• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KE LUAR NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERTIMBANGAN PUTUSAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KE LUAR NEGERI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

224/PID.B/2013/PN.KPG)

SRKIPSI

Diajukan Sebagai Prasyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Bagian Studi Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh : SUPRIONO 02011181320039 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2018

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“… Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati

Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika

engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah …”

[HR.

at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”]

Karya tulis ini kupersembahkan kepada : 1. Allah Subbahanna Wata’ala

2. Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wa Sallam 3. Para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in serta

para ulama

4. Kedua orangtua ku tercinta 5. Adik-Adikku tersayang 6. Para Guru dan Dosenku

7. Keluarga Besar dan Sahabat-sahabatku terkasih 8. Almamater kebanggan

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala nikmat, rizki, hidayah, serta karunia tak terhingga yang diberikan kepada penulis.

2. Kedua Orangtuaku tercinta, bapakku Sugeng Supoyo dan Ibukku Komariah tersayang dan tercinta yang selalu memberikan do’a dari awal masuk kuliah hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Adik-adikku tercinta Ansurya Yunita dan Annisa yang memberikanku semangat.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor di Universitas Sriwijaya yang saya banggakan.

5. Bapak DR. Febrian, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

6. Bapak Usmawadi, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, masukan dan saran yang telah diberikan selama ini.

7. Bapak Dr.H. Zulkarnain Ibrahim, S.H., M.H. sebagai dosen Pembimbing Pertama yang saya Hormati dan Ibu Vera Novianti, S.H., M.Hum. sebagai Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, saran, pengarahan, dan nasehat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(6)

vi

8. Ibu Dr. Hj. Nashriana, S.H., M.H. sebagai Ketua Program Kekhususan Hukum Pidana yang telah membingmbing dan memberikan masukan dengan baik.

9. Seluruh bapak dan ibu Dosen Fakultas Hukum, MPK dan Lembaga Bahasa Uneversitas Sriwijaya yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis kedepan, semoga ilmu yang diberikan akan bermanfaat dan menjadi catatan amal baik bagi bapak dan ibu sekalian.

10. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya khususnya jurusan hukum angkatan 2013 yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Kakak tingkatku (kak Alfa, kak Aad, kak Dimas, dan Bang Idris) yang telah mendahului saya wisuda dan berkeluarga.

12. Teman-teman Pejuang Skripsi (Arif Budiman dan Agus Salim,)

13. Seluruh teman-teman di Keluarga Mahasiswa Besemah Pagaralam (KMBP) Indralaya.

14. Seluruh teman-teman di Forum Kajian Islam Mahasiswa (FORKISMA). 15. Seluruh teman –teman di Ikatan Remaja Masjid Guzail Al Ajmi (IRMA GA)

Jl. Nusantara gang Buntu Indralaya.

16. Kawan-kawan se-Kostan dengan segala canda dan tawa kalian.

17. Teman Badminton Sakatiga Indrlaya yang mengisi waktu menunggu wisuda. 18. Sahabat-sahabatku di Tim Ngeradak FC (Budiman, Salim, Chandra, Okmi,

(7)

19. Seluruh Dosen dan Teman-Teman KKN Angkatan ke- 86 Pagaralam. Terkhusus kawan KKN Dusun Mingkik Pagaralam.

20. Serta terimakasih pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pertimbangan Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Ke Luar Negeri Studi Putusan Hakim Nomor 213/Pid.Sus/2016/PN.Sbs dan Nomor 224/Pid.B/2013/PN.Kpg” penulis menyadari bahwa penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak.

Adapun maksud dan tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menunjang keberhasilan Studi para Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya khususnya, dan dapat juga bermanfaat bagi khalayak yang lebih luas pada umumnya.

Inderalaya, Februari 2017 Penulis,

Supriono

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ANTI PLAGIAT ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Keguanaan Penelitian ... 12

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

E. Kerangka Teoritik ... 14

F. Metode Penelitian ... 17

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Pendekatan Penelitian ... 18

3. Sumber Bahan Hukum Penelitian ... 18

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 19

5. Analisis Bahan Hukum ... 20

6. Penarikan Kesimpulan ... 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang a. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 22

a. Pengertian Perdagangan Orang Menurut KUHP ... 22

b. Pengertian Perdagangan Orang Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 23

c. Perdagangan Orang Menurut RUU KUHP ... 26

2. Ruang Lingkup Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 27

3. Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang ... 31

4. Sanksi Pidana Dalam Undang-Undang Perdagangan Orang ... 35

a. Sanksi Pidana Perdagangan Orang Dalam KUHP dan Luar KUHP ... 36

(10)

x

b. Sanksi Pidana Perdagangan Orang dalam Undang-Undang HAM ... 39 B. Buruh Migran Sebagai Korban Kejahatan

