• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Karakteristik Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut, disebut padang lamun karena lingkungan ini didominasi oleh tumbuhan atau vegetasi lamun yang membentuk padang luas yang meliputi daerah-daerah yang sangat luas (Kordi 2011).

Lamun berbeda dengan tumbuhan laut lainnya. Lamun memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan dan batang yang merayap secara mendatar yang berbuku-buku serta stomata yang berfungsi dalam pertukaran gas. Tumbuhan lamun juga memliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. (Kordi 2011).

Akar pada lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal (udara) yang berliku-liku. Pelepasan oksigen oleh akar secara tidak lamgsung dapat mempercepat dekomposisi bahan organik yang terendap dan membantu perkembangan organisme bentik. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-buku, di buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak keatas berdaun dan berbunga. Rhizoma terbenam dalam substrat secara luas yang berperan penting dalam proses reproduksi secara vegetatif.

Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Secara morfologis, daun mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun, keberadaan atau ketiadaan ligula. Ligula berfungsi sebagai penyokong dan untuk melindungi daun muda yang baru tumbuh sehingga tidak mudah kemasukaan air. Daun umumnya memanjang kecuali jenis Halophila. Genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate (oval) tidak memiliki pelepah. Daun menyerap hara langsung dari perairan sekitarnya, mempunyai rongga untuk mengapung agar dapat beridri

(2)

tegak di air, tapi tidak bnyak mengandung serat tumbuhan seperti tumbuhan di darat (Hutomo 1994; Tuwo 2011).

Tumbuhan lamun memunyai beberapa sifat yang memungkinkan hidup di lingkungan laut yaitu : (1) Mampu hidup di media asin; (2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam; (3) Mempunyai sistem perakaran rimpang yang berkembang biak; (4) Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generatif dalam keadaan terbenam (Hutomo, 1994).

Padang lamun dapat membentuk vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang tumbuh membentuk padang lebat, sedangkan vegetasi campuran terdiri dari 2-12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama dalam satu substrat. Spesies lamun biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Enhalus accoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata dan Thalassodendron ciliatum (Malik, 2011).

Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai 4 meter. Pada perairan yang sangat jernih bahkan ditemukan tumbuh sampai kedalaman 8‒15 meter, asalkan pada keda laman ini masih terdapat cahaya matahari (Dahuri, 2003).

Tumbuhan lamun di dunia terdiri dari 2 famili, 12 genera dengan 49 spesies, dari 12 genera tersebut tujuh diantaranya hidup diperairan tropis yaitu Enhalus, Thalassia, Halophilia, Halodule, Cymodocea, Syringodium dan Thalassodendron (Den Hartog, 1970). Terdapat 23 spesies lamun di daerah tropis, di Asia Tenggara ditemukan 21 spesies sedangkan di Indonesia di temukan 12 spesies. Contoh jenis lamun dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

(3)

Gambar 1. Jenis-jenis Lamun di Indonesia (Sumber: seagrass-indonesia.oseanografi.lipi.go.id)

(4)

Berikut ini deskripsi morfologi lamun yang ditemukan di Pantai Natal Mandailing Natal Sumatera Utara :

a. Enhalus acoroides

Mempunyai akar-akar yang kuat dan panjang, tanaman lurus, 2 sampai 5 daun muncul dari rimpang yang tebal dan kasar. Daun seperti pita (panjang 40‒90cm, lebar 1‒5 cm). Umumnya ujung daun tidak utuh lagi/putus yang diakibatkan oleh kekuatan gelombang. Ciri lainnya terdapat bunga (jantan dan betina). Umumnya bunga betina bertangkai panjang melekuk-lekuk sepeti spiral sedangkan bunga jantan bertangkai pendek dan lurus. Buahnya berukuran besar dengan permukaan luar berambut tebal. Tumbuh pada substrat pasir berlumpur sampai pecahan karang. Tumbuh bercampur dengan lamun lain tetapi lebih sering ditemukan tumbuh sendiri (Coremap, 2007).

