P R I N S I P M A N A J E M E N
P R I N S I P M A N A J E M E N
K E U A N G A N D A E R A H
K E U A N G A N D A E R A H
MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
• Manajemen keuangan daerah merupakan bagian dari Manajemen Pemerintahan Daerah selain
Manajemen Kepegawaian dan manajemen teknis dari tiap-tiap instansi yang berhubungan dengan pelayanan publik, atau kita sebut dengan Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Administrasi Pembangunan Daerah.
• Pengertian Manajemen keuangan daerah menurut Mardiasmo (2002) adalah mencari
sumber-sumber pembiayaan dana daerah melalui potensi dan kapabilitas yang terstruktur melalui tahapan perencanaan yang sistematis, penggunaan dana yang efisien dan efektif serta pelaporan tepat waktu.
• Keuangan Daerah menurut Mardiasmo (2002)
“ Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan belanja daerah (APBD).”
pengertian keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian APBD, karena APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Dari definisi keuangan daerah tersebut melekat 4 (empat) dimensi
• a) Adanya dimensi hak dan kewajiban;
• b) Adanya dimensi tujuan dan perencanaan;
• c) Adanya dimensi penyelenggaraan dan pelayanan publik; dan
Keterkaitan keuangan daerah yang melekat dengan APBD merupakan pernyataan bahwa adanya hubungan antara dana daerah dan dana pusat atau dikenal dengan istilah perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dana tersebut terdiri dari dana dekonsentrasi (PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan) dan dana Desentralisasi. Dana dekonsentrasi berbentuk dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sedangkan yang dimaksud dana desentralisasi adalah yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD).
• Tujuan keuangan daerah menurut Nick Devas, et.al, (1989):
1. Akuntabilitas (Accountability)
Pemda harus mempertanggungjawabkan tugas keuangan kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan dan sah. Lembaga atau orang yang dimaksud antara lain, adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala Daerah, masyarakat dan kelompok kepentingan lainnya (LSM);
2. Memenuhi kewajiban Keuangan
Keuangan daerah harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua ikatan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang;
3. Kejujuran
Urusan keuangan harus diserahkan pada pegawai profesional dan jujur, sehingga mengurangi kesempatan untuk berbuat curang.
4
. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency) kegiatan daerah
Tata cara pengurusan keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan setiap program direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan dengan biaya serendahrendahnya dengan hasil yang maksimal.
5. Pengendalian
Manajer keuangan daerah, DPRD dan aparat fungsional pemeriksaan harus
melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai. Harus selalu
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber-sumber keuangan
daerah, meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat dan partisipasi masyarakat secara aktif, maka berdasarkan peraturan terbaru, yaitu PP Nomor 58 Tahun 2005 dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
• Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah kemudian adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Adapun ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; 2. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. penerimaan daerah; 4. pengeluaran daerah;
5. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan
6. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
DAERAH
• Fungsi manajemen terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu: adanya proses perencanaan, adanya tahapan
pelaksanaan, dan adanya tahapan pengendalian/ pengawasan. Oleh karena itu fungsi manajemen keuangan daerah terdiri dari unsur-unsur pelaksanaan tugas yang dapat terdiri dari (Bahrullah Akbar, 2002) :
• 1) Pengalokasian potensi sumber-sumber ekonomi daerah;
• 2) Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; • 3) Tolok ukur kinerja dan Standarisasi;
• 4) Pelaksanaan Anggaran yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi; • 5) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Kepala Daerah; dan
PRINSIP PENGELOLA AN MANAJEMEN
KEUANGAN DAERAH
Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah Menurut Soleh dan Rohcmansjah (2010:10), prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:
• Akuntabilitas • Value for Money • Probity
• Transparansi • Pengendalian
• Akuntabilitas
prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Akuntabilitas mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Untuk ini, perumusan kebijakan, bersama-sama dengan cara dan hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik.
• Value for Money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep value for money. Dalam konteks otonomi daerah, value for money merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai good governance. Value for money
tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Untuk mendukung dilakukannya pengelolaaan keuangan dana publik (public money) yang mendasarkan konsep value for money, maka diperlukan system pengelolaan keuangan daerah dan anggaran yang baik. Hal tersebut dapat ter pai abila erintah daerah iliki sistem akunta i baik.
• Probity
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.
• Transparancy
keterbukaan pemerintah daerah dalam membuat kebijkankebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
• Pengendalian
Pengendalian Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering dievaluasi yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varians (selisih) terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat sesegera mungkindicari penyebab timbulnya
PENERAPAN PRINSIP KEUANGAN
DAERAH
Penerapan prinsip pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu upaya yang dijalankan pemerintah daerah untuk meningkatkan pengelolaan keuangan dengan lebih baik, maka akan mempengaruhi pula kualitas laporan keuangan daerah.
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah yaitu akuntabilitas, value for money, probity, transparansi dan pengendalian. Menurut
Governmental Accounting Standards Board (1999), akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di lingkungan pemerintahan.
Akuntabilitas adalah tujuan tertinggi dalam pelaporan keuangan pemerintah. Untuk menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berkualitas, Pemerintah daerah perlu menerapkan akuntabilitas sehingga pengelolaan keuangan daerah akan lebih baik dan pemerintah daerah
mampu menyajikan informasi tentang penyelenggaraan daerah secara terbuka, cepat, tepat kepada masyarakat, sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas sesuai dengan
peraturan daerah.
Prinsip yang lain yaitu, transaparansi memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat, value for money yang berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses
penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas, pengendalian yang berarti adanya evaluasi, dan probity yang berarti pengelolaan keuangan daerah yang dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi sehingga dalam penyajian laporan keuangan dapat disajikan secara jujur yang sesuai dengan salah satu karakteristik kualitas laporan keuangan yang terdapat dalam PP No 71 Tahun 2010.
Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah secara lebih spesifik di era otonomi daerah adalah sebagai berikut:
• Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.
• Anggaran Daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost
less).
• Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional
untuk keseluruhan siklus anggaran.
• Anggaran Daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk
seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.
• Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang
terkait.
• Anggaran Daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya untuk
• Sebanyak 343 Pemda terseret kasus korupsi (www.detik.com/finance)
“Kami laporkan sampai saat ini ada 343 kasus pemerintah daerah yang berhubungan dengan
korupsi baik di kejaksaan, kepolisian, maupun di KPK. Ini tentu harus membuat kita semua khawatir, kepada kualitas pelaksanaannya.” Sri Mulyani di Istana Bogor, Rabu (6/12/17)