1. Pengertian Pekerja/Buruh... 39 2. Perlindungan Hukum Terhadap Buruh/Tenaga Kerja... 42 3. Jenis Perlindungan Kerja... 45 C. Tinjauan Tentang Putusan Peradilan Pidana

1. Putusan Hakim ... 55 2. Hakim dan Kewajibannya ... 56 3. Teori-Teori Tentang Pertimbangan Hakim ... 58 BAB III PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Pengiriman Tindak Pidana Perdagangan Orang Ke Luar Negeri Pada Kasus Putusan Hakim No. 213/Pid.Sus/2016/PN.Sbs Dan Putusan Hakim No. 224/Pid.B/2013/PN.KPG ... 61 1. Putusan Pengadilan Negeri Sambas Nomor 213/Pid.Sus/2016/PN.Sbs. ... 63 2. Putusan Pengadilan Negeri Kupang Nomor 224/Pid.B/PN.Kpg ... 93 B. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Pengiriman Tenaga Kerja

Migran Illegal Sebagai Bentuk Dari Tindak Pidana Perdagangan Orang Apabila Ditinjau Dari Perlindungan Hukum Terhadap Korban Perdagangan Orang

1. Konsep Pertanggungjawaban Pidana ... 113 2. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Ke

Luar Negeri Berdasarkan Teori Pertanggungjawaban Pidana ... 115 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 121 B. Saran ... 123 DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilakukan dewasa ini bertujuan untuk membuat kemakmuran rakyat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan kesehjahteraan penduduk, menciptakan kemandirian, keadilan, dan menjunjung tinggi nilai moral agama. Namun pada kenyataannya masih ada rakyat Indonesia yang belum medapatkan kesejahteraan, bahkan cenderung menjadi “budak” dan tidak selaras dengan rencana pembangunan bangsa dan bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Hak asasi merupakan hak dasar, pokok dan prinsipil.1 Hak asasi manusia seseorang itu mempunyai keistimewaan, terutama tidak menciptakan dan tidak dapat mencabutnya. HAM menjadi tanggung jawab bagi setiap pihak untuk melindungi dan mejaganya, baik negara, hukum, masyarakat dan setiap individu dimanapun dan kapanpun terkhusus masyarakat Indonesia. HAM terdiri dari hak dibidang sipil, politik, sosial, ekonomi, bahkan hak untuk hidup bebas dari ancaman yang merendahkan harkat dan martabat dari kemanusiaan.2 Salah satu diantaranya yang dianggap merendahkan harkat dan martabat manusia adalah adanya perbudakan.

1 Pius A. Prananto dan M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Arkola,

Surabaya, hlm.48.

2 Mahrus Ali dan Syahrif Nurhidayat, 2011, Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat in

(13)

Masalah perdagangan orang (trafficking in persons) khususnya perempuan dan anak di Indonesia belakangan ini semakin marak. Terjadi peningkatan kasus tindak pidana perdagangan orang dari tahun ketahun khususnya terhadap perempuan dan anak termasuk anak yang masih bayi. Laporan UNAFEI tahun 2004 menunjukan bahwa sepertiga dari jumlah perdagangan manusia di seluruh dunia adalah perempuan dan anak, jumlah berkisar 200.000 – 225.000 orang tiap tahun.3

Perdagangan manusia ini terjadi dan marak karena masih kurangnya pemahaman bahwa setiap manusia memiliki harkat dan derajat yang sama tanpa adanya perbedaan satu sama lain. dan hal itu terus mengalami perkembangan sampai dengan sekarang tanpa dapat dicegah. Permasalahan lama yang kurang mendapatkan perhatian sehingga keberadaannya tidak begitu nampak di permukaan padahal dalam prakteknya sudah merupakan permasalahan sosial yang berangsur angsur menjadi suatu kejahatan masyarakat dimana kedudukan manusia sebagai obyek sekaligus sebagai subyek dari trafficking.4 Selain masalah utama Kurangnya upaya hukum pencegahan yang kuat bagi para pelaku, masalah ini juga didasari oleh lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengerti dan paham akan

