• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD BANGIL PASURUAN DYAH LIS SUSANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD BANGIL PASURUAN DYAH LIS SUSANTI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD BANGIL

PASURUAN DYAH LIS SUSANTI

11002148

Subject : Dukungan Suami, Postpartum Blues, Ibu Primipara DESCRIPTION

Postpartum blues merupakan sindroma gangguan mental yang ringan.Oleh sebab itu sering tidak diperdulikan sehingga tidak terdiaknosis dan tidak mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya. Gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depressi dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak buruk terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.Tujuan penelitian untuk mengetahui dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di RSUD Bangil-Pasuruan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional. Variabel independen dukungan suami dan Variabel dependen kejadian post partum blues, Rata-rata populasi dalam 1 minggu 34 orang dan sampel pada bulan mei 2014 sejumlah 31 orang /minggu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, dengan teknik analisa data editing, coding, scoring, tabulating.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 responden yang mendapatkan dukungan negatif 14 diantaranya mengalami Post partum blues dan 4 diantaranya tidak mengalami post partum blues dan dari 13 responden yang mendapatkan dukungan positif 10 diantaranya tidak mengalami post partum blues dan 3 lainya mengalami post partum blues.

Berdasarkan hasil analisa menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ<α atau 0,003 < 0,05 yang artinya ada hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartumblues pada ibu primipara di RSUD Bangil-Pasuruan.

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan petugas kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan pembinaan dan peningkatan kesehatan ibu nifas khususnya dukungan suami dan kejadian post partum blues. Tenaga kesehatan dan keluarga lebih dapat memahami kondisi ibu pasca persalinan sehingga post partum blues dapat teratasi dan ibu kembali pada kondisi normal.

ABSTRACT

Post partum blues syndrome is a mild mental disorder. Therefore it is often ignored and undiagnosed so that not receive the appropriate treatment. This disorders can develop into more severe state of postpartum depression and psychosis that have bad effects, especially in the matter of marriage relation with the husband and child development. The purpose of the study was to determine the husband support with postpartum blues incidence in primiparous mothers in RSUD BangilPasuruan.

This type of research was analytical study with cross-sectional research design.independent variable was husband support and dependent variable was post partum blues incidence. The average population in a week was 34 mothers and sample on Mei 2014 was 31 mothers per week .sample taken with simple random sampling technique. The instrument used was questionnaire, with data analysis techniques included editing, coding, scoring, tabulating.

(2)

The results showed that of the 18 respondents who received negative supportwere 14 experienced Post partum blues and 4 of them did not experience postpartum blues and of the 13 respondents who received positive support 10 of them did not experience postpartum blues and 3 others experiencing postpartum blues

Based on the analysis using the chi square test at a significance level of α = 0.05 was found that ρ <α or 0.003 <0.05, which meant there was a relationship between husband with the incidence of postpartum blues in primiparous mothers at in RSUD Bangil Pasuruan.

Results of the research were expected to be a reference for consideration of health workers in an effort to improve the development and improvement of maternal health, especially postpartum husband's support and post partum blues incidence. Health workers and family can be more understand the condition of post partum mothers so that post partum blues can return to normal condition

Keywords: Husband Support, Postpartum Blues. Contributor : 1. Risya Anggraini, SST,MM

2. Fitria Edni Wari, S.Keb, Bd Date : 19 Mei 2014

Type Material : LaporanPenelitian Identifier :

Right : Open Document

Summay :

LATAR BELAKANG

Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organreproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan (psikologis) ibu, juga mengalami perubahan. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologis seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik setelah melahirkan. Seorang ibu membutuhkan penyesuaian oleh seorang ibu dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan baik fisik maupun psikis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis yang lebih dikenal dengan istilah postpartum blues (Mansur, 2009:152). Post partum blues merupakan sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak di perdulikan sehingga tidak terdiaknosis dan tidak di tatalaksanai sebagaimana mestinya akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan yang tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminnya dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin yang mempunyai dampak buruk terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya (Marmi, 2012: 111)

Indonesia angka kejadian postpartum blues antara 50-70% dari wanita postpartum (Ratnawati,2013).Pieter & Lubis menyatakan 50–70% dari seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami sindrom ini.Studi pendahuluan secara wawancara dan kuesioner yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Maret 2014 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada 10 ibu nifas didapatkan 6 ibu nifas(60%) mengalami post partum blues dan 4 ibu nifas (40%) tidak mengalami post partum blues. Dari 6 ibu nifas (60%) yang mengalami post partum blues tidak mendapat dukungan seperti tidak ditemani saat persalinan (bekerja), kurang memberikan perhatian seperti mengecup kening, mengelus rambut dan tidak di jumpai pula suami yang menggendong bayinya.

(3)

Basoeni Mojokerto)didapatkan data ibu nifas yang mengalami postpartumblues sebesar50-70%dan hal ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum dengan jumlah bervariasi dari 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu melahirkan (Irawati dan Yuliani, 2013).Penelitian di Universitas Tarumanegara mengenai persepsi perempuan primipara tentang dukungan suami dalam usaha menanggulangi gejala pasca persalinan dari 3 responden yang terdiri dari 1 orang Ibu bekerja dan 2 orang Ibu rumah tangga menunjukkan bahwa mereka yang memperoleh dukungan suami baik secara emosional, support, penghargaan relative tidak menunjukkan gejala postpartumblues, sedangkan mereka yang kurang memperoleh dukungan suami relative mengalami gejala postpartumblues. Hasil penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang tahun 2009 didapatkan 11 orang(44%) ibu mengalamiPostpartum Bluesdanhasil analisa data p value=0,033artinya ada hubungan dukungan suami dengan kejadian Postpartum Blues pada ibu primipara (Fatimah, 2009). Dukungan suami merupakan faktor terbesar untuk memicu terjadinya postpartum blues. Hal ini dikarenakan dukungan suami merupakan strategi koping penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress. Dukungan suami baik secara emosional, support, penghargaan relative tidak menunjukkan gejala Postpartum Blues, sedangkan mereka yang kurang memperoleh dukungan suami relative mengalami gejala Postpartum Blues(Fatimah, 2009). Bentuk dukungan suami yang biasa di berikan pada ibu yang mengalami postpartum blues antara lain memberikan waktu luang agar istri beristirahat untuk menghilangkan kelelahan, beritahu suami mengenai apa yang dirasakan ibu, memberikan dukungan dan pertolongan secepatnya, buang rasa cemas dan khawatir melalui proses komunikasi, selalu mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk istri (Mansur, 2009: 157). Gangguan mental pada ibu nifas jika tidak tertangani akan menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, bahkan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi pascapartum yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya (Mansur, 2009:152).

Dukungan dari tenaga kesehatan seperti dokter obstetri bidan atau perawat sangat di perlukan misal dengan cara memberikan informasi yang memadai/ adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan termasuk penyulit-penyulit yang mungkin akan timbul pada masa tersebut beserta penangannya (Mansur, 2009:159) Bentuk dukungan suami yang harus diberikan diantaranya menyimakinformasitentangperubahan psikologis paska persalinan, mengantar kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan, memberikan perhatian, jalin komunikasi, serta perhatian kesehatan (Sanjaya, 2013).

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional .Populasinya adalah semua ibu post partum primipara di RSUD Bangil-Pasuruan sejumlah 136 pada bulan Februari 2014. Rata – rata populasi dalam 1 minggu adalah 34 orang.Sampel pada penelitian ini 31 responden/ minggu menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling. Variabel independent dukungan suami dan variabel dependent kejadian postpartum blues pada ibu primipara. Data yang digunakan yaitu data primer dengan instrument kuesioner dan EPDS.Analisis data menggunakan dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ<α atau 0,003 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang kuat.Tehnik Pengolahan Data melalui tahapan Editing, Coding, Skoring, danTabulating.Tempat dan waktu penelitian di RSUD Bangil-Pasuruan dilakukan pada tanggal 19-24 Mei 2014.

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 responden yang mendapatkan dukungan negatif 14 diantaranya mengalami Post partum blues dan 4 (22,2%) diantaranya tidak mengalami post partum blues dan dari 13 responden yang mendapatkan dukungan positif 10 (76,9%) diantaranya tidak mengalami post partum blues dan 3 (23,1%) lainya mengalami post partum blues.Wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara social dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakutkan.Ibu mengalami ketakutan pada bayinya tentang adanya ketidaksempurnaan pada bayinya (Saraswati, 2014).Dukungan adalah bantuan kepedulian atau kesediaan seseorang yang diberikan kepada orang lain. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan fisik atau psikologis seperti perasaan di cintai, dihargai, atau di terima. Lebih lanjut Pender at all 2002 dalam Kozier (2004) menjelaskan bahwa dukungan sosial yang di berikan oleh kelompok dapat membantu seseorang mencapai keberhasilan koping dan kepuasan, sekaligus membuat kehidupan menjadi efektif (Poltekes Depkes, 2010: 124).Tidak adanya dukungan suami pada perawatan masa nifas akan menyebabkan ibu merasa tidak diperhatikan dan tertekan misalnya suami lebih perhatian pada bayi dari pada istrinya, suami tidak perduli jika istri capek atau stress saat merawat bayinya, suami tidak berpartisipasi menemani istri untuk control,suami protes terhadap perubahan bentuk tubuh istrinya, suami tidak mengingatkan istri untuk makan-makanan yang bergizi dan istirahat cukup. Tekanan yang dirasakan ibu nifas tersebut jika dibiarkan berlarut larut dapat menyebabkan ibu stress dalam masa nifas,sehingga bisa memunculkan sikap negatif dalam masa nifas dan menimbulkan perilaku yang kurang baik dalam menjalani masa nifas seperti tidak mau makan, tidak mau memeriksakan ketenaga kesehatan,dan akan berdampak buruk terhadap kesehatan dirinya (Rozha, 2013). Dukungan suami di pengaruhi oleh pendidikan hal ini dapat di tunjukan bahwa hampir setengahnyaresponden berpendidikansuami adalah Dasar sebanyak 15 orang (48,4%).

Pendidikan merupakan upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012:18).

Berdasarkan data bahwa seluruh responden bekerja sebanyak 31 orang (100%).Sebagian besar suami bekerja sehingga tidak dapat memberikan dukungan secara maksimal pada ibu nifas. Suami hanya dapat bertemu istri saat selesai bekerja, dan terkadang suami lebih terlihat lelah dan cenderung beristirahat dan tidur.Pekerjaan merupakan simbol status sosial di masyarakat. Tingkat pendapatan seseorang di tentukan oleh pekerjaan yang di lakukan, semakin tinggi pendapatan maka dalam keluarga lebih mudah untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan untuk kebutuhan hidup dalam sebuah keluarga(Rahmata, 2014)

Berdasarkan data diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja/IRT sebanyak 20 orang (64,5%).Ibu rumah tangga memiliki pekerjaan khusus di rumah seperti mencuci, memasak dan merawat anak hal tersebut merupakan pekrjaan yang mulia jika di barengi dengan keadaaan dan kodrat seorang istri yang membantu Suami (ilham, 2014).

Postpartum blues di pengaruhi oleh umur hal ini dapat di tunjukan dari data bahwa sebagian besar responden ibu berumur 21 – 35 tahun sebanyak 16 orang (51,6%).Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya postpartum blue sini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan pada ibu dengan usia mudah, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan faktor dari etiologi serta faktor psikolog lainnya merupakan penyebab utama postpartum blues (Handini 2014)Postpartumblues atau gangguan mental pasca-salin seringkali

(5)

beberapa saat setelah melahirkan.Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai. Ibu dengan usia dewasa lebih baik dalam berfikir dan membuat pertimbangan untuk kesehatan ibu dan bayinya yang dilahirkannya. Jika ibu selalu berfikiran positif tentunya tidak akan lama mengalami post partum blues.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitiandi RSUD Bangil-Pasuruan disimpulkan bahwa : Sebagian besar responden mendapatkan dukungan negatif sebanyak 18 orang (58.1%) Sebagian besar responden mengalami post partum blues sebanyak 18 orang (58.1%) , Ada hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu primipara di RSUD Bangil-Pasuruan dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ<α atau 0,003 < 0,05 yang artinya ada hubungan yang kuat

REKOMENDASI

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan lebih memperhatikan perubahan-perubahan psikologis pada ibu nifas dan memberikan kesempatan kepada suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan dan masa nifas.

2. Institusi Rumah Sakit

Diharapkan memberikan pelayanan sayang ibu dan memberikan ruangan bersalin yang nyaman untuk keluarga yang mendampingi.

3. Profesi Kebidanan

Bidan lebih memberikan pelayanan dengan di dasari empati dan lebih memahami perubahan psikologis yang dialami ibu hamil.

4. Bagi PenelitiSelanjutnya

Sebagai bahan masukan untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang faktor lain misalnya status sosial, ibubersalin normal dan SC yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues.

ALAMAT KORESPONDENSI

Alamat : Jalan.Jendral Panjaitan No.74 RT 03 RW X Kelurahan Citrodiwangsan Kecamatan Lumajang.

Email : dyahlis41@gmail.com No.tlp : 085748234416

Referensi

Dokumen terkait

Data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis dengan teknik Deskriptif-Verifikatif, yaitu dengan menggambarkan secara sistematis dan cermat ihwal praktik tadli&gt;s

yang berkualitas. Juga tidak kalah pentingnya dari itu semua adalah pesantren harus mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang terus muncul

Kesimpulan pemberian informasi yang baik akan mempengaruhi ibu untuk mau melakukan senam nifas dini, namun jumlah paritas ibu tidak memberi pengaruh pada kemauan ibu dalam

Jadi, analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode CRH dapat meningkatkan hasil

yang terdiri dari sekumpulan induvidu dengan latar belakang kebudayaan yang khas (berbeda). Pascale dan Athos dalam bukunya The Art of Japanase Mnagement , menyatakan

pada acara pelatihan pendampingan karya tulis ilmiah ini sudah diproses review saat ini. Review yang dilakukan terhadap karya tulis ilmiah guru-guru terkait dengan tata

Gambar grafik prosentase di atas terlihat bahwa pada kelompok kontrol terjadi peningkatan prosentase parasitemia yang mencolok dari hari ke-1 sampai hari ke-4, kelompok dosis

Bagi para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online melalui aplikasi LPSE kepada