• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian. menjalankan, mengembangkan, dan mengimplementasikan Kurikulum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian. menjalankan, mengembangkan, dan mengimplementasikan Kurikulum 2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diseluruh SMA Negeri dimana tiap sekolah diambil sampel satu orang guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mengajar di kelas sepuluh dengan metode

purposive. Asumsinya guru tersebut akan menjadi orang pertama yang

menjalankan, mengembangkan, dan mengimplementasikan Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Narasumber yang diambil merupakan guru yang telah bersertifikat pendidik mata pelajaran PKn baik melalui jalur portofolio maupun PLPG.

Penelitian ini membahas tentang pendapat dan sikap guru PKn SMA Negeri terhadap implementasi kebijakan Kurikulum Tahun 2013 mata pelajaran PPKn. Subjek yang digunakan peneliti berasal dari SMA Negeri karena menurut data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo, guru mata pelajaran PKn pada SMA Negeri seluruhnya telah bersertifikat pendidik. Dari responden yang dijadikan subjek semuanya adalah guru mata pelajaran PKn lulusan sarjana strata satu dan satu guru merupakan lulusan sarjana strata dua. Sehingga peneliti beranggapan bahwa secara akademis, guru-guru bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo memiliki kompetensi untuk menjadi subjek pada penelitian ini. Berikut adalah data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo:

(2)

63

Tabel 6. DAFTAR GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK MAPEL PKN JENJANG PENDIDIKAN SMA SE-KABUPATEN KULON PROGO

No NAMA JK NIP JENJANG UNIT KERJA STATUS PEND. TERAKHIR GOL

1 Drs. MUHAMAD TAMRIN L 19660105 199003 1 008 SMA SMA MUH AL MANAR PNS S1 PMP KN IVA

2 Drs. R. NUR AKHMAD JAMHADI L 19610501 198703 1 011 SMA SMA N 1 Galur PNS S1 PKN IVA

3 Drs. LAZUARDI ROHMANTO L 19650903 199203 1 009 SMA SMA N 1 Girimulyo PNS S1 PMP Kn IIIC

4 Drs. RUDY YOGYANTORO L 19640103 200012 1 001 SMA SMA N 1 Girimulyo PNS S1 PMP Kn IIID

5 Drs. SUNARJO MUSLIM L 19550514 198303 1 003 SMA SMA N 1 Kalibawang PNS S1/PKN IVA

6 SUBAYARI, S. Pd L 19550820 198703 1 002 SMA SMA N 1 Kalibawang PNS S1 PKN IVA

7 Drs. R. SUDARSANA L 19671205 200501 1 006 SMA SMA N 1 Kokap PNS S1 PMP KN IIIC

8 SUKARYONO, S. Pd L 19720520 199703 1 000 SMA SMA N 1 Lendah PNS S1 PMP-KN IIID

9 Dra. SUMARSIH P 19570506 198412 2 001 SMA SMA N 1 Lendah PNS S1 CIVIC HUKUM IVA

10 AMBAL LUSITARTI, S. Pd P 19760330 200501 2 012 SMA SMA N 1 Pengasih PNS S1 PMP-KN IIIC

11 Drs. AGUS SUMBORO L 19630824 198503 1 004 SMA SMA N 1 Pengasih PNS S1 PKN IVA

12 NURJANAH, S. I. P. P 197701032008012008 SMK SMA N 1 Samigaluh PNS S1 ILMU PEMERINTAHAN IIIB

13 INDARTI BUDI CAHYANI, S. Pd P 19680908 199402 2 001 SMA SMA N 1 Sentolo PNS S1 PKN IVA

14 Dra. SITI AMINAH P 19631202 198602 2 003 SMA SMA N 1 Sentolo PNS S1 PMP KN IVA

15 SUPRININGSIH, S. Pd P 19740313 200501 2 009 SMA SMA N 1 Sentolo PNS S1 PKn IIIB

16 SUSANTO, BA L 19560629 198103 1 009 SMA SMA N 1 Temon PNS D3 CIVICS HUKUM IVA

17 RINI EKAWATI, S. Pd P 19711101 200501 2 012 SMA SMA N 1 Wates PNS S1 PKn IIIC

18 Dra. LESTARI ASIH PARTIWI P 19671028 199412 2 003 SMA SMA N 1 Wates PNS S1 PMP KN IVA

19 Dra. VIPTI RETNA NUGRAHENI, M. Ed. P 19650423 199103 2 006 SMA SMA N 2 Wates PNS S2 SCIENCE EDUCATION IVA

(3)

