• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDISI BULAN AGUSTUS 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EDISI BULAN AGUSTUS 2018"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BULETIN CUACA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EDISI BULAN AGUSTUS 2018

STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK JL. ADI SUCIPTO KM. 17 BANDARA SUPADIO

PONTIANAK TELP. 0561 – 721142 Fax. 0561 6727520 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

(3)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, Kami dapat menyelesaikan Buletin Cuaca Provinsi Kalimantan Barat edisi bulan Agustus 2018. Buletin ini Kami susun dengan tujuan untuk menyajikan informasi kepada para pemangku kepentingan baik eksternal, internal dan juga masyarakat Kalimantan Barat seputar perkembangan dinamika cuaca di Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, Kami juga berharap buletin ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku kepentingan maupun masyarakat untuk mengambil keputusan.

Dalam penyusunan buletin ini, Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang Kami perlukan dalam penyusunan buletin ini.

Sebagai penutup, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buletin ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan.

Pontianak, 20 Agustus 2018

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK

(4)

BULETIN CUACA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EDISI BULAN AGUSTUS 2018

TIM PENYUSUN :

Penanggung Jawab : Erika Mardiyanti, S.Kom., M.Si.

Pemimpin Redaksi : Sutikno, S.P.

Editor : 1. Dean G.H. Maro, S.T. 2. Dina Ike Ayu Mardiningtyas, S.Tr. 3. Septika Sari, S.Si. 4. Asyrofi, S.Si

Staf Redaksi : 1. Herly Pahlevi, S.Si. 2. Getulis Ragil, A.Md. 3. Dasmian Sulviani, A.Md. 4. Debiriyansaputri, A.Md 5. Mega Fitriyawita, S.Tr. 6. Hely Fajar S, S.E 7. Ade Supriyatna, S.Tr. 8. Supriadi, S.Tr. 9. Vigris Pranadifo, A.Md. 10. Fitri D.Y, A.Md.

Distribusi : 1. Sri Ningsih 2. Merry Daniarti, S.E. 3. Adya Arif Alhiqni, S.E. 4. Suci Rahma Dewi, S.E.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

TIM REDAKSI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT ... 1

1.1 Suhu Muka Laut di Sekitar Kalimantan Barat ... 2

1.2 Sistem Tekanan Udara dan Pola Angin Ketinggian 3.000 Feet ... 3

1.3 Prakiraan Anomali Suhu Muka Laut ... 4

1.4 Prakiraan Pola Angin Ketinggian 3.000 Feet ... 5

1.5 Analisis dan Prediksi ENSO ... 6

1.6 Analisis dan Prediksi Dipole Mode ... 6

BAB 2. KONDISI CUACA BULAN JULI 2018 ... 7

2.1 Curah Hujan ... 8

2.2 Suhu Udara ... . ... 9

2.3 Kelembaban Udara ... 10

2.4 Tekanan Udara ... .. ... 11

2.5 Penyinaran Matahari... 12

2.6 Cuaca Lapisan Atas ... 12

BAB 3. KEJADIAN CUACA EKSTRIM ... 18

3.1 Hujan Lebat ... 19

3.2 Angin Kencang ... 20

3.3 Jarak Pandang Kurang dari 1 Km ... 20

3.4 Banjir ... 21

BAB 4. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN ... . ... 22

4.1 Sebaran Titik Panas ... 22

4.2 Jumlah Titik Panas ... 23

4.3 Trayektori Asap ... 25

BAB 5. PRAKIRAAN KONDISI CUACA BULAN SEPTEMBER - OKTOBER 2018 ... 26

5.1 Curah Hujan ... 27 5.2 Suhu Udara ... . ... 28 5.3 Kelembaban Udara ... 28 5.4 Tekanan Udara ... 28 5.5 Cuaca Signifikan/Ekstrim... 28 5.6 Angin ... 29

(6)

BAB 7. ALMANAK BULAN SEPTEMBER DAN OKTOBER 2018 ... 33

7.1 Hari Raya ... 34

7.2 Waktu Terbit dan Terbenam Matahari Wilayah Pontianak ... 34

7.3 Fase Bulan Periode September - Oktober 2018 ... 35

7.4 Gerhana Matahari dan Matahari Bulan... 36

7.5 Kedudukan Matahari Pada Pukul 00 UTC (07.00 WIB) ... 36

BAB 8. KEGIATAN STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK ... 37

8.1 Upacara Memperingati Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Ke 71

Tanggal 23 Juli 2018

... 37

8.2 Wawancara Radio Republik Indonesia (RRI)

...

..

... 38

BAB 9. BERITA BMKG ... . ... 39

9.1 Sampaikan Duka Cita, BMKG Minta Masyarakat Tetap tenang Namun

Waspada…….

... 39

9.2 Data Gas Rumah Kaca BMKG Dukung Indonesia Wujudkam INDCs Pada Konferensi

PBB

... 42

9.3 BMKG Ajak Korban Gempa Segera Bangkit………

44

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Analisis Suhu Muka Laut Bulan Juli 2018

... 2

Gambar 1.2 Analisis Pola Angin Bulan Juli 2018

... 3

Gambar 1.3 Prakiraan Anomali Suhu Muka Laut Bulan Agustus - Januari 2018……

... 4

Gambar 1.4 Prakiraan Angin 3000 ft Dasarian I 2018

... 5

Gambar 2.7.3 Arah Angin mulai dari lapisan 925 mb hingga 500 mb

... 15

Gambar 4.1 Sebaran Titik Panas Bulan Juli 2018

... 22

Gambar 4.2 Jumlah Titik Panas Per Kabupaten Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat.

24

Gambar 4.4.a Trajektori Asap Tanggal 14 Juli 2018

... 25

Gambar 4.4.b Trajektori Asap Tanggal 19 Juli 2018

... 25

Gambar 4.4.c Trajektori Asap Tanggal 23 Juli 2018

... 25

Gambar 6.2.1 Peta kerapatan petir wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya,

dan Kabupaten Mempawah

... 32

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1.1 Hujan Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 8

Grafik 2.1.2 Hari Hujan Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 9

Grafik 2.2.1 Suhu Udara Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 9

Grafik 2.3.1 Kelembaban Udara Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 10

Grafik 2.4.1 Tekanan Udara Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 11

Grafik 2.5.1 Penyinaran Matahari Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat ... 12

Grafik 3.2.1 Kecepatan Angin Maksimum Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat……….. 20

Grafik 3.3.1 Jarak Pandang Minimum Bulan Juli 2018 Di Stamet Supadio………. 21

Grafik 4.3 Jumlah Titik Panas Harian Bulan Juli 2018

...

..

... 24

Grafik 4.2.1 Kecepatan Angin Maksimum Bulan Mei 2018 di Kalimantan Barat ... 27

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.7.1 Suhu Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-Rata mulai dari

Lapisan 925 – 500 mb ... 13

Tabel 2.7.2 Kelembaban Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-Rata mulai dari

Lapisan 925 – 500 mb ... 14

Tabel 2.7.4 Kecepatan Angin Maksimum, Minimum, dan Rata-Rata mulai dari

Lapisan 925 – 500 mb ... 16

Tabel 3.1.1 Kejadian Hujan Lebat – Sangat Lebat Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat………. 19

Tabel3.4.1 Kejadian Cuaca Ekstrim serta Dampaknya Periode Bulan Juli 2018

di Kalimantan Barat……… 21

Tabel 4.1

Jumlah titik panas tiap kabupaten/kota

... 25

Tabel 6.3.1 Skala Intensitas Gempabumi BMKG

... 39

Tabel 7.2.1 Waktu Terbit dan Terbenamnya Matahari Bulan September - Oktober 2018 Wilayah Pontianak ... 34

Tabel 7.3.1 Fase Bulan Periode Bulan September - Oktober 2018 ... 35

(10)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

BAB 1

DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT

Kondisi Suhu permukaan laut yang hangat di sekitar Kalimantan Barat mengakibatkan meningkatnya potensi pembentukan awan-awan hujan pada bulan Juli 2018.

