• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATANG n Pemalang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BATANG n Pemalang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BATANG 2. 1. Aspek Geologi Regional

Studi geologi regional dilakukan dengan cara menelaah kembali penelitian geologi yang telah ada dari berbagai penelitian sebelumnya untuk daerah yang berkaitan dengan lokasi dimana survei geolistrik dilakukan, sehingga dapat diketahui kedudukan geologi daerah penyelidikan dalam kerangka geologi regional. Adapun tujuan studi geologi regional ini adalah untuk mengetahui penyebaran dan asosiasi litologi yang ditemukan di daerah penyelidikan serta kemungkinan terdapatnya struktur geologi yang melalui daerah penyelidikan dalam skala regional. Oleh karena itu pembahasan geologi regional ini akan meliputi morfologi, stratigrafi dan struktur geologi dalam skala regional dan pengaruhnya terhadap kondisi geologi daerah penyelidikan

2.2.1 Geomorfologi Regional

Geomorfologi Kabupaten Batang dapat dikelompokkan menjadi satu satuan, yaitu morfologi perbukitan landai. Satuan perbukitan landai mempunyai kelerengan 0 – 15o

dengan ketinggian 50 – 150 m dpl. Satuan ini meliputi daerah perbukitan di Kecamatan Batang. Sungai-sungainya memperlihatkan pola dendritik-subparalel, dengan aliran sungainya bersifat permanen (parenial), yaitu airnya mengalir sepanjang tahun, sebagian sungai-sungainya membentuk meander yang menunjukkan erosi sungai bekerja ke arah lateral. Tataguna lahan berupa perkampungan penduduk, perkantoran, dan pesawahan.

Dari segi hidrogeologi, daerah dataran ini dapat ditafsirkan sebagai daerah isian air tanah sehingga air tanah yang ada pada daerah ini akan mengalir menuju daerah dengan topografi yang lebih rendah.

2.2.2 Stratigrafi Regional

Daerah Batang ini secara fisiografi terletak pada perbukitan bergelombang kuat yang merupakan bagian dari Antiklinorium Bogor – Kendeng. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang yang disusun oleh Kastowo dan N. Suwarna (1996), stratigrafi daerah tersebut dan sekitarnya terdiri dari beberapa satuan , yaitu :

a. Aluvium (Qa)

Satuan ini tersusun oleh kerikil, pasir, lanau dan lempung sebagai endapan sungai dan pantai. Tebal hingga 150 m. Satuan ini berumur Holosen.

(2)

Satuan ini tersusun oleh pasir lanau, lumpur dan lempung, setempat tufaan. Sebarannya meliputi daerah datar. Satuan ini berumur Plistosen – Holosen. c. Kipas aluvium terutama bahan rombakan gunungapi; telah tersayat (Qf)

Sebarannya membentuk dataran dan perbukitan. Satuan ini berumur Plistosen. d. Batuan Gunungapi Jembangan, lava andesit dan batuan andesit klastika

gunungapi. Terutama andesit hipersten-augit. Setempat mengandung hornblenda dan juga basal olivin. Berupa aliran lava breksi aliran piroklastika, lahar dan aluvium (Qjo dan Qjm); lahar dan endapan aluvium terdiri dari bahan rombakan gunungapi, aliran lava dan breksi (Qjya dan Qjma) yang terendapkan pada lereng landai agak jauh dari pusat erupsi dibandingkan dengan batuan Qjyf dan Qjmf yang juga berupa aliran lava dan breksi dengan breksi piroklatika dan lahar. Satuan ini berumur Plistosen.

e. Formasi Kaligetas (Qpkg)

Satuan ini tersusun oleh Breksi volkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufaan dan batulempung. Breksi aliran dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar. Setempat dibawahnya ditemukan batulempung mengandung moluska dan batupasir tufaan. Batuan gunungapi yang melapuk berwarna coklat kemerahan dan sering membentuk bongkahan-bongkahan besar, tebal berkisar antara 50-200 m. Satuan ini berumur Plistosen.

f. Formasi Damar (Qtd)

