• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrol Plak -Diah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontrol Plak -Diah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kontrol plak kemikal dalam pencegahan gingivitis dan periodontitis

Diah

Staf Pengajar Departemen Periodonsia Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang – Indonesia

ABSTRAK

Antimikroba adalah bahan kemoterapi yang dapat mengurangi jumlah bakteri, baik terhadap mikroorganisme spesifik maupun non spesifik. Kontrol plak secara mekanis dilakukan sebagai dasar untuk mencegah penyakit periodontal dan antimikroba yang bersifat sebagai antiplak dipakai sebagai penunjang kontrol plak mekanis. Dari berbagai penelitian dan sumber didapatkan bahwa beberapa bahan antimikroba terutama jenis antiseptik, bila digunakan bersama-sama dengan perawatan mekanis dapat membantu kontrol plak dan menurunkan angka gingivitis. Makalah ini membahas beberapa bahan antiseptik beserta bentuk sediaan yang banyak digunakan, yaitu golongan fenol, bisguanida, quartenary ammonium compound, bahan oksigenase, ekstrak tanaman, ensim, ion logam dan bahan lain. Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian bahan antimikroba dalam kontrol plak akan lebih efektif bila digunakan bersama-sama dengan cara mekanis. Sifatnya hanya sebagai tambahan cara mekanis, dan tidak dapat menggantikan cara mekanis. Obat kumur yang beredar di pasaran dan terbukti memberikan manfaat bagi penghambatan plak, menurunkan angka terjadinya gingivitis yang akhirnya dapat mencegah terjadinya periodontitis adalah golongan klorheksidin dan campuran fenol-minyak esensial.

Key words: kontrol plak, pencegahan gingivitis

Korespondensi (corresponence): Diah, Staf Pengajar Departemen Periodonsia Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jl. Veteran - Kampus Sumbersari Malang 65145.

PENDAHULUAN

Jaman antimikroba dimulai oleh Joseph Lister dan Louis Pasteur. Lister mulai memperkenalkan penggunaan semprotan asam karbolik pada 1865, setelah sebelumnya Pasteur mengungkapkan teori kuman sebagai penyebab penyakit. Pada awalnya, penggunaan antimikroba hanya terbatas pada pencegahan dan pengobatan penyakit mulut dan bau mulut. Pada awal tahun 1960-an penelitian di bidang kedokteran gigi mengenai pencegahan dan pengobatan dengan antimikroba beralih dari masalah karies ke masalah gingivitis dan periodontitis.1

Antimikroba adalah bahan kemoterapi yang dapat mengurangi jumlah bakteri, baik terhadap mikroorganisme spesifik maupun non spesifik. Sedangkan antibiotika adalah salah satu bentuk dari bahan antimikroba, yang dihasilkan atau diambil dari mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.2

Dalam 30 tahun terakhir, para ahli yakin bahwa plak adalah sebagai penyebab penyakit periodontal. Kontrol plak secara mekanis dilakukan sebagai dasar untuk mencegah penyakit periodontal. Kontrol plak mekanis mempunyai kelemahan, karena sangat tergantung dari individu yang melakukannya,

terutama di bagian interproksimal. Karena itu antimikroba yang bersifat sebagai bahan antiplak dipakai sebagai penunjang kontrol plak mekanis.1

Menurut Moran,3 bahan antiplak dipakai sebagai tambahan pada kontrol plak mekanis karena plak adalah penyebab utama gingivitis, dan hasil pada penelitian mengenai tingkat kebersihan gigi menunjukkan bahwa cara mekanik kurang adekuat.

Bahan antimikroba yang sering dipakai sebagai bahan antiplak untuk perawatan periodontal adalah jenis antiseptik dan antibiotika. Dalam kontrol plak, bahan-bahan ini sering digunakan dalam bentuk obat kumur, pasta gigi dan gel untuk aplikasi topikal.4

Penghambat pertumbuhan plak dan kalkulus yang terdapat dalam obat kumur atau pasta gigi dipakai sebagai tambahan pada cara mekanik dan tergantung dari kebutuhan penderita.2

Dalam makalah ini akan dibahas bahan antimikroba dari jenis antiseptik yang digunakan sebagai penunjang pada kontrol plak mekanis.