Prakiraan angin lapisan 3000 feet pada bulan Agustus 2018 menunjukkan adanya daerah belokan angin (Shearline) di sekitar Kalimantan Barat yang berpotensi meningkatkan pembentukan awan-awan hujan di seluruh Kalimantan Barat, namun anomali suhu permukaan laut perairan Kalimantan Barat pada Bulan Agustus 2018 diprediksi dalam kondisi normal sehingga kurang mendukung dalam pembentukan awan hujan di kalimantan Barat.

(11)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

1.1Suhu Muka Laut di Sekitar Kalimantan Barat

Gambar 1.1 Analisis Suhu Muka Laut Bulan Juli 2018 (Sumber : www.esrl.noaa.gov)

Secara umum suhu permukaan laut di perairan wilayah Kalimantan Barat pada bulan Juli 2018 berkisar antara 28°C hingga 30°C. Semakin tinggi suhu permukaan laut akan mempengaruhi laju penguapan. Pada bulan Juli 2018 suhu permukaan laut di wilayah Kalimantan Barat cukup hangat sehingga mendukung pembentukan awan-awan konvektif di Kalimantan Barat.

(12)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

1.2 Sistem Tekanan Udara dan Pola Angin Ketinggian 3.000 feet

Gambar 1.2 Analisis Pola Angin Bulan Juli 2018 (Sumber : www.esrl.noaa.gov)

Dalam skala regional, tekanan udara pada bulan Juli 2018 di Belahan Bumi Utara (BBU) secara umum lebih rendah dibandingkan dengan di Belahan Bumi Selatan (BBS), sehingga massa udara yang memasuki wilayah Kalimantan Barat umumnya berasal dari Australia. Aliran massa udara tersebut bersifat kering sehingga kurang berpotensi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Kalimantan Barat.

(13)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

1.3 Prakiraan Anomali Suhu Muka laut

Gambar 1.3 Prakiraan Anomali Suhu Muka Laut Agustus 2018 - Januari 2019 (Sumber : www.bmkg.go.id)

Anomali suhu permukaan laut di perairan wilayah Kalimantan Barat pada bulan Agustus hingga Oktober 2018, secara umum diperkirakan berkisar antara -0.5°C s/d 0.25°C (kondisi normal). Kondisi ini menyebabkan penurunan laju penguapan sehingga potensi pertumbuhan awan-awan hujan juga semakin kecil. Memasuki bulan November 2018 hingga Januari 2019 kondisi suhu muka luat di wilayah Kalimantan Barat diprakirakan berada pada kisaran 0.25 – 1 (hangat). Kondisi ini berpengaruh terhadap peningkatan laju penguapan di sekitar wilayah perairan Kalimantan Barat sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan hujan di sekitar Wilayah Kalimantan Barat.

(14)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

1.4 Prakiraan Pola Angin Ketinggian 3.000 feet

Gambar 1.4 Prakiraan Angin 3000 ft Dasarian I 2018 (Sumber : www.bmkg.go.id)

Pola angin di ketinggian 3.000 feet pada dasarian I bulan Agustus 2018 diprakirakan akan bertiup dari Belahan Bumi Selatan (BBS) menuju Belahan Bumi Utara (BBU), sehingga massa udara yang memasuki wilayah Kalimantan Barat umumnya berasal dari Belahan Bumi Selatan (peralihan menuju Monsun Australia). Arah angin yang bertiup di wilayah Kalimantan Barat akan didominasi dari tenggara. Daerah belokan angin (shearline) akan menjadi tempat berkumpulnya massa udara dan berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di Kalimantan Barat bagian utara.

Selain di sekitar Pulau Kalimantan, daerah belokan angin (shearline) juga diprediksi terbentuk di Sumatera bagian Timur, Sulawesi bagian Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku.

(15)

Dinamika Atmosfer Dan Laut

1.5 Analisis dan Prediksi ENSO (El Nino Southern Oscillation)

Analisis ENSO hingga akhir bulan Juli 2018 berada pada kondisi normal. Kondisi normal secara umum tidak mempengaruhi peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur.

