• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM PEMBUMIAN AL- QUR AN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL- QUR ANIYYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM PEMBUMIAN AL- QUR AN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL- QUR ANIYYAH"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

QUR’AN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL- QUR’ANIYYAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Afiyanti Harirah Jamil 11150340000059

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

(2)

i

(3)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PERAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM PEMBUMIAN AL-QUR'AN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-QUR'ANIYYAH telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 22 September 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Kusmana, M.A, Ph.D Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH NIP. 19650424 199503 1 001 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Moh Anwar Syarifuddin, M.A Dr. M. Suryadinata, M.Ag NIP. 19720518 199803 1 003 NIP. 19600908 198903 1 005

Pembimbing,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag NIP. 19710217 199803 1 002

(4)

ii

(5)

iv

Afiyanti Harirah Jamil

Peran lembaga keagamaan dalam pembumian al-Qur'an : Studi kasus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah

Skripsi ini membahas tentang Lembaga pendidikan al-Qur’an yang merupakan suatu wadah yang mempunyai peranan penting dalam era globalisasi saat ini. kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti sebagai perbaikan generasi muda baik pada tataran intelektual, teoritis maupun praktis. Dalam penelitian ini memfokuskan kepada lembaga pondok pesantren Al-Qur’aniyyah yang menerapkan metode pembelajaran al-Qur’an Taḥsin dan Taḥfiẓ yang sangat berpengaruh terhadap pondok pesantren dan santri nya sendiri Fokus penelitian ini mendeskripsikan: Bagaimana upaya pondok pesantren Al-Qur’aniyyah dalam pembumian al-Qur’an di Kampung Ceger Tangerang Selatan?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).

Subjeknya terdiri dari 8 orang guru yang mempunyai jabatan sebagai kepala sekolah, guru Taḥsin dan Taḥfiẓ serta 2 orang murid yang mempelajari kedua metode tersebut yang berada di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Data yang penulis gunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa al-Qur’an dapat memberikan dampak bagi siapa pun yang mempelajarinya terutama santri, orangtua serta masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Dampak praktik pembelajaran Taḥsin dan Taḥfiẓ yang dirasakan para santri Al-Qur’aniyyah yaitu: Pembelajaran Taḥsin memberikan dampak yang sangat mempengaruhi kualitas bacaan para santri, Kemampuan hafalan yang memberikan dampak peningkatan dalam menghafal santri, Mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an yang menambah wawasan tentang pembelajaran al-Qur’an yang meningkat seperti hukum tajwid, makhroj, sifat huruf dan sebagainya.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas segala nikmat, iman, jasmani dan rohani tiada henti kepadanya. Penulis meminta agar selalu diberi kesehatan, kemudahan, kesabaran dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini, berkat kasih sayang serta petunjuk dan rahmat-Nya penulis dapat mengolah data menjadi kata, menjadi kalimat serta paragraf-paragraf yang berisi ide, kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab-bab dan akhirnya jadilah skripsi ini.

Shalawat serta salam, senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rasulallah SAW, yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Sesungguhnya Beliau dan merekalah yang sangat berjasa dalam menyampaikan pesan itu sampai kepada kita semua saat ini.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi yang

berjudul “PERAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM

PEMBUMIAN AL-QUR’AN : STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-QUR’ANIYYAH ini tidak akan selesai dengan daya upaya penulis sendiri, tetapi dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis, akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(7)

vi

Syarif Hidayatullah Jakarta. Yusuf Rahman, MA., Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, serta Civitas Akademik Fakultas Ushuluddin yang telah melancarkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan ini.

Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Khususnya Dosen Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah mengajarkan dan memberikan berbagai wawasan, ilmu serta pengalaman kepada penulis selama studi di kampus tercinta ini.

2. Dosen Penasihat Akademik, Prof Hamdani Anwar, MA., yang banyak memberi masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan banyak terima kasih yang sebesar-besar nya bahkan tak terhingga ucapan terima kasih penulis untuk Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang dengan ikhlas dan selalu sabar dalam membimbing untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. teruntuk Ibu Nur Aisyah selaku Istri dari bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., yang dengan kebaikan hatinya untuk menyediakan tempat serta fasilitas selama penulis tinggal di kediamannya hingga bisa menyelesaikan skripsi ini dan tidak lupa kepada anak dari Dr Eva Nugraha, M.Ag., dan ibu Nur Aisyah yaitu aa fadel, teteh lintang dan juga meto yang senantiasa selalu menemani dan menghibur selama penyelesaian skripsi ini.

(8)

vii

3. Kedua orang tua yang terkasih dan tersayang. Terima kasih Abi Hj.

Mohammad Jamil SQ dan Umi Asmala Dewi S.pd yang tidak pernah lelah memberi dukungan, do’a, semangat yang sangat penuh, serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis tanpa henti. Dan tidak lupa juga untuk adik ku Muhammad Mundzir Jamil dan Hilya Safitri Jamil yang selalu memberikan dukungan kepada penulis samapai akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah terkhusus K.H.

Sobron Zayyan, MA., Ustad Zulkarnain, Ustad Anshari, Ustad Awaluddin, Ustad Reda Zuandy dan yang lainnya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan banyak informasi kepada penulis hingga skripsi penulis berjalan dengan lancar atas dukungan dan bantuan dari kalian.

5. Kepada Ytc Mohamad Duhan Fauzi terima kasih telah menemani dalam penyelesaian skripsi ini dengan dukungan yang penuh dan do’a. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuknya.

6. Kepada Uni debri yang tersayang selalu memotivasi penulis dan memberikan dukungan agar skripsi ini bisa terselesaikan.

7. Kepada Sahabat penulis, Lisdiana Ulfah, Gesit Fratika, Indah Wulandari, Fitri Aprilia, De’ayu Rohana, Evi Lestari, Lindri Fuji Lestari, dan Elisa Safitri, Syifa Fauziah yang sudah menemani, memberikan dukungan, serta motivasi penulis saat kuliah dan kepada Aprilina Cahyaningrum, Tasya Malinda, Dwi Rosiana, Faidah yang telah setia menemani selama berjalannya skripsi ini dan selalu ada di saat penulis membutuhkannya.

(9)

viii

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Keluarga besar “Ora Tapi Anu”, khususnya, Astri, Dedeh, Angga, Acil, Sahal, Nafis, Macan, Winda ayu, Dwiki, Dita, Lutfi, Azmi, Agung, Nadia, Rizka Safrina, Miftahussabda, Kak Yazid, Kak Cebong, Kak Fahri, Kak Hamim, Kak Khosyi, Kak Rio, Kak Fiki, Kak Kastubi yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan kuliah di waktu yang tepat.

9. Kepada, Keluarga PMII Komfuspertum, HMJ Tafsir Hadis 2017, DEMA Tafsir Hadis 2017, yang telah memberikan pengalaman serta menjadi bagian dari perjalanan penulis saat kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, Amin.

Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi siapa pun yang membacanya.

10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan IQTAF B Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, Amin. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi siapa pun yang membacanya.

