• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 UBUD TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 1 UBUD TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR NEGERI 1 UBUD

TAHUN AJARAN 2012/2013

Ida Ayu Ella Yuanita, I Gede Meter, I Wayan Darsana

Program Studi S1 Alih Kredit, Jurusan Pendidikan Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email:{dayuyuanita@yahoo.com, gedemeter@gmail.com,

w.darsana@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013 dan 2) meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud yang berjumlah 40 yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Data tentang keaktifan belajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan hasil belajar dikumpulkan menggunakan tes. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IVC SD N 1 Ubud dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II setelah diterapkannya pendekatan inkuiri. Pada pra siklus diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 63,6% dikategorikan rendah. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 74,3% dikategorikan sedang. Selanjutnya pada siklus II diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 84,8% dikategorikan tinggi. Berkaitan dengan hasil belajar IPS siswa, pada pra siklus diperoleh persentase hasil belajar IPS siswa sebesar 63,8% dikategorikan rendah dengan ketuntasan klasikal 34,3%. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh persentase hasil belajar IPS siswa sebesar 70,4% dikategorikan sedang dengan ketuntasan klasikal 65,0%. Selanjutnya pada siklus II diperoleh persentase hasil belajar IPS siswa sebesar 82,2% dikategorikan tinggi dengan ketuntasan klasikal 87,5%.Berdasarkan temuan penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas IVC SD N 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013.

Kata-kata kunci: pendekatan inkuiri, keaktifan, dan hasil belajar IPS

Abstract

The aims of this study are 1) to improve the students‟ learning activeness for the fourth grade students of SD N 1 Ubud in the academic year 2012/2013 and 2) to improve the learning outcomes of social science through the inquiry approach at the fourth grade students of SD N 1 Ubud in the academic year 2012/2013. The design of this study is Classroom Action Research (CAR) consisted of two cycles. The subjects of this research were the fourth grade students of SD N 1 Ubud for about 40 students consisted of 23 male students and 17 female students. The data were collected by using observation sheet and the learning outcomes were collected by using a test. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis method. The result of this research showed that there were improvements of the learning activeness and the learning outcomes of social science at the fourth grade students of SD N 1 Ubud from the pre-cycle to the first cycle and the second cycle after implementing inquiry approach. In the pre-cycle the percentage of student‟s learning activities is of 63.6% and it was classified at low. In the first cycle the percentage of student‟s learning activities is 74.3% and it was classified at moderate. Next, in the second cycle percentage of student‟s learning activities is of 84.8% and it was classified at high.

(2)

Related to the learning outcomes of social science, in the pre-cycle the percentage is of 63.8% and it was classified at low with the classical exhaustiveness of 34.3%. In the first cycle the percentage is of 70.4% and it was classified at moderate with the classical exhaustiveness of 65.0%. Next, in the second cycle the percentage is of 82.2% and it was classified as high with the classical exhaustiveness of 87.5%. Based on the findings, at could be concluded that the application of the inquiry approach can improve the activities and the learning outcomes of social science at the fourth grade students of SD N 1 Ubud in academic year 2012/2013.

Keywords: inquiry approach, activeness, and learning outcomes of social science

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional di bidang

pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, handal, dan terampil melalui peningkatan mutu pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. “Pendidikan bukan hanya ditujukan untuk menyiapkan masa depan tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan” (Rusman, 2010:230). Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir yang lebih tinggi pula. Untuk mencapai hasil pendidikan yang lebih baik, bentuk program pendidikan sekolah haruslah berpusat pada aktivitas dan hasil belajar siswa sehingga prosedur belajar yang terjadi pada siswa menjadi lebih bermakna. Usaha meningkatkan mutu pendidikan dimulai dari proses belajar di sekolah yang dapat dilihat dalam perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. “Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya” (Rusman, 2010:134).

Sudah menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, tapi kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Ali (1992:5) menyatakan, Tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan karena dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari siswa itu sendiri. Faktor internal adalah pengaruh

yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, seperti kondisi jasmani, dan bakat. Faktor eksternal adalah pengaruh yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan, penghargaan, hukuman, dan yang tidak kalah pentingnya motivasi dan variasi guru dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran Jika, semakin banyak variasi yang digunakan dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran, maka siswa semakin aktif dan kreatif.

Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IV C SD Negeri 1 Ubud yang dilakukan sebagai upaya untuk menggali secara mendalam tentang strategi pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ternyata tingkat pencapaian hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPS masih rendah (rata-rata 60,00) dilihat dari hasil harian dan nilai raport siswa. Hal tersebut tentu jauh dari harapan karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh SD Negeri 1 Ubud untuk mata pelajaran IPS adalah 70,00 (tahun ajaran 2012/2013). Sesuai dengan KKM yang ditetapkan tersebut masih ada siswa yang berada di bawah nilai KKM pada mata pelajaran IPS yakni 31 siswa (77,5%) dan yang sudah memenuhi KKM hanya 9 siswa (22,5%). Dan faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS adalah dalam memahami materi siswa masih bingung karena materi yang luas tanpa diimbangi dengan media yang memadai

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh guru adalah kesulitan dalam menjelaskan salah satu materi yang menyebabkan siswa juga kurang bisa memahami apa yang disampaikan guru dan mengajar dalam kondisi kelas yang

(3)

tidak bergairah dalam artian siswa yang berada di kelas tersebut mempunyai motivasi yang rendah untuk mengikuti proses belajar mengajar di kelas tersebut. Sehingga di kelas pembelajaran hanya terpusat pada guru sedangkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung masih kurang, siswa cenderung pasif dan hanya menunggu petunjuk guru daripada berusaha mencari sendiri pemecahan suatu masalah. Keaktifan belajar adalah bentuk-bentuk kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran baik kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Belajar aktif merupakan pembelajaran yang melibatakan siswa baik secara fisik maupun mental serta sesuai dengan tingkat perkembangan anak SD (Depdiknas, 2004:67). Sebagian besar guru masih menggunakan pendekatan dan metode konvensional sehingga dalam proses pembelajaran interaksi yang terjadi tidak lebih dari interaksi dua arah. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar sehingga siswa selalu menunggu perintah atau suruhan dari guru untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak aktif menemukan dan menggali pengetahuan serta mengeksplorasi kemampuannya. Dalam proses pembelajaran, seharusnya interaksi yang terbangun adalah interaksi multi arah antar siswa dan guru serta siswa dan siswa. Guru bukan hanya bertugas menyampaikan materi tetapi memiliki tugas yang lebih mulia yaitu memfasilitasi siswanya dalam mengembangkan potensi dirinya sendiri. Dalam hal ini guru hendaknya memikirkan suatu cara alternatif untuk membantu siswa dalam memahami suatu materi. Hal ini akan dapat menciptakan suatu keadaan yang interaktif dan terjadi komunikasi yang baik antar guru dan siswa serta siswa dan siswa. Karena pada dasarnya dalam pembelajaran, komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa sangat penting dalam penyampaian materi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diyakini sesuai untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pendekatan pembelajaran inkuiri. Kata inkuiri berarti menyelidiki

dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini siswa dimotivasi untuk aktif berfikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. Pendekatan inkuiri berorientasi pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih siswa memiliki kemampuan berfikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu pengetahuan secara ilmiah. Dengan pendekatan inkuiri, pembelajaran dimaksudkan untuk membantu siswa secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri. Menurut J.R. Suchman (dalam http;//www pendekatan inkuiri.com, 2008) “proses inkuiri ditujukan kepada kreatifitas. Suchman tertarik pada kata „pengertian‟ dan bagaimana pengertian itu terbentuk pada diri siswa. Dengan kata lain, bagaimana siswa mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus (rangsang) pada persepsinya”.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menerapkan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPS dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Ubud Tahun Ajaran 2012/2013”.

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan dua masalah yang akan diteliti, yaitu: (1) Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar IPS melalui penerapan pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013? dan (2) Apakah penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 1 ubud tahun ajaran 2012/2013?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan keaktifan belajar IPS dengan diterapkannya pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013 dan (2) Meningkatkan hasil belajar IPS dengan diterapkannya pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2012/2013

(4)

METODE

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode observasi dan metode tes evaluasi. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan metode tes evaluasi digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS diakhir pertemuan..

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Suyanto (dalam Sukidin, dkk, 2010:13) menjelaskan PTK adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Siklus dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Siklus PTK (Arikunto, dkk., 2011:16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dicatat keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV C SD Negeri 1 Ubud untuk dapat dibandingkan dengan keadaan setelah dilakukan penelitian. Adapun data keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa diperoleh sebagai berikut.

1. Data keaktifan belajar siswa

Hasil pengamatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan pada saat penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPS, menggunakan lembar observasi dengan jumlah butir observasi sebanyak 20 butir, masing-masing butir memiliki 5 kategori sehingga diperoleh skor maksimal ideal (SMI) = 100.

Hasil perhitungan keaktifan belajar siswa pada pra siklus disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa.

Untuk menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

Me = N Xi = 40 2542 = 63,6

b. Menghitung persentase rata-rata keaktifan belajar siswa.

Persentase dari rata-rata keaktifan belajar siswa dapat dicari,

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS II

?

(5)

dengan rumus mencari rata-rata sebagai berikut. M (%) = SMI M x 100% = 100 6 , 63 x 100% = 63,6%

Persentase keaktifan belajar siswa pada pra siklus diperoleh 63,6%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria keaktifan belajar, maka persentase keaktifan belajar IPS pada pra siklus yaitu berada pada rentang 55-64 dengan kriteria keaktifan rendah.

2. Data hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dinilai dengan menggunakan tes hasil belajar pada akhir siklus dengan memberikan tes objektif yang berjumlah 30 butir soal. Skor maksimal ideal (SMI) = 100. Hasil perhitungan hasil belajar siswa pada pra siklus disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M = N Xn = 40 2550 = 63,8

b. Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M (%) = SMI M x 100% = 100 8 , 63 x 100% = 63,8%

Persentase hasil belajar IPS pada pra siklus diperoleh 63,8%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria hasil belajar, maka persentase hasil belajar IPS berada pada rentang 55-64 dengan kriteria rendah.

c. Menghitung persentase ketuntasan klasikal.

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Banyak Siswa Tuntas (Sesuai KKM)

KB = x 100% Banyak Siswa Mengikuti Tes

= 40 12

x 100

= 34,3%.

Hasil Penelitian Siklus I 1. Perencanaan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan rancangan penelitian yang telah disusun. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan penerapan pendekatan inkuiri.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dimulai dengan peneliti terlebih dahulu mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dipelajari hari ini. Setelah itu siswa diajak tanya jawab sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara hiterogen.

3. Pengamatan

Adapun data keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh sebagai berikut.

1. Data keaktifan belajar siswa

Hasil pengamatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan pada saat penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPS, menggunakan lembar

(6)

observasi dengan jumlah butir observasi sebanyak 20 butir, masing-masing butir memiliki 5 kategori sehingga diperoleh skor maksimal ideal (SMI) = 100.

Hasil perhitungan keaktifan belajar siswa pada siklus I disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa.

Untuk menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa siklus I dianalisis dengan rumus sebagai berikut. Me = N Xi = 40 2973 = 74,3

b. Menghitung persentase rata-rata keaktifan belajar siswa.

Persentase dari rata-rata keaktifan belajar siswa dapat dicari, dengan rumus mencari rata-rata sebagai berikut. M (%) = SMI M x 100% = 100 3 , 74 x 100% = 74,3%

Persentase keaktifan belajar siswa pada siklus I diperoleh 74,3%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria keaktifan belajar, maka persentase keaktifan belajar IPS pada siklus I yaitu berada pada rentang 65-79 dengan kriteria keaktifan sedang.

2. Data hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dinilai dengan menggunakan tes hasil belajar pada akhir siklus dengan memberikan tes objektif yang berjumlah 30 butir soal. Skor maksimal ideal (SMI) = 100. Hasil perhitungan hasil belajar siswa pada siklus I disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M = N Xn = 40 2817 = 70,4

b. Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M (%) = SMI M x 100% = 100 4 , 70 x 100% = 70,4%

Persentase hasil belajar IPS pada siklus I diperoleh 70,4%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria hasil belajar, maka persentase hasil belajar IPS berada pada rentang 65-79 dengan kriteria sedang.

c. Menghitung persentase ketuntasan klasikal.

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Banyak Siswa Tuntas (Sesuai KKM)

KB = x 100% Banyak Siswa Mengikuti Tes

= 40 26

x 100 = 65,0%

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I mencapai 65,0%. Ini berarti bahwa dari 40 orang siswa hanya 26 siswa yang tuntas dan 14 siswa belum tuntas atau belum mencapai nilai sesuai dengan KKM.

4. Refleksi

Dalam proses pembelajaran pada siklus I, pembelajaran yang telah dilaksanakan berlangsung dengan cukup baik. Namun masih ada ditemukan permasalahan dan hambatan yang perlu dikaji dan dijadikan pertimbangan pada siklus berikutnya. Secara umum permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: (1) siswa belum sepenuhnya mampu mengikuti pendekatan inkuiri yang diterapkan pada siklus I. Siswa masih

(7)

terbiasa dengan pendekatan pembelajaran sebelumnya, yakni guru menjelaskan semua materi yang ada di buku, sehingga kegiatan siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini menyebabkan pembelajaran memerlukan waktu yang relatiflama karena harus membiasakan siswa terlebih dahulu belajar dengan pendekatan inkuiri, (2) siswa masih banyak yang kurang disiplin dan kurang bekerjasama dalam kerja kelompok. Karena siswa sering mengandalkan satu orang siswa yang dianggap pintar dan terampil dalam kelompoknya tersebut dan siswa yang lainnya tidak aktif dan hanya diam sehingga hal ini menyebabkan kerjasama dalam kelompok masih kurang aktif, dan (3) banyak siswa yang kekurangan waktu dalam mengerjakan LKS dan soal evaluasi disebabkan siswa ada yang bercanda dalam mengerjakan tugas.

2. Hasil Penelitian Siklus II A. Perencanaan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan rancangan penelitian yang telah disusun. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan penerapan pendekatan inkuiri.

B. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai dengan peneliti terlebih dahulu mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dipelajari hari ini. Guru menugaskan siswa untuk kembali membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan suatu percobaan yang terkait dengan materi dan menemukan konsep pembelajaran dari berbagai sumber yang kemudian akan

dipresentasikan bersama teman-teman kelompoknya.

C. Pengamatan

Adapun data keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh sebagai berikut.

1. Data keaktifan belajar siswa

Hasil pengamatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan pada saat penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPS, menggunakan lembar observasi dengan jumlah butir observasi sebanyak 20 butir, masing-masing butir memiliki 5 kategori sehingga diperoleh skor maksimal ideal (SMI) = 100.

Hasil perhitungan keaktifan belajar siswa pada siklus II disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa.

Untuk menghitung rata-rata keaktifan belajar siswa siklus II dianalisis dengan rumus sebagai berikut. Me = N Xi = 40 3391 = 84,8

b. Menghitung persentase rata-rata keaktifan belajar siswa.

Persentase dari rata-rata keaktifan belajar siswa dapat dicari, dengan rumus mencari rata-rata sebagai berikut. M (%) = SMI M x 100% = 100 8 , 84 x 100% = 84,8%

Persentase keaktifan belajar siswa pada siklus II diperoleh 84,8%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria keaktifan belajar, maka persentase keaktifan belajar IPS pada siklus II yaitu berada pada rentang 80-89 dengan kriteria keaktifan tinggi.

2. Data hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dinilai dengan menggunakan tes hasil belajar pada akhir

(8)

siklus dengan memberikan tes objektif yang berjumlah 30 butir soal. Skor maksimal ideal (SMI) = 100. Hasil perhitungan hasil belajar siswa pada siklus II disajikan sebagai berikut.

a. Menghitung rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M = N Xn = 40 3287 = 82,2

b. Menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa

Untuk menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus sebagai berikut.

M (%) = SMI M x 100% = 100 2 , 82 x 100% = 82,2%

Persentase hasil belajar IPS pada siklus II diperoleh 82,2%, jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria hasil belajar, maka persentase hasil belajar IPS berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi.

c. Menghitung persentase ketuntasan klasikal.

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Banyak Siswa Tuntas (Sesuai KKM)

KB = x 100% Banyak Siswa Mengikuti Tes

= 40 35

x 100

= 87,5%

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II mencapai 87,5%. Ini berarti bahwa dari 40 orang siswa, 35 siswa yang tuntas dan 5 siswa belum tuntas atau belum mencapai nilai sesuai dengan KKM. Hal ini menunjukan bahwa persentase KKM yang telah ditetapkan telah dicapai pada siklus II. Oleh karena itu tindakan ini hanya sampai pada siklus ke II.

D. Refleksi

Dalam proses pembelajaran pada siklus II, pembelajaran yang telah dilaksanakan berlangsung dengan cukup baik. Adapun refleksi pada siklus II ini adalah sebagai berikut: (1) pada siklus II, siswa sudah mampu mengikuti model pembelajaran yang diterapkan. Di samping itu, siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya sendiri dan mencari tahu jawaban dengan adanya permasalahan yang diberikan tanpa mengandalkan temannya yang pintar, (2) dalam mengerjakan tugas siswa tampak aktif dan disiplin. Pada saat diskusi dengan kelompoknya siswa sudah mulai mengembangkan pendapatnya sendiri, (3) siswa sudah memperhatikan waktu yang ditentukan untuk mengerjakan LKs dan evaluasi sehingga tidak kekurangan waktu untuk menjawab, dan (4) siswa sudah mulai menunjukan kemampuannya sehingga semua soal sudah dikerjakan tanpa ada jawaban yang kosong.

Ringkasan peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas IV C SD Negeri 1 Ubud dari Pra Siklus sampai Siklus II dapat dilihat pada tabel berikut

(9)

Tabel 1 Ringkasan Peningkatan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV C SD Negeri 1 Ubud dari Pra Siklus sampai Siklus II

Variabel Pra Siklus Siklus I Siklus II

Persentase Ketuntasan Klasikal Persentase Ketuntasan Klasikal Persentase Ketuntasan Klasikal Keaktifan Belajar 63,6% - 74,3% - 84,8% -

Rendah Sedang Tinggi

Hasil Belajar

63,8% 34,3% 70,4% 65,0% 82,2% 87,5%

Rendah Sedang Tinggi

Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa, serta ketuntasan klasikal hasil belajar dari pra siklus, siklus I sampai

siklus II dapat pula disajikan ke dalam diagram berikut. 63.6 74.3 84.8 63.8 70.4 82.2 34.3 65 87.5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Keaktifan Belajar Hasil Belajar Ketuntasan Klasikal

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 1 Grafik Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV C SD Negeri 1 Ubud dari Pra Siklus sampai Siklus II

Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, ditemukan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan siklus I diperoleh persentase keaktifan belajar siswa 74,3% yang berada pada kriteria sedang. Selanjutnya pada siklus II, persentase keaktifan belajar siswa 84,8% yang berada pada kriteria tinggi. Berkaitan dengan hasil belajar siswa, pada pelaksanaan siklus I diperoleh persentase hasil belajar siswa 70,4% yang berada pada kriteria sedang. Selanjutnya pada siklus II, persentase hasil belajar siswa 82,2% yang berada pada kriteria tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arseni (2011) yang

menyebutkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Temuan ini juga sejalan dengan pendapat pendapat Gulo (2005) yang menyatakan bahwa sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah: (1) keterlibatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan. Berusaha mencari jawaban sendiri tanpa mengandalkan temannya saja. Serta menyampaikan materi yang belum dipahami agar tercipta komunikasi yang aktif antara siswa dan guru untuk mewujudkan hasil pembelajaran secara optimal.

(10)

Penerapan model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu strategi yang termasuk di dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa mampu mengalami apa yang sedang dipelajari, sebab strategi ini akan menempatkan siswa pada situasi dimana mereka menggunakan kemampuannya (intelektualnya) dalam belajar dan memahami pengalaman belajarnya. Model pembelajaran inkuiri dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih diri tentang bagaimana memecahkan masalah sekaligus mampu membuat keputusan.

Pendekatan pembelajaran model pembelajaran inkuiri yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas dapat membangun dan membentuk struktur kognitif pengetahuan siswa. Pengetahuan yang didapat oleh siswa dari proses pembelajaran merupakan hasil dari proses asimilasi dan akomodasi dari pengalaman siswa. Pengetahuan didapat oleh siswa dari proses pembelajaran tersebut merupakan proses menemukan dan mengkonstruksi sendiri.

Dalam implementasi model pembelajaran inkuiri pada siswa ternyata menunjukkan bahwa kinerja, sikap, keterampilan berpikir dan berpikir kritis serta partisipasi siswa dalam melakukan kegiatan penyelidikan sangat tinggi. Pendekatan model pembelajaran inkuiri (penyelidikan) difokuskan pada siswa dibangun untuk belajar dengan harapan dan tujuan adalah meningkatkan pembelajaran berbasis pada: (1) peningkatan keterlibatan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, (2) berbagai cara mengetahui dalam pemecahan masalah/pertanyaan yang dihadapinya, (3) tahap berurutan kognisi.

Mencermati peningkatan yang terjadi baik ditinjau dari keaktifan maupun hasil belajar dengan penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri memberikan kontribusi positif untuk peningkatan kualitas pendidikan. Pendekatan pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena dapat merangsang siswa untuk memecahkan masalah dan masalah yang diambil adalah masalah yang

kontekstual yang erat kaitannya dengan dunia nyata siswa sehingga siswa akan merasa memiliki masalah tersebut dan selanjutnya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan masalah tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis sebelumnya maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut.

: (1) Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV C SD Negeri 1 Ubud. Hal ini bisa dilihat pada pra siklus diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 63,6% dengan kategori rendah, siklus I diperoleh persentase keaktifan belajar siswa sebesar 74,3 dengan kategori sedang, dan pada siklus II diperoleh persentase keaktifan belajar sebesar 84,8% dengan kategori tinggi dan (2) Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV C SD Negeri 1 Ubud. Hal ini bisa dilihat pada pra siklus diperoleh persentase hasil belajar IPS siswa sebesar 63,8% yang berada pada kategori rendah dengan ketuntasan klasikal sebesar 34,3%, siklus I diperoleh persentase hasil belajar IPS siswa sebesar 70,4% yang berada pada kategori sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 65,0%, dan pada siklus II diperoleh persentase hasil belajar IPS sebesar 82,2% yang berada pada kategori tinggi dengan ketuntasan klasikal sebesar 87,5%.

Berdasarkan simpulan yang diuraikan sebelumnya, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut.

(1) bagi guru, sebaiknya guru memahami dengan lebih baik penerapan pendekatan inkuiri karena pendekatan inkuri dapat melatih intelektual siswa sehingga siswa tidak hanya mengandalkan guru saja, siswa juga mampu menemukan sendiri permasalahan yang diberikan, (2) bagi siswa, dalam mengikuti pembelajaran di kelas sebaiknya siswa belajar lebih aktif tidak hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Siswa sebaiknya lebih banyak menemukan sendiri permasalahan yang diberikan tanpa mengandalkan

(11)

teman atupun guru yang menjelaskan. Siswa lebih banyak melatih mengerjakan soal-soal sehingga dapat meningkatkan keaktifan hasil belajar khususnya pelajaran IPS, dan (3) bagi sekolah, sebaiknya sekolah mempertimbangkan penerapan pendekatan inkuiri guna memantapkan proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, H. Muhammad. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan ke 8. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsini. dkk. 2011. Penelitian

tindakan kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arseni, NPE. 2011. “Implementasi pendekatan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV B Di SD No. 07 Pemecutan, Denpasar Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP UNDIKSHA.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan

Kelas. Purwokerto: Insan

Gambar

Gambar 3.1 Siklus PTK (Arikunto, dkk., 2011:16)
Gambar 1  Grafik  Peningkatan  Keaktifan  dan  Hasil  Belajar  IPS  Siswa  Kelas  IV  C  SD  Negeri 1 Ubud dari Pra Siklus sampai Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

1) Pengetahuan tentang RPP, khususnya RPP untuk mata pelajaran keahlian. 2) Menyusun RPP dan perangkatnya sesuai dengan kurikulum K-13. Target Luaran. Luaran yang ditargetkan

Kepada peserta pelelangan yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan kegiatan tersebut diberikan kesempatan untuk mengadakan sanggahan secara tertulis

Sementara menurut Immanuel Kant menyatakan, bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya

Di dalam meneliti kepuasan konsumen, nilai yang dirasa terhadap loyalitas konsumen dan word of mouth (WOM) pada pengguna mobil Toyota dengan menggunakan metode

0,946 lebih sehingga instrument dinyatakan reliable. Analisis data hubungan dua variabel menggunakan uji Kendal Tau dengan bantuan SPSS for windows seri 12. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh yang kuat dan signifikan terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu yang usianya lebih muda, lama pendidikan ibu dan nenek yang semakin rendah,

Proses pemesanan dan penjualan tiket bus pada saat ini masih memiliki sistem penjualan tiket secara manual, sehingga sering terjadinya kesalahan dalam pendataan, serta membuat

dan mendapatkan antusias yang baik dari anak-anak di Dusun Blali. Penyuluhan Teknologi Informasi dan Pelatihan Komputer.. Penyuluhan teknologi informasi dan pelatihan