Gambar 2. Enhalus acoroides b. Halophila ovalis

Helaian daun bulat telur dan bergaris (panjang 1‒2,5 cm, lebar 3‒10 mm). Mempunyai tangkai daun berwarna merah (bagian tengah) dan pertulangan daun berjumlah 10‒25 pasang. Halophila ovalis tumbuh di substrat lumpur dan kadang-kadang bercampur dengan jenis lamun lainnya (Coremap, 2007)

(5)

Gambar 3. Halophila ovalis c. Cymodecea rotundata

Bentuk daunnya lurus sampai agak bulat tidak menyempit sampai ujung (panjang 6‒15 cm, lebar 2‒4 mm). Ujung daun bulat dang seludang daun keras. Rimpang ramping berdiameter 1‒2 mm, panjang antar ruas 1‒4 cm. (Coremap, 2007).

Gambar 4. Cymodecea rotundata

d. Halodule pinifolia

Tanaman lurus (panjang daun 5‒20 cm, lebar 0,8‒1,5 mm). Urat daun bagian tengah daun jelas, tetapi urat antara bagian tepi tidak jelas. Panjang seludang daun 1‒4 cm. Rimpang merambat (diameter 1‒1,5 mm) dengan batang pendek pada setiap ruas (Coremap, 2007).

(6)

Gambar 5. Halodule pinifolia 2.1.2 Potensi dan Manfaat Padang Lamun

Tumbuhan lamun membentuk padang sebagaimana padang rumput di darat. Padang lamun mempunyai potensi sebagai berikut : (1) padang lamun (seagrass) mempuyai daya untuk menstabilkan substrat dasar dan menjernihkan air; (2) sebagai sistem tumbuhan merupakan sumber produktivitas primer yang mempunyai nilai produktifitas yang cukup tinggi; (3) padang lamun (seagrass) merupakan sumber makanan langsung bagi kebanyakan hewan; (4) padang lamun (seagrass) habitat bagi beberapa jenis hewan air; (5) padang lamun (seagrass) merupakan substrat bagi organisme (phytoplankton) yang menempel; (6) padang lamun (seagrass) mempunyai kemampuan yang baik untuk memindahkan unsur-unsur hara terlarut di perairan yang ada di permukaan sedimen; (7) akar dan batang mampu mengikat sedimen sehingga terhindar dari bahaya erosi (Supriharyono, 2007).

Di samping potensi di atas, padang lamun (seagrass) juga bermanfaat untuk berbagai hal, yaitu : (1) penyaring limbah dan penstabil sedimen; (2) daun lamun mempunyai kandungan lignin yang rendah dan selulusa yang tinggi maka dapat dijadikan bahan dasar kertas; (3) rhizoma muda dari jenis tertentu dapat dimasak dan dapat di makan langsung; (4) daun lamun kering dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

(7)

Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan sifat fisiknya, bentos dibedakan menjadi dua kelompok diantaranya fitobentos yang bersifat tumbuhan dan zoobenthos yaitu organisme bentos yang bersifat hewan (Lawrence, 2005). Hewan bentos membantu mempercepat dekomposisi materi organik yang berguna bagi produsen perairan

Menurut Laili & Person (1993) menyatakan bahwa hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya yaitu :

1. Makrobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 2 mm. Kelompok ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah moluska, annelida, crustacea, larva dari diptera, odonata dan lain sebagainya. 2. Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,2–2,0 mm. Kelompok ini

adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil dan crustaceae kecil. 3. Mikrobentos, kelompok benthos yang berukuran lebih kecil dari 0,2 mm.

Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozoa khususnya ciliata.

Berdasarkan cara hidupnya, makrozoobentos dapat dikelompokkan menjadi infauna dan epifauna (Romimohtarto & Juwana 2001). Infauna adalah makrozoobentos yang hidupnya terpendam didalam substrat perairan dengan cara menggali lubang, sebagian besar hewan tersebut hidup sesil dan tinggal di suatu tempat. Kelompok infauna sering mendominasi komunitas substrat yang lunak dan melimpah di daerah subtidal. Epifauna adalah makrozoobentos yang hidup dipermukaan dasar perairan yang bergerak dengan lambat di atas permukaan dari sedimen yang lunak atau menempel pada subtrat yang keras dan melimpah di daerah intertidal. Epifauna lebih sensitif dari pada infauna (Nybakken 1992).