Kontrol plak

Kontrol plak adalah pengambilan bakteri plak dan pencegahan menumpuknya pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. Kontrol plak juga menghambat terbentuknya kalkulus, dapat

(2)

2

menyembuhkan keradangan gingiva dan bila kontrol

plak dihentikan akan menyebabkan kekambuhan keradangan. Jadi kontrol plak adalah cara yang efektif untuk perawatan dan pencegahan gingivitis dan merupakan bagian yang penting dari semua prosedur dalam perawatan dan pencegahan periodontitis.2

Kontrol plak merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada setiap tahap perawatan periodontal, yang efektif untuk pencegahan terjadinya perubahan inflamasi pada jaringan periodontal.4

Pada saat ini kontrol plak yang paling banyak dilakukan adalah secara mekanik, yaitu dengan menggunakan sikat gigi dan alat bantu yang lain seperti sikat gigi interdental dan alat irigasi oral yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, maupun scaling dan root planing yang dilakukan oleh dokter gigi. Selain itu kontrol plak juga dilakukan secara kimiawi, antara lain dengan menggunakan bahan antimikroba.4

Kontol plak mekanis

Saat ini kontrol plak mekanis yang paling banyak dilakukan adalah dengan menggunakan sikat gigi dan alat bantu kebersihan mulut yang lain.

Alat-alat yang digunakan dalam kontrol plak mekanis antara lain: sikat gigi, sikat gigi elektris, pasta gigi, alat pembersih interdental dan alat irigasi oral.

Kontrol plak kemikal

Berbagai hasil penelitian menunjukkan beberapa bahan antimikroba terutama jenis antiseptik, bila digunakan bersama-sama dengan perawatan mekanis dapat membantu kontrol plak dan menurunkan angka gingivitis.5-7

Banyak bahan yang dapat digunakan sebagai kontrol plak kemikal. Bahan-bahan tersebut dibagi menjadi lima kelompok umum, yaitu: 1) antiseptik dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas; 2) antibiotik yang mampu menghambat atau membunuh bakteri dari grup tertentu; 3) ensim yang secara tunggal atau kombinasi dapat merubah aktivitas plak; 4) bahan non-ensimatik, dispersing, denaturasi atau modifikasi yang dapat merubah struktur atau aktivitas metabolisme dari plak; 5) bahan yang dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan pelikel.1

Penggunaan bahan antimikroba secara efektif dapat digunakan bersama-sama dengan perawatan penyakit periodontal yang konvensional. Namun demikian, cara di atas tidak dapat menggantikan perawatan profesional yang di lakukan oleh dokter gigi atau perawatan kebersihan mulut yang dilakukan di rumah.2

Bahan-bahan antimikroba dapat diberikan secara sistemik atau lokal. Sarana pemberian bahan

antimikroba (antiseptik dan antibiotika) secara lokal antara lain dapat berupa: pasta gigi, obat kumur, permen karet, dan slow release devices. Pemakaian pasta gigi, obat kumur dan permen karet yang mengandung bahan antimikroba terbukti tidak efektif dalam perawatan periodontitis karena tidak dapat masuk ke dalam poket periodontal. Karena itu cara pemberiannya dapat dilakukan secara langsung pada saat dilakukan terapi bedah periodontal, atau dilakukan bersama-sama oleh dokter gigi dan oleh penderita di rumah, dimana cara di atas mempunyai keuntungan karena: bahan antimikroba dapat langsung mencapai poket atau permukaan akar, mengurangi dosis obat, meningkatkan konsentrasi obat dan mengurangi efek samping sistemik seperti gangguan pada pencernaan. Kerugian pemakaian bahan antimikroba secara lokal, khususnya beberapa antibiotika, dapat memicu terjadinya infeksi sekunder oleh jamur atau reaksi hepersensitif.2

Antiseptik

Bahan antiseptik yang banyak digunakan adalah golongan fenol, bis-guanida, quartenary ammonium compounds, bahan oksigenase, ekstrak tanaman, ensim, ion logam dan bahan lain.