3

Yohanes Suhardin, 2008, Tinjauan Yuridis Mengenai Perdagangan Orang dari

Perspektif Hak Asasi Manusia, Mimbar Hukum Vol.20. No.3 Oktober 2008,hlm. 473,

http://journal.ugm.ac.id/, Di akses pada tanggal 25 Oktober 2017 Pukul 07.00 WIB

4

NN, Aliansi Global Menentang Perdagangan Perempuan: Standar HAM untuk

Perlakuan terhadap Orang yang Diperdagangkan, 1999, hlm. 12 http://journal.ugm.ac.id/, Di

(14)

3

adanya bahaya yang ditimbulkan dari praktek trafficking. Lemahnya tingkat kesadaran masyarakat ini tentunya akan semakin memicu praktik trafficking untuk terus berkembang. Dalam hal ini maka selain mendesak pemerintah untuk teru mengupayakan adanya bentuk formal upaya perlindungan hukum bagi korban trafficking dan tindakan tegas bagi pelaku maka diperlukan juga kesadaran masyarakat agar masyarakat juga berperan aktif dalam memberantas praktek trafficking sehingga tujuan pemberantasan trafficking dapat tercapai dengan maksimal dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.5

Asia pasifik dan timur tengah merupakan kawasan utama tujuan buruh imigran perempuan termasuk korban trafficking yang diperdagangkan, dengan tujuan negara antara lain: Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Jepang, Korea, Hongkong. Perdagangan perempuan dan anak dapat terjadi di dalam maupun diluar batas Negara, migrasi perpindahan orang merupakan elemen utama dalam perdagangan. Perdagangan wanita yang digolongkan sebagai bentuk perbudakan modern dan sangat meluas telah digambarkan sebagai suatu pelanggaran di banyak Negara dan dianggapnya sebagai organisasi kejahatan pada tingkat nasional juga internasional.6

5

Dian Novita, 2010, Trafficking Perspektif Hukum Pidana, Jurnal Al-Ihkam Vol.V. No.2 Desember hlm.292. http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/, Di akses pada tanggal 4 Oktober 2017 Pukul 20.30 WIB

6

Andi Yentriyani, 2004, Politik Perdagangan Perempuan, Galang Press, Yogyakarta, hlm. 90.

(15)

Sejarah perkembangan kejahatan, perdagangan perempuan dan anak-anak termasuk didalam kejahatan yang terorganisir (organized crime) yang artinya suatu kejahatan yang dilakukan dalam suatu jaringan yang terorganisir tapi dalam suatu organisasi bawah tanah dan dilakukan dengan cara canggih karena pengaruh kemajuan tekhnologi informasi dan transformasi sehingga batas Negara hampir tidak dikenal apalagi dengan pengawasan yang tidak ketat di daerah perbatasan atau tempat pemeriksaan imigrasi juga mempermudah terjadinya tindak pidana perdagangan orang dan sifatnya lintas Negara.7 Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari tindak kekerasan yang dialami orang terutama perempuan dan anak termasuk kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia.Maraknya masalah perdagangan orang di berbagai Negara terutama negar yang sedang berkembang seperti di Indonesia dimana Negara-negara yang sedang berkembang seringkali mengirimkan warga negaranya untuk bekerja di luar negeri untuk mencukupi permintaan pengiriman tenaga kerja ke Negara maju untuk dijadikan buruh. Pengiriman tenaga kerja di Indonesia khususnya TKW tersebut mampu menghasilkan devisa bagi Negara Indonesia bahkan para TKW ini dikenal dengan istilah pahlawan devisa dimana dalam prakteknya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dapat

7

(16)

5

dijadikan sebagai salah satu jalan legal dan illegal untuk terjadinya praktek

trafficking.8

Sedikit langkah untuk dapat mengurangi praktek trafficking ini para perempuan dan anak harus mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan perlindungan agar perempuan benar-benar memiliki kesetaraan gender, kekuatan dan rasa percaya diri dalam menyongsong masa depan. Tidak sedikit perempuan di Indonesia meskipun pintar tetapi tidak mendapatkan akses pelayanan pendidikan yang pada akhirnya mereka tidak mampu untuk melanjutkan sekolah bahkan mereka dijual untuk medapatkan keuntungan dibidang ekonomi.9

Kasus perdagangan wanita dan anak-anak selain tersangkanya yang bertambah dalam daftar, para korban kasus jual beli orangpun semakin panjang. Faktor ekonomi biasanya yang dipakai sebagai senjata bagi para pelaku sehingga pelaku memiliki peran dan tugasnya masing-masing. Ada yang bertugas mencari dan sebagai penyuplai. Dari semua pihak tersebut mereka bekerja sama secara sindikat dan saling menutup diri sehingga tidak begitu mencolok di dalam masyarakat.10

Dewasa ini perdagangan orang dianggap sama dengan perbudakan, yang diartikan sebagai suatu kondisi seseorang yang di bawah kepemilikan orang

8

Dian Novita, Op.Cit.,., hlm.294.

9 Ibid., 10

(17)

lain.11Perbudakan yang berasal dari kata “Budak” adalah suatu keadaan yang berupa mengabdi, taat, merendahkan diri. Budak atau Hamba yang dibeli dan dimiliki, dipandang sebagai milik tuannya, yang harus taat dan tunduk dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab apapun yang dibebankan kepadanya.12 Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegangkendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalamnegara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.13Menurut Blacks Law Dictionary Perbudakan/SLAVERY. The

condition of a slave; that civil relation in which one man has absolute power over the life, fortune, and liberty of another.14 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, perbudakan diartikan sama dengan hamba atau memperlakukan sebagai budak, segala sesuatu mengenai budak belian.15 Masyarakat Internasional telah lama menaruh perhatian terhadap permasalahan perdagangan orang ini.

11 C.S.T. Kansil et. al., 2009, Tindak Pidana dalam Undang-Undang Nasional, Jala

Permata Aksara, Jakarta, hlm.129.

12

Henny Nuraeny, 2011, Tindak Pidana Perdagangan Orang: Kebijakan Hukum

Pidanan dan Pencegahannya,Sinar Grafika, Jakarta, hlm.4.

13

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

14

Black’s Law4th. Dictionary, http://heimatundrecht.de/sites/default/ files/ dokumente/ Black'sLaw4th.pdf, Di akses 5 September 2017Pukul 21.00 WIB

15

Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Perbudakan, Di akses 8 September 2017 Pukul 22.00 WIB

(18)

7

Perserikatan Bangsa - Bangsa, misalnya melalui konvensi tahun 1949 mengenai penghapusan perdagangan manusia dan eksploitasi pelacuran oleh pihak lain, konvensi tahun 1979 mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, konvensi tahun 1989 mengenai hak – hak anak. Berbagai organisasi Internasional seperti IOM, ILO, UNICEF, dan UNESCO memberikan perhatian khusus pada masalah perdagangan anak, pekerja anak yang biasanya berada pada kondisi pekerjaan eksploitatif, seksual komersial.16

Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana pasal 297 KUHP yang mengatur larangan perdagangan wanita dan laki-laki belum dewasa merupakan kualifikasi kejahatan karena tindakan tersebut tidak manusiawi dan layak mendapatkan human yang berat dengan pidana penjara paling lama 6 tahun.17 Namun ketentuan Pasal 297 tersebut saat ini tidak dapat diterapkan secara lintas Negara sebagai kejahatan internasional. Demikian pula terhadap pasal 32 KUHP tentang “barang siapa dengan ongkos sendiri atau ongkos orang lain menjalankan perniagaan budak belian atau melakukan pebuatan niaga budak belian atau dengan sengaja turut campur dalam segala sesuatunya baik secara langsung maupun tidak langsung, dipidana penjara paling lama 12 tahun. Substansinya tidak lagi memadai. selain KUHP perlindungan

16

Chairul Bariah Mozasa, 2005, Aturan – Aturan Hukum Trafficking, USU Press, Medan, hlm. 2.

17

(19)

terhadap perdagangan orang juga telah diatur dalam Undang-undang Nomor. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang tersebut merupakan Undang-undang payung bagi seluruh peraturan perundangan yang substansinya mengatur mengenai perlindungan hak asasi manusia. Karena sifatnya yang payung tersebut, Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 belum dapat diterapkan secara langsung sehingga perlu suatu Undang-Undang yang mengatur pemberantasan perdagangan orang.18

Pada dasarnya perdagangan orang merupakan kejahatan lintas wilayah dan lintas Negara yang terorganisir sangat merugikan dan membahayakan masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu ketentuan materiil yang berbeda yaitu dengan adanya ancaman pidana yang berat bagi para pelakunya, perlu juga pengaturan khusus hukum formilnya yakni hukum acara yang tidak diatur dalam ketentuan hukum acara pidana. Keberadaan undang-undang ini diharapkan dapat mencegah, memberantas perdagangan orang dan melindungi para korban. Selain itu juga untuk mewujudkan komitmen nasional dalam rangka kerja sama internasional, baik pada tingkat bilateral, regional maupun multilateral untuk melakukan upaya pemberantasan perdagangan orang.19

Perkembangannya bentuk perbudakan yang dewasa ini banyak terjadi adalah pengiriman buruh migran yang mengarah pada perbudakan dan merupaakan salah satu bentuk dari “perdagangan orang” yang merupakan

18

Dian Novita, Op.Cit., hlm. 295.

19

(20)

9

kejahatan yang sudah meluas, yang pada akhirnya menimbulkan ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara, serta norma norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia. Atas dasar itulah pemerintah Indonesia mengundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU TPPO), sebagai upaya nyata Pemerintah Indonesia sebagai penegakan hukum yang komprehensif dan integral. 20

Indonesia merupakan salah satu negara pengirim Tenaga Kerja Migran terbesar di Asia. Pengiriman Tenaga Kerja Migran umumnya dilakukan dengan berbagai cara, baik legal ataupun illegal. Pengiriman Tenaga Kerja Migran illegal selalu dihubungkan dengan perbudakan sebagai salah satu bentuk dari tindak pidana perdagangan orang. Pemerintah dalam memperhatikan fenomena dan realita adanya “perbudakan” (disebut juga sebagai perbudakan modern), sebagai modus dari tindak pidana perdagangan orang terutama terhadap perempuan dan anak. Perempuan dan anak sangat rentan dengan kekerasan, terutama perdagangan orang yang merupakan perwujudan dari perbudakan modern. Selain melanggar HAM perdagangan orang juga rentan dengan ancaman dan kekerasan, sehingga menimbulkan dampak psikis yang buruk bagi si korban. Atas dasar itulah pemerintah Indonesia melakukan upaya atau kebijakan hukum, dengan

20

Henny Nuraeny, Pengiriman Tenaga Kerja Migran Sebagai Salah Satu Bentuk

Perbudakan Modern dari Tindak Pidana Perdagangan Orang, Jurnal Hukum dan Peradilan,

Vol.4, No.3 November 2015:501-518, hlm. 503. Di akses pada tanggal 6 September 2017 Pukul 20.00 WIB

(21)

meratifikasi beberapa konvensi internasional yang berhubugan dengan hak asasi manusia.21

Salah satu kasus dengan dakwaan tindak pidana perdagangan orang terjadi di Kabupaten Sambas. Berdasarkan kasus Perkara Nomor 213/Pid.Sus/2016/PN. Sbs pelaku ditangkap pada hari jumat, tanggal 2 September 2016 sekira jam 22:30 Wib di sebuah warung makan di Dusun Sajingan Rt. 01 Rw. 02 Desa Kaliauk Kecamatan Sajingan Kabupaten Sambas bersama 10 ( sepuluh ) orang Warga Negara Indonesia yang akan pelaku bawa ke Malaysia. Ke sepuluh orang tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur. Atas perbuatan tersebut tersangka diancam dengan ancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 jo. Pasal 4 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Pada kasus ini Hakim Pengadilan Negeri Sambas menyatakan Terdakwa Ahmad Ardi bin Abdullah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “melakukan percobaan membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah Republik Indonesia untuk diekploitasi di liar wilayah Negara Republik Indonesia” menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 ( empat ) tahun dan denda sejumlah Rp 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 4 ( empat ) bulan.

(22)

11

Selain kasus di atas, dalam kasus yang lainnya yaitu pada perkara nomor 224/Pid.B/2013/PN. Kpg tersangka Yermi Saudale alias Qobar Pamungkas alias Qobar ditangkap karena turut melakukan perbuatan menempatkan warga Negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri secara orang perseorangan dengan barang bukti 1 (satu) buah Pasport RI Asli atas nama Yesti Saudale No V155626 yang di duga palsu, 1(satu) lembar Boarding Pass Lion Air JT 283 Y 30 Mei 2013 Kuala Lumpur–Jakarta, 1 (satu) Pasport RI Asli atas nama Maria Yasinta So’o No A1286223 yang diduga palsu, 1(satu) buah buku catatan nama TKI yang akan dipekerjakan, 1(satu) potong kaos berkerah warna putih bercorak garis-garis berwarna biru muda dan biru tua, Aplikasi permohonan paspor No V155626 atas nama Hanafi, Aplikasi permohonan paspor No A1286223 atas nama Samsul Rizal, 1(satu) unit telepon seluler merk blackberry bold warna hitam, 1(satu) buah sim card No 0813.3935.3842., 1(satu) unit telepon merk

blackberry, 1(satu) buah simcard. Atas perbuatannya tersebut terdakwa diancam

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Jo Pasal 11 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (1) huruf a Jo Pasal 4 UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP. Pada kasus ini Hakim Pengadilan Negeri Kupang menjatuhkan pidana penjara selama 2 ( dua ) tahun dan denda sebesar Rp 2.000.000.000,- dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka akan diganti dengan pidana kurungan selama 3 ( tiga ) bulan.

(23)

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti ingin mengkaji skripsi dengan judul “Analisis Pertimbangan Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Ke Luar Negeri (Studi Putusan Hakim Nomor 213/Pid.Sus/2016/PN.Sbs dan Nomor 224/Pid.B/2013/PN.Kpg)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang mendasari pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan cara pengiriman tenaga kerja migran illegal ke luar negeri pada Putusan Hakim No. 213/Pid.Sus/2016/PN.Sbs dan Putusan Hakim No. 224/Pid.B/2013/PN.KPG ? 2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pengiriman tenaga

kerja migran illegal ke luar negeri sebagai bentuk dari tindak pidana perdagangan orang apabila ditinjau dari perlindungan hukum terhadap korban perdagangan orang ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan cara pengiriman tenaga kerja imigran illegal sebagai bentuk perbudakan modern dari perdagangan orang.

(24)

13

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pengiriman tenaga kerja imigran illegal sebagai salah satu bentuk perbudakan modern dari tindak pidana perdagangan orang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, penyusun berharap karya tulis ini dapat memberikan sedikit manfaat pemikiran bagi perkembangan hukum pidana pada umumnya, khususnya mengenai Tindak Pidana Trafficking.

b. Secara praktis, dapat menambah wawasan bagi penyusun dan sebagai bahan pertimbangan bagi apart penegak hukum (Polisi, jaksa, dan hakim) dalam menangani perkara perdagangan manusia trafficking, khususnya dalam memberikan perlindungan terhadap tindak pidana perdagangan orang dalam hal ini anak-anak dan perempuan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis hanya membatasi pada analisis yuridis pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dan pertanggungjawaban pidana dari pelaku pengiriman tenaga kerja ke luar negeri yang bersumber dari UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Pindak Pidana Perdagangan Orang dan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Putusan Hakim Nomor 213/Pid.Sus/2016/Pn. Sbs. Dan Nomor 224/Pid.B/2013/Pn. Kpg.

(25)

E. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi acuan, landasan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.22

1. Teori Penjatuhan Putusan

Menurut Mazkenzie ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara yaitu sebagai berikut:23

a. Teori Keseimbangan

Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban.

22

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.73.

23

Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.105-112

(26)

15

b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan lebih ditentukan oleh instink atau intuisi dan pada pengetahuan dari hakim.

c. Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar instuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.

d. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat

(27)

mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

e. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

2. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Definisi mengenai pengertian tindak pidana para pakar hukum terbagi dalam dua pandangan/aliran yang saling bertolak belakang, yaitu :

a. Pandangan /Aliran Monistis, yaitu :

Pandangan /Aliran yang tidak memisahkan antara pengertian perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.

b. Pandangan /Aliran Dualistis, yaitu :

Pandangan / Aliran yang memisahkan antara dilarangnya suatu perbuatan pidana (criminal act atau actus reus) dan dapat

(28)

17

dipertanggungjawabkannya si pembuat (criminal responbilitiy atau mens rea). Dengan kata lain pandangan dualistis memisahkan pengertian perbuatan pidana dengan pertanggungjawaban pidana. Dalam praktik peradilan pandangan dualistis yang sering diikuti dalam mengungkap suatu perkara pidana (tindak pidana), karena lebih memudahkan penegak hukum dalam menyusun suatu pembuktian perkara pidana.24

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Tipe penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif biasa disebut penelitian hukum doktriner atau pnelitian kepustakaan. Karena penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis sehingga penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya dengan perpustakaan karena membutuhkan data data yang bersifat sekunder.

Metode adalah cara yang berfungsi untuk mencapai tujuan. Metode merupakan suatu cara tertentu yang di dalamnya mengandung suatu teknik yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.25Penelitian

24 E.Y.Kanter & S.R Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta hlm. 249

25

Arief Furchan, 1997, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Usaha Nasional Surabaya, hlm. 11.

(29)

ini menggunakan metode normatif/yuridis normatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan-perhitungan (angka-angka), namun mencoba melihat hubungan antara manusia dan budaya hukumnya.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (The Case Approach) dan pendekatan historis (Historical Approach). Pendekatan perundangan-undangan adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pendekatan historis dilakukan dalam kerangka untuk memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan pengaturan mengenai isu hukum yang dihadapi.26

3. Sumber Bahan Hukum Penelitian

Dalam penelitian ini, data-data diambil dari berbagai sumber, terutama menggunakan data sekunder dengan bahan hukum primer berupa:

26

(30)

19

a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 tentang Peraturan Hukum Pidana.

3) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Di Luar Negeri.

6) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 7) Peraturan Menteri No.25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 Tentang

Rencana Aksi Nasional (RAN) Pemberantasan TPPO dan Eksploitasi Seksual Anak (ESA) tahun 2009-2014.

8) Putusan Hakim No. 213/Pid.Sus/2016/PN Sbs; 9) Putusan Hakim No. 224/Pid.B/2013/PN.KPG. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu:

1) Buku-buku Hukum Pidana

2) Buku-buku Hukum Ketenagakerjaan c. Bahan Hukum Tersier, yaitu:

Ensiklopedia Indonesia, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Kamus Hukum, Jurnal Hukum, Internet dan Koran.

(31)

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Metode studi kepustakaan merupakan pengumpulan data yang didapat melalui data tertulis dengan memperoleh bahan yang bersumber dari peraturan Perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian.

Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuam yang lebih dalam dan lengkap.27

5. Analisis Bahan Hukum

Jenis penenelitian hukum yang digunakan sangan menentukan sifat analisis hasil penelitiannya. Jika dalam penelitian menguji kualitas substansi norma hukum., maka analisisnya bersifat kualitatif. Kualitatif artinya rumusan pembenaran didasarkan kualitas dari pendapat-pendapat para ahli hukum, doktrin, teori, maupun dari rumusan norma hukum itu sendiri.28

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penulisan skripsi ini menggunakan logika berfikir induktif-deduktif, dengan cara melakukan penalaran pada suatu keadaan yang berlaku umum pada fenomena tertentu dan konkrit dihadapi.

27 Bambang Sanggono, 2003, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hlm.114

28

Meray Hendrik Mezak, Maret 2006. Jenis Metode dan Pendekatan dalam Penelitian

hukum. Fakultas Hukum Pelita Harapan. Volume V, No.3, hlm.94.

(32)

21

Proses yang terjadi dalam deduksi adalah konkretisasi, karena hal-hal yang dirumuskan secara umum tetap dalam keadaan khusus. Aturan- aturan hukum yang bersifat umum dijabarkan (dikonkretisasi) dalam wujud peraturan hukum yang konkrit, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari pembahasan sebagai upaya untuk mengetahui jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada dalam skripsi ini.29

(33)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif

Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika,

Alexander Fatie, Punishment and Restorative Crime, Avebury Ashagate Publishing Limited, USA.

Andi Yentriyani, 2004. Politik Perdagangan Perempuan,Yogyakarta: Galang Press,

Arief Furchan, Pengantar 1997. Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional,

Arif Gosita, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta,

Arikunto, 2009, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta,

Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta,

Bambang Sanggono, 2003,Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Bahder Johan Nasution, 2012, Negara Hukum Dan Hak Asasi

Manusia, Mandar Maju, Bandung,

Barda Nawawi Arif, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung,

Chairul Bariah Mozasa, 2005. Aturan – Aturan Hukum Trafficking, Medan : USU Press,

(34)

125

Chairul Huda, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju

Kepada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa

Kesalahan, Kencana, Jakarta,

C.S.T. Kansil et.al., 2009, Tindak Pidana dalam Undang-Undang

Nasional, Jakarta, Jala Permata Aksara,

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1990, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Eko Wahyudi, et. Al., 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Sinar Grafika, Jakarta,

Farhana,2010, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

Fathul Jannah, et.al., 2003, Kekerasan terhadap Istri, Yogyakarta: LKIS.,

Henny Nuraeny, 2011. Tindak Pidana Perdagangan Orang:

Kebijakan Hukum Pidanan dan Pencegahannya,

Jakarta: Sinar Grafika,

Herman Monstar, 1983, Peradilan yang Sesat, Terjemahan Grafiti Pers, Jakarta,

Imam Soepomo, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan. Djambatan, Jakarta,

J.M. Van Bemertelen, 1997, Hukum Pidana I. Cetakan Kedua, Bina Cipta, Bandung,

Lalu Husni, 2000, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta.