(8)

Padang lamun merupakan daerah asuhan atau daerah perlindungan bagi kelansungan hidup berbagai biota. Menurut Howard et al (1989) ada empat kelompok besar fauna di padang lamun yaitu :

1. Infauna motil merupakan hewan yang hidup di dalam perairan di antara rhizoma 2. Epifauna motil merupakan hewan yang berukuran lebih kecil dan bergerak

berasosiasi dengan permukaan sedimen dan helaian lamun.

3. Epifauna sesil merupakan hewan yang hidup secara permanen melekat di atas helaian lamun.

4. Fauna epibentik merupakan hewan yang berukuran lebih besar, mampu bergerak bebas dan berasosiasi dengan padang lamun dari pada lamun secara individual. Tinginya produktivitas organik mengakibatkan banyak oragnisme yang menjadikan lamun sebagai tempat tinggal beberapa organisme. Organisme memanfaatkan lamun sebagai tempat mencari makan, tumbuh besar dan mimijah. Organisme yang ditemukan di lamun diantaranya berbagai jenis ikan, gastropoda, crustacea, echinodernata, polikhaeta dan lain sebagainya. Rizoma dan akar lamun yang tumbuh kokoh di dasar perairan sangat menguntungkan bagi organisme yang hidup di dasar seperti makrozoobentos.

Daun lamun dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan tempat menempel hewan serta dapat menutupi organisme dari sinar matahari. Daun lamun dapat menyumbang bahan organik melalui serasahnya. Daun lamun memanjang seperti pita terjuntai ke bawah dapat pula berperan sebagai jalannya makrozobentos bermigrasi dari sedimen ke daun lamun.

Terdapat hubungan timbal balik antara lamun dengan beberapa organisme yang hidup di sedimen. Contohnya bivalvia, bahwa bivalvia yang hidup di lamun memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan yang hidup di daerah tanpa lamun (Peterson & Heck, 2001). Menurut Baron et al (2004) bahwa lamun dapat bertindak sebagai penghubung antara komunitas pelagik dan bentik. Makrozoobentos di lamun berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus materi alga planktonik dan lamun sampai konsumen tingkat tinggi.

(9)

bagian bawah air menjadi tenang. Umumnya gerakan air mempunyai pengaruh yang kuat terhadap metabolisme dan daya tahan fisik lamun terhadap lingkungan serta berpengaruh pula pada sedimentasi dan resuspensi. Resuspensi akan berkurang dan periran menjadi jernih.

2.3 FAKTOR LINGKUNGAN

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan lamun dan makrozoobentos antara lain :

1. Suhu

Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi kondisi ekosistem perairan. Suhu juga dapat meningkatkan kenaikan metabolisme perairan sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Sastrawijaya,2000). Umumnya temperatur di atas 30°C dapat menekan pertumbuhan hewan bentos (Nybakken.1992)

Lamun dapat tumbuh pada kisaran 5–35⁰C dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25–30⁰C (Marsh etal, 1986). Suhu air yang terlalu tinggi dapat membahayakan kehidupan lamun (Kordi, 2011). Suhu yang tinggi dapat mengganggu terjadinya fotosintesis, kenaikan suhu juga dapat memicu terjadinya kenaikan laju respirasi yang berakibat pada meningkatnya laju metabolisme dan terganggunya proses fisiologi dalam sel (Waycott et al. 2004). Suhu kritis bagi makrozoobentos bekisar antara 35-45°C.

2. Kecerahan

Penetrasi cahaya sangat penting bagi pertumbuhan lamun, lamun tumbuh di perairan dangkal karena membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Sebaran komunitas lamun di dunia masih ditentukan hingga kedalaman 90 m pada air jernih yang masih terdapat cahaya matahari. Kekeruhan karena suspensi sedimen, limbah dan fitoplankton yang berkembang pesat dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam perairan yang secara otomatis kondisi ini mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan lamun (Erftemeijer, 1993). Menurut Hilman et al, (1989) dalam

(10)

lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi oleh saturasi cahaya setiap individu lamun.