Tangerang Selatan,24 Juli 2020

Afiyanti Harirah Jamil

(10)

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987 1. Padana Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

b Be

ت

t Te

ث

es dengan titik atas

ج

j Je

ح

ha dengan titik bawah

خ

kh ka dan ha

د

d De

ذ

Ż zet dengan titik atas

ر

r Er

ز

z Zet

س

s Es

ش

sy es dan ye

ص

es dengan titik bawah

ض

de dengan titik bawah

ط

te dengan titik bawah

ظ

zet dengan titik bawah

(11)

x

غ

gh ge dan ha

ف

f Ef

ق

q Qi

ك

k Ka

ل

l El

ﻢـ

m Em

ن

n En

و

w We

ه

h Ha

ء

Apostrof

ي

y Ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَــ a Fathah

ـِــ i Kasrah

ـُــ u Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـَــ ai a dan i

(12)

xi

و ـَــ au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺎَ ā a dengan topi di atas

ْﻲِ ī i dengan topi di atas

ْﻮُ ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al- dīwān bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata (

ةرو ﺮﻀﻟ ا

) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah

(13)

xii

marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1

ﺔﻘ ﺮﯾ ط

Tarīqah

2

ﯿﺔ ﻣﻼﺳﻹ ا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟ ا

al-jāmī’ah al-islāmiyyah

3

د ﻮﺟﻮﻟ ةا ﺪﺣ و

wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al- Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al- Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(14)

xiii 8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Isim), maupun huruf (Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas

Kata Arab Alih Aksara

ْﻢُﻜ ِﺴُﻔْـﻧَا ْﻦﱢﻣ ْﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟ ُﻪّٰﻠﻟاَو

Wallahu jaʻala lakum min anfusikum

ُﺖٰﺒﱢﻴﱠﻄﻟا ُﻢُﻜَﻟ ﱠﻞِﺣُا َمْﻮَـﻴْﻟَا

ۗ◌

Alyawma uḥilla lakumu al-

ṭayyibātu

ِﺖٰﺒﱢﻴﱠﻄﻠِﻟ َنْﻮُـﺒﱢﻴﱠﻄﻟاَو َْﲔِﺒﱢﻴﱠﻄﻠِﻟ ُﺖٰﺒﱢﻴﱠﻄﻟاَو

Wa al-ṭayyibātu li al-ṭayyibīna wa al-ṭayyibūna li al-ṭayyibāti Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al- Rahmān.

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt Subḥanahu wa ta‘ālā

Saw Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriah

W Wafat

(15)

xiv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI... ix

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR BAGAN... xvii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Permasalahan ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : PROSES MEMBUMIKAN AL-QUR’AN LEMBAGA- LEMBAGA PENDIDIKAN AL-QUR’AN ... 16

A. Sejarah Pendidikan al-Qur’an di Indonesia... 16

1. Pendidikan al-Qur’an di Majlis Taklim... 20

2. Pendidikan al-Qur’an di Pesantren ... 22

3. Pendidikan al-Qur’an di TPA dan Rumah Taḥfiẓ ... 23

B. Membumikan al-Qur’an di Jenjang Pendidikan Forman ... 26

1. Pengajaran al-Qur’an di Sekolah Dasar dan Menengah.... 27

(16)

xv

2. Upaya Pengkajian al-Qur’an di Perguruan Tinggi Keagamaan

Islam ... 28

C. Membumikan al-Qur’an Melalui Kontestasi al-Qur’an... 29

BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA AL-QUR’ANIYYAH ... 34

A. Sejarah Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 34

B. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 39

C. Fasilitas dan Kegiatan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 41

D. Prestasi Santri Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 44

E. Profil Informan... 45

BAB IV : PRAKTIK DAN DAMPAK PEMBELAJARAN TAHSIN DAN TAHFIDZ PONDOK PESANTREN AL-QUR’ANIYYAH ... 48

A. Motivasi dan Tujuan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 48

1. Motivasi Guru ... 50

2. Motivasi Santri ... 52

B. Praktik Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz Pondok Pesantren Al- Qur’aniyyah... 54

1. Praktik Tahsin al-Qur’an ... 55

2. Praktik Tahfidz al-Qur’an... 64

C. Dampak dan Capaian Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah... 66

1. Capaian Pembelajaran Santri ... 69

2. Peran Keberadaan Pesantren terhadap Orang Tua... 73

3. Dampak Pesantren terhadap Masyarakat... 75

BAB V : PENUTUP... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

xvi

Tabel 3.1 kegiatan harian santri... 42

Tabel 3.2 Tabel Identitas Informan ... 46

Tabel 4.1 Agenda Lembaga Taḥfiẓ al-Qur’an... 59

Tabel 4.2 Takhassus Qur’an Plus ... 62

Tabel 4.3 Takhassus Biasa ... 63

Tabel 4.4 Kelas Non Takhassus ... 64

(18)

xvii

TABEL BAGAN

Bagan 4.1 Tujuan Pondok Pesantren... 48

Bagan 4.2 Praktik Pembelajaran Tahsin al-Qur’an ... 55

Bagan 4.3 Kriteria Penilaian Taḥsin... 58

Bagan 4.4 Pembagian Kelas Taḥfiẓ ... 61

Bagan 4.5 Praktik Pembelajaran Taḥfiẓ al-Qur’an ... 65

Bagan 4.6 Dampak dan Capaian Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah ... 67

Bagan 4.7 Capaian Pembelajaran Santri ... 70

Bagan 4.8 Peran Keberadaan Pesantren Terhadap Orang Tua... 73

Bagan 4.9 Dampak Pesantren Terhadap Masyarakat... 75

(19)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan al-Qur’an merupakan suatu wadah yang mempunyai peranan penting dalam era globalisasi saat ini. Memberikan perhatian khusus dalam mutu pendidikannya, kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi generasi muda baik pada tataran intelektual, teoritis maupun praktis.1

Lembaga pendidikan al-Qur’an memiliki peran dalam pembumian al- Qur’an. Pembumian al-Qur’an disini berkaitan dengan upaya memahami dan mengamalkan ajaran al-Qur’an sesuai dengan konteks zamannya.

Peta wilayah Kampung Ceger mempunyai beberapa lembaga di dalamnya yang ingin peneliti paparkan untuk dapat mempelajari dan memahami semua isi kandungan al-Qur’an yang terdapat di dalam lembaga banyak metode pembelajaran al-Qur’an yang bisa digunakan, seperti Tajwid, Taḥsin, Tartil, Taḥfiẓ.

Lembaga Al-Ikhwaniyyah penggunaan dalam metode membaca al- Qur’an yang diterapkan di Yayasan Al-Ikhwaniyyah ini merupakan pelajaran yang diterapkan setiap harinya dengan mempelajari hukum- hukum tajwid yang dipimpin langsung oleh ustaẓ dan membaca kitab kuning yang langsung diajarkan oleh pemimpin yayasan.2

Terbentuknya TPQ ar-Rayyan karena kurangnya kesadaran dalam mengaji, adapun pembelajarannya meliputi belajar mengaji dari Iqro’

sampai al-Qur’an. Untuk SD, SMP, SMA dan setiap malam Selasa

1 Team Penyusun Monitoring DEPAG Kab. Sidoarjo, Pelatihan Administrasi Lembaga Pendidikan al-Qur’an Forum Komunikasi Kepala TPQ Kab. Sidoarjo.

2Agus Mustaji (Guru Al-Ikhwaniyyah), diwawancara oleh Afiyanti Harirah, Ceger, 25 Januari 2020. Banten.

(20)

2

diadakannya pelajaran Imla’, malam Rabu fiqh dan malam Kamis tajwid.

Bagi setiap anak yang berhasil khatam al-Qur’an maka diberikan sebuah reward atau bisa disebut (penghargaan).3

Pengajian majelis taklim ibu-ibu al-Hikmah yang diadakan di Mushola Nurul Amal setiap hari selasa satu minggu sekali, dalam pengajiannya metode penyampaian materi yang digunakan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Penyampaian dengan berceramah lebih sering dipakai selama kegiatan berlangsung. Pada akhir ceramah, diberikan kesempatan kepada ibu-ibu yang ingin bertanya tentang hal-hal yang tidak dimengerti ataupun belum jelas terhadap pembahasan penceramah yang ustaẓah sampaikan.4

Sekolah Qur’an an-Naajiyah dibangun dari sejarah terhadap anaknya sendiri dengan melihat kurang aktifnya akan pembelajaran al-Qur’an bagi anak-anak sekolah dasar. Dalam sistem pembelajarannya lebih banyak dihabiskan untuk pelajaran umum dibandingkan pelajaran al-Qur’an yang hanya 20% untuk pelajaran agama di sekolah. Kemudian berdirilah sekolah Qur’an an-Naajiyah yang dimulai dari waktu pagi sampai sebelum ẓuhur. Dalam metode pengajarannya yakni menerapkan buku panduan, menghafal, metode ayat dan mempunyai target lulus SD harus sudah menghafal 6 juz.5

Lembaga yang terakhir pondok pesantren Al-Qur’aniyyah yang mana lembaga ini memiliki ilmu al-Qur’an yang sangat dikenal oleh masyarakat Kampung Ceger atas ilmu al-Qur’annya. Beberapa penggunaan metode pembelajaran al-Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah berbeda

3Nur, (Guru TPQ ar-Rayyan), diwawancara oleh Afiyanti Harirah, Pondok pesantren Aren, 24 Januari 2020. Banten.

4Sarmi, (Ibu Majelis Taklim), diwawancara oleh Afiyanti Harirah, Pondok pesantren Aren, 31 Desember 2020. Banten.

5 Imat Ruhimat, (Guru an-Naajiyah), diwawancara oleh Afiyanti Harirah, Pondok pesantren Aren, 23 Januari 2020. Banten.

(21)

dengan yang sudah peneliti paparkan di atas. Terdapat beberapa pembelajaran yang di terapkan di pondok pesantren pesantren ini yaitu: 1.) Taḥsin, dilakukan di luar kelas sehabis magrib sampai menjelang isya sekitar 45 menit pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dalam seminggu 4 kali. 2.) Tartil, mempelajari tartil terdapat pada urutan yang kurang baik sampai yang paling baik. 3.) Taḥfiẓ, menggunakan cara setoran dan terbagi menjadi tiga: a. Taḥfiẓ terbatas, menghafal beberapa juz dan surat dilakukan seminggu 4 kali. b. Taḥfiẓ khusus, menghafal al-Qur’an secara keseluruhan 5 juz/tahun dan hafalan per hari dan yang terakhir c. Taḥfiẓ Non Takhasus, tidak mempunyai target hafalan dalam kelas takhasus.6

Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah tak hanya terfokus pada mendidik santri-santrinya tetapi ikut terlibat dalam pengembangan pendidikan keagamaan pada masyarakat sekitar. Hubungan antara pondok pesantren dan masyarakat sekitar terjalin sudah lama sejak awal pendirian pondok pesantren yang tidak lepas dari permintaan dan dorongan masyarakat.

Sebagai pondok pesantren yang terfokus pada pembelajaran al-Qur’an, Al- Qur’aniyyah terlibat aktif pada kegiatan pembelajaran al-Qur’an dan tafsir di masyarakat Kampung Ceger. Setidaknya beberapa agenda hari besar keagamaan yang diadakan oleh pondok pesantren juga melibatkan masyarakat di dalamnya. Pondok pesantren ini lebih mengkhususkan pada pembelajaran al-Qur’an seperti qiroah, taḥsin, taḥfiẓ dan lain sebagainya.

Penjelasan yang telah peneliti paparkan di atas merupakan beberapa lembaga yang terdapat di Kampung Ceger yang mampu menanamkan nilai-nilai Qur’ani kepada anak didik sehingga tercermin dari pola berfikir serta tingkah laku dan kepribadiannya masing-masing. Mengembangkan masa depan dengan dibutuhkannya generasi-generasi Qur’ani yang

6Zulkarnain Ali, (Guru Al-Qur’aniyyah), diwawancara oleh Afiyanti Harirah, Pondok Aren, 3 Februari 2020. Banten.

(22)

4

mampu memimpin masyarakat, bukan sebaliknya pemimpin yang memperdaya rakyat.7

Lembaga pendidikan al-Qur’an yang telah penulis paparkan di atas memiliki peranan penting dalam pembumian al-Qur’an. Dari peranan tersebut penulis melihat bahwa pembumian al-Qur’an lebih dirasakan di Pondok pesantren pesantren Al-Qur’aniyyah di mana pesantren memiliki cakupan pembelajaran al-Qur’an yang lebih luas dibandingkan lembaga yang lain dan hal ini dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.

Dari hasil penelitian, ada korelasi antara penelitian yang sudah dilakukan oleh Mahin Mufti8, Mutoharoh Nurhidayah9, Solikhah10, Miftah Habibie11 Mutmainnah12, dengan penelitian yang penulis lakukan hanya saja objek, sudut pandang dan juga lokasi dari beberapa penelitian di atas berbeda-beda. Dari penelitian mutmainnah terfokus pada “pola komunikasi kyai dan santri dalam pengajaran seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, maka perbedaan yang spesifik dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu “peran lembaga keagamaan dalam pembumian al-Qur’an : studi kasus pondok pesantren Al-Quraniyyah dengan perannya mengupayakan pembumian al-Qur’an

7 Said Agil Husin Al Munawar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Akhlak, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 353

8 Mahin Mufti, Strategi Pembelajaran al-Qur’an dalam Meningkatkan Kemampuan Baca al-Qur’an Santri di TPQ Al-Hasani Gampingan Pagak Malang (Skripsi S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2015).

9 Mutoharoh Nurhidayah, Metode Pembelajaran al-Qur’an di Pondok pesantren Fathul Huda Kebondalem Purwokerto (Skripsi S1 IAIN Purwokerto 2016).

10 Solikhah, Proses Pembelajaran Taḥfidẓ al-Qur’an dengan Metode Dzikroni di Pondok pesantren Adh-Dhuhaa Gentan Baki Sukoharjo (Skripsi S1 IAIN Surakarta 2017).

11 Miftah Habibie, Efektivitas Sistem Pembelajaran Taḥfidẓ al-Qur’an di Pondok pesantren Taḥfidẓ Daarul Qur’an Tangerang (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019).

12Mutmainnah, Pola Komunikasi Kyai Dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca al- Qur’an Di Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok pesantren Aren. (Skripsi S1 UIN Jakarta 2008).

(23)

dalam pengaruh pembelajaran al-Qur’an terhadap santri, orang tua dan masyarakat sekitar dalam suatu lembaga yang sudah peneliti paparkan membawa mereka sadar akan pentingnya adanya pembelajaran al-Qur’an dan mendukung sekali adanya pembelajaran al-Qur’an di dalam lembaga tersebut.

Melihat beberapa peran lembaga yang telah peneliti paparkan di atas, maka fokus penelitian ini tertuju pada Lembaga Pondok pesantren Al- Qur’aniyyah di Kampung Ceger Tangerang Selatan. Di mana metode pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ al-Qur’an itu sangat berpengaruh terhadap pondok pesantren pesantren dan santrinya sendiri. Serta metode ini juga bertujuan untuk dapat melihat keberhasilan atau prestasi belajar para santri di pondok pesantren pesantren tersebut.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Untuk memperjelas penelitian ini, maka penulis mengidentifikasikan masalah yaitu:

a. Bagaimana upaya yang dilakukan lembaga pendidikan al-Qur’an dalam membumikan al-Qur’an.

b. Metode apa saja yang digunakan lembaga pendidikan al-Qur’an dalam upaya membumikan al-Qur’an.

2. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memahami penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian mengenai motivasi dan tujuan pondok pesantren Al- Qur’aniyyah, praktik pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ serta dampak pondok pesantren yang dirasakan oleh murid, orang tua dan masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Qur’aniyyah

(24)

6

3. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, adapun perumusan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimana upaya Pondok pesantren pesantren Al-Qur’aniyyah dalam pembumian al-Qur’an di Kampung Ceger Tangerang Selatan”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan praktik pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ di Pondok pesantren pesantren Al-Qur’aniyyah

2. Untuk mengetahui dampak praktik belajar taḥsin dan taḥfiẓ pada santri Pondok pesantren pesantren Al-Qur’aniyyah

3. Memberikan pemahaman bahwa pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ di Pondok pesantren pesantren Al-Qur’aniyyah dapat memberikan dampak positif bagi santri, orang tua maupun masyarakat sekitar.

4. Untuk memenuhi tugas akhir (skripsi) perkuliahan dalam rangka persyaratan dalam memperoleh S1 (strata 1) dan gelar S.Ag

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis: Manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana praktik pembelajaran al-Qur’an yang digunakan pada santri Al-Qur’aniyyah

2. Secara Praktis: Manfaat untuk pondok pesantren dapat dijadikan sebagai acuan sarana pembelajaran al-Qur’an terhadap praktik taḥsin dan taḥfiẓ satu dengan yang lainnya karena dalam penelitian ini mendeskripsikan praktik taḥsin dan taḥfiẓ dari pondok pesantren Al- Qur’aniyyah terhadap santri diharapkan agar dapat mengetahui nilai-

(25)

nilai keagamaan yang didapat dari pondok pesantren tersebut untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian atau karya ilmiah yang telah ada, baik itu kekurangan maupun kelebihan yang ada sebelumnya. Penulis mendapatkan banyak yang dapat dijadikan rekomendasi dan tambahan informasi yang mempunyai relevansi dengan skripsi ini. Penelitian serupa yang pernah dilakukan sebagai acuan penelitian, antara lain:

Wulan Mardiyanti13 dalam tesisnya menjelaskan tentang ketertarikan menggunakan metode ummi dalam pembelajaran al-Qur’an di Lembaga Al-Maghfiroh karena merupakan satu-satunya lembaga rumah Qur’an yang ada di daerah Selogiri. Selain itu, juga melihat banyak santri yang belajar di lembaga tersebut. Meskipun merupakan lembaga pembelajaran al-Qur’an yang baru didirikan, namun sudah banyak santri yang mendaftar di lembaga tersebut.

Mahin Mufti14 dalam skripsinya membahas tentang kemampuan baca al-Qur’an dengan menggunakan metode Qur’ani di dalam salah satu lembaga pendidikan Islam yang memprioritaskan pembelajaran dalam bidang baca tulis al-Qur’an. Metode Qur’ani guna untuk meningkatkan kemampuan baca Qur’an santri di TPQ al-Hasani.

13Wulan Mardiyanti, Manajemen Pembelajaran Membaca al-Qur’an dengan Metode Ummi di Lembaga Rumah Qur’an Al-Maghfiroh Krompakan Pule Selogiri Wonogiri (Tesis S2 IAIN Surakarta 2018).

14Mahin Mufti, Strategi Pembelajaran al-Qur’an dalam Meningkatkan Kemampuan Baca al-Qur’an Santri di TPQ Al-Hasani Gampingan Pagak Malang (Skripsi S1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2015)

(26)

8

Miftah Habibie15 dalam skripsinya menjelaskan tentang Pondok pesantren Taḥfiẓ Daarul Qur’an bukan hanya mencetak santri-santri yang penghafal al-Qur’an metode pengajaran Kaidah Daarul Qur’an, para santri diajak untuk menghafalkan al-Qur’an sebagai salah satu standar kualifikasi santri Daarul Qur’an dalam menghafalkan al-Qur’an secara cepat dan tepat. Para pengajar dan pembimbing memiliki kualifikasi yang cukup menguasai hafalan Qur’an yang baik dan teruji melalui berbagai ajang Musabaqoh Hifdzil dan Tilawah Qur’an Nasional dan juga beberapa tenaga pengajar internasional dari berbagai negara.

Mutharoh Nurhidayah16 dalam skripsinya menjelaskan tentang metode pembelajaran al-Qur’an di pondok pesantren pesantren Fathul Huda yakni dengan sistem PACARAN (Pendalaman Membaca al-Qur’an) yang diikuti oleh santri putra dan santri putri yang belum memenuhi kriteria penilaian dalam membaca al-Qur’an. Serta khusus bagi santri putri diadakan program OWOJ (One Week One Juz) yakni setiap santri putri wajib membaca satu juz setiap minggu.

Sugiati17 dalam jurnalnya menjelaskan bahwa langkah-langkah penerapan menghafal al-Qur’an dengan metode sorogan meliputi membaca secara hafalan, membaca hafal dan lancar. Metode sorogan yang dipadukan dengan metode yang lain secara variasi. Mengevaluasi secara berkala tingkat kemampuan belajar santri, mengingat adanya keragaman kemampuan di kalangan santri. Memberikan pelayanan dan perhatian terhadap santri secara maksimal baik dalam aspek kognisi, afeksi, maupun aktivitas secara langsung.

15 Miftah Habibie, Efektivitas Sistem Pembelajaran Taḥfidẓ Al-Qur’an di Pondok pesantren Taḥfidẓ Daarul Qur’an Tangerang (Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019).

16 Mutoharoh Nurhidayah, Metode Pembelajaran al-Qur’an di Pondok pesantren Fathul Huda Kebondalem Purwokerto (Skripsi S1 IAIN Purwokerto 2016).

17 Sugiati, Implementasi Metode Sorogan Pada Pembelajaran Taḥsin Dan Taḥfidẓ Pondok pesantren Refleksi: Jurnal Qathruna. vol.3 No.1 (Januari 2016), 135.

(27)

Umar18 dalam skripsinya menjelaskan tentang keberadaan Madrasah Ibtidaiyah yang merupakan bagian dari sistem Pendidikan Nasional, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah batur 01, Batur Wetan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang perlu berpartisipasi dan keaktifan masyarakat dalam meningkatkan mutu Pendidikan. Oleh karena itu bagi masyarakat yang terlibat dalam pembinaan dan pengembangan Madrasah Ibtidaiyah tersebut harus berusaha mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu pendidikannya.