Satuan ini tersusun oleh Batulempung tufaan, breksi gunungapi,batupasir, tuf, dan konglomerat, setempat mencakup endapan lahar. Breksi gunungapi dan tuf bersusunan andesit; sedangkan konglomerat yang bersifat basal, secara setempat padu. Batupasir terdiri dari felspar dan butir-butir mineral mafik, padu.setempat ditemukan moluska. Lingkungan pengendapan non marin. Menindih selaras formasi kalibiuk. Satuan ini berumur Plistosen.

g. Anggota Batupasir formasi damar (Tpds)

Satuan ini tersusun oleh Batupasir tufaan dan konglomerat, sebagian terekat kalsit. Bagian bawah berupa konglomerat aneka bahan tersemen karbonat. Kearah atas menjadi batupasir tufaan dan konglomerat andesit, sebagian

(3)

tersemen bahan karbonat. Lingkungan pengendapanterestrial. Menindih selaras Formasi Kalibiuk.

2.2.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi di daerah Batang dan sekitarnya cukup kompleks yang dijumpai berupa sesar, lipatan, kelurusan yang melibatkan batuan berumur Oligo – Miosen hingga Holosen. Sesar yang dijumpai umumnya berarah barat laut – tenggara hingga barat – timur berupa sesar naik, dan sesar turun yang berarah timur laut – barat daya. Sedangkan struktur sinklin dijumpai dengan sumbu berarah barat laut – tenggara. Kekar umumnya dijumpai dan berkembang baik pada batuan berumur Tersier dan Plistosen.

Struktur geologi yang dijumpai di sekitar ketanggugan berupa sesar naik yang berarah barat- timur pada berbukit di selatan Ketanggungan. Kekar umumnya dijumpai dan berkembang baik pada batuan berumur Pliestosen. Sedangkan pada endapan alluvial belum dijumpai adanya struktur geologi.

(4)

2. 2. Aspek Hidrogeologi

Hidrogeologi suatu daerah sangat ditentukan oleh kondisi morfologi, litologi, sistem hidrolika, klimatologi dan keterdapatan air bawah tanahnya (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1994). Mengingat kondisi geologinya yang sangat kompleks, maka kondisi hidrogeologi Kabupaten Batang juga sangat bervariasi. Keberadaan air tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, terutama porositas dan permeabilitasnya, kondisi daerah resapan, dan topografi daerah yang bersangkutan.

Cekungan Air tanah (CAT) adalah suatu luasan yang dibatasi oleh batas-batas hidrologi yang didalamnya terdapat peristiwa hidrogeologi seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah. Dalam kajian potensi CAT parameter hidrologi yang perlu diketahui antara lain meliputi geometri dan konfigurasi sistem akuifer, parameter akuifer, kuantitas dan kualitas air tanah, serta proses pengimbuhan dan pelepasan. Wilayah Kabupaten Batang masuk dalam Cekungan Air Tanah Pekalongan - Batang .Bertumpu pada pemahaman mengenai cekungan air tanah tersebut, batas – batas horizontal dari cekungan air tanah ini pada bagian utara berupa batas tanpa aliran air tanah yang dikontrol oleh unit fisiografi gunungapi strato berupa garis pemisah utama aliran permukaan (main surface water divide) yang menghubungkan puncak – puncak gunung dan perbukitan, seperti puncak G. Slamet, Igir Manis, Igir Cowet, bagian barat timur dan selatan merupakan batas tanpa aliran yang merupakan kontak lithologi dengan batuan berumur Tersier yang relative kedap air.

(5)
(6)

PEMALANG 2. 3. Aspek Geologi Regional

Studi geologi regional dilakukan dengan cara menelaah kembali penelitian geologi yang telah ada dari berbagai penelitian sebelumnya untuk daerah yang berkaitan dengan lokasi dimana survei geolistrik dilakukan, sehingga dapat diketahui kedudukan geologi daerah penyelidikan dalam kerangka geologi regional. Adapun tujuan studi geologi regional ini adalah untuk mengetahui penyebaran dan asosiasi litologi yang ditemukan di daerah penyelidikan serta kemungkinan terdapatnya struktur geologi yang melalui daerah penyelidikan dalam skala regional. Oleh karena itu pembahasan geologi regional ini akan meliputi morfologi, stratigrafi dan struktur geologi dalam skala regional dan pengaruhnya terhadap kondisi geologi daerah penyelidikan

2.2.3 Geomorfologi Regional

Geomorfologi Kabupaten Pemalang dapat dikelompokkan menjadi dua satuan, yaitu morfologi dataran rendah, perbukitan landai.

a. Satuan Morfologi Dataran

Satuan morfologi ini penyebarannya menempati daerah di bagian selatan Cekungan Air Tanah Pemalang. Ketinggiannya berkisar antara 0 – 40 m aml, dengan kemiringan lereng 0o - 5o yang melandai ke arah Utara. Sungai-sungainya sudah

mengalami erosi lateral yang intensif sehingga sudah melebar. Tataguna lahan berupa perkampungan penduduk, perkantoran, dan pesawahan.

Dari segi hidrogeologi, daerah dataran ini dapat ditafsirkan sebagai daerah akumulasi air tanah potensial, terutama akumulasi air tanah bebas mengingat aliran beberapa sungai besar ini telah berlangsung lambat dan memasok air tanah dangkal di daerah sekitarnya (sungai influen), di samping itu keberadaan sebagian saluran irigasi yang dasar salurannya tidak kedap air tentu saja akan menambah pasokan tersebut.

b. Satuan Morfologi Perbukitan Landai

Satuan perbukitan landai mempunyai kelerengan 0 – 15o dengan ketinggian 50 –

150 m dpl. Satuan ini meliputi daerah perbukitan di Kecamatan Pemalang. Sungai-sungainya memperlihatkan pola dendritik-subparalel, dengan aliran Sungai-sungainya bersifat permanen (parenial), yaitu airnya mengalir sepanjang tahun, sebagian sungai-sungainya membentuk meander yang menunjukkan erosi sungai bekerja ke arah lateral. Tataguna lahan berupa perkampungan penduduk, perkantoran, dan pesawahan.

(7)

Dari segi hidrogeologi, daerah dataran ini dapat ditafsirkan sebagai daerah isian air tanah sehingga air tanah yang ada pada daerah ini akan mengalir menuju daerah dengan topografi yang lebih rendah.

(8)
(9)

2.2.4 Stratigrafi Regional

Daerah Pemalang ini secara fisiografi terletak pada perbukitan bergelombang kuat yang merupakan bagian dari Antiklinorium Bogor – Kendeng. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Majenang yang disusun oleh Kastowo dan N. Suwarna (1996), stratigrafi daerah tersebut dan sekitarnya terdiri dari beberapa satuan , yaitu :

a. Formasi Pemali, terdiri atas serpih, lempung, batupasir kuarsa, napal dan batugamping dengan kandungan fosil Spirolypeus sp, sehingga menafsirkan umur Formasi Pemali ini adalah Miosen bawah. Sedangkan Formasi Pemali bagian atas yang mengandung fosil Cyclolypeus annusatus MARTIN, Lepidocycylina sp dan Miogypsina sp. Ditafsirkan berumur Miosen Tengah dan bagian atas dari Miosen bawah. Ketebalan dari lapisan ini minimum 500-1200 meter untuk bagian timur dari Jalur Bogor.

b. Formasi Rambatan, terletak selaras diatas Formasi Pemali. Di lembar Majenang, Formasi Rambatan bagian bawah berupa batupasir gampingan, berwarna abu-abu muda jingga kebiruan, konglomerat dengan sisipan napal dan serpih. Bagian atasnya terdiri dari napal abu-abu tua, lempung serpihan dan batu pasir gampingan. Ketebalan formasi ini mencapai 300 meter. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera, maka umur Formasi Rambatan ini adalah Miosen Tengah (Marks, 1961).

c. Formasi Halang, tersusun oleh endapan turbidit yang terdiri dari perselingan batupasir, batulempung, napal, dan tuff dengan sisipan breksi. Struktur penciri endapan tubidit ini adalah adanya lapisan bersusun, convolute, load cast, flute cast, kepingan batulempung dan material vulkanik. Formasi ini mempunyai umur Miosen – Pliosen.

d. Formasi Kumbang menutup Formasi Halang secara tidak selaras (Kastowo,1975). Litologinya terdiri atas breksi gunung api andesit, pejal dan tidak berlapis, termasuk aliran lava, tufa berwarna abu-abu dan batupasir tufaan, konglomerat bersisipan lapisan megnetit. Breksi terpropilitisasi terdapat didaerah yang sempit. Ketebalan formasi ini seluruhnya mencapai 2000 meter. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya, umur formasi kumbang adalah Pliosen Bawah (Hetzel, 1935 dan kastowo, 1975).

(10)

Sedangkan Van Bemmelen, 1949) menyebutkan bahwa umur Formasi ini adalah Miosen atas.

e. Formasi Tapak, terletak selaras di atas Formasi Kumbang. Bagian bawah terdiri atas batu pasir kasar kehijauan, ke arah atas berangsur-angsur berubah menjadi batupasir kehijauan dengan sisipan napal pasiran berwarna abu-abu sampai kekuning-kuningan, batu gamping terletak di bagian atas. Ketebalan maksimum Formasi ini sampai 500 meter. Umur Formasi tapak adalah Pliosen tengah bagian bawah (Hetzel,1935 dan kastowo,1975). Dan diendapkan pada lingkungan laut neritik. f. Formasi kalibiuk (Tpb), Bagian bawah berupa batulempung dan napal biru fosilan,

bagian tengah mengandung lensa – lensa batupasir hijau dengan moluska yang melimpah, sedangkan di bagian atas terlihat banyak sisipan tipis batupasir. Lingkungan pengendapan diduga pasang surut. Umur formasi ini Pliosen Awal sampai awal Pliosen Akhir dengan ketebalan mencapai 2.500 m.

g. Formasi kaligalah (Tpg), Bagian atas formasi ini terdiri dari batupasir kasar dan konglomerat yang mengandung moluska air tawar dan mamalia, sert batulempung dan napal yang makin berkurang kea rah atas. Bagian bawah tersusun oleh batulempung hitam, napal hijau, batupasir bersusun andesit dan konglomerat. Lingkungan pengendapan diperkirakan daratan sampai laut dangkal dengan ketebalan mencapai 350 m serta berumur pliosen Akhir. Formasi ini menumpang selaras di atas Formasi Kalibiuk dan tertindih selaras Formasi mengger.

h. Formasi Mengger (Qpm), Formasi ini tersusun atas tuf kelabu muda, batupasir tufan, sisipan konglomerat, serta lapisan tipis pasir magnetit. Lingkungan pengendapan darat dengan ketebalan kurang lebih 150 m. formasi ini berumur Pliosen dengan kedudukan menindih selaras di atas Formasi Kaligalah dan ditindih selaras oleh Formasi Gintung.

i. Formasi Gintung (Qpg), Tersusun oleh perselingan konglomerat bersusun andesit dengan batupasir kelabu kehijauan, batulempung pasiran dan batulempung. Puncak batupasir gampingan dan napalan yang memperlihatkan pengarahan terdapat di dalam lapisan batulempung pasiran dan batulempung. Umur formasi ini Pliosen

(11)

Tengah – Akhir, lingkungan pengendapan darat sampai peralihan dan ketebalan 800 m dengan kedudukan menindih selaras di atas Formasi Mengger.

j. Endapan Lahar Slamet (Qls), Endapan ini berupa lahar dengan beberapa lapisan lava di bagian bawah. Kondisi sentengah mengeras membentuk topografi hampir rata dengan punggungan tajam sepanjang tepi sungai.

k. Endapan Aluvial (Qa), Berupa kerikil, pasir, dan lempung yang berwarna kelabu. Terendapkan sepanjang dataran banjir sungai - sungai besar, dengan tebal kurang dari 5 m.

2.2.3 Struktur Geologi Regional

Struktur geologi di daerah Pemalang dan sekitarnya cukup kompleks yang dijumpai berupa sesar, lipatan, kelurusan yang melibatkan batuan berumur Oligo – Miosen hingga Holosen. Sesar yang dijumpai umumnya berarah barat laut – tenggara hingga barat – timur berupa sesar naik, dan sesar turun yang berarah timur laut – barat daya. Sedangkan struktur sinklin dijumpai dengan sumbu berarah barat laut – tenggara. Kekar umumnya dijumpai dan berkembang baik pada batuan berumur Tersier dan Plistosen.

Struktur geologi yang dijumpai di sekitar ketanggugan berupa sesar naik yang berarah barat- timur pada berbukit di selatan Ketanggungan. Kekar umumnya dijumpai dan berkembang baik pada batuan berumur Pliestosen. Sedangkan pada endapan alluvial belum dijumpai adanya struktur geologi.

(12)
(13)

2. 4. Aspek Hidrogeologi

Hidrogeologi suatu daerah sangat ditentukan oleh kondisi morfologi, litologi, sistem hidrolika, klimatologi dan keterdapatan air bawah tanahnya (Direktorat Geologi Tata Lingkungan, 1994). Mengingat kondisi geologinya yang sangat kompleks, maka kondisi hidrogeologi Kabupaten Pemalang juga sangat bervariasi. Keberadaan air tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, terutama porositas dan permeabilitasnya, kondisi daerah resapan, dan topografi daerah yang bersangkutan.

Cekungan Air tanah (CAT) adalah suatu luasan yang dibatasi oleh batas-batas hidrologi yang didalamnya terdapat peristiwa hidrogeologi seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah. Dalam kajian potensi CAT parameter hidrologi yang perlu diketahui antara lain meliputi geometri dan konfigurasi sistem akuifer, parameter akuifer, kuantitas dan kualitas air tanah, serta proses pengimbuhan dan pelepasan. Wilayah Kabupaten Pemalang masuk dalam Cekungan Air Tanah Pekalongan - Pemalang .Bertumpu pada pemahaman mengenai cekungan air tanah tersebut, batas – batas horizontal dari cekungan air tanah ini pada bagian utara berupa batas tanpa aliran air tanah yang dikontrol oleh unit fisiografi gunungapi strato berupa garis pemisah utama aliran permukaan (main surface water divide) yang menghubungkan puncak – puncak gunung dan perbukitan, seperti puncak G. Slamet, Igir Manis, Igir Cowet, bagian barat timur dan selatan merupakan batas tanpa aliran yang merupakan kontak lithologi dengan batuan berumur Tersier yang relative kedap air.

(14)
(15)

Gambar

Gambar 2.2 Peta Geologi Lembar Batang
Gambar 2.3 Peta Potensi CAT Pekalongan - Batang
Gambar 2.1 Peta Morfologi Pemalang
Gambar 2.2 Peta Geologi Lembar Pemalang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada Oligosen Akhir, ketika proses collision aktif di daerah Kepala Burung, sesar- sesar normal di sekitar tinggian batuan dasar di selatan Misool yang berarah barat- timur

Dari pola sesar-sesar mendatar yang relatif berarah baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya serta sumbu perlipatan yang yang relatif berarah barat–timur, maka dapat

Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian adalah berupa kekar, lipatan dan sesar. Struktur geologi ini mulai terbentuk pada kala Plistosen yang disebabkan karena

Sesar ini merupakan sesar normal dengan bidang naik berada di timur laut dan bidang turun di bagian barat daya.. Sesar ini terbentuk akibat gaya tarikan (extension) yang berarah

Interpretasi fenomena geologi berdasarkan anomali magnetik memperlihatkan Sesar Naik Wetar yang cukup jelas di bagian selatan, dan berpindah tidak menerus ke bagian timur

Struktur/sesar pada peta distribusi anomali magnetik berdasarkan hasil dari penampang anomali magnetik adalah struktur/sesar berarah hampir timur laut – barat daya

Hal ini di- buktikan dari hasil analisis data kekar yang terdapat pada batuan tersier yang berarah NW-SE dan di dukung juga oleh data struktur lainnya seperti sesar

1) Pada areal sekitar panas bumi Jaboi terdapat beberapa struktur yang memotong lokasi tersebut antara lain a) sesar Ceunohot berarah barat daya – timur laut, b) sesar Leumo