Pda bulan Agustus 2018, ENSO diprakirakan berada pada kondisi Normal. Berdasarkan data BMKG, Jamstec,

NCEP/NOAA (USA), pada bulan September 2018 hingga Januari 2019 ENSO diprediksi berada dalam kondisi lemah hingga moderate.

1.6 Analisis dan Prediksi Dipole Mode

Analisis Dipole Mode hingga akhir bulan Juli 2018 berada pada kondisi normal. Kondisi ini tidak berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di bagian barat Indonesia (termasuk Kalimantan Barat).

Berdasarkan data BMKG, NASA dan BoM, prediksi Dipole Mode pada bulan Agustus 2018 hingga Januari 2019 masuk dalam kondisi normal.

(16)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

BAB 2

KONDISI CUACA BULAN JULI 2018

Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat rata-rata terjadi 5 hari hujan dengan

jumlah curah hujan rata-rata 77 mm. Hari hujan paling banyak terdapat di

Kabupaten Pontianak yaitu 9 hari hujan, sedangkan paling sedikit di

Kabupaten Kayong Utara dengan 2 hari hujan. Curah Hujan paling banyak di

Kabupaten Pontianak yaitu 129.0 mm, sedangkan paling sedikit curah hujan

di Kabupaten Kayong Utara yaitu 9.0 mm.

Suhu udara rata-rata berkisar antara 27.0°C hingga 29.0°C, dengan suhu

minimum sebesar 21.8°C yang teramati di kabupaten Sintang, dan suhu udara

maksimum sebesar 37.8°C yang teramati terjadi di Kota Pontianak.

(17)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

2.1 Curah Hujan

Berdasarkan beberapa data Pos hujan dan dari UPT BMKG di Kalimantan Barat, jumlah curah hujan di Kalimantan Barat pada bulan Juli 2018 secara umum dalam kategori RENDAH (<100 mm) dan MENENGAH (101 mm – 300 mm). Dengan jumlah hari hujan secara umum sebanyak 5 hari hujan. Wilayah dengan curah hujan dan hari hujan yang rendah mengindikasikan berpotensi terhadap kebakaran hutan dan lahan.

= Curah Hujan (mm)

= Rata-rata Curah Hujan (77 mm)

Grafik 2.1.1 Hujan Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat

Berdasarkan grafik 2.1.1, curah hujan bulan Juli 2018 di beberapa titik di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata kurang dari 100 mm. Jumlah hujan dengan kategori RENDAH (<100 mm) terjadi di wilayah Bengkayang, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Singkawang, Kubu Raya, Mempawah,Sambas, Sanggau, dan Sekadau. Jumlah hujan dengan kategori MENENGAH (101 mm – 300 mm) terjadi di wilayah Pontianak, Landak, Melawi dan Sintang.

(18)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Grafik Jumlah Hari Hujan Bulan Juli 2018

Di Kalimantan Barat

9 9 7 8 8 6 6 7 5 5 5 6 4 4 4 4 4 5 4 2 3 2 1

-Grafik 2.1.2 Hari Hujan Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat

Berdasarkan grafik 2.1.2, hari hujan bulan Juli 2018 di beberapa titik di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa rata-rata hari hujan sebanyak 5 hari hujan. Dimana hari hujan paling sedikit terjadi di wilayah Kabupaten Kayong Utara dengan 2 hari hujan dan hari hujan terbanyak terjadi di wilayah Kota Pontianak sebanyak 9 hari hujan.

2.2 Suhu udara

Suhu udara bulan Juli 2018, berdasarkan pengamatan di beberapa Stasiun BMKG di wilayah Kalimantan Barat menunjukkan rentang nilai 21.8°C hingga 37.8°C.