Bustanul Arifin19dalam tesisnya menerangkan upaya meningkatkan mutu pendidikan di MIN Ngaruduan Jogorawi Ngawi. Lembaga tidak hanya mengandalkan usaha dari dalam lembaga, seperti pendidikan, karyawan dan seluruh jajaran. Adanya partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan pun sudah dilakukan masyarakat dengan kerja bakti, gotong royong untuk pembangunan gedung ruang belajar tersebut. Dari dukungan masyarakat kurang menjadikan dampak kualitas pendidikan belum baik sehingga akhirnya atas gerakan stakeholder Madrasah dalam mendorong masyarakat dapat menghasilkan yang lebih baik, karena masyarakat ikut berperan penting dalam mutu pendidikan.

Irfan Paturohman20 dalam tesisnya menjelaskan bahwa keberadaan lokalisasi prostitusi Saritem yang telah berjalan cukup lama tentu saja tidak semudah itu dapat ditangani. Peran pondok pesantren Dar al- Thaubah ini cukup krusial dalam rangka membangun kembali citra kota Bandung untuk menjadi kota yang bermartabat, karena itu proses

18Umar, Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2016 (Skripsi S1 IAIN Salatiga 2016).

19Bustanul Arifin, Peran Masyarakat Dalam Meningkatkan Mutu Sarana Pendidikan.

(Tesis,IAIN Ponorogo 2017).

20Irfan Paturohman, Peran Pendidikan Pondok pesantren pesantren Dalam Perbaikan Kondisi Keberagamaannya Di Lingkungannya Studi Deskriptif pada Pondok pesantren Dar Al-Taubah, Bandung. (Tesis UIN Bandung, 2012).

(28)

10

pendidikan yang dijalankan oleh Pondok pesantren Dar al-Thaubah dapat memberikan edukasi tentang bagaimana seharusnya nilai-nilai Islam itu diterapkan dalam kehidupan masyarakat secara utuh.

Lu’luatul Maftuhah21 dalam skripsinya menerangkan bahwa rumah Taḥfiẓ sebagai tempat menghafal, Rumah Taḥfiẓ al-Hikmah Gubukrubuh Gunung Kidul telah mendapat kepercayaan untuk mengembangkan program penghafal Qur’an dan mendapat peran yang membumikan al- Qur’an dan selalu ingin meningkatkan kualitas hafalan yang kuat, tetapi dari beberapa anak menganggap bahwa hafalan ini sulit. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi ustaz untuk menggunakan metode yang tepat dan cocok bagi para muridnya untuk diterapkan setiap harinya.

Mutmainnah22 dalam skripsinya menjelaskan Pondok pesantren Al- Qur’aniyyah merupakan lembaga yang mencetak santri agar dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar sesuai dengan ilmu tajwid dan melantukannya sesuai dengan lagu-lagu dalam al-Qur’an yakni ilmu nagham dan ilmu qiro’at yang berlaku dan itu menjadikan ciri khas bagi pesantren al-Qur’aniyyah dalam mempelajari hal tersebut sehingga pondok pesantren al-Qur’aniyyah telah dilantik sebagai pondok pesantren yang berdedikasi dalam al-Qur’an di daerah Kampung Ceger pondok Aren, dan diajarkan langsung oleh kiai dalam seni baca al-Qur’an tersebut.

E. Metodologi Penelitian

Adapun metode penelitian yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah:

21 Lu’luatul Maftuhah, Metode Pembelajaran Taḥfidẓ al-Qur’an Bagi Anak MI Di Rumah Taḥfidẓ Al-Hikmah Gubuk Rubuh Gunung Kidul (Skripsi S1 UIN Jogja 2014)

22Mutmainnah, Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca al- Qur’an Di Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah Pondok pesantren Aren (Skripsi S1 UIN Jakarta 2008)

(29)

1. Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan data dan menganalisis data berupa kata-kata lisan maupun tulisan dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasi data kualitatif yang telah diperoleh, dengan demikian tidak menganalisis angka-angka, dan pendekatan dengan orang- orang tersebut ditempat penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk mencari data-data lapangan hasil dari observasi, wawancara maupun dokumentasi yang kemudian diterjemahkan kedalam bentuk tulisan atau mendeskripsikan mengenai situasi-situasi serta kejadian, namun bukan berupa angka.

Jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif sebagai jenis yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya. Pendekatan ini digunakan untuk mencari data-data lapangan hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan atau deskripsi mengenai situasi- situasi atau kejadian bukan berupa angka.23

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan adalah berupa data primer dan sekunder. Adapun data primer yang digunakan adalah hasil dari observasi dan wawancara dengan pihak ketua yayasan, pengajar di lembaga tersebut, infromasi dari orang tua, murid dan masyarakat sekitar. Dokumentasi dan data-data dari Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah yang berkaitan dapat menjadi pendukung untuk penelitian ini. Adapun data sekunder yang

23Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), 13

(30)

12

digunakan dari buku-buku, atau tulisan yang bersangkutan dengan pembahasan ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data langsung dari lapangan. Data yang diobservasi dapat berupa kegiatan pembelajaran al-Qur’an dan interaksi seluruh kegiatan di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Observasi ini dilakukan di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah Jl. Panti Asuhan Ceger RT 03 RW 12 No.06 Jurang mangu Timur, Kecamatan pondok Aren, Tangerang Selatan, peneliti tidak melakukan observasi secara langsung dikarenakan adanya COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang membuat Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah terjadi lockdown, maka dari itu kebijakan jarak sosial (social distancing) dan PSBB (pembatasan sosial berskala besar)

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan tanya jawab dengan pihak terkait. Dalam hal ini peneliti mewawancarai ketua pimpinan Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, kepala sekolah, guru, wali santri dan masyarakat sekitar pondok pesantren.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar maupun elektrik.24

24Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 221.

(31)

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan arsip-arsip dan dokumen yang sesuai dengan penelitian. Data-data tersebut meliputi arsip-arsip dan dokumen sekolah tersebut, seperti data profil sekolah, data murid, dan guru. Data dokumentasi yang lain diambil melalui dokumen yang tergambarkan, seperti berita di majalah, berita online, foto kegiatan dan rekan dalam bentuk video.

4. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data. Memilah nya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan yang dipelajari dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah metode analisis data dalam penelitian ini adalah:

a. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal yang pokok, memfokuskan kepada hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Penulis dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan cerita yang berkembang.

b. Verifikasi dan Simpulan

Simpulan adalah intisari dari temuan peneliti yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya. Sejak awal pengumpulan data penulis harus membuat simpulan sementara. Simpulan tersebut harus dicek dan kembali diverifikasi pada catatan yang telah dibuat oleh penulis dan selanjutnya ke arah simpulan yang tepat. Setelah data masuk terus-menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya dapat disimpulkan akhir yang lebih bermakna dan lebih jelas.

(32)

14

F. Sistematika Penulisan

Seluruh pembahasan dalam skripsi ini penulis memaparkan ke dalam beberapa Bab sebagai berikut:

Bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah untuk menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Adapun tujuan Bab ini untuk menjelaskan secara keseluruhan berisi pendahuluan penelitian yang mendasari pemikiran dalam penelitian ini.

Bab II penulis menjelaskan tentang proses membumikan al-Qur’an di lembaga-lembaga pendidikan al-Qur’an. Bab ini menjelaskan tentang sejarah pendidikan al-Qur’an di Indonesia, membumikan al-Qur’an di jenjang pendidikan formal serta membumikan al-Qur’an melalui kontestasi al-Qur’an

Bab III merupakan gambaran umum tentang profil Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah. Bab ini menjelaskan tentang profil pondok pesantren serta fasilitas dan kegiatan di dalam pondok pesantren tersebut. Dan profil biodata dari narasumber yang peneliti wawancara. Bab ini berhubungan dengan Bab sebelumnya, karena Bab ini menjelaskan gambaran umum lokasi penelitian.

Bab IV merupakan penjelasan dari hasil analisis penelitian tentang motivasi dan tujuan Pondok pesantren Al-Qur’aniyyah serta praktik pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ, dampak bagi perkembangan pembelajaran taḥsin dan taḥfiẓ bagi santri di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah Bab ini pun berhubungan dengan Bab sebelumnya yang menjelaskan tentang gambaran umum tentang penelitian ini.

(33)

Bab V merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian ini. Kritik dan saran sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

(34)

16 BAB II

PROSES MEMBUMIKAN AL-QUR’AN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN AL-QUR’AN

A. Sejarah Pendidikan al-Qur’an di Indonesia

Pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan sangat penting bagi suatu negara, negara yang memiliki pendidikan yang maju juga berdampak pada kemajuan negara. al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah Subḥanahu wa ta’ālā kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam sebagai petunjuk bagi umat Muslim. Al-Qur’an digunakan sebagai sumber rujukan pendidikan bagi umat Islam selain hadits. Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia.

Dari populasi 237 juta jiwa Indonesia memiliki total sekitar 87 persen penduduk yang memeluk agama Islam. Pada tahun 2000 sampai 2010 jumlah umat Islam di Indonesia mengalami penurunan jumlah persentasi.

Indonesia pada tahun 2000 memiliki penduduk muslim 95 persen, dan menjadi 87 persen di tahun 2010.1

Pendidikan Islam selain dilaksanakan di tempat khusus berupa lembaga pendidikan, juga dilaksanakan diberbagai macam tempat. Umat Islam pada masa rasulullah ketika ingin belajar bisa menuju 2 M. Pada awalnya toko kitab digunakan untuk tempat jual beli, namun pada perkembangannya digunakan untuk membaca dan menelaah ilmu, dan supaya dapat bergaul dengan para ulama dan pujangga. Lembaga pendidikan Islam pada masa sahabat mengalami perkembangan. Selaras dengan meluasnya kekuasaan Islam, berimbas kepada usaha penyampaian tentang pengenalan Islam dengan membentuk madrasah. Para sahabat

1Pengertian dan Jumlah Penduduk di Indonesia” Diakses, 22 September 2017 https://www.bagi-in.com/jumlah-penduduk-diindonesia/

(35)

yang memberikan pelajaran agama kepada murid yang dari Arab maupun dari luar. Madrasah yang dibawah pengurusan para sahabat yang kemudian dilanjutkan oleh para penggantinya. Pada masa awal datangnya pengaruh Islam di Indonesia, dakwah dilakukan dengan berbagai cara oleh para ulama. Berbagai cara seperti pernikahan, pengobatan, budaya, dan pendidikan2. Selain itu juga dengan cara silaturahmi atau bergaul dengan para pemuda dan dengan pihak kerajaan. Pemerintah Indonesia mulai mendirikan Departemen agama untuk mengurusi keagamaan dan pendidikan agama. Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pendidikan agama berupa peraturan dan perundang-undangan.

Memberikan perhatian terhadap lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren atau madrasah. Dan memberikan bantuan berupa fasilitas di lembaga pendidikan Islam. Seperti memberikan dana pembangunan, pengadaan buku pelajaran, walaupun bantuan tersebut masih terbatas.

Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia. Agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, disiarkan secara damai tanpa paksaan, kekerasan atau perang. Dalam penyiaran Islam pada tahun-tahun permulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal dengan sebutan para wali. Para wali inilah yang berjasa mengembangkan agama Islam, terutama di pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan walisongo.

Kegiatan pendidikan Islam tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan yang sangat penting bagi kelangsungan perkembangan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur, bagaimana Islam dan umatnya telah memainkan peranannya dalam berbagai aspek sosial, budaya, politik.

2Muhammad Rifai, Sejarah Pendidikan Nasional (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2011),29.

(36)

18

Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kota-kota mubaligh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim terbentuk di suatu daerah tersebut, tentu mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini yang disebut masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul di samping tempat kediaman ulama dan mubaligh. Setelah itu muncul lah lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah, ataupun surau. Nama-nama tersebut walaupun berbeda tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan. Perbedaan nama itu dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Inti dari pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu keagamaan yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik.

Kitab-kitab klasik ini lah yang menjadi ukuran tinggi rendahnya ilmu keagamaan seseorang.3

Pada tahap awal pendidikan Islam, pendidikan berlangsung secara informal. Disinilah para mubaligh banyak berperan, yaitu dengan memberikan contoh teladan dalam sikap hidup mereka sehari-hari. Para mubaligh itu menunjukkan akhlaqul karimah, sehingga masyarakat menjadi tertarik untuk memeluk agama Islam dan mencontoh perilaku mereka. Di dalam sejarah Islam, zaman Nabi Muhammad Ṣalla Allāh

‘alaihi wa sallam, rumah-rumah ibadah difungsikan sebagai tempat pendidikan. Dengan demikian, masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan adalah merupakan suatu keharusan dikalangan masyarakat muslim. Adanya masjid tersebut dapat pula dipastikan bahwa mereka menggunakannya untuk melaksanakan proses pendidikan Islam dan sejak saat itu pula dimulai berlangsungnya pendidikan non formal.

3Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), 145-146.

(37)

Dengan demikian masyarakat atau rakyatnya memeluk agama Islam seperti yang terjadi pada beberapa kerajaan, yaitu kerajaan Samudera Pasai, Perlak, Aceh Darussalam dan Maluku, dan beberapa kerjaan lainnya. Setelah Indonesia merdeka, penyelenggara Pendidikan agama mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha tersebut dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga, sebagaimana yang dianjurkan oleh badan pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 desember 1945, yang menyebutkan bahwa madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah suatu alat dan sumber Pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaklah mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah.

Pendidikan Islam memiliki posisi yang strategis setelah kelahiran kebijakan pendidikan Nasional. Dalam hal ini pemerintah membawa wewenang kepada kementrian Agama untuk mengelola, mengatur agar lebih dapat melaksanakan perannya sebagai lembaga Pendidikan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkenaan dengan itu dilakukan berbagai hal untuk proses dalam Pendidikan Islam, baik sebagai mata pelajaran maupun sebagai lembaga. Sebagai mata pelajaran, Pendidikan Agama Islam wajib diajarkan kepada peserta didik yang beragama Islam mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Untuk itu pemerintah memiliki peran menyiapkan berbagai hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan Pendidikan, seperti pendidik, tenaga kependidikan, kurikulum, buku aajar, sarana, fasilitas, dan lain-lain.4

4Haidar Putra Daulay, Nguraya Pasha, Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa (Jakarta : Rineka Cippta, 2012), 1-2.

(38)

20

Namun dalam pelaksanaan tugas di bidang Pendidikan di lingkungan kementrian Agama sering dianggap sebagai sumber terjadinya dualisme pendidikan di Indonesia. Hal tersebut didasari sebagai akibat politik pendidikan di masa penjajahan belanda yang bertentangan dalam Pendidikan antara sistem Pendidikan barat yang bersifat ukhrowi. Pada sisi lain memang diakui bahwa perundang-undangan tentang sistem Pendidikan kita memberi peluang terjadinya dualisme Pendidikan.