_____________2008, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan

Indonesia, Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi,

Jakarta,

Lilik Mulyadi, 2010, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana:

Teori, Praktik, Tehnik Penyusunan dan

(35)

Mahrus Ali dan Syahrif Nurhidayat 2011. Penyelesaian Pelanggaran

HAM Berat in Court System & out System, Jakarta:

Gramata Publishing,

Mardjono Reksodiputro, 1987, Beberapa Catatan Umum Tentang

Masalah Korban, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,

Melania Kiswandari. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam, Aloysius Uwiyono dkk. Asas-asas Hukum

Perburuhan. Rajawali Pers., Jakarta,

NN, Aliansi Global Menentang Perdagangan Perempuan: Standar

HAM untuk Perlakuan terhadap Orang yang Diperdagangkan, 1999,

Philipus M Hadjon, 1983, Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat

Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,

Pius A Prananto dan M Dahlan Al Barry 1994. Kamus Ilmiah

Populer Surabaya: Arkola,

Peter Mahmud Marzuki, 2011,Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban

Pidana, Dua Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta,

R.Sugandhi,1980,KUHP dengan penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya,

R.Soesilo, 1976, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap

Pasal Demi Pasal, Bogor,

Romli Atmasasmita, 1995, Kapita Selekta Hukum Pidana dan

Kriminologi, Mandar Maju, Bandung,

Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia. Edisi ketujuh. Liberty, Yogyakarta,

(36)

127

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010,

Tri Andrisman, 2009, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana

Indonesia, Unila, Bandar Lampung,

Umu Himly et.Al, 2006, Penanganan Kasus-Kasus Trafiking

Berprespektif Gender Oleh Jaksa Dan Hakim,

Universitas Malang Press, Malang,

Zainal Asikin, et.al., 1993, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja, RajaGrafindo Persada, Jakarta, B. Jurnal Hukum

Dian Novita, 2010, Trafficking Perspektif Hukum Pidana, Jurnal Al-Ihkam Vol.V. No.2,

Hanafi, 1999, Reformasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Jurnal Hukum, Vol. 6, No. 11,

Henny Nuraeny, Pengiriman Tenaga Kerja Migran Sebagai Salah

Satu Bentuk Perbudakan Modern dari Tindak Pidana Perdagangan Orang, Jurnal Hukum dan Peradilan,

Vol.4, No.3 November 2015:501-518,

Meray Hendrik Mezak, Maret 2006. Jenis Metode dan Pendekatan

dalam Penelitian hukum. Fakultas Hukum Pelita

Harapan. Volume V, No.3

Sudarto, 1988, Hukum Pidana I, Badan Penyediaan Bahan-bahan

Kuliah, FH Undip, Semarang,

Yohanes Suhardin, 2008, Tinjauan Yuridis Mengenai Perdagangan

Orang dari Perspektif Hak Asasi Manusia, Mimbar

Hukum Vol.20. No.3 Oktober 2008, C. Peraturan Perundang-undangan

(37)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP jo Undang-Undang No. 4 tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Di Luar Negeri.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan Menteri No.25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 Tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Pemberantasan TPPO dan Eksploitasi Seksual Anak (ESA) tahun 2009-2014.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial .

D. Putusan Hakim

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Sambas Nomor. 213/Pid.Sus/2016/PN Sbs;

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Kupang Nomor 224/Pid.B/2013/PN.KPG.

E. Internet

Black’s Law4th. Dictionary, http://heimatundrecht.de/sites/default/

files/ dokumente/ Black'sLaw4th.pdf, Di akses 5 September 2017 Pukul 21.00 WIB

Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Perbudakan, Di akses 8

Referensi

Dokumen terkait

xxi Tabel 5.21 Tabel Hubungan Kualitas Ruang dengan Jumlah, Dimensi, Letak Bukaan ...152 Tabel 5.22 Tabel Pengaplikasian Cahaya Buatan pada Interior Bangunan ...155 Tabel 6.1

ANALISIS KOMPETENSI PEKERJA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI IMPLEMENTASI PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Privasi, Kepercayaan, Keamanan, Reputasi dan keinginan terhadap keputusan nasabah menggunakan fasilitas internet

Padahal, dalam konteks sebagai produk pemikiran manusia yang lahir dalam ruang historis, status pemikiran-pemikiran Islam (baik di bidang fiqih, kalam, tasawuf) adalah

(ayat 7), Perwakilan Republik Indonesia adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsulat Republik Indonesia, atau Perutusan tetap Republik Indonesia. Pasal 2, Yang

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian, Net Premium Growth adalah rasio yang diinterpretasikan bersama-sama dengan

Saran, para guru dapat menggunakan software CNC Bubut KELLER Q plus sebagai media pembelajaran program diklat mesin bubut CNC karena siswa lebih mudah dalam memahami materi

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA KEDAI IGA BAKAR MANG OPAN DALAM.. MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN (Pendekatan analisis SWOT pada Kedai iga bakar