi psikologis usia anak.

Adapun pemanfaatan keberadaan seni dalam pendidikan, adalah sebagai salah satu faktor “penyeimbang” pada proses pendidikan yang dienyam oleh peserta didik sehingga memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan. Yaitu seni dimanfaatkan untuk upaya menyiapkan peserta didik bagi hari depannya agar menjadi individu yang utuh. Utuh jiwa dan raganya agar dengannya mereka mampu menghadapi hari depannya di masyarakat.

(11)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan minimal bermanfaat bagi penulis sendiri, lembaga sekolah, guru, dan siswa. Manfaat-manfaat penelitian yang dapat peneliti raih dari kajian ini adalah tentang pengayaan pengetahuan dan pengalaman langsung tentang bagaimana pengajaran Gamelan Degung dilaksanakan, khususnya dalam penerapan strategi dan metode pengajaran seni degung untuk anak usia Sekolah Dasar.

Adapun manfaat yang dapat diberikan kepada lembaga dan lingkungan seperti untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler tersebut, sehingga menghasilkan lulusan yang berwawasan budaya bagi Sekolah Dasar Negeri Asmi, bagi guru agar dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran, serta memberikan sumbangan fikiran dalam menghadapi kesulitan-kesulitan baik yang dialami oleh siswa maupun guru sendiri dalam menangani siswa, dan siswa dapat lebih merasakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Akhirnya sebagai pemerkaya khasanah bacaan khususnya tentang Strategi Pengajaran Gamelan Degung bagi anak usia Sekolah Dasar adalah manfaat penelitian yang dapat diberikan bagi UPI sebagai lembaga yang menaungi peneliti dalam menimba ilmu dan pengalaman.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan di SD Negeri Asmi, maka penelitian ini berupa penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode deskripsi analisis, dengan teknik pengumpulan data observasi nonpartisipatif. Dikatakan

(12)

demikian karena peneliti melaksanakan penelitian secara pasif, diantaranya mengamati, mengkaji, dan menghimpun data-data selama kegiatan tersebut berlangsung, serta mewawancarai beberapa narasumber yang dianggap relevan dengan kajian penelitian. Hasil dari pengamatan tersebut memungkinkan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang strategi, metode, dan pengajaran seni degung yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Asmi Kecamatan Regol Kota Bandung.

G. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini diadakan di Sekolah Dasar Negeri Asmi yang bertempat di Gg. Asmi No.2 Jl. Moh. Toha Bandung. Pemilihan sekolah ini didasari keingintahuan peneliti yang melihat adanya keberhasilan secara akademis dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut meski dengan kendala emosi dan konsentrasi anak yang mudah terpecah.

Referensi

Dokumen terkait

ABDUL ARIJAL TAUFIQ, 2008, NIM.02540018, PERENCANAAN LINE BALANCING DENGAN METODE RANK POSITION WEIGHT ( RPW ) DAN METODE REGION APPROACH ( RA ) GUNA

P (Participants) P1 dalam dialog tersebut adalah Lorna yang sedang berbicara pada P2 yaitu James... 145 No

illegal artinya adalah sejak semula tidak sah, oleh karenanya perbuatan tersebut merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Suatu perbuatan itu dengan

192 / 393 Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat kinerja karyawan di PT.Inti (Persero) Bandung pada divisi Operasional Celco Produksi dan

faktor-faktor yang berdasarkan hasil dari wawancara survei terbanyak mempengaruhi kinerja karyawan dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada