• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. Analisis Kedisiplinan dalam Belajar A-Qur an dan. Implementasinya Terhadap Penguasaan Membaca Al-Qur an di. Pondok Pesantren Modern.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. Analisis Kedisiplinan dalam Belajar A-Qur an dan. Implementasinya Terhadap Penguasaan Membaca Al-Qur an di. Pondok Pesantren Modern."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

60

Analisis Kedisiplinan dalam Belajar A-Qur’an dan

Implementasinya Terhadap Penguasaan Membaca Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Modern.

A. Analisis Kedisiplinan Santri dalam Belajar Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an Buaran.

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok ataupun masyarakat berupa kepatuhan maupun berupa keta’atan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma, kaidah yang berlaku. Diharapkan dengan disiplin yang ditanamkan kepada santri-santri di Pondok Pesantren Modern al-Qur’an Buaran Pekalongan dapat mendidik santri-santrinya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, baik disiplin waktu, disiplin pesarta didik maupun disiplin materi yang diajarkan di dalam Pondok Pesantren, dalam hal ini peneliti membagi menjadi tiga bagian disiplin antara lain:

1. Kedisiplinan Waktu,

Dalam hal ini peneliti melihat aktifitas yang dilakukan santri-santri di Pondok Pesantren Modern al-Qur’an Buaran mulai dari sore hari sampai pagi hari, melakukan pengamatan santri-santri di dalam belajar mendalami al-Qur’an ketika pembelajaran berlangsung, sudahkan santri-santri mempunyai disiplin atau belum bisa disiplin.

Ketika diniyah dimulai tepatnya di kelas Wustho B peneliti mengikuti dan mengamati santri-santri yang datang untuk melakukan pembelajaran Al-Qur’an di

(2)

kelas wustho tersebut, santri-santri di Pondok al-Qur’an tersebut sebelum ustadznya memasuki ruangan kelas, santri-santri sudah menunggu ustadzya. Sebagaimana sifat yang harus dimiliki santri yaitu sikap ta’dim dan patuh terhadap ustadznya.

Meskipun ada santri yang datang nya terlambat untuk mengikuti pembelajaran, ustadz yang bersangkutan mengajar kelas tersebut mempersilakan santrinya untuk menyesuaiakan dengan yang lainya mengikuti pembelajaran, dengan menulis materi yang sudah dituliskan di papan tulis, sebelum ustadzya memberikan penjelasan santri-santri diharuskan catatan yang ditulisnya sudah selesai.

Kedisiplinan ustadznya, di dalam kelas wustho ustadz yang sempat saya analisis yaitu ustadz muzani, santri-santri Pondok biasa menyebutkan simbah ujar kata santri-santri karena ustadz muzani merupakan santri alumni yang sudah lama nyantri di Pondok Modern kemudian sekarang mengajar di Pondok tersebut, itu alasanya santri-santri memangilnya dengan sebutan simbah.

Ustadz muzani datang untuk mengajar dikelas wustho tepat waktu, sebelum jam yang ditentukan di jadwal beliau ustadz muzani sudah tiba di Ponpes, lebih awal tepatnya jam 16:35. di sebelasnya yaitu kelas Wustho A ustadz yang mengajar bernama ustadz Edy, beliau tiba di Ponpes jam 16:40 yang mana sebelum pembelajaran diniyah dimulai, santri-santri membaca Asmaul husna secara bersama-sama dan di kelas sebelah sebelum pembelajaran dimulai santri-santri di pimpin ketua kelas secara bersama-sama lalaran atau melafalkan

(3)

nadhoman kitab yang akan di pelajari dengan mengunakan lagu-lagu sesuai kesepakatan teman-teman satu kelasnya.

Waktu pembelajaran fiqh di Ponpes Modern dilakukan pada waktu malam hari, ba’da sholat isya lebih tepatnya jam 21:00, ustadz yang mengampu fiqh bernama ustadz muzani dengan kitab terjemahan kitab kuning yang sudah di artikan ke dalam bahasa Indonesia, jadi santri-santri mengalami kemudahan di dalam pembelajaranya, dengan judul buku bertemakan Panduan Ibadah yang berasal dari Ponpes termas Jawa timur.

Beliau ustadz muzani datang tepat waktu, sebelum santri-santri berkumpul beliau sudah menyiapkan diri, sambil menunggu santri-santrinya kumpul semua di aula tengah. Ustadz muzani setelah sorenya mengajar diniyah di Ponpes beliau tidak pulang tetapi tetap di Pondok melanjutkan untuk mengajar fiqh malam harinya, jadi bisa diambil kesimpulan bahwa ustadz muzani memiliki disiplin waktu di dalam mengajar, sedangkan santrinya masih kurang disiplin karena bukan santri yang menunggu ustadnya tetapi ustadz yang menunggu santrinya untuk mengaji fiqh.

2. Kedisiplinan Materi

Kedisiplinan materi dalam hal ini ustadz di dalam mengajarkan materi sesuai dengan materi yang di bahas ataukah melenceng dari materi yang di bahas, yang mana menjadikan salah satu wujud kedisiplinan di dalam pembelajaran. Di kelas wustha A pada waktu sore hari, peneliti mengamati dan menganalisis apakah pembelajaran sesuai dengan materi atau tidak, hasil dari analisis di dapat ustadz yang mengajar di wustho A memiliki disiplin materi apa yang di

(4)

sampaikan sesuai bahan ajar yang di pegang santri-santri, materi yang dibahas dalam bab mad wajib musyakhol kilmi dan mad wajib harfi musyakhol,

Ustadz yang mengajar beliau melakukan pembelajaran dengan cara menuliskan materi yang dibahas di dalam papan tulis setelah itu santri-santri menuliskan di dalam bukunya apa yang sudah di tuliskan ustadz nya di papan tulis, setelah materi sudah selesai ditulis, santri-santri bersama ustadznya melafalkan apa yang tadi yang sudah ditulis di papan tulis dan dilagukan kurang lebih sebanyak dua kali samapai tiga kali, setelah itu ustadznya menjelaskan apa yang sudah dibaca dengan menggunakan bahasa Indonesia, apa maksud yang di tulis dan dilafalkan tadi sampai selesai, pada sesi akhir santri di beri kesempatan, apakah ada yang belum jelas atau ada yang perlu ditanyakan kepada ustadz yang bersangkutan terkait materi yang sudah di jelaskan.

Malam harinya pembelajaran materi fiqh yang dilakukan pada waktu ba’da isya” yang mana kitab tersebut sudah diterjemahkan dalam bentuk buku dengan tema Panduan Ibadah, ustadz muzani membacakan dulu buku yang sedang di bahas kemudian setelah dibaca ustadz muzani memberikan contoh-contoh sesuai dengan materi yang sedang dibahas dalam bab tayamum, dan dijelaskan pula Implikasinya dalam hal yang terjadi sehari-hari di masyarakat semisal yang berikan gambaran semisal bagaimana cara bersuci jikalau tidak ada air, bagaimana dengan air yang sedikit kurang dari dua kulah bisa digunakan untuk bersuci.

Dari analisis di atas peneliti menilai bahwa dalam aspek kedisiplinan materi ustadz di Ponpes Modern sudah memiliki kedisiplinan materi sesuai panduan buku dan kitab yang sedang di ajarkan kepada santri-santrinya.

(5)

3. Kedisiplinan Jumlah Peserta Didik

Dalam aspek ini yang akan di amati yaitu kehadiran santri-santri di dalam belajar mengaji, apakah santri-santri itu hadir atau ijin, ini yang menjadi fokus peneliti untuk melihat bagaimana kedisiplinan jumlah peserta didik, sesuai atau belum memiliki kesadaran kedisiplinan yang baik.

Peneliti memasuki kelas wustho untuk melihat jumlah peserta didik yang hadir pada waktu pembelajaran dan melihat pula santri-santri yang ijin tidak mengikuti pelajaran berapa anak. Di dapat data yang mana di sesuaikan dengan absensi yang di pegang oleh rois setiap kelasnya, peneliti mengambil sampling di kelas Wushto satu dengan hasil sebagai berikut. Pada tanggal 23 dengan jumlah santri 51 anak, santri yang pulang ada 12 anak, santri yang alpha ada 4 anak dan santri yang sakit ada 1 anak. Sedaangkan pada tanggal 25 bulan maret 2015 tertera dari jumlah santri 51 anak, santri yang ijin tidak ada, santri yang pulang 9 anak, santri yang absen ada 3 anak dan sanri yang sakit ada 1 anak.

Pemberlakuan santri apabila tidak mengikuti kegiatan mengaji selama dua kali berturut-turut tanpa keterangan santri yang tidak disiplin tersebut, dari pengurus Pondok akan memberikan ta’ziran berupa teguran untuk membaca al-Qur’an sambil berdiri di depan Pondok Pesantren, apabila santri alpha selama lima kali tidak mengikuti pembelajaran Pondok maka santri tersebut akan mendapatkan ta’ziran dari pengurus untuk berdiri di depan Pondok putri sambil membaca al-Qur’an dengan ketentuan waktu yang sudah di sepakati bersama sebelumnya.

(6)

Apabila santri alpha selama tujuh kali tidak mengikuti kegiatan mengaji dari pengurus Pondok akan memberi ta’ziran berupa, santri yang tidak disiplin tersebut disuruh untuk menghadap pak yai/ pengasuh, setelah menghadap pengasuh santri disuruh membaca al-Qur’an sambil berdiri biasanya santri-santri akan sangat merasa malu kalo harus berhadapan dengan pak yai, karena kemalasanya.

Dari data yang di dapat peneliti, peneliti bisa menganalisis bahwasanya santri-santri masih kurang kesadaran untuk disiplin mengikuti kegiatan pengajian di Pondok Pesantren itu terbukti dari data absensi di kelas wustho pada tanggal 23 dan pada tanggal 25 masih menunjukkan santri masih ada yang tidak mengikuti pangajian tanpa keterangan dari rois/ ketua kelasnya.

B. Analisis Penguasaan Membaca Al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an Buaran.

Penguasaan di dalam membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern dalam hal ini fokul analisis yaitu santri baru dan santri yang sudah senior yang berada di Pondok Pesantren Modern al-Qur’an Buaran, pengajaran al-Qur’an dilakukan oleh pengurus Pondok, maupun ustadz yang sudah di berikan amanat untuk menyimak di dalam membeca al-Qur’an, Untuk santri-santri pemula atau baru mereka di suruh untuk mengaji Qiro’ati dengan tujuan untuk melihat sejauh mana penguasaan di dalam membacanya sudah lancarkah atau masih ngrendet di dalam membacanya, dari hal itulah santri-santri akan dapat di pilah, mana-mana santri yang sudah mampu untuk melanjut ke jenjang berikutnya yaitu pada

(7)

tahapan membaca al-Qur’an dengan santri yang masih perlu menguasai pada tahapan Qiro’ati.

Pembelajaran al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern al-Qur’an Buaran dilakukan pada waktu ba’da magrib, dilakukan di masjid yang ada di Pondok baik itu santri putra maupun santri putri dan untuk pengajarnya dari santri senior yang sudah diberikan mandat oleh abah untuk mengajar, sehingga santri senior pun ada pembelajaran untuk mengamalkan apa yang sudah di dapatkan, adapun santri-santri yang sudah senior atau yang di beri amanah untuk mengajar, mereka mengaji al-Qur’an binador langsung dengan pak yai atau abah.

Meski pembelajaran al-Qur’an di dalam jadwal dilakukan pada waktu ba’da magrib akan tetapi praktiknya santri-santri untuk mendalami al-Qur’an mereka nderes setiap ba’da sholat, peneliti pun sempat mengamati waktu malam hari jam 12 malam ada santri-santri yang sedang ngaos ngaji Qur’an, sebangunya jam 3 pagi pun peneliti melihat beberapa santri ngaos Qur’an, dari pengamatan tersebut peneliti menganalisis yang menjadi semangat santri-santri untuk ngaos Qur’an setiap waktu diantaramya adalah peran abah yang memberikan motifasi kepada santri-santri nya diusahakan setiap hari santri-santri ngaos Qur’an satu jus setiap harinya.

Suatu motifasi yang baik ditanamkan oleh pengasuh Pondok Pesantern untuk memberikan semangat dan rasa nyaman ketika di Pondok, ujar salah satu santri ketika peneliti melakukan wawancara, saya merasa betah kalo di Pondok di banding dirumah, maksudnya ketika di Pondok banyak teman yang saling memberikan motifasi dan kegiatan-kegiatan sudah merasa nyaman, ketika

(8)

dirumah ada sesuatu yang kurang jadinya betah saja ujar salah satu santri yang sempat di wawancarai oleh peneliti, meskipun tetap ada rasa kangen dengan keluarga karena harus jauh hidup dengan keluarga, ada yang berasal dari luar jawa seperti Riau, Kalimantan dan banyak lainya yang berasal dari beragai derah akan tetapi dengan satu tujuan yaitu mencari ilmu dan ngurip-nguripi agama islam.

Dari analisis yang dilakukan peneliti, hasil yang didapat yaitu penguasaan membaca al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern al-Qur’an bagi santri-santri yang baru masuk mereka masih sangat kurang pemahaman tajwidnya, fashohahnya, panjang pendeknya, mahorijul hurufnya. Jadi mereka santri-santri pemula pembelajaran yang diajarkan adalah dengan Qiro’ati yang dilakukan sampai benar-benar lancar memahami hukum-hukum tajwidnya maupun sifat-sifat hurufnya, dari situlah peran ustadz yang mengajari Qiro’ati untuk memeberikan pemahaman yang mendalam terkait hukum-hukum tajwid maupun mahorijul hurufnya.

Sedangkan analisis yang didapat bagi santri-santri senior untuk hukum-hukum bacaan tajwidnya, panjang pendeknya, sudah mengerti dan memahami akan tetapi untuk mahorijul hurufnya masih perlu pendalaman karena pembelajaran mahorijul huruf dilakukan pada waktu pagi hari jam 9 pagi, sedangkan santri-santri pada jam tersebut sedang bersekolah di MTS maupun MA jadinya mereka tidak bisa mendalami pembelajaran mahorijul huruf, pembelajaran pada waktu jam 9 pagi itu di khususkan bagi santri-santri yang tidak bersekolah mereka mendapatkan pembelajaran lebih mendalam di bandingkan santri-santri yang menyantri sambil sekolah, meskipun begitu santri-santri yang tidak secara

(9)

langsung mendapatkan pembelajaran mahorijul huruf mereka belajar dari teman-teman santri yang mendapatkan pembelajaran tersebut.

C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Kedisiplinan Santri dalam Belajar Al-Qur’an dan Implikasinya terhadap Penguasaan Membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an Buaran Pekalongan.

Faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat di Pondok Pesantren Modern Buaran Pekalongan diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor –faktor yang mendukung kedisiplinan santri a. Niat untuk nyantri berasal dari diri sendiri

Dalam aspek ini menduduki kedudukan yang penting karena ketika suatu pekerjaan didasari dengan niat sendiri maka secara otomatis pekerjaan itu di lakukan dengan nyaman, dan tanpa ada tekanan dari luar. Seperti hanya agama islam sudah memberikan gambaran bahwasanya segala sesuatu berasal dari niat, jadi apabila niat itu baik maka pekerjaan itu baik pula akan tetapi jika niat itu tidak baik maka pekerjaan tersebut tidak baik pula hasilnya. Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan segala sesuatu baik itu hal yang baik atau sesuatu yang buruk itu tergantung pada niat.

b. Motifasi kedua Orang tua.

Motifasi kedua orang tua selain dapat memberikan semangat untuk belajar, kedua orang tua pun dalam hal ini bisa sebagai alat kontrol sampai dimana pembelajaran yang didapat selama ini, apakah ada kesulitan-kesulitan atau apakah ada permasalahan-permasahan di Pondok, yang biasanya ketika di Pondok kurang

(10)

semangat belajarnya akan termotifasi untuk belajar ketika kedua orang tua memberikan semangat supaya belajarnya yang serius dan jangan malas-malas ketika di Pondok.

c. Motifasi dari teman sejawat.

Teman-teman sejawat meski tidak secara langsung terlihat dampaknya, motifasi tersebut bisa memberikan dampak yang besar pula semisalkan teman-temanya rajin ngaos Qur’an maka secara langsung santri yang berada disebelahnya akan termotifasi juga untuk melakukan kegiatan yang sama meskipun pada awalnya tidak ada niatan untuk ngaos Qur’an karena suasana di sekeliling ngaos Qur’an, perasaan yang menggebu-ngebu untuk ngaos Qur’an juga.

d. Karena Peraturan Pondok

Objek yang saya teliti adalah Pondok Pesantren yang memiliki ciri khusus yaitu pendalaman dalam bidaang al-Qur’an, maka secara langsung peraturan yang ada di Pesantren menitik beratkan kepada aktifitas santri untuk sering-sering membaca, menghafalkan, muroja’ah, ziadah yang mana hal tersebut dilakukan santri setiap harinya secara terus menerus.

e. Motifasi dari Abah/ Pengasuh Pondok

Peran abah di Pondok Pesantren sangatlah besar meski santri yang didiknya banyak akan tetapi amanat tersebut tidak menyurutkan semangat untuk memberikan motifasi kepada santri-santri didiknya, meski statusnya sebagai pengasuh tapi tidak merasa enggan katika pagi-pagi abah membangunkan

(11)

santri-santrinya untuk bangun sholat subuh berjamaah di masjid, selain itu nasihat-nasihatpun di sela-sela waktu mengaji disampaikan kepada santri-santrinya semisal, santri itu harus bisa wira’i memakan makanan yang halal, tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya.

f. Motifasi dari Ustadz Pondok

Kang santri itu harus sregep jangan jadi santri yang sering tidur, perbanyak nderes, itu adalah ucapan ustadz muzani yang ada di Ponpes Modern yang mana bisa membangunkan motifasi untuk selalu nderes tiap waktu tiap saat ketika senggang. Semisal ketika ba’da magrib di suruh membaca surat yasin, ba’da subuh di suruh membaca waqiah, dan di usahan satu hari nderes satu jus untuk bisa dilanggengkan setiap harinya.

g. Fasilitas yang memadai

Pondok Pesantren Modern Buaran fasilitas yang ada merupakan suatu daya tarik tersendiri, menjadikan santri-santri merasa betah dan nyaman untuk berada di Pondok, fasilitas-fasilitas yang ada di Pondok antara lain, tersedianya masjid, berobar gratis di Rumah Sakit. yang berada di sebelah Pondok, gedung pertemuan yang bisa di gunakan santri untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti basil masail, tersedianya serambi mekah media pembelajarn terkait haji, bangunan Pondok yang baik, tersedianya tempat tidur dan tempat mandi yang memadai, alat-alat rebana dan masih banyak fasilitas-fasilitas lain yang menjadikan daya tarik tersendiri baik untuk santri sendiri maupun orang tua merasa mantap ketika menitipkan anak di Pondok Pesantren.

(12)

2. Faktor yang menghambat santri belajar al-Qur’an a. Suara Cedal

Dalam hal ini merupakan sesuatu hal yang di berikan langsung oleh sang pencipta, meskipun begitu santri masih tetap bisa untuk melakukan aktifitas pembelajaran meskipun sedikit terganggu dengan suara santri yang cedal.

b. Terlalu banyak kegiatan

Di Pondok Pesantren Modern tak semua santri-santrinya hanya nyantri saja di Pondok, akan tetapi ada pula santri yang nyantri sekaligus bersekolah, sebenarnya baik dalam hal ini ada tambahan ilmu yang di dapat santri, tetapi disisi lain ada tugas-tugas, kegiatan yang menguras tenaga dan kurang fokus dengan kegiatan di Pondok menjadikan rasa capek, kelelahan sehingga akhirnya ketika kegiatan mengaji di Pondok kadang ada yang ketiduran.

c. Masih kurang lancar/ ngrendet membacanya

Biasanya terjadi pada santri-santri pemula yang latar belakangnya masih kurang pendalaman al-Qur’anya, menjadikan sering santri-santri pemula merasa ngrendet, tidak lancar ketika ngaos Qur’an, tapi dengan berjalanya waktu dan kebiasaan untuk membaca al-Qur’an akan menjadikan santri-santri yang ngrendek bisa lancar di dalam membacanya, tergantung upaya dan usahanya santri supaya bisa lancar di dalam membaca al-Qur’an.

d. Ejekan teman

Teman kadang memberikan dampak positif di dalam belajar akan tetapi kadang teman pun memberikan dampak negatife ketika melakukan kegiatan yang

(13)

baik, kadang ada teman yang mengejek, menyindir. Kiyai sudah banyak kang ndak usah ngaya-ngaya sregep, biasa-biasa saja.

e. Panjang Pendek Surat

Di dalam al-Qur’an memang tak selamanya ayat itu pendek-pendek kadang ada pula ayat yang harus di baca panjang, itu adalah salah satu hambatan santri di dalam membaca al-Qur’an. Biasanya ini tarjadi sama santri pemula yang belum terbiasa sehingga sering terjadi tanafus atau terpatah-patah untuk membaca al-Qur’an.

f. Masih kurangnya pemahaman tentang ilmu tajwid,

Bagi santri pemula mungkin akan sedikit kesulitan di dalam membaca al-Qur’an, masih sebatas membaca saja belum bisa menerapkan ilmu tajwid di dalam membaca al-Qur’an, meski begitu hai ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi yang sebelumnya jarang membaca al-Qur’an akan terlihat penerapan tajwid sudah benarkah atau sudah sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid belum, apabila belum masih sangat perlu santri-santri untuk sering-sering membaca dan pendalaman tajwid.

g. Rasa Malas

Malas merupakan hambatan yang perlu sekali untuk di tanggulangi supaya bisa istiqomah di dalam belajar al-Qur’an. Biasanya terjadi karena terlalu banyak aktifitas menjadikan belum bisa fokus untuk memperdalam al-Qur’an. Meski begiti rasa malas bisa di hilangkan dengan trik-trik khusus yang berbeda antara santri satu dengan yang lainya dalam mengatasi rasa malas tersebut.

(14)

h. Biaya

Santri akan merasa terbebani ketika dihadapkan dengan persoalan biaya, semangat untuk mengaji kurang fokus karena terfikir dan menjadi beban mental, meskipun ketika kiriman uang telat atau pas ketika orang tua sedang tidak mempunyai uang masih bisa pinjam sama teman lainya.

Sedangkan Implikasi kedisiplinan santri di dalam penguasaan membaca Al-Qur’an di Pondok Pesantern Modern al-Qur’an, bahwasanya santri yang mmempunyai kesadaran disiplin tinggi memiliki hasil yang lebih baik, santri tersebut lebih mampu menguasai materi tajwid, fashohah dan ibtidaknya, sedangakan santri yang memiliki kesadaran kedisiplinan rendah pemahanya tajwid, fashohahnya dan ibtidaknya masuh dalam tahap kurang atau masih perlunya pemahaman di dalam pembelajaran, ini bisa dilihat dari tabel yang ada di atas pada bab 3.

Referensi

Dokumen terkait

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

“Membangun Keunggulan Kompetitif Melalui Aliansi Stratejik Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan.” Program Pasca Sarjana.. Universitas

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Mengasosiasi    (Associating) Observasi    Sikap ilmiah  saat diskusi,  merancang dan  melakukan  percobaan  dengan lembar  pengamatan Portofolio  Laporan 

Pelajar lepasan sekolah menengah rendah Australia pula akan melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Atas atau ke Program Vokasional selama 3 tahun untuk mendapat

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

Similarly to γ-tocopherol, the content of plastochro- manol-8 was the highest in 2013 (Table 1), when it strong- ly increased with average temperature and total sunshine during