Grafik Suhu Udara Bulan Juli 2018

Di UPT Kalimantan Barat

40.0 37.8 38.0 35.8 35.3 35.4 35.3 35.3 34.6 34.8 36.0 34.0 32.0 30.0 27.7 29.0 27.4 27.7 28.0 27.5 27.4 27.6 27.0 26.0 24.0 22.2 22.0 22.8 20.0 22.4 22.4 22.2 22.4 22.2 21.8

Kapuas Hulu Ketapang Pontianak Kubu Raya Melawi Mempawah Sambas Sintang

Suhu Udara Minimum Suhu Udara Rata-rata Suhu Udara Maksimal

(19)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Berdasarkan grafik 3.2.1 terlihat bahwa suhu udara minimum antara 21,8oC hingga 22,8oC. Suhu udara minimum 21,8oC terjadi di Sintang sedangkan suhu udara minimum 22,8oC terjadi di Sambas. Suhu udara rata-rata berkisar antara 27,0°C hingga 29,0°C. Suhu udara rata-rata 27,0oC terjadi di Sintang, sedangkan suhu udara rata-rata 29,0oC terjadi di Pontianak. Suhu udara maksimum berkisar antara 34,6oC hingga 37,8oC. Suhu udara maksimum 34,6oC terjadi di Kubu Raya, sedangkan suhu udara maksimum 37,8oC terjadi di Pontianak.

2.3 Kelembaban Udara

Grafik Kelembaban Udara (%) Bulan Juli 2018

Di UPT Kalimantan Barat

105.0 94.0 94.0 94.0 95.0 90.5 92.0 92.8 93.0 92.2 85.0 80.5 80.1 80.6 88.0 83.1 84.2 81.7 75.0 76.4 65.0 73.0 74.0 73.8 74.0 74.0 74.9 73.0 55.0 45.0 51.0

Kapuas Hulu Ketapang Pontianak Kubu Raya Melawi Mempawah Sambas Sintang

Grafik 2.3.1 Kelembaban Udara Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat

Berdasarkan grafik 3.3.1 kelembaban udara rata-rata berkisar antara 80,1% hingga 88,0%. Wilayah dengan kelembaban udara rata-rata 80,1% terjadi di Ketapang, sedangkan kelembaban udara rata-rata 88,0% terjadi di Melawi. Kelembaban udara minimum berkisar antara 51,0% hingga 74.9%. Wilayah dengan kelembaban udara minimum 51,0% terjadi di Pontianak, sedangkan kelembaban udara minimum74.9% terjadi di Sambas. Kelembaban udara maksimum berkisar antara 90,5% hingga 94.0%. Wilayah dengan kelembaban udara maksimum 90,5% terjadi di Kapuas Hulu, sedangkan kelembaban udara maksimum 94.0% terjadi di Pontianak, Mempawah dan Sintang.

(20)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

2.4 Tekanan Udara

Tekanan udara didapatkan berdasarkan pengamatan Barometer selama bulan Juli 2018 di beberapa stasiun BMKG di wilayah Kalimantan Barat pada pukul 07.00 waktu setempat.

Grafik Tekanan Udara Bulan Juli 2018

Di UPT Kalimantan Barat

1,018.0 1,016.8 1,016.0 1,013.1 1,013.4 1,014.0 1,012.1 1,011.6 1,011.3 1,011.0 1,010.9 1,010.0 1,009.8 1,012.0 1,010.2 1,009.1 1,008.8 1,009.2 1,010.0 1,007.5 1,007.8 1,007.9 1,006.8 1,007.2 1,008.0 1,006.4 1,005.7 1,006.0 1,004.8 1,002.9 1,003.3 1,004.0 1,002.0

Tekanan Udara Minimum Tekanan Udara Rata-rata Tekanan Udara Maksimum

Grafik 2.4.1 Tekanan Udara Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat

Berdasarkan grafik 3.4.1, tekanan udara bulan Juli 2018 di UPT kalimantan Barat terlihat bahwa tekanan udara rata-rata berkisar antara 1004,8 mb hingga 1016,8 mb, dengan tekanan udara minimum sebesar 1002,9 mb terjadi di sekitar Kabupaten Melawi dan tekanan udara maksimum sebesar 1016,8 mb terjadi di sekitar wilayah Kabupaten Kapuas Hulu

(21)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

2.5 Penyinaran Matahari

Penyinaran Matahari didapatkan berdasarkan pengamatan Camble Stoke. Dengan cara memasangkan sebuah pias didalamnya, kemudian dihitung jumlah wilayah pias yang terbakar.

8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 6.8 7.2 5.7 6.5 5.3 5.4 3.0 5.2 2.0 1.0

-Grafik 2.5.1 Penyinaran Matahari Bulan Juli 2018 di Beberapa Titik di Kalimantan Barat

Berdasarkan grafik 3.5.1, rata-rata penyinaran matahari pada bulan Juli 2018 di UPT Kalimantan Barat ialah sebesar 6.0 Jam, dengan rata-rata penyinaran matahari paling banyak sebesar 7,2 jam yang tercatat di wilayah Stasiun Meteorologi Supadio (Kubu Raya), sedangkan penyinaran matahari paling sedikit sebesar 5,2 jam tercatat di wilayah Stasiun Meteorologi Kapuas Hulu.

2.6 Cuaca Lapisan Atas

Fenomena cuaca umumnya terjadi di atmosfer pada lapisan troposfer. Lapisan troposfer berada pada jarak 0 sampai dengan 12 km dari muka bumi. Fenomena cuaca yang bisa terjadi pada lapisan ini diantaranya pertumbuhan awan, angin kencang, hujan, guntur / petir, dll. Interaksi manusia yang terjadi pada lapisan ini misalnya aktivitas pesawat terbang. Karakteristik fenomena cuaca di lapisan troposfer ini perlu diketahui dengan melaksanakan pengamatan cuaca lapisan atas untuk mendukung kelancaran aktivitas manusia yang terjadi di lapisan troposfer.

(22)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

kecepatan angin. Pengamatan Pibal menghasilkan data unsur cuaca tiap lapisan ketinggian berupa arah dan kecepatan angin saja.

a. Suhu Udara Lapisan Atas

Pada bulan Juli 2018 suhu udara pada ketinggian 925 mb atau sekitar 780 m di atas permukaan laut rata-rata 22,9oC dengan suhu minimum 17,2oC dan suhu maksimum 24,7oC. Suhu udara rata-rata pada ketinggian 850 mb atau sekitar 1.500 m adalah 18,7oC dengan suhu minimum 12,9oC dan suhu maksimum 20,9oC. Suhu udara rata-rata pada ketinggian 700 mb atau sekitar 3.150 m adalah 9,7oC dengan suhu minimum 4,9oC dan suhu maksimum 11,9oC. Suhu udara rata-rata pada ketinggian 500 mb atau sekitar 5.900 m adalah -6,0oC dengan suhu minimum - 10,2oC dan suhu maksimum -4,1oC.Suhu udara 0oC yang menunjukkan lapisan beku rata-rata terjadi pada ketinggian 4.409 m atau sekitar 640 mb hingga 5.471 m atau sekitar 546 mb.

Kriteria Suhu Udara ( °C) pada ketinggian ketinggian 925 Mb 850 Mb 700 Mb 500 Mb Pada Suhu Udara 0°C Minimum 17,2 12,9 4,9 -10,2 4409 m / 640 mb Maksimum 24,7 20,9 11,9 -4,1 5471 m / 546 mb Rata-rata 22,9 18,7 9,7 -6,0 4850 m / 570 mb

Tabel 2.7.1 Suhu Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-Rata mulai dari Lapisan 925 mb hingga 500 mb

b. Kelembaban Udara lapisan Atas

Kelembaban udara menunjukkan banyaknya uap air yang ada di udara. Semakin banyak uap air di udara maka kelembaban udara semakin besar. Semakin besar kelembaban udara mengindikasikan besarnya potensi pembentukan awan. Jika kelembaban udara bernilai cukup besar (>80%) terjadi hingga lapisan ketinggian 12.000 m, maka awan bisa terbentuk mulai lapisan rendah hingga lapisan 12.000 m. Jenis awan yang terbentuk pada lapisan rendah hingga ketinggian 12.000 m biasa disebut awan Cumulonimbus yaitu awan yang bisa menyebabkan hujan, angin kencang maupun guntur/petir. Namun jika kelembaban udara yang bernilai besar hanya terjadi di lapisan bawah sedangkan pada lapisan atas kelembaban udaranya kecil (<60%) biasanya awan yang terbentuk adalah jenis awan rendah yang tinggi dasarnya sekitar 300 m dan tinggi puncaknya sekitar 3.000 m. Sebaliknya jika kelembaban udara yang besar hanya terjadi pada lapisan tinggi (lebih dari 5.000 m), sedangkan lapisan di bawahnya kelembaban udaranya kecil maka awan yang terbentuk berupa jenis awan menengah hingga awan tinggi.