Golongan fenol

Campuran fenol-minyak esensial

Golongan ini adalah yang paling lama dipakai para klinisi. Pertama dipakai oleh Joseph Lister pada tahun 1865 dalam bentuk semprotan karbol untuk asepsis pembedahan. Produk paling lama untuk rongga mulut adalah Listerine, yang merupakan kombinasi dari fenol, timol dan eucaliptol yang dicampur dengan mentol dan metilsalisilat dalam wadah hidroalkohol 26,9 persen.1

Pemakaian Listerine dua kali sehari setelah menyikat gigi dapat meningkatkan penurunan plak dari 20 persen menjadi 34 persen dan mengurangi jumlah gingivitis dari 28 persen menjadi 34 persen.1,4 Mekanisme golongan fenol ini adalah merusak dinding sel dan menghambat pembentukan enzim bakteri. Golongan fenol juga bersifat anti inflamasi dan menghambat sintesa prostaglandin pada konsentrasi yang lebih kecil daripada konsentrasi untuk antibakteri.1,4,8

Kekurangan bahan ini adalah bahwa beberapa pasien merasakan sensasi seperti terbakar dan rasa yang pahit, serta adanya stain pada gigi.1

Triclosan

Triclosan adalah golongan bis-fenol dan non-ionic germicide dengan toksisitas rendah dan mempunyai aktivitas antibakteri dengan spektrum luas. Dari penelitian terbaru didapatkan bahwa triclosan efektif untuk mengurangi plak, gingivitis

(3)

3

dan kalkukus, serta dapat menjaga kesehatan

gingiva.1

Triclosan merupakan bahan anti mikroba dari golongan fenol yang dapat mengurangi timbunan plak, kalkulus dan mencegah gingivitis, triclosan memiliki aktivitas antibakteri yang berspektrum luas, mempunyai aktivitas terhadap semua bakteri yang paling banyak yang dapat ditemukan dalam plak. Tetapi sebagai antiplak triclosan aktivitasnya kurang kuat, oleh karena itu harus digabung dengan antibakteri lain untuk peningkatan aktivitasnya.5

Triclosan dapat dikombinasi dengan zinc citrate untuk meningkatkan efek antiplak dan antikalkulus, atau memasukkan triclosan dalam copolymer dan polyvinylmethyl ether dan asam maleat (Gantrez) untuk meningkatkan waktu retensi.1,5

Bentuk triclosan-zinc citrate maupun kombinasi ticlosan-Gantrez pada formulasi pasta gigi secara signifikan dapat mengurangi plak dan gingivitis. Obat kumur yang mengandung 0,3 persen triclosan dan 0,25 persen copolymer (Actibrush) juga menunjukkan pengurangan jumlah plak yang signifikan jika digunakan setelah menyikat gigi dan sebagai obat kumur sebelum menyikat gigi. Tidak ada resistensi flora rongga mulut dan bakteri terhadap triclosan.1

Bis-guanida

Golongan bis-guanida yang paling dikenal adalah klorheksidin. Golongan ini paling banyak diketahui dan paling banyak dipakai sebagai antiseptik spektrum luas.1,9

Klorheksidin secara signifikan dapat mengurangi plak dan gingivitis (dibandingkan dengan placebo) jika digunakan dua kali sehari sebagai tambahan setelah menyikat gigi. Pada penelitian gingivitis secara eksperimental selama 21 hari, kondisi kontrol plak dan gingivitis dapat dipertahankan tanpa dilakukan prosedur kebersihan mulut mekanis.1

Konsentrasi klorheksidin yang telah diterima oleh ADA dan FDA adalah 0,12 persen dalam 11,6 persen alkohol dengan pH 5,5. Dianjurkan digunakan dua kali sehari, sebanyak 15 ml, dengan tenggang waktu 30 menit setelah menyikat gigi. Hal ini untuk menghindari inaktivasi dari anion sodium lauril sulfat pada pasta gigi dan kation klorheksidin. Interaksi dapat juga terjadi antara anion fluoride pada obat kumur dan pasta gigi.1

Pada penelitian yang menggunakan klorheksidin dengan konsentrasi 0,1% dan 0,2% didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna secara statistik pada efektivitas dan efek samping. Maka dari itu tidak dianjurkan untuk menaikkan konsentrasi klorheksidin dari 0,1% menjadi 0,2%.7

Cara kerja klorheksidin dalam menghambat pembentukan plak karena memiliki kemampuan untuk:8 a) mengadakan ikatan dengan kelompok asam anionik glikoprotein saliva, sehingga perlekatan pelikel akuid yang diperlukan untuk kolonisasi bakteri plak terhambat; b)mengadakan ikatan dengan lapisan polisakarida yang menyelubungi bakteri sehingga absorbsi bakteri permukaan gigi atau pelikel akuid terhambat; c) mengendapkan faktor-faktor aglutinasi asam yang ada dalam saliva dan menggantikan kalsium yang diperlukan sebagai perekat bakteri pembentuk massa plak.

Selain menghambat pertumbuhan bakteri plak, klorheksidin memiliki efek bakterisida karena terikatnya molekul kationiknya dengan anionik bakteri yang akan mempengaruhi dinding sel bakteri dan selanjutnya mengganggu keseimbangan osmotis sel.8

Klorheksidin menunjukkan efek yang berbeda pada konsentrasi yang berbeda. Pada konsentrasi rendah bahan ini bersifat bakteriostatik, dan pada konsentrasi yang lebih tinggi dapat bersifat bakterisidal yang cepat. Tingkat bakteriostatik atau bakterisidal tergantung dari spesies bakteri.9

Bahan ini mempunyai efek samping berupa pewarnaan pada gigi dan gangguan pengecapan, pengelupasan epitel mulut pada anak-anak, tetapi tidak menunjukkan terjadinya resistensi bakteri.4

Pada penelitian jangka panjang menunjukkan adanya sedikit perubahan pada flora normal rongga mulut; terjadi superinfeksi oleh candida; memperlambat penyembuhan luka; efek sitotoksik pada fibroblas, neutrofil, dan sel-sel epitelial. Pada penderita dengan terapi radiasi, didapatkan bahwa mukositis yang disebabkan radiasi bertambah parah dengan penggunaan klorheksidin.3

Selain digunakan dalam bentuk obat kumur, klorheksidin juga dapat dipakai dalam bentuk spray, gel, pasta gigi dan permen karet.9

Bentuk obat kumur dipasarkan dalam bentuk larutan klorheksidin glukonat 0,12% (Peridex) dan klorheksidin glukonat 0,2% (Corsodyl dan Minosep)

Indikasi pemakaian klorheksidin:10 1) tambahan cara mekanik pada kontrol plak; 2) pencegahan sekunder setelah perawatan bedah, termasuk perawatan periodontal; 3) penderita dengan penggunaan fiksasi antar rahang; 4) penderita dengan predisposisi terjadinya candidiasis, klorheksidin efektif sebagai antiseptik antijamur dan sangat berguna bila dikombinasikan dengan bahan antijamur; 5) penderita dengan resiko karies yang tinggi, klorheksidin mempunyai efek yang sinergestik terhadap fluor dalam pencegahan karies; 6) pencegahan kontaminasi bakteri pada penderita dengan minor recurrent aphtous ulceration, tetapi hanya sedikit bermanfaat untuk penderita dengan

(4)

4

mayor recurrent aphtous ulceration; 7) penderita

yang menggunakan piranti ortodonsi lepas dan cekat; 8) penderita dengan implant; 9) penderita rawat inap, lanjut usia dan dalam keadaan sakit berat; 10) untuk mengurangi bakteremia dan kontaminasi bakteri yang disebabkan oleh bakteri rongga mulut.

Quartenary ammonium compounds

Bahan ini menunjukkan kemampuan untuk mengurangi plak dan mempunyai efek terhadap kesehatan gusi. Daya kerjanya adalah dengan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri sehingga menurunkan metabolisme, menyebabkan lisis dan mengurangi kemampuan bakteri melekat pada gigi.4

Produk-produk yang banyak dipakai dalam kelompok ini adalah:1,4 1) CPC, cetylpyridinium chloride (Cepacol), biasanya digunakan dalam konsentrasi 0,05% atau 0,1%, kadang-kadang bersama dengan domiphen bromide (Scope); 2) benzethonium chloride pada konsentrasi yang sama (Colgate 100).

Golongan Quartenary ammonium compounds ini mempunyai efek samping pewarnaan pada gigi , rasa terbakar dan kadang-kadang bisa terjadi deskuamasi pada epitel. Sebagai obat kumur diformulasikan dalam 14% sampai 18% alkohol, pada pH 5,5 sampai 6,5, dan dianjurkan dipakai dua kali sehari.1

Contoh obat kumur jenis ini adalah Reach (Johnson & Johnson) yang mengandung campuran CPC 0,05% dengan natrium fluorida 0,05%; Ultrafresh (Konimex) dengan komposisi CPC 50 mg/100 ml dan etanol 17 ml/ 100ml; dan Oral-B yang komposisinya antara lain adalah CPC.8

Bahan oksigenase

Pada masa lalu, peroksida dan perborat digunakan sebagai bahan utama untuk terapi ANUG dan perikoronitis. Kini perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik Keyes, yaitu pemakaian campuran hidrogen peroksida dengan sodium klorit dan sodium bikarbonat dalam bentuk pasta gigi atau irigasi.1

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tehnik Keyes ini tidak lebih efektif dari pembersihan rongga mulut secara konvensional, dan menyikat gigi terbukti tidak efektif bila digunakan sebagai penyalur bahan obat-obatan ke dalam poket periodontal.2

Contoh obat kumur golongan ini adalah campuran natrium perborat monohidrat dengan natrium hidrogen tartrat (Bocasan buatan Oral B).8

Penelitian menunjukkan penurunan yang bermakna terhadap jumlah plak dan gingivitis dengan menggunakan 1% sampai 1,5% peroksida sebagai obat kumur atau irigasi. Tidak ada efek samping

seperti iritasi mukosa atau pewarnaan pada lidah.1 Tetapi pada penelitian jangka panjang, penggunaan bahan ini dalam perawatan penyakit periodontal tidak memberikan hasil yang baik.4

Selain itu ada peneliti yang mencoba menggunakan superoxol (hidrogen peroksida 30% yang mempunyai pH 2,6) untuk pemakaian topikal pada perawatan Localized Refractory Idiopathic Gingivitis. Peneliti menggunakan superoxol berdasarkan alasan bahwa perawatan dengan menggunakan antimikroba tidak berhasil, faktor penyebab tidak diketahui, penyebab sistemik tidak ditemukan. Perawatan tersebut dikatakan berhasil karena tidak terjadi resesi, gingiva tampak kenyal, warna normal dan sehat, estetik baik dan pada kontrol-kontrol selanjutnya tidak ada kekambuhan.11

Ekstrak tanaman

Ekstrak tanaman yang banyak diteliti saat ini adalah sanguinarin, yang merupakan bahan kimia berupa ekstrak alkaloid dari tanaman bloodroot (Sanguinaria canadensis).1,4,8

Formula yang ada saat ini mengandung ekstrak sangunarin 0,03% (ekivalen dengan 0,01% sanguinarin murni) dan 0,2% zinc chloride untuk mendapatkan efek antiplak. Sanguinarin sering digunakan dalam bentuk pasta gigi dan obat kumur. pH 5,2 pada pasta gigi, dan pH 4,5 pada obat kumur dan mengandung alkohol 11,5%. Penelitian yang menggunakan obat kumur dan pasta gigi secara bersama-sama selama 6 bulan menunjukkan peningkatan penurunan jumlah plak yang bermakna dari 17% menjadi 42% dan penurunan angka gingivitis dari 18% menjadi 57%.1

Efek samping seperti rasa terbakar dapat terjadi, tetapi tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri patogen pada rongga mulut.

Merek yang sudah dipasarkan di beberapa negara adalah Viadent oral rinse (Viapont), sampai saat ini obat kumur sanguinarin belum dipasarkan di Indonesia.8

Enzim

Jenis obat kumur ini dulu pernah dipasarkan dengan merek dagang Zendium, namun sekarang tidak dijumpai lagi. Bahan aktifnya adalah enzim amiloglukoksidase dan glukosa oksidase yang dapat menghasilkan hidrogen peroksida dari karbohidrat yang terfermentasi.8

Ion logam

Beberapa ion logam yang bersifat antiplak adalah campuran fluor. Penelitian menunjukkan bahwa stannous fluoride mempunyai efek antiplak lebih baik daripada sodium fluoride. Kadar stannous fluoride yang dipakai dalam obat kumur adalah 0,1%

(5)

5

dan sodium fluoride 0,05%, sedangkan dalam bentuk

gel adalah 0,4 stannous fluoride dan 0,22 sodium fluoride. Dianjurkan untuk dipakai dua kali sehari. Angka gingivitis ditemukan lebih kecil jika menggunakan stannous fluoride dibandingkan dengan sodium fluoride pada tahun pertama tetapi tidak pada tahun kedua. Hal ini belum diketahui penyebabnya, diduga dapat disebabkan karena resistensi bakteri.1

Obat kumur jenis ini yang ada di pasaran adalah Fluocaril bi-fluor mouthwash (Kalbe Farma) yang mengandung campuran natrium monofluorofosfat dengan natrium fluorida 0,240 mg/100 ml dimana bahan aktifnya adalah ion natriumnya.8

Bahan lain

Termasuk dalam golongan lain adalah obat kumur yang mengandung povidon iodida 1% yaitu Betadine, Isodine (Mahakam Beta Farma), dan Septadine (Prafa). Golongan povidon iodida telah terbukti efektif sebagai tambahan pada scaling dan root planing yang menggunakan alat ultrasonik, yaitu menghasilkan perlekatan yang lebih banyak dan resesi yang lebih sedikit dibandingkan dengan scaling secara manual atau perawatan bedah pada poket periodontal yang sedang sampai dalam.12 Jenis lain adalah obat kumur yang mengandung heksetidin 0,1% dan alkohol 9% yaitu Bactidol (Warner- Lambert) dan Hexadol (Otto).8

Antibiotika

Bahan antibiotika digunakan sebagai penunjang perawatan mekanis dalam terapi periodontal. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bahan antibiotika baik yang diberikan secara lokal maupun yang diberikan secara sistemik banyak memberikan keuntungan pada perawatan penyakit periodontal. Dalam penulisan ini tidak dibahas bahan antibiotika, karena antibiotika lebih bersifat untuk pengobatan daripada untuk pencegahan pada kasus gingivitis dan periodontitis.

PEMBAHASAN

Data epidemiologi dan penelitian klinis eksperimental menunjukkan adanya hubungan antara plak dan gingivitis. Gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis karena disebabkan oleh kontrol plak mekanis yang tidak sempurna. Hal ini menunjukkan dan membuktikan bahwa pencegahan gingivitis dan periodontitis tergantung dari kontrol plak yang adekuat. Karena itu bahan antimikroba digunakan sebagai penunjang cara mekanis.13

Tidak ada metoda yang jelas untuk mengukur kecepatan perkembangan penyakit periodontal. Gingivitis dapat tetap bertahan tanpa berubah menjadi periodontitis. Tujuan dari pembersihan plak adalah untuk mengurangi keradangan gingiva atau mencegah

terjadinya periodontitis dan kehilangan gigi. Cara konvensional untuk menghilangkan plak adalah dengan cara mekanis. Melalui berbagai macam studi dan penelitian, bahan kimia digunakan untuk merubah lingkungan di dalam poket untuk mencegah pertumbuhan kuman patogen. Beberapa bahan antimikroba seperti klorheksidin, triclosan dan zinc citrate dapat secara selektif menekan atau menghambat pertumbuhan kuman dan produk kuman yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.14

Saat ini cara mekanik dan bahan antimikroba digunakan bersama-sama dalam perawatan penyakit periodontal. Pembersihan secara mekanik adalah cara utama untuk menghilangkan bakteri plak dan program pemeliharaan yang baik adalah kunci keberhasilan untuk jangka panjang.15,16

Pemakaian bahan antimikroba dalam pencegahan penyakit periodontal akan lebih efektif bila dipergunakan bersama-sama dengan perawatan mekanis.4

Berdasarkan dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dari sejumlah obat kumur yang beredar di pasaran hanya obat kumur klorheksisin dan campuran fenol-minyak esensial yang terbukti memberikan manfaat bagi penghambatan plak maupun gingivitis. Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan obat kumur tersebut hanya merupakan tambahan dan bukan pengganti cara mekanik.8

Golongan klorheksidin saat ini masih menjadi pilihan utama untuk dipakai dalam kontrol plak kemikal. Klorheksidin mengikat atau menempel pada semua permukaan rongga mulut (gigi dan mukosa), juga pada pelikel dan saliva. Setelah berkumur dengan klorheksidin, saliva mempunyai daya menghambat bakteri untuk 5 jam, yang dapat menekan jumlah bakteri dalam saliva untuk lebih dari 12 jam. Efek bakteriostatik yang persisten inilah yang membuat klorheksidin tetap menjadi pilihan utama. Plak dihambat pembentukannya karena bakteri yang melekat pada permukaan gigi tidak dapat bertambah jumlahnya. Penggunaan klorheksidin dalam bentuk obat kumur sudah banyak dikenal. Selain sebagai obat kumur, klorheksidin dapat digunakan dalam bentuk gel dan sprai. Pemakaian bentuk gel lebih sulit, karena sangat tergantung dari kemampuan penderita untuk meletakkan gel pada tempat yang diinginkan. Bentuk sprai biasanya digunakan untuk penderita cacat mental, dengan konsentrasi 0,2% sebanyak 5 ml yang digunakan sekali sehari. Penelitian yang membandingkan efektivitas pemakaian obat kumur klorheksidin 0,2% 10 ml dua kali sehari, gel klorheksidin 1% dan sprai klorheksidin 0,2% 1,4 ml, menunjukkan bahwa bentuk obat kumur dan bentuk sprai mempunyai efektivitas yang sama, sedangkan bentuk gel

(6)

6

mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam

mencegah timbulnya plak dan gingivitis.9

Penelitian oleh Overholser dkk.17 terhadap obat kumur Listerine dan Peridex, menunjukkan bahwa kedua jenis obat kumur tersebut secara signifikan mengurangi jumlah plak, tetapi Peridex lebih efektif dalam menghambat plak. Kedua obat kumur efektif dalam menghambat gingivitis. Peridex lebih banyak menimbulkan pewarnaan gigi dan kalkulus supragingival dibandingkan dengan Listerine. Meskipun Peridex lebih efektif dari Listerine dalam mengkontrol timbulnya plak, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa baik Listerine maupun Peridex adalah bahan yang efektif untuk digunakan dalam kontrol plak dan pencegahan gingivitis.

Dengan mempertimbangkan segala keuntungan dan keterbatasan bahan antimikroba, dokter gigi harus dapat mengoptimalkan pemakaian bahan antimikroba dalam perawatan atau pencegahan penyakit periodontal.16

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa a) Pemakaian bahan antimikroba dalam kontrol plak akan lebih efektif bila digunakan bersama-sama dengan cara mekanis, sifatnya hanya sebagai tambahan cara mekanis dan tidak dapat menggantikan cara mekanis. b) Obat kumur yang beredar di pasaran dan terbukti memberikan manfaat bagi penghambatan plak, pencegahan gingivitis yang akhirnya dapat mencegah terjadinya periodontitis adalah golongan klorheksidin dan campuran fenol-minyak esensial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mandel ID. Antimicrobial mouthrinses: overview and update. JADA 1994; Special Suplement, 125: 2S-10S.

2. Carranza FA, Newman MG. Clinical periodontology. 8th ed. Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sydney, Tokyo: WB Saunders Company; 1996. p. 504-5.

3. Moran JM. Chemical plaque control – prevention for the mases. Periodontology 2000, 1997; 15: 109-17.

4. Hadidjah D, Lambri SE. Implikasi klinis bahan antimikroba pada plak kontrol. Jurnal Kedokteran Gigi 1995; 7: 30-3.

5. Hartono SWA, Nilawati E, Armand S. Penilaian klinis pasta gigi yang mengandung triclosan dan zinc citrate terhadap gingivitis. Jurnal Kedokteran Gigi 1998; 10: 1-5.

6. Babay N, Bukhary MT. Clinical effects of chlorhexidine, sanguinarine and saline as coolants during ultrasonic scaling on gingivitis in orthodontics patient. Saudi Dental Journal, 2001; 3: 25-9.

7. Ernst CP, Prockl K, Willershausen B. The effectiveness and side effect of 0,1% and 0,2% chlorhexidine mouthrinses: A Clinical Study. Quintessence International, 1998; 29: 443-8. 8. Daliemunthe SH. Obat kumur dan kesehatan

periodonsium. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 4: 17-22.

9. Jones CG. Chlorhexidine: is it still the gold standard?. Periodontology 2000, 1997; 15: 55-62.

10. Addy M, Moran JM. Clinical indications for the use of chemical adjuncts to plaque control: chlorhexidine formulations. Periodontology 2000, 1997; 15: 52-4.

11. Merraw SJ, Reeve CM. Treating localized refractory idiopathic gingivitis with superoxol. JADA 1998; 129: 470-2.

12. Genco RJ. Pharmaceuticals and Periodontal Diseases. JADA 1994; Special Suplement 125: 11S-19S.

13. Addy M, MoranbJM. Evaluation of oral hygiene products: science is true; don’t be misled by the facts. Periodontology 2000, 1997; 15: 40-1. 14. Seiham A. Is the chemical prevention of

gingivitis necessary to prevent severe periodontitis?. Periodontology 2000, 1997; 15: 5-24.

15. Consensus Report. Non surgical pocket therapy: mechanical, pharmacotherapeuthics, and dental occlusion. JADA 1998; Special Supplement, Section 5, 129: 34S-39S.

16. Jorgensen MG, Slots J. Responsible use of antimicrobials ini periodontics. CDA Journal 2000; 28: 185-93.

17. Overholser CD, Meiller TF, DePaola LG, Minah GE, Niehaus C. Comparative effects of 2 chemotherapeutics mouthrinses on the development of supragingival dental plaque and gingivitis. J Clin Periodontology 1990; 17: 575-9.

Referensi

Dokumen terkait

3 Therefore, the high rate of deforestation on non-forest estates suggests that the Hansen dataset erroneously identifies non-forest land cover types as forest

[r]

Market Segmentation Direct Marketing Community Marketing Social Media Conversation Collaborative Care Commercialization Permission Marketing One-to-One Marketing. Concepts

[r]

kami mohon agar kegiatan tersebut mendapatkan peliputan dari media yang terkoordinasi bersama PSIK FIA UB. Demikian surat ini

[r]

Espriex meruPakan hasil kerja sama dengan Pihak PenYeleng- gara Kompetisi Model Bisnis In- ternasiond Yakni Universitas Brigham Young, Universitas Har- var4

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Ditjen Binapenta yang dibentuk dengan Surat Keputusan. Kuasa Pengguna Anggaran Sekretariat Ditjen Binapenta Nomor :