3. Kecepatan Arus

Kecepatan arus akan mempengaruhi komposisi substrat dasar (sedimen). Gerakan air yang lebih lambat lebih sesuai untuk kehidupan makrozoobentos dan tumbuhan lamun. Produktivitas ekosistem padang lamun sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Arus dapat membantu suplai unsur hara dan gas-gas terlarut kepada tumbuhan lamun. Thlasssia testudium dapat tumbuh optimal pada kecepatan arus sekitar 0,5 m/s (Kuwo, 2011).

4. Salinitas

Spesies lamun mempunyai kemapuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas atau kadar garam, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu antara 10‒45‰. Nilai salinitas optimum adalah 35‰ (Dahuri, 2003). Kisaran salinitas yang dianggap layak bagi makrozobentos berkisar 15‒45‰ karena pada perairan yang bersalinitas rendah maupun tinggi dapat ditemukan makrozoobentos seperti siput, anelida, dan kerang-kerangan.

5. pH

Setiap spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda terhadap derajat keasaman. pH ideal bagi makrozoobentos dan tumnuhan lamun toleran pada kisaran nilai pH antara 7‒8,5. Kondisi perairan yang terlalu asam maupun terlal u basa akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Odum, 1994)

6. Substrat

Substrat merupakan faktor utama yang mempengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman makrozoobentos (Hynes, 1976). Lingkungan berupa pasir dan sedimen halus merupakan lingkungan hidup yang kurang baik untuk makrozoobentos. Substrat dasar yang berupa batuan pipih dan batuan kerikil merupakan lingkungan hidup baik bagi makrozoobentos, sehingga memiliki keanekaragaman dan padatan yang besar (Odum 1998).

(11)

berbatu, namun ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai pada substrat lumpur berpasir yang tebal. Syarat utama dari substrat lamun adalah kedalam sedimen yang cukup dalam (Kuwo, 2011).

7. Oksigen Terlarut (DO)

Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Sebagian besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang terlarut (Effendi, 2003). Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg/l (Sastawijaya, 2000)

8. BOD

Menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik dari luar, umumnya digunakan uji BOD. Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik tersebut (Brotowijoyo, 1995).

BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air. BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah

oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai secara aerobik dalam suatu volume air pada suhu 20°C (Brotowijoyo, 1995).

(12)

9. Chemycal Oxygen Demand (COD)

Chemycal Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg/l, dengan mengukur nilai COD akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004).

Gambar

Gambar 1. Jenis-jenis Lamun di Indonesia  (Sumber: seagrass-indonesia.oseanografi.lipi.go.id)
Gambar 2. Enhalus acoroides   b.  Halophila ovalis
Gambar 3. Halophila ovalis  c.  Cymodecea rotundata
Gambar 5. Halodule pinifolia  2.1.2 Potensi dan Manfaat Padang Lamun

Referensi

Dokumen terkait

Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir.. Lamun (seagrass) termasuk

Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun, tetapi ada beberapa spesies tumbuhan dengan stomata pada permukaan atas dan bawah daun.. Ada pula tumbuhan yang hanya

sebagainya. Daya tarik suatu objek merupakan salah satu modal utama untuk pengembanganya, hal ini disebabkan bahwa daya tarik tersebut sebagai potensi utama yang

Teritip ketika dewasa mempunyai bentuk cangkang seperti gunung api yang terdiri dari bagian tepi basal yang langsung menempel ke substrat, parapet yang merupakan dinding

Ekosistem padang lamun dalam ekosistem laut dangkal mempunyai peran yang sangat penting. 156) lamun mempunyai peran penting sebagai habitat ikan dan berbagai biota

Menurut Efendy (2009), padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus yaitu (1) terdapat di perairan pantai yang landai, dataran lumpur , berpasir lunak dan

Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu pertumbuhannya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan factor-faktor

Suhirman (1990) menyebutkan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, daun, umbi, buah, biji dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan