Keterkaitan Konsep Community Based
Tourism (CBT) dengan Partisipasi Masyarakat
dalam Pengembangan Objek Wisata Air
Terjun Way Lalaan (Studi Kasus: Pekon
Kampung Baru, Kec. Kota Agung Timur, Kab.
Tanggamus)
Ranie Try Mareta
1, M Bobby Rahman2,
Yudha Rahman
3(1)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera [email protected]
(2)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera (3)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera
Abstract
Sektor pariwisata bisa dikatakan memiliki peranan sangat penting dan juga sektor pariwisata memberikan kontribusi lebih pada pendapatan daerah. Keunggulan dan kualitas daya tarik wisata merupakan faktor yang menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata. Kualitas daya tarik merupakan faktor yang sangat menentukan kepuasan wisatawan dan menjamin keberlanjutan dalam dimensi bisnis. Maka dari itu, kunci keberlanjutan suatu destinasi wisata terletak pada sejauh mana kemampuan tata kelola pengembangan objek wisata. Dengan adanya pengembangan objek wisata maka akan mendorong ikut tumbuhnya desa-desa wisata. Pengembangan desa wisata ini sangat berkaitan dengan konsep Community Based Tourism (CBT) atau bisa disebut pariwisata berbasis masyarakat yang artinya masyarakat mendominasi (Bottom-Up). Jenis pariwisata CBT ini didalamnya melibatkan partisipasi masyarakat sebagai unsur utama. Berdasarkan dugaan awal kriteria dari konsep CBT terdapat di salah satu pengembangan objek wisata Kabupaten Tanggamus yaitu objek wisata Air Terjun Way Lalaan yang berada di Pekon Kampung Baru. Hasil pengamatan awal peneliti, objek wisata Air Terjun Way Lalaan memiliki bibit konsep CBT. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana masyarakat terlibat dalam kegiatan pengembangan objek wisata dengan tujuan mengidentifikasi partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis tingkat partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru berada pada partisipasi spontan dimana terlihat masyarakat menghadiri dan aktif dalam pertemuan atau sosialisasi dengan kesadaran sebagai masyarakat setempat tanpa dorongan dari siapapun. Selanjutnya yaitu bentuk partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru berupa partisipasi pikiran atau ide, masyarakat memiliki inisiatif dalam mempromosikan objek wisata di media sosial. Sedangkan untuk proses partisipasi masyarakat yaitu
masyarakat ikut dalam tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan hasil penelitian partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru dalam pengembangan objek wisata masih bersifat
(Top-down) yang artinya pemerintah lebih mendominasi dalam melakukan kegiatan terkait
pengembangan objek wisata. Artinya konsep CBT di Pekon Kampung Baru belum maksimal terwujud.
Keywords: Community Based Tourism, Pariwisata, Partisipasi Masyarakat
Pendahuluan
Sektor kepariwisataan adalah sektor ekonomi yang paling menonjol serta memiliki kekuatan untuk menangani kemiskinan di dunia (Liburd et al., 2012). Bahkan sektor pariwisata berkontribusi sebesar 9,5% pada Produk Domestik Bruto (PDB) global (Brahmanto, 2017). Faktor dalam menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata terletak pada keunggulan dan kualitas daya tarik. Kualitas daya tarik dan keunggulan wisata merupakan alasan yang mendukung pengunjung untuk berkunjung ke tempat wisata serta pertimbangan mengapa seseorang memilih suatu destinasi (Brahmanto, 2017). Hal tersebut merupakan faktor yang sangat menentukan kepuasan wisatawan dan keberlanjutan objek wisata terkait dimensi bisnis. Maka dari itu, kunci dari keberlanjutan suatu objek wisata alam terletak pada sejauh mana kemampuan tata kelola pengembangan objek wisata. Dengan adanya pengembangan objek
wisata maka akan mendorong ikut tumbuhnya desa-desa wisata yang banyak berkontribusi terhadap berbagai komponen masyarakat maupun pemerintah. Pengembangan desa wisata adalah pengembangan yang memperkenalkan potensi yang ada di suatu desa.
Pengembangan desa wisata ini sangat berkaitan dengan jenis pariwisata Community Based Tourism (CBT) atau bisa disebut pariwisata berbasis masyarakat. Jenis pariwisata ini didalamnya melibatkan partisipasi masyarakat sebagai unsur utama (Suganda, 2018). Dalam konsep CBT partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan objek wisata melalui pikiran atau tenaga. Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, objek wisata Air Terjun Way Lalaan memiliki bibit konsep CBT. Jenis pariwisata CBT ini sangat mementingkan partisipasi masyarakat
sebagai unsur utama, tetapi dari hasil observasi awal masyarakat terlihat hanya terlibat dalam kegiatan berdagang dan menjaga lahan parkir. Hal tersebut, merupakan salah satu alasan mengapa dilakukan penelitian pada lokasi objek wisata Air Terjun Way Lalaan (Gambar 1) dengan tujuan “Mengidentifikasi Partisipasi Masyarakat Dengan Mengaitkan Konsep CBT Dalam Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan Di Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus” untuk melihat sejauh mana masyarakat sekitar objek wisata terlibat dalam pengembangan objek wisata. Dengan sasaran sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tingkat, bentuk dan proses partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan.
2. Mengidentifikasi keterkaitan konsep CBT dengan partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan.
Metode
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif untuk menjawab 2 sasaran yang ada. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan sejauh mana keterlibatan masyarakat Pekon Kampung Baru terhadap kegiatan pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan dengan dikaitkan terwujud atau tidaknya konsep CBT di Pekon Kampung Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara informan dengan pertanyaan yang sudah disesuaikan berdasarkan teori yang dipakai. Dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan
snowball. Terdapat 3 kriteria informan
berdasarkan purposive sampling yaitu instansi pemerintah, pokdarwis dan masyarakat lokal dengan keseluruhan informan sebanyak 9 informan. Teknik pengambilan wawancara dilakukan secara
snowball yaitu dari informan kunci setelah
itu didapatkan rekomendasi informan selanjutnya untuk diwawancarai sampai data tersebut jenuh.
Hasil dan Pembahasan
Dalam melakukan analisis untuk menjawab sasaran, penelitian ini menggunakan teori acuan dari masing-masing kategori. Selanjutnya terdapat teori acuan (Tabel 1) untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru yaitu menurut (Tosun, 2006) untuk bentuk partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru memiliki teori acuan menurut Gleently Teesen (2016) dan Proses partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru memiliki teori acuan menurut Purba (2005). Teori-teori tersebut dijadikan acuan untuk menganalisis sasaran pertama dengan dikaitkan konsep CBT.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tingkat partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru dilihat dari tabel tolak ukur (Tabel 2) berada pada partisipasi spontan didukung dengan data lapangan dan hasil wawancara. Pada tingkat partisipasi spontan ini menjelaskan bahwa adanya partisipasi masyarakat yang dilakukan secara spontan tanpa dorongan dari siapapun. Ditunjukan dengan adanya kehadiran masyarakat Pekon Kampung Baru dalam suatu pertemuan atau rapat. Pertemuan yang dimaksud ialah
pertemuan antara pengelola, pokdarwis, instansi pemerintah dan masyarakat lokal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masyarakat Pekon Kampung Baru berinisatif ikut hadir dalam pertemuan rapat mengenai pembentukan pengelola Way Lalaan pada tahun 2019. Dalam pertemuan tersebut masyarakat Pekon Kampung Baru terlihat hadir dan aktif tetapi dalam pertemuan tersebut tidak semua masyarakat diundang, yang di undang hanya perwakilan masyarakat seperti pokdarwis, pengelola, kepala pekon, tokoh adat dan karang taruna. Hal tersebut kurang sesuai dengan konsep
Community Based Tourism (CBT) dimana
masyarakat mendominasi, tetapi dari kondisi eksisting yang ada masyarakat di Pekon Kampung Baru berpartisipasi tapi tidak semua masyarakat melainkan hanya perwakilan saja hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat belum mendominasi. Sedangkan untuk bentuk partisipasi masyarakat, dari hasil analisis penelitian bentuk partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru yaitu berupa partisipasi pikiran atau ide. Berdasarkan tabel (Tabel 3) tolak ukur, masyarakat Pekon Kampung Baru berpartisipasi dengan memberikan
masukan atau inisiasi. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya respon berupa inisiatif dalam mempromosikan objek wisata Air Terjun Way Lalaan. Masyarakat mempromosikan melalui media sosial dengan mengunggah foto objek wisata Air Terjun Way Lalaan menurut mereka dari adanya unggahan tersebut dapat menginfokan terkait objek wisata.
Selanjutnya yaitu proses partisipasi masyarakat Pekon Kampung Baru berdasarkan tabel tolak ukur (Tabel 4) terlibat pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan, berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan dalam tahap perencanaan kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon Kampung Baru, masyarakat dilihat hadir dan aktif dalam kegiatan rencana awal yaitu kegiatan pembentukan pengelola. Dari hasil analisis informan juga bahwa dalam tahap perencanaan masyarakat di Pekon Kampung Baru ikut hadir dalam pertemuan antara pemerintah, pengelola dan pokdarwis serta tokoh kepentingan yang lain, walaupun tidak semua masyarakat diundang tetapi hanya perwakilan saja yang sudah dibiasakan perwakilan saja. Dalam tahap pelaksanaan masyarakat di
Pekon Kampung Baru terlihat hadir dalam kegiatan Pengembangan Objek Wisata dan masyarakat di Pekon Kampung Baru memberikan ilmu yang didapat dalam pelatihan kepada masyarakat yang lain. Dalam hal kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan sudah melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berdasarkan informasi yang diberikan informan saat wawancara. Secara keseluruhan dalam tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat sudah terlihat nyata dibuktikan dengan masyarakat mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah walaupun masyarakat umum (non-pokdarwis) tidak ikut.
Community Based Tourism (CBT) atau biasa
disebut pariwisata berbasis masyarakat adalah jenis pariwisata dimana didalamnya mementingkan partisipasi masyarakat sebagai unsur utama (Suganda, 2018). Menurut (Asli D.A. Tasci, 2013) konsep CBT sangat mengedepankan pendekatan
Development From Below (Bottom-up). Bottom-up merupakan pendekatan dalam
perencanaan pembangunan dengan masyarakat yang lebih berperan dalam kegiatan pariwisata. Konsep CBT menurut
Sunaryo dalam Hendra, 2013 memiliki tiga prinsip pokok dalam strategi perencanaan kepariwisataan yaitu:
1. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan.
2. Adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan yang dilakukan di daerahnya.
3. Adanya pendidikan kepariwisataan terhadap masyarakat lokal.
Dalam penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru terhadap pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan dengan melihat apakah konsep CBT dapat terwujud atau tidak. Partisipasi masyarakat itu dilihat berdasarkan analisis tingkat partisipasi masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat dan proses partisipasi masyarakat. Dari keseluruhan kesimpulan yang didapatkan dari sasaran pertama akan dikaitkan dengan konsep CBT.
Berdasarkan tabel (Tabel 5) kesesuaian dalam prinsip konsep CBT menurut Sunaryo dalam Hendra, 2013 dengan kondisi eksisting di objek wisata Air Terjun
Way Lalaan untuk prinsip konsep CBT yang pertama dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi eksisting masyarakat Pekon Kampung Baru tidak semua hadir rapat/pertemuan terkait kegiatan pengembangan objek wisata dikarenakan sudah ada perwakilan yang diundang yaitu tokoh adat, kepala pekon dan pemuda-pemudi (Karang Taruna). Informasi tersebut ditemukan pada analisis tingkat partisipasi masyarakat yang telah dilakukan. Hal tersebut mengartikan bahwa tidak ada kesesuaian antara kondisi eksisting dengan prinsip konsep CBT. Selanjutnya untuk prinsip konsep CBT yang kedua, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi eksisting masyarakat Pekon Kampung Baru tidak berpartisipasi dalam tahap pemanfaatan (Proses Partisipasi Masyarakat) dikarenakan masyarakat merasakan peningkatan ekonomi karena inisiatif mereka sendiri bukan dari kegiatan pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan. Yang artinya tidak ada kesesuaian antara kondisi eksisting dengan prinsip konsep CBT. Sedangkan untuk prinsip konsep CBT yang ketiga, dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi eksisting Tidak semua Masyarakat Pekon
Kampung Baru mengikuti pelatihan kegiatan pengembangan objek wisata, yang mengikuti hanya pengelola dan pokdarwis. Sedangkan masyarakat (non-pokdarwis) tidak pernah mengikuti pelatihan pariwisata yang artinya tidak ada kesesuaian antara kondisi eksisting dengan prinsip konsep CBT.
Berdasarkan temuan analisis data yang telah dilakukan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada kesesuaian antara kondisi eksisting dengan prinsip konsep CBT. Hal tersebut diperkuat dengan kondisi eksisting seperti keterwakilan masyarakat dalam kehadiran rapat/pertemuan mengenai kegiatan pengembangan objek wisata serta tidak dilibatkannya seluruh masyarakat dalam kegiatan pelatihan pariwisata. Hal tersebut yang menunjukan bahwa kurang sesuainya konsep CBT dimana masyarakat mendominasi dalam kegiatan pariwisata (Bottom-up). Dapat dinilai bahwa pemerintah lebih dominan dalam melakukan kegiatan pariwisata sedangkan masyarakat hanya mengikuti arahan dari pemerintah saja (Top-down). Hal tersebut mengartikan bahwa konsep CBT di Pekon Kampung Baru belum maksimal terwujud.
Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi Partisipasi Masyarakat Dengan Mengaitkan Konsep CBT Dalam Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan Di Pekon Kampung Baru, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, partisipasi masyarakat baik masyarakat yang berkegiatan dalam pokdarwis maupun masyarakat umum (non-pokdarwis) di Pekon Kampung Baru sudah terlihat nyata meskipun di beberapa kegiatan keterlibatan masyarakat umum (non-pokdarwis) masih kurang. Dari hasil analisis untuk tingkat partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru yaitu tergolong dalam partisipasi spontan yaitu masyarakat di Pekon Kampung Baru berpartisipasi berdasarkan inisiatif serta spontanitas dalam berkontribusi tanpa adanya paksaan dari siapapun dalam mengikuti kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan. Dalam kegiatan pertemuan rapat maupun sosialisasi masyarakat diberikan kesempatan untuk hadir serta berkesempatan untuk menyampaikan pendapat, sesuai dengan bentuk
partisipasi masyarakat berupa partisipasi
pikiran atau ide. Selanjutnya, secara
keseluruhan masyarakat di Pekon Kampung Baru sudah berpartisipasi aktif dalam proses partisipasi yaitu pada tahap
perencanaan dan tahap pelaksanaan
meskipun untuk kehadiran saat rapat pertemuan maupun pelatihan lebih sering perwakilan tetapi masyarakat di Pekon Kampung Baru yang dijadikan wakil untuk datang bisa meneruskan informasi yang didapat saat mengikuti kegiatan.
Sesuai dengan konsep CBT yang artinya masyarakat mendominasi dalam melakukan kegiatan bisa dikatakan pengembangan bersifat Development From Below (Bottom-up). Dari penjelasan
yang ada di atas partisipasi masyarakat di Pekon Kampung Baru sudah bisa dikatakan nyata, tetapi berdasarkan kondisi eksisting dan data lapangan yang ada pemerintah lebih dominan atau Development From
Above (Top Down) dalam melakukan
kegiatan, hal tersebut dikarenakan faktor kepemilikan Air Terjun Way Lalaan yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus. Artinya konsep Community Based Tourism
(CBT) atau pariwisata berbasis masyarakat
di Pekon Kampung Baru belum maksimal
terwujud.
Daftar Pustaka
Asli D.A. Tasci, K. J. S. and S. S. Y. (2013). COMMUNITY BASED TOURISM Finding the Equilibrium in the COMCEC Context Setting the Pathway for the Future. In Comcec
Cooordination Office.
http://www.mod.gov.tr/Lists/Recent Publications/Attachments/4/COMMU NITY BASED TOURISM Finding the Equilibrium in the COMCEC Context.pdf
Brahmanto, E. (2017). Upaya Pengembangan Kampung Batu Malakasari Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus. https://doi.org/10.31219/osf.io/2jryu Fitria, D. N. (2012). Pengaruh Partisipasi
Masyarakat Terhadap Hasil Pembangunan Prasarana Jalan Lingkungan DI Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010.
Hendra, S. (2013). PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI AIR TERJUN PATI SONI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU. Encephale, 53(1), 59– 65.
http://dx.doi.org/10.1016/j.encep.2012 .03.001
Liburd, J. J., Benckendorff, P., & Carlsen, J. (2012). Tourism and quality-of-life: How does tourism measure up? In Handbook of Tourism and Quality-of-Life Research: Enhancing the Lives of Tourists and Residents of Host Communities.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-2288-0
Nugraha, A. R., & Suryasih, I. A. (2018). Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan Subak Lodtunduh Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar. Jurnal Destinasi Pariwisata,
5(1), 84. https://doi.org/10.24843/jdepar.2017. v05.i01.p16
Suganda, A. D. (2018). Konsep Wisata Berbasis Masyarakat. I-ECONOMICS: A Research Journal on Islamic
Economics, 4(1), 13.
https://doi.org/10.19109/ieconomics.v 4i1.2181
Tosun, C. (2006). Expected nature of community participation in tourism
development. Tourism Management,
27(3), 493–504.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.200 4.12.004
Teseen, G. (2016). PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN FISIK DI
KELURAHAN KAWANGKOAN BAWAH KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN. 1– 17.
Lampiran
Tabel 1. Definisi Operasional Dari Berbagai Sumber
No. Istilah Definisi Operasional Teori
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat Partisipasi Masyarakat merupakan gambaran perilaku masyarakat terhadap kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat
Tosun (2006)
2. Bentuk Partisipasi Masyarakat Bentuk Partisipasi Masyarakat merupakan suatu perwujudan kegiatan dari masyarakat terhadap kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat
Gleently Teesen (2016)
3. Proses Partisipasi Masyarakat Proses Partisipasi Masyarakat merupakan tahap keterlibatan masyarakat dalam
keberlangsungan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat
Purba (2005) dalam (Fitria, 2012)
Tabel 2. Kesesuaian Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tosun (2006)
No. Variabel Tolak Ukur
Kondisi eksisting partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon
Kampung Baru
Perbandingan hasil penelitian
dan tolak ukur tingkat partisipasi masyarakat menurut Tosun (2006) 1. Spontaneous participation (Partisipasi Spontan)
Masyarakat hadir dan aktif dalam pertemuan dengan kesadaran sebagai masyarakat setempat tanpa dorongan dari siapaun.
• Masyarakat hadir dalam sosialisasi atau pertemuan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
• Masyarakat aktif dalam sosialisasi atau pertemuan yang dilaksanakan oleh pemerintah dikarenakan diberi kesempatan berpendapat.
• Masyarakat memiliki inisiatif dan spontanitas dalam merespon kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan tanpa adanya dorongan dari siapapun.
Pada tingkat partisipasi masyarakat menurut Tosun (2006) memiliki kesesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur. 2. Induced participation (Partisipasi Dorongan) Masyarakat lebih bersifat pasif, masyarakat
menghadiri rapat tapi tidak memberikan saran atau kritik serta mengambil keputusan, melainkan hanya berpartisipasi dalam implementasi dan menerima keputusan dalam pembagian manfaat dari suatu kegiatan.
• Masyarakat aktif dalam sosialisasi atau pertemuan berpendapat.
• Masyarakat menghadiri rapat pertemuan dan memberikan saran dan kritik dalam kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan Pada tingkat partisipasi masyarakat menurut Tosun (2006) memiliki ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur
No. Variabel Tolak Ukur
Kondisi eksisting partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon
Kampung Baru
Perbandingan hasil penelitian
dan tolak ukur tingkat partisipasi masyarakat menurut Tosun (2006) 3. Coercive participation (Partisipasi Paksaan) Masyarakat lebih bersifat pasif, masyarakat tidak menghadiri rapat atau mengambil
keputusan, melainkan hanya berpartisipasi dalam implementasi dan tidak selalu berbagi manfaat dari suatu kegiatan.
• Masyarakat aktif dalam sosialisasi atau pertemuan berpendapat.
• Masyarakat di Pekon Kampung Baru berbagi manfaat dari adanya kegiatan Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan contohnya berbagi ilmu kepada masyarakat yang tidak ikut pelatihan atau sosialisasai
Pada tingkat partisipasi masyarakat menurut Tosun (2006) memiliki ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur
Tabel 3. Kesesuaian Variabel Bentuk Partisipasi Masyarakat menurut Gleently Teesen (2016)
(Sumber: Hasil Analisis, 2021)
No. Variabel Tolak Ukur
Kondisi eksisting partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon Kampung
Baru
Perbandingan hasil penelitian dan tolak
ukur bentuk partisipasi masyarakat menurut Gleently Teesen (2016) 1. Partisipasi uang atau benda Masyarakat memberikan bantuan dana terhadap kegiatan pengembangan objek wisata • Masyarakat tidak memberikan bantuan dana untuk pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan
• Dana pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan berasal dari APBD
Pada bentuk partisipasi masyarakat menurut Gleently Teesen (2016) memiliki ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur dalam
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan. 2. Partisipasi Pikiran atau Ide Masyarakat memiliki inisiatif dalam mempromosikan objek wisata • Masyarakat menyadari bahwa pentingnya mempromosikan objek wisata Air Terjun Way Lalaan
• Masyarakat
mempromosikan objek wisata Air Terjun Way Lalaan Pada bentuk partisipasi masyarakat menurut Gleently Teesen (2016) memiliki kesesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur dalam
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan.
3. Partisipasi tenaga atau gotong royong
Masyarakat ikut memberikan bantuan tenaga berupa gotong royong dalam kegiatan pengembangan wisata Air Terjun Way Lalaan
• Masyarakat tidak memberikan bantuan berupa gotong royong dalam kegiatan pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan
• Dalam kegiatan pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan dalam hal kebersihan dan menjaga keindahan merupakan tugas dari pengelola objek wisata. Pada bentuk partisipasi masyarakat menurut Gleently Teesen (2016) memiliki ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur dalam
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan.
Tabel 4. Kesesuaian Variabel Proses Partisipasi Masyarakat Purba (2005) dalam (Fitria, 2012)
No. Variabel Tolak Ukur Kondisi eksisting
partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon
Kampung Baru
Perbandingan hasil penelitian dan tolak
ukur proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012)
1. Partisipasi dalam tahap perencanaan
Masyarakat ikut hadir serta memberikan pendapat dalam kegiatan pengembangan wisata.
Masyarakat yang ada di Pekon Kampung Baru ikut hadir dan aktif menyampaikan pendapat dalam kegiatan rencana awal objek wisata Air Terjun Way Lalaan Pada tahap perencanaan dalam proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012) memiliki kesesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur. Masyarakat aktif
dalam menyampaikan pendapat
2. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan
Masyarakat ikut hadir dalam kegiatan pengembangan wisata Air Terjun Way Lalaan.
Masyarakat yang ada di Pekon Kampung Baru ikut hadir dalam kegiatan
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan Pada tahap pelaksanaan dalam proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012) memiliki kesesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur Masyarakat
memberikan ilmu yang didapat dari pelatihan yang diadakan pengelola objek wisata untuk masyarakat yang belum ikut pelatihan.
Masyarakat yang ada di Pekon Kampung Baru menyalurkan ilmu yang didapat saat pelatihan kegiatan
Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan Pada tahap pelaksanaan dalam proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012) memiliki kesesuaian antara kondisi eksisting dan tolak ukur 3. Partisipasi dalam tahap
pemanfaatan Masyarakat merasakan adanya peningkatan ekonomi dengan adanya pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan
Masyarakat yang ada di Pekon Kampung Baru merasakan adanya peningkatan ekonomi dan keuntungan dari berjualan di objek wisata bukan dari kegiatan Pada tahap pemanfaatan dalam proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012) memiliki ketidaksesuaian
No. Variabel Tolak Ukur Kondisi eksisting partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon
Kampung Baru
Perbandingan hasil penelitian dan tolak
ukur proses partisipasi masyarakat menurut Purba (2005) dalam (Fitria, 2012) Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan
antara kondisi eksisting dan tolak ukur Masyarakat merasakan adanya keuntungan secara pribadi dengan adanya pengembangan objek wisata Air Terjun Way Lalaan
(Sumber: Hasil Analisis, 2021)
Tabel 5. Kesesuaian Variabel Proses Partisipasi Masyarakat Purba (2005) dalam (Fitria, 2012)
No Prinsip Konsep CBT
Kondisi Eksisting Masyarakat dalam Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan di
Pekon Kampung Baru
Kesesuaian
1. Mengikutsertakan anggota masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan
Masyarakat Pekon Kampung Baru tidak semua hadir rapat/pertemuan terkait kegiatan
pengembangan objek wisata dikarenakan sudah ada perwakilan yang diundang yaitu
tokoh adat, kepala pekon dan pemuda-pemudi (Karang
Taruna).
x
2. Adanya kepastian masyarakat lokal menerima manfaat dari kegiatan kepariwisataan yang dilakukan di daerahnya.
Masyarakat Pekon Kampung Baru tidak berpartisipasi dalam
tahap pemanfaatan (Proses Partisipasi Masyarakat) dikarenakan masyarakat merasakan peningkatan ekonomi
karena inisiatif mereka sendiri bukan dari kegiatan pengembangan objek wisata Air
Terjun Way Lalaan.
No Prinsip Konsep CBT
Kondisi Eksisting Masyarakat dalam Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Way Lalaan di
Pekon Kampung Baru
Kesesuaian
3. Adanya pendidikan kepariwisataan terhadap masyarakat lokal
Tidak semua Masyarakat Pekon Kampung Baru mengikuti
pelatihan kegiatan pengembangan objek wisata, yang mengikuti hanya pengelola
dan pokdarwis. Sedangkan masyarakat (non-pokdarwis) tidak pernah mengikuti pelatihan.
x
(Sumber: Hasil Analisis, 2021)
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Dokumentasi Kegiatan Partisipasi Masyarakat Pekon Kampung Baru
(Sumber: Dokumentasi Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus,2021)
Gambar 3. Dokumentasi Kegiatan Partisipasi Masyarakat Pekon Kampung Baru