(23)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Kriteria Kelembaban Udara ( °C) pada ketinggian 925 Mb 850 Mb 700 Mb 500 Mb

Minimum 52 45 26 11

Maksimum 97 100 100 100

Rata-rata 78 74 69 68

Tabel 2.7.2 Kelembaban Udara Maksimum, Minimum, dan Rata-Rata mulai dari lapisan 925 mb hingga 500 mb

Kelembaban udara pada ketinggian 925 mb atau sekitar 780 m di atas permukaan laut rata-rata 78% dengan kelembaban minimum 52% dan kelembaban maksimum 97%. Kelembaban udara rata-rata pada ketinggian 850 mb atau sekitar 1.500 m adalah 74% dengan kelembaban minimum 45% dan kelembaban maksimum 100%. Kelembaban udara rata-rata pada ketinggian 700 mb atau sekitar 3.150 m adalah 69% dengan kelembaban minimum 26% dan kelembaban maksimum 100%. Kelembaban udara rata-rata pada ketinggian 500 mb atau sekitar 5.900 m adalah 68% dengan kelembaban minimum 11% dan kelembaban maksimum 100%. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa semakin tinggi lapisan maka kelembaban udara bisa menjadi sangat kecil.

c. Angin Lapisan Atas

Arah angin pada lapisan ketinggian 925 mb hingga 500 mb secara umum bergerak dari arah selatan hingga barat. Wilayah sebelah barat Pontianak adalah Laut, sehingga jika arah angin dari barat mengindikasikan banyaknya uap air yang terbawa menuju daerah Pontianak dan sekitarnya. Kondisi ini sejalan dengan data curah hujan bulan Juli 2018 di Stasiun Meteorologi Supadio yaitu 93,6 mm dengan hari hujan 11 hari.

(24)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Gambar 2.7.3 Arah Angin mulai dari lapisan 925 mb hingga 500 mb

Kecepatan angin pada lapisan ketinggian 925 mb hingga 500 mb berkisar antara 0 knot hingga 33 knot. Kecepatan angin pada lapisan ketinggian 1.000 m ( 925 mb hingga 850 mb ) dapat digunakan untuk memprakirakan potensi pembentukan awan. Jika kecepatan angin pada ketinggian 1.000 m kecil (<10 knot) mengindikasikan besarnya potensi pertumbuhan awan penghujan, sebaliknya jika kecepatan angin besar (>20 knot) mengindikasikan potensi kurangnya pertumbuhan awan hujan. Berikut tabel data kecepatan angin pada lapisan 925 mb hingga 500 mb pada bulan Juli 2018.

(25)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Kriteria Kecepatan angin (knot)

925 Mb 850 Mb 700 Mb 500 Mb

Minimum 4 0 2 2

Maksimum 27 21 33 25

Rata-rata 11 9 12 10

Tabel 2.7.4 Kecepatan Angin Maksimum, Minimum dan Rata-Rata mulai dari lapisan 925 mb hingga 500 mb

d. Indeks Labilitas Atmosfer

Indeks labilitas atmosfer digunakan untuk mengetahui labilitas atmosfer suatu daerah atau untuk mengetahui potensi pertumbuhan awan vertikal. Jika udara dalam keadaan labil maka kecenderungannya udara cukup lembab sehingga besar potensi pertumbuhan awan konvektif, sebaliknya jika udara dalam keadaan stabil maka kecenderungannya udara tidak terlalu lembab. Beberapa indeks labilitas udara yang terdapat pada pengamatan udara atas rason antara lain :

Indeks Labilitas Lemah Sedang Kuat

CAPE < 1.000 1.000- 2.000 > 2.000 K Indeks ( KI) 15 - 25 26- 39 > 40 Lifted Indeks (LI) > 0 0 - (-3) < (-4) Showalter Indeks (SI) > 0 (-3) - 0 < (-3)