Pasal 10 ayat (2) undang-undang No 4 Tahun 1954 menyatakan bahwa belajar di sekolah Agama yang mendapat pengakuan dari mentri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar. Demikian pula sebagaimana yang telah tertuang dalam substansi undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dan peraturan pelaksanaannya juga memberikan pengakuan dan keberadaan madrasah dan Pendidikan keagamaan sebagai subsistem dalam kesatuan sistem Pendidikan Nasional.5

1) Pendidikan al-Qur’an di Majlis Taklim

Pendidikan Islam secara umum diarahkan kepada usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah Subḥanahu wa ta’ālā . yang taat. Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu memiliki kadar kemampuan, waktu, dan kesempatan yang berbeda. Karena itu, dalam Islam dikembangkanlah berbagai sistem pendidikan Islam untuk tetap dapat membina umat (masyarakat) sesuai dengan perintah Allah Subḥanahu wa ta’ālā . Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh

5Pendidikan Keagamaan Sebagai Salah Satu Jenis Pendidikan Nasional (Bagian Ketiga Pasal 15 Ayat (2) UU No 2 Tahun 1989) dan Madrasah Adalah Pendidikan Umum Yang Berciri Khas Agama Islam Yang Diselenggarakan Oleh Departemen Agama (PP. No 28 Tahun 1990 Pasal 4 Ayat (3) dan PP No. 29 Than 1990 Pasal 1 Angka 4)

(39)

Abdurrahman Saleh bahwa lingkungan pendidikan pada garis besarnya meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Ketiga situasi lingkungan pendidikan ini, pada prinsipnya saling mendukung untuk membangun masyarakat sesuai dengan spesifikasi lingkungan pendidikannya.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Seiring kemajuan ilmu dan teknologi berdampak pada kehidupan manusia yang selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, serta pola hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari lingkungan keluarga maupun dari pihak luar6.

Ilmu pengetahuan dan teknologi, yang secara kongkrit perubahan dan pergeseran itu membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia sampai tidak menghiraukan halal dan haram, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah Subḥanahu wa ta’ālā. dan hubungannya dengan manusia. Lingkungan masyarakat sebagai salah satu lingkungan pendidikan, telah diakui serta memegang peranan yang sangat penting dalam memberdayakan umat (masyarakat) dalam berbagai aspek, termasuk aspek kehidupan beragama. Maka, tidak heran akhir-akhir ini pendidikan berbasis masyarakat semakin mendapat perhatian yang besar dari berbagai kalangan masyarakat, baik pemerintah maupun pakar-pakar pendidikan. Salah satu kegiatan pendidikan dan kelompok belajar yang berbasis masyarakat yang saat ini sedang tumbuh dan semakin

6Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran al-Qur’an (Jakarta:

Pustaka Al Husna, 1983), 65.

(40)

22

berkembang yakni lembaga pengajian atau pendidikan Islam yang disebut dengan majelis taklim.

Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan Islam non formal dan merupakan fenomena budaya religius yang tumbuh dan berkembang di tengah komunitas muslim Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 4 yang berbubunyi : “Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”.

Majelis taklim ini merupakan institusi pendidikan Islam non formal, dan sekaligus lembaga dakwah yang memiliki peran strategis dan penting dalam pengembangan kehidupan beragama bagi masyarakat. Majelis taklim sebagai institusi pendidikan Islam yang berbasis masyarakat di mana peran strategisnya terletak dalam mewujudkan learning society, suatu masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa di batasi oleh usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan dapat menjadi wahana belajar, serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah mengembangkan, silaturrahim dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi semua lapisan masyarakat. Urgensi majelis taklim yang demikian itulah, yang menjadi spirit diintegrasikannya majelis taklim sebagai bagian penting dari Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, majelis taklim melaksanakan fungsinya pada tataran non formal, yang lebih fleksibel, terbuka, dan merupakan salah satu solusi yang seharusnya memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambah dan melengkapi pengetahuan yang kurang atau tidak sempat mereka peroleh pada pendidikan formal, khususnya dalam aspek keagamaan.

(41)

2) Pendidikan al-Qur’an di Pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga Pendidikan Islam yang berbeda dengan pendidikan lainnya, baik dari aspek sistem Pendidikan maupun pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem pendidikannya, terlihat dari proses belajar mengajar yang cenderung sederhana dan tradisional.7 Kedudukan Pondok Pesantren bagi santri sangatlah esensial, sebab didalamnya santri tinggal belajar dengan dikontrol dengan seorang kiyai yang memimpin Pesantren itu. Santri tinggal di Pesantren dengan mudah kiyai mendidiknya dan mengajarkan segala bentuk ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulum nya. Harus diakui bahwa Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga Pendidikan Islam yang telah membuktikan keberadaannya dan keberhasilannya dalam peningkatan sumber daya manusia. Banyak Pesantren yang cikal bakal nya merupakan lembaga Pendidikan al-Qur’an. Di dalam Pesantren ini, santri diajarkan membaca, menghafal dan memahami al-Qur’an di samping kitab-kitab kuning.8

Konteks dalam Pendidikan adalah bagaimana mengupayakan peserta didik untuk dapat menuntaskan program pembelajaran nya, termasuk dalam proses hifdzul Qur’an. Dalam mengajar tentunya pengajar lebih banyak ditekankan pada startegi kreasi intelektual dan kognitif dari pada informasi verbal. Di samping itu, kemampuan melakukan memorisasi hafalan nya sangat berpengaruh juga terhadap ketuntasan hafalan santri.

Dengan demikian, kemampuan hafalan santri yang mengikuti program Taḥfiẓ al-Qur’an sangat ditentukan juga oleh kemampuan memorisasi, akan sia-sia apabila yang telah dihafalkan hilang begitu saja.

7M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: Prasasti.2002), 17.

8Abdurrahman Mas’ud, Menuju Paradigma Islam Humanis (Yogyakarta: Gama Media, 2003) cet 5, 259.

(42)

24

3) Pendidikan al-Qur’an di TPA dan Rumah Taḥfiẓ

Taman Pendidikan al-Qur’an merupakan sebuah lembaga Pendidikan diluar sekolah yang menitikberatkan pengajaran pada pembelajaran membaca al-Qur’an dengan muatan tambahan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan kepribadian Islamiah. Memuat pengajarannya lebih menekankan kepada aspek keagamaan (Islam) dengan mengacu pada sumber utamanya yaitu al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itupun dibatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak pada usia 4-12 tahun (TK/SD/MI) dengan demikian porsi pengajarnya terbatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap, keterampilan keagamaan, terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah (Pendidikan formal) , misalnya baca tulis al- Qur’an serta do’a harian, penanaman aqidah dan akhlak serta yang lainnya.9

Sesuai dengan namanya taman pendidikan al-Qur’an (TPA) maka penekanannya adalah bagaimana agar anak-anak dapat membaca al- Qur’an (Tadarus) dan fasih menurut kaidah ilmu tajwid dan ditambah dengan pelajaran keagamaan lainnya , TPA merupakan wadah dan sarana bagi pembelajaran generasi balita Islam, pada usia tersebut anak-anak diajarkan berbagai macam do’a-do’a, belajar mengaji , membaca al- Qur’an serta pemahaman terhadap rukun iman dan rukun Islam. Dan diharapkan hal ini mampu menjadi benteng bagi generasi Islam.10

Tujuan belajar dalam suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

9Mamsudi Abdurrahman, Dkk , Panduan Kurikulum Dan Pengajaran TK/TP Al-Qur’an (Palembang : LPTK BKPRMI, 2010), h. 10

10H.A.M Faturrahman, Dkk, Modul Diklat Rumpun Bidang Urusan Agama, Zakat, dan Wakaf, Fungsi Masjid Dalam Pembinaan Dan Pelayanan Umat (Jakarta: Departemen Agama RI Badan LITBANG dan DIKLAT PUSDIKLAT Tenaga Teknisi Keagamaan, 2006), 59.

(43)

sebagai hasil pengalaman sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan.

Sebagaimana telah disebutkan dalam pengertian al-Qur’an bahwa salah satu tujuan mempelajari al-Qur’an adalah untuk beribadah kepada Allah Subḥanahu wa ta’ālā. Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan al-Qur’an dan khususnya untuk kalangan anak-anak. Dari beberapa ungkapan diatas diambil kesimpulan bahwa taman pendidikan al-Qur’an (TPA) merupakan sebuah lembaga pendidikan sekolah yang sangat berpengaruh pada pengajaran membaca al-Qur’an dengan pembentukan akhlak dan kepribadian Islamiah.

Rumah Taḥfiẓ Qur’an pun menjadi salah satu sarana dan wadah dalam membangun generasi yang Qur’ani dan berakhlakul karimah. Dan mempunyai sarana yang sangat efektif dalam masyarakat untuk mencetak generasi penghafal al-Qur’an dan menjalankan metode pembelajarannya yang merupakan keteraturan Ibadah terhadap Allah Subḥanahu wa ta’ālā yang dapat dijalankan secara bersama-sama dengan istqiomah. Rumah Taḥfiẓ merupakan program yang digagas oleh YDQN pada tahun 2009 sebagai pesantren Taḥfiẓ mini. Dalam program ini mengembangkan program penghafalan (Taḥfiẓ) di lingkungan masyarakat, komuintas dan memanfaatkan nya di rumah, masjid, dan madrasah sebagai kemampuan nya. Ide dasarnya untuk melakukan pembibitan dan mencetak para penghafal al-Qur’an dengan melibatkan potensi masyarakat yang ada.11

Rumah Taḥfiẓ yakni rumah yang digunakan sebagai tempat Taḥfiẓ/menghafal al-Qur’an dari konsep rumah Taḥfiẓ ini. Pada tahun 2009 konsep rumah Taḥfiẓ ini digulirkan, YDQN berusaha untuk mengejar pertumbuhan jumlah penghafal al-Qur’an dengan membuka selebar-lebarnya kesempatan bagi masyarakat. Rumah Taḥfiẓ pun tidak

11PPPA Daarul Qur’an, Panduan Rumah Tahfidz, 2.

(44)

26

hanya sekedar melakukan aktivitas hafalan dan al-Qur’an saja. Namun yang sangat penting adalah bagaimana rumah Taḥfiẓ tersebut mampu mengaplikasikan al-Qur’an di dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar agar setiap rumah Taḥfiẓ dapat dikelola secara baik, secara berkala untuk diadakannya pelatihan pengelola rumah Taḥfiẓ dan One Day One Juz.12

Secara sederhana rumah Taḥfiẓ Qur’an dimaknai sebagai lembaga pendidikan berbasis rumah (keluarga) yang mengajarkan Taḥfiẓ al-Qur’an sebagai pendidikan utamanya dan aktivitas pendidikannya untuk membentuk para hafidz yang berakhlakul karimah dan dimaknai sebagai proses tata kelola kelembagaan dari mulai perencanaan, pengelolaan dan pergerakan dan pengendalian terhadap semua aspek pendidikan Islam (tujuan, kurikulum, peserta didik, sumber daya, sarana, prasarana san evaluasi dan efektifitas pembelajaran dalam capaian tujuan-tujuan pendidikan.

B. Membumikan al-Qur’an di Jenjang Pendidikan Formal

Pendidikan pada zaman sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai kitab hanya menjadi bahan bacaan saja dan tidak memahami isi yang terdapat didalam al-Qur’an. Dengan pemahaman seperti ini orang-orang tidak paham akan pentingnya pendidikan. Padahal didalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpendidikan melalui pendalaman ilmu pengetahuan. Dalam hal menyampaikan materi pendidikan, kebanyakan para pendidik tidak merujuk pada al-Qur’an padahal sudah sangat jelas bahwa al-Qur’an merupakan sumber pokok dalam segala ilmu pengetahuan umum.

Penyampaian materi yang disampaikan oleh pendidik harus merujuk pada

12http:/rumahtahfizhcintarasul.blogspot.com/2012/09/mukadimah.html; diunduh pada 30 maret 2020, jam 19:58

(45)

tujuan pendidikan agar materi yang telah disampaikan akan dapat diterima oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam beberapa ayat al-Qur’an, terdapat isyarat dan patokan dasar tujuan pendidikan, yaitu dalam Quran Surat al-Isra ayat 9:

َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟا َﲔِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا ُﺮﱢﺸَﺒُـﻳَو ُمَﻮْـﻗَأ َﻲِﻫ ِﱵﱠﻠِﻟ يِﺪْﻬَـﻳ َنآْﺮُﻘْﻟا اَﺬ َٰﻫ ﱠنِإ اًﲑِﺒَﻛ اًﺮْﺟَأ ْﻢَُﳍ ﱠنَأ ِتﺎَِﳊﺎﱠﺼﻟا

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”13

Penegasan ayat tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an mengenalkan dirinya sebagai petunjuk kepada jalan yang lebih lurus. Petunjuk- petunjuknya bertujuan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi nabusia, baik secara pribadi maupun kelompok.14 Penegasan yang dijelaskan oleh Umar Shihab dalam bukunya kontekstualitas al-Qur’an sudah sangat jelas, bahwasannya al-Qur’an merupakan petunjuk untuk menuju jalan yang lebih baik lagi, al-Qur’an merupakan sumber pokok ajaran Islam yang didalamnya menjelaskan banya sekali materi-materi yang dapat diterapkan oleh para pendidik dalam pencapaian proses pendidikan, akan tetapi sedikit sekali para pendidik yang merujuk pada al- Qur’an dalam pembentukan materi akan yang diajarkan.

1. Pengajaran al-Qur’an di Sekolah Dasar dan Menengah

Dalam proses belajar mengajar al-Qur’an tidak hanya materi yang dibutuhkan guru, namun juga membutuhkan strategi untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bahkan strategi ini harus dipilih sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, pemilihan tersebut

13Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Bandung:CV Penerbit Diponegoro, 2014), 383.

14Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an (Jakarta:Penamadani, 2005), 154.

Gambar

Tabel 3.1: kegiatan harian santri
Tabel 3.2: Tabel Identitas Informan
Tabel 4:1 Agenda Lembaga Taḥfidẓ al-Qur’an
Tabel 4.2 : Takhassus Qur’an Plus
+2

Referensi

Dokumen terkait

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Kami juga mengajukan permohonan pembayaran invoice untuk data berikut, dan akan segera melengkapi semua

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Arah rotasi venus searah jarum jam (dari timur ke barat). Hal ini berbeda dengan planet-planet lain yang rotasinya berlawanan jarum jam. Sekali mengelilingi matahari, venus