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pendapat Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo Menanggapi Implementasi Perubahan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum tersebut tidak hanya terdiri atas berbagai mata pelajaran saja, namun juga mencakup berbagai kegiatan di luar kelas. Sehingga tidak terjadi pemisahan antara keduanya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pengertian tersebut memunculkan wujud kurikulum yang berupa kurikulum tertulis maupun kurikulum tidak tertulis yang berisikan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Hal ini tentu diperkuat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan era globalisasi maka terjadi pula perkembangan yang ada dalam dunia pendidikan. Perubahan ini khususnya juga terjadi pada perubahan dan perkembangan kurikulum mata pelajaran PKn. Dari zaman setelah kemerdekaan telah terjadi lebih dari lima kali perubahan kurikulum. Hingga pada akhirnya sekarang telah diberlakukan perubahan kurikulum pada tahun 2013.

(4)

1) Pendapat Guru terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum yang berlaku di Indonesia sebelum tahun 2013 adalah Kurikulum tahun 2006 atau sering disebut KTSP. Kurang lebih selama tujuh tahun kurikulum tersebut diberlakukan. KTSP sendiri memiliki karakteristik dimana guru diberikan kebebasan dalam seluas-luasnya dalam penyusunan Silabus, RPP, indikator, dan perangkat pembelajaran yang menunjang pembelajaran di kelas disesuaikan dengan kondisi tiap satuan pendidikan atau kondisi dari masing-masing sekolah. Dalam KTSP PKn memuat delapan ruang lingkup mata pelajaran yang ada di dalamnya sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 meliputi aspek Persatuan dan Kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasan dan politik, Pancasila serta Globalisasi. Hal ini menyebabkan mata pelajaran PKn menjadi mata pelajaran yang memiliki cakupan ruang lingkup pelajaran yang cukup luas dan kompleks dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Beradasarkan hasil cross check terhadap hasil wawancara dan dokumentasi, temuan peneliti dilapangan menyebutkan bahwa PKn dalam KTSP secara garis besar hanya memiliki kelebihan terkait otonomi pendidikan yang diberikan seluas-luasnya kepada guru. Dimana guru diberikan kebebasan untuk menyusun silabus, RPP, indikator, dan perangkat pembelajaran di kelas. Sehingga guru dapat menentukan sendiri tolak ukur ketercapaian pembelajaran

(5)

PKn pada masing-masing sekolah. Tentunya disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.

Temuan peneliti juga menyebutkan bahwa secara umum dalam mata pelajaran PKn dalam KTSP terdapat beberapa kekurangan dan kendala yang dirasakan oleh guru PKn SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo. Secara garis besar setidaknya ada empat kekurangan yang ada dalam KTSP, diantaranya kekurangan yang pertama otonomi pendidikan yang diberikan kepada guru menyebabkan tidak adanya standarisasi baku terkait penyusunan Silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran. Sehingga antara sekolah satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini menyebabkan output siswa yang dihasilkan memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

Kekurangan yang kedua terdapat pada struktur muatan kurikulum dalam KTSP dirasakan oleh guru sangat minim akan muatan nilai moral dan pendidikan karakter. Muatan dalam KTSP cenderung pada pengetahuan

(knowledge). Sedangkan kekurangan yang ketiga adalah cakupan materi dalam

KTSP tertalu luas. Ini terjadi karena tidak ada batasan materi yang dipelajari untuk dikembangkan guru. sehingga guru cenderung menggunakan materi pertama yang diberikan oleh Dinas Pendidikan tanpa mengembangkannya lagi. Kekurangan yang terakhir adalah cakupan meteri yang terlalu luas sehingga materi yang diberikan oleh guru terkadang menjadi dipadatkan. Hal ini menyebabkan kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa dalam KTSP menjadi tidak sepenuhnya terkuasai.

(6)

Selain kelebihan dan kekurangan yang telah disebutkan diatas dalam pelaksanaan KTSP sendiri juga menemui beberapa kendala yang dihadapi oleh guru PKn SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo. Kendala yang pertama adalah terkait kurangnya alokasi waktu pelajaran PKn dalam KTSP. Dimana dalam satu minggu alokasi waktu yang diberikan hanya dua jam pelajaran saja. Sedangkan materi yang diajarkan sangatlah luas dan terlampau banyak. Kendala yang kedua walau hanya dirasakan oleh beberapa sekolah saja namun juga menjadi kendala yang cukup menghambat pelaksanaan KTSP di sekolah, yaitu letak geografis masing-masing sekolah yang berbeda-beda. Sehingga untuk melakukan kegiatan penunjang diluar sekolah sangat menyulitkan bagi guru dan siswa yang sekolahnya berada pada daerah pedesaan atau pegunungan. Hal ini dirasakan oleh Drs. Rudy Yogyantoro selaku guru SMA Negeri 1 Girimulyo. Beliau mengungkapkan bahwa guru sekolah yang berada di kota lebih mudah memberikan penilaian afektif, kognitif dan psikomotor pada siswanya karena pembelajaran bisa dilakukan di luar sekolah dengan mendatangi instansi pemerintah yang berkaitan dengan materi pembelajaran seperti pengadilan dan DPRD. Namun hal ini akan menyulitkan sekolah yang secara geografis terletak jauh dari kota dan berada di pegunungan. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru SMA Negeri 1 Kalibawang dan SMA Negeri 1 Samigaluh.

Kemudian kekurangan yang ketiga adalah menanggapi kebebasan guru dalam mengembangkan kurikulum, hal berbeda diungkapkan oleh Drs. R. Sudarsana selaku guru SMA Negeri 1 Kokap dan selaku Ketua MGMP PKn

(7)

SMA Kulon Progo serta Dra. Vipti Retna N. M. Ed selaku guru SMA Negeri 2 Wates. Mereka mengatakan bahwa ada beberapa guru yang bahkan telah bersertifikat pendidik belum menyadari kewajiban diri sebagai sorang guru untuk mengembangkan kompetensi guru yang ada dalam diri guru tersebut. Beberapa guru sebagai guru profesional tersebut tidak mau mengembangkan kurikulum ,seperti hanya melakukan copy paste RPP, Silabus, dan perangkat pembelajaran lainnya. Hal ini tentunya bertentangan dengan sertifikasi guru dan kompetensi profesional yang seharusnya dimiliki oleh guru.

2) Pendapat Guru terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013

Berita mengenai pembaruan kurikulum muncul seiring dengan ditemukannya kekurangan dan permasalahan terkait muatan serta pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah. Selain itu degradasi moral generasi muda yang dilihat semakin parah terjadi secara meluas dimasyarakat Indonesia. Sementara mata pelajaran PKn terkesan dikambinghitamkan dengan munculnya masalah-masalah pada para generasi muda. Berdasarkan hasil telaah dokumen Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA, dasar pengembangan Kurikulum 2013 muncul dengan adanya tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

(8)

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal juga berkaitan dengan upaya mentransformasikan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah di Indonesia menjadi sumber daya yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang berkaitan dengan masalah hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Sehingga PPKn termasuk dalam kategori mata pelajaran wajib. Mata pelajaran wajib merupakan bagian dari pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warga negara yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa.

Muatan PPKn sendiri pada Kurikulum Tahun 2013 sebagaimana termuat dalam Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini yang mendasari muatan Kurikulum 2013 yang disebut dengan istilah empat pilar kebangsaan

(9)

yang mencoba ditonjolkan sebagai karakter atau ciri khas dari bangsa Indonesia sendiri.

Wacana perubahan Kurikulum 2013 tersebut sudah diketahui oleh seluruh narasumber. Berdasarkan hasil wawancara informasi tersebut mereka peroleh pertama dari media massa, lalu informasi lain diperoleh dari pengawas dari Dinas Pendidikan, serta workshop dan seminar yang membahas tentang perubahan kurikulum KTSP. Akan tetapi sampai peneliti selesai melakukan penelitian pada bulan September sama sekali belum ada sosialisasi resmi dari Dinas Pendidikan terkait Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn pada para guru PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan pengetahuan mereka terhadap Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn secara keseluruhan mereka upayakan secara mandiri baik melalui MGMP ataupun secara individu. Pengetahuan para guru tersebut terhadap Kurikulum 2013 pada awalnya hanya mencakup pada perubahan nomenklatur PKn menjadi PPKn, pemberlakuan Kurikulum 2013 yang bertahap mulai dari kelas sepuluh dan pada sekolah yang menjadi piloting project pelaksana Kurikulum 2013, yaitu sekolah yang bekas RSBI dan terakreditasi A. Selain itu pengetahuan awal guru terhadap muatan Kurikulum 2013 mengacu pada draft yang dikeluarkan oleh Kemendikbud per tanggal 3 Maret 2013.

Dari sebelas narasumber yang diwawancara secara umum berpendapat positif terhadap Kurikulum 2013. Pendapat yang dikemukakan diantaranya mengenai muatan materi pada mapel PPKn di Kurikulum 2013 sudah lebih sistematis terkait susunannya sehingga pembelajaran yang diberikan di kelas

(10)

tidak saling tumpang tindih. Kemudian tiga aspek penilaian yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor dapat lebih diaplikasikan kepada peserta didik apalagi dengan penguatan pada aspek afektif sehingga diharapkan dapat menghasilkan output yang berkarakter atau memiliki sikap yang sesuai sebagai warga negara yang baik, lalu terkait menonjolnya aspek afektif pada Kurikulum 2013 tidak serta merta membuat muatan Kurikulum 2013 dangkal akan ranah keilmuannya, hal itu justru menuntut sikap aktif dan kritis dari peserta didik/siswa dalam mengembangkan keilmuan PPKn, sehingga guru tidak lagi menjadi sumber segala sumber di dalam kelas tapi lebih sebagai fasilitator. Sistem yang diterapkan pada Kurikulum 2013 yang menurut narasumber bersifat semi sentralistik juga memudahkan guru dalam mengembangkan materi yang akan digunakan di kelas. Dimana setiap satuan pendidikan akan memakai rujukan materi yang sama sehingga dalam pengembangannya di kelas terdapat kesamaan visi antar guru PPKn sehingga tidak terjadi bias konsep dalam pembelajaran PPKn. Tapi tetap ada kebebasan dalam mengembangkan RPP bagi para guru PPKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo tentunya menyesuaikan dengan kondisi tiap satuan pendidikan.

Namun tiga orang mengatakan tidak setuju atau memberikan pendapat negatif. Perbedaan pendapat tersebut diungkapkan berdasarkan beberapa alasan. Diantaranya Drs. R. Sudarsana selaku guru SMA Negeri 1 Kokap mengungkapkan bahwa perubahan PKn menjadi PPKn pada Kurikulum 2013 merupakan kemunduran. Karena dalam Kurikulum 2013 terlalu dangkal materinya. Kuat pada aspek afektif namun aspek kognitifnya sangat lemah. Hal

(11)

serupa juga diungkapkan Drs. Nur Akhmad Jamhadi yang mengatakan bahwa muatan civic dan tata negaranya sangat minim. Sehingga akan disepelekan oleh siswa. Pendapat bernada keras juga diungkapkan oleh Indarti Budi Cahyani, S. Pd selaku guru SMA Negeri 1 Sentolo yang mengatakan bahwa muatan pada Kurikulum 2013 sebenarnya sudah ada dan dipelajari sejak dulu. Namun pemerintah sendiri tidak konsisten dalam mengeluarkan dan menjalankan kebijakan. Selain itu pemberlakuan Kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa karena tidak dibarengi dengan persiapan pada guru yang akan menjalankan Kurikulum 2013 sangat minim. Beliau juga tidak setuju pada muatan empat pilar kebangsaan yang meletakkan Pancasila sejajar dengan ketiga pilar lainnya karena menurut beliau Pancasila menjadi fundamen dari tiga pilar lainnya.

b. Sikap Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo dalam Mengimplementasikan Perubahan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum yang terjadi menjadi suatu kebutuhan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Kurikulum perlu diubah untuk menyesuaikan perkembangan zaman yang terjadi secara dinamis. Hal ini disadari betul oleh guru PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo. Perkembangan pola pikir manusia, kemajuan teknologi dan informasi serta perkembangan masyarakat yang semakin kompleks menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum. Namun tentunya perubahan itu memerlukan proses dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 secara bertahap. Yaitu pada sekolah yang menjadi piloting project

(12)

pelaksana Kurikulum 2013 dan dimulai dari kelas sepuluh. Dimana sekolah tersebut adalah sekolah bekas RSBI dan sekolah yang telah terakreditasi A. Sehingga penelitian terkait pemahaman dan implementasi Kurikulum 2013 dilakukan oleh peneliti pada seluruh sekolah piloting project pelaksana Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn se-Kabupaten Kulon Progo. Narasumber yang diambil adalah guru PPKn yang akan mengajar di kelas sepuluh dan merupakan guru yang telah bersertifikat pendidik. Diantaranya SMA Negeri 1 Wates, SMA Negeri 2 Wates, dan SMA Negeri 1 Sentolo.

Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA di dalam lampirannya menyebutkan bahwa PPKn termasuk kedalam mata pelajaran wajib (Kelompok A) bersama dengan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah Indonesia, serta Bahasa Inggris. Dalam Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 juga memuat Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn, diantaranya:

a) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. b) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

c) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

d) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

(13)

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Pola pikir Kurikulum 2013 disempurnakan dan dikembangkan seperti dalam Permendikbud Nomor 69 tahun 2013 seperti berikut :

a) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

b) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber-media lainnya).

c) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

d) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

e) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). f) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis

alat multimedia.

g) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

h) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak

(multidisciplines).

i) Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran kritis.

Peneliti juga telah melakukan cross check terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru-guru sekolah piloting project Kurikulum 2013, walaupun guru-guru tersebut masih meraba-raba muatan materi yang akan diajarkan namun mereka mampu membuat mengembangkan RPP hasil dari resapan materi yang senada pada KTSP lalu dan hasil dari koordinasi bersama dalam MGMP. Dalam RPP tersebut guru juga sudah menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) dengan

(14)

pendekatan saintifik. Selain itu juga Dra. Vipti Retna Nugraheni, M. Ed selaku guru SMA Negeri 2 Wates yang menjadi tim pengembang dalam Direktorat PSMA selalu menularkan ilmu yang diperolehnya terkait Kurikulum 2013 kepada guru lainnya melalui MGMP sehingga sedikit banyak hal ini juga membantu guru-guru PKn SMA Negeri di Kulon Progo dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

Setelah melakukan telaah dan cross check terhadap Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dan RPP yang dibuat oleh guru bahwa proses pembelajaran yang dilakukan bertahap, mulai dari kegiatan mengamati, menanya, mengekspresikan/mengeksplorasikan, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan, pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan pembelajaran saintifik. Hal ini menunjukan bahwa guru-guru tersebut sudah memahami bagaimana menjalankan Kurikulum 2013.

Peneliti juga menemukan hasil bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 juga menemui beberapa kendala teknis. Menurut hasil wawancara dengan narasumber terungkap bahwa pemerintah terlalu dini dalam mengeluarkan kebijakan tentang perubahan kurikulum tanpa dibarengi dengan persiapan dan pembinaan guru-guru mapel PPKn tingkat SMA/MA khususnya di Kabupaten Kulon Progo terhadap Kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari tidak adanya diklat ataupun sosialisasi teknis terkait pelaksaan Kurikulum 2013. Hal ini tentu sangat disayangkan oleh guru-guru PPKn SMA Negeri di Kulon Progo. Padahal instruksi Dinas Pendidikan sendiri melalui Kepala Sekolah untuk sekolah bekas Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) dan sekolah-sekolah yang terakreditasi A untuk seluruh

(15)

mapel mulai melaksakan Kurikulum 2013 pada siswa kelas sepuluh (sekolah

piloting project pelaksana Kurikulum 2013). Selain itu pemerintah baru

mengeluarkan muatan inti terkait isi dari Kurikulum 2013 berupa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, Silabus, dan Buku Ajar Siswa hanya tiga mapel untuk tingkat SMA/MA, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan Sejarah. Hal ini yang dirasa menjadi permasalahan bagi guru-guru mapel PPKn yang mulai mengajar menggunakan Kurikulum 2013. Sehingga guru-guru tersebut masih meraba-raba muatan materi PPKn dalam Kurikulum 2013 untuk mengajarkannya kepada siswa.

Sebagai seorang guru yang telah bersertifikat pendidik dan telah sadar akan empat kompetensi guru dan mampu memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka guru-guru mapel PPKn SMA Negeri di Kulon Progo tentu selalu berusaha menjadi guru profesional dengan menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang diamanatkan oleh pemerintah. Terkait persiapan dalam melaksanakan Kurikulum 2013 guru-guru tiap sekolah memiliki inisatif untuk mengadakan pelatihan sendiri ataupun workshop dengan mengundang narasumber yang dianggap berkompeten untuk memberikan materi tentang Kurikulum 2013 baik di sekolah masing-masing ataupun MGMP. Hal ini juga pernah di-cross check oleh peneliti melalui MGMP mepel PKn di Kabupaten Kulon Progo yang mengadakan diskusi dengan mendatangkan narasumber dari UNY yaitu kepala prodi PKn. Selain itu peneliti juga melihat kekompakan antar

(16)

guru mapel PKn dalam MGMP sehingga kendala dan masalah dalam pelaksaan Kurikulum 2013 bisa diatasi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pendapat dan sikap juga dapat dikatakan sebagai suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dengan berpendapat seseorang dapat menemukan hal baru dalam dunia sekitar, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Sehingga pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pendapat guru PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo menanggapi implementasi perubahan kurikulum mata pelajaran PKn menjadi PPKn pada Kurikulum 2013 serta sikap guru PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo terhadap implementasi mata pelajaran PPKn pada Kurikulum 2013.

1. Pendapat Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo Menanggapi Implementasi Perubahan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Kurikulum 2013

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap narasumber yakni guru mata pelajaran PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo terhadap perubahan mata pelajaran PKN menjadi PPKn pada Kurikulum 2013 sebagian besar memberikan pendapatnya pada kategori positif. Sebagian besar talah mampu memahami secara mendalam mengenai kelebihan dan kekurangan PKn dalam KTSP dan PPKn dalam Kurikulum 2013. Hal ini ditunjukan melalui hasil penelitian yang mencakup pendapat guru terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta

(17)

pendapat guru terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013.

Setelah dilakukan cross check dan telaah terhadap dokumen dan hasil wawancara. Peneliti menemukan bahwa guru PKn di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo secara umum menanggapi perubahan mata pelajaran PKn menjadi PPKn pada Kurikulum 2013 dengan pendapat yang positif terhadap kebijakan tersebut. Hal ini tentu berdasarkan pada hasil wawancara narasumber yang secara umum berpendapat 1) struktur muatan materinya lebih sistematis. 2) tiga aspek penilaian lebih mudah diaplikasikan pada siswa karena Kurikulum 2013 lebih menonjolkan aspek afektif. 3) lebih membangun sikap aktif dan kritis pada siswa dalam pembelajaran di kelas karena guru berubah menjadi fasilitator bukan sumber. 4) sifat semi sentralistik pada Kurikulum 2013 dianggap dapat menyatukan visi setiap guru PPKn SMA Negeri sehingga pengembangannya tidak bias konsep, namun tetap bebas disesuiakan dengan tiap satuan pendidikan. Pendapat tersebut juga berdasarkan pada perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013 dapat mengakomodasi kekurangan-kekurangan dan masalah yang timbul pada KTSP. Selain itu seiring dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin dinamis menuntut adanya pembaruan terhadap kurikulum khususnya mata pelajaran PKn.

Namun ada sebagian kecil guru yang memberikan pendapat negatif terhadap perubahan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Kurikulum 2013. Mereka tidak setuju terhadap kebijakan Kurikulum 2013 mata pelajaran PPKn. Adapun tanggapan tersebut diantaranya 1) perubahan PKn menjadi PPKn pada Kurikulum 2013

(18)

merupakan kemunduran. Karena dalam Kurikulum 2013 terlalu dangkal materinya. Kuat pada aspek afektif namun aspek kognitifnya sangat lemah. 2) muatan civic dan tata negaranya sangat minim. Sehingga akan disepelekan oleh siswa. 3) muatan pada Kurikulum 2013 sebenarnya sudah ada dan dipelajari sejak dulu. Namun pemerintah sendiri tidak konsisten dalam mengeluarkan dan menjalankan kebijakan. Beliau juga tidak setuju pada muatan empat pilar kebangsaan yang meletakkan Pancasila sejajar dengan ketiga pilar lainnya karena menurut beliau Pancasila menjadi fundamen dari tiga pilar lainnya.

2. Sikap Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri Se-Kabupaten Kulon Progo dalam Mengimplementasikan Perubahan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013

Sertifikasi guru dalam jabatan adalah pemberian lisensi atau sertifikat sebagai suatu pengakuan guru sebagai penyelenggara pendidikan yang berkompeten dan memiliki standar kualifikasi dari berbagai sudut. Sehingga dengan demikian para guru bersertifikat pendidik memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Dan dengan adanya sertifikasi pendidik pemerintah juga menjamin kelayakan kesejahteraan bagi guru-guru bersertikasi pendidik tersebut yang diberikan kepada guru dalam jabatan. Untuk itu jika dikaitkan antara profesionalitas guru dengan dijaminnya kesejahteraan guru sebagaimana hasil dari sertifikasi guru maka seharusnya dalam menyikapi perubahan kurikulum PKn menjadi PPKn guru dapat menentukan sikap sebagaimana menjadi seorang guru profesional. Hal itu ditunjukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan bersertifikat pendidik di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo terhadap kebijakan kurikulum Pendidikan

(19)

Pancasila dan Kewarganegaraan tahun 2013 khususnya guru-guru yang menjadi

piloting project Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil cross check antara dokumen dengan hasil wawancara terkait terkait sikap guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo terhadap implementasi mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Kurikulum 2013 diperoleh beberapa poin penting, diantaranya 1) Guru sudah bisa memahami mengenai Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Kerangka Kurikulum 2013. 2) Walaupun keluarnya Kurikulum 2013 tidak dibarengi dengan persiapan yang matang oleh pemerintah dalam menyiapkan dan membina guru-guru sebagai pelaku kurikulum dan juga dalam mempersiapkan bahan ajar untuk mapel PPKn tingkat SMA/MA namun guru PKn SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo mampu dan mau berkoordinasi secara kontinyu dalam MGMP ataupun secara mandiri mencari informasi terkait pengembangan Kurikulum 2013. 3) Guru mampu mengembangakan RPP dan materi berdasarkan resapan dari materi pada KTSP. 4) Guru sudah bisa mengembangkan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan saintifik. 5) Guru bisa merubah mindset bahwa guru di dalam kelas adalah fasilitator peserta didik agar mampu aktif mencari sendiri ilmu yang akan dipelajari terkait dengan materi yang akan diajarkan. Guru bukan sebagai sumber ilmu utama di dalam kelas. Dengan kata lain guru mapel PPKn SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo dilihat dari penguasaan kompetensi profesionalnya berada pada kategori baik. Karena guru mapel PPKn SMA Negeri se-Kabupaten Kulon Progo bisa menempatkan diri sebagai guru profesional karena bisa memahami dan

(20)

menjalankan kompenen-komponen dalam Kurikulum 2013mapel PPKn seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian.

Referensi

Dokumen terkait

13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang ketenagakerjaan yang berisi bahwa “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lima puluh tiga asam amino hasil translasi 159 nukleotida (53 situs triplet penyandi) terdiri dari 14 asam amino kekal (nukleotidanya tidak mengalami perubahan), 37 asam

Penelusuran Hasil Penelitian Tentang Intervensi Keperawatan Dalam Pencegahan Terjadinya Luka Dekubitus Pada Orang Dewasa.. Jurnal

Selama ujian Anda tidak diperkenankan bertanya atau meminta penjelasan mengenai soal-soal yang diujikan kepada siapa pun, termasuk petugasB. Jagalah lembar jawab

Sebagai wujud pertanggung jawaban sosial kepada Allah yaitu diantaranya dalam menjalankan usaha atau bekerja tidak lupa melakukan kegiatan amal sosial juga

Untuk itu, selanjutnya kita akan membahas suatu bentuk integral lain yang juga dapat digunakan untuk mengek- strapolasi gelombang hanya dengan menggunakan nilai P atau (∇P ) saja,

Sebagai konsekuensinya, pada tingkat ini pendidikan bukan hanya sebagai hak tetapi juga sebagai kewajiban bagi setiap warga negara pada tingkat umur tertentu (di

Dapat dilihat dari perbandingan tersebut hasil perhitungan dengan menggunakan Metode Fuzzy sama dengan perhitungan rata-rata karena nilai input yang di proses pada setiap