Hasil Pengamatan indeks labilitas udara pada bulan Juli 2018 sebagai berikut :

Kriteria Persentase (%) Indeks Labilitas Atmosfer

CAPE KI LI SI Rata-rata Lemah 28 13 8 61 28 Sedang 52 80 36 33 50 Kuat 20 7 56 6 22

Indeks CAPE menunjukkan energi yang dimiliki oleh partikel uap air untuk bergerak vertikal / ke atas. CAPE digunakan untuk memprakirakan tingkat kecenderungan pertumbuhan awan vertikal. Pada tabel di atas terlihat persentase nilai CAPE lemah 28%, sedang 52% dan kuat 20%. Indeks KI biasa digunakan untuk memprakirakan peluang terjadinya awan badai guntur. Pada tabel di atas terlihat KI pada kriteria lemah 13%, kriteria sedang 80% dan kriteria kuat 7%.

(26)

Kondisi Cuaca Bulan Juli 2018

Semakin besar negatifnya menunjukkan atmosfer semakin labil, gaya angkat ke atas semakin kuat dan lebih mendukung pertumbuhan badai guntur. Pada tabel di atas terlihat LI pada kriteria lemah 8%, kriteria sedang 36% dan kriteria kuat 56%. Nilai SI lemah 61%, SI sedang 33%, dan SI kuat 6%. Sehingga jika dirata-ratakan pada bulan Juli 2018 persentase atmosfer dalam kondisi labil lemah 28%, labil sedang 50% dan labil kuat 22%.

(27)

Kejadian Cuaca Ekstrim

BAB 3

KEJADIAN CUACA EKSTRIM

Berdasarkan prakiraan curah hujan bulanan yang dikeluarkan oleh Stasiun Klimatologi Mempawah pada bulan Juli 2018, wilayah Kalimantan Barat secara umum curah hujan diprakirakan berkisar antara 51-300 mm. Curah Hujan < 51 mm diprakirakan terjadi di sebagian Kab/Kota: Kayong Utara, Kapuas Hulu, Ketapang, Kubu Raya, Melawi, Sanggau, Sekadau, Sintang. Curah Hujan > 300 mm diprakirakan terjadi di sebagian Kab/Kota: Bengkayang, Singkawang, Mempawah, Sambas, Sanggau, Sintang

Selama bulan Juli 2018, di 8 (delapan) UPT BMKG wilayah Kalimantan Barat tercatat 1 (satu) kali kejadian angin kencang dengan kecepatan angin lebih dari 25 knot atau 45 km/jam yaitu pada tanggal 05, 22 Juli 2018 di Kabupaten Ketapang, dan tanggal 28 Juli 2018 di Kabupaten Sintang, kecepatan angin maksimum yang tercatat sebesar 52 km/jam. Pada bulan Juli 2018 juga terdapat informasi media cetak

(28)

Kejadian Cuaca Ekstrim

3.1 Hujan Lebat

Hujan intensitas lebat didefinisikan sebagai kejadian hujan dengan jumlah curah hujan setinggi 50 - 100 mm/hari, sedangkan hujan sangat lebat/ekstrim yaitu curah hujan yang mencapai 100 mm/hari atau lebih. Pada Bulan Juli 2018, hari hujan lebat terpantau terjadi 5 kali, yaitu di Kabupaten Landak, Sintang dan Kapuas Hulu. Dari 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, pada bulan Juli 2018, mengalami penurunan curah hujan, hal ini diindakasikan dengan jumlah hari tanpa hujan (HTH), yang secara umum termasuk dalam kategori menengah hingga panjang. Banyak atau sedikitnya hari hujan lebat hingga sangat lebat ini bisa juga dipengaruhi karena luasan wilayah suatu Kabupaten/ Kota.

Tabel 3.1.1 Kejadian Hujan Lebat - Sangat Lebat Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat DATA HUJAN LEBAT - SANGAT LEBAT BULAN JUNI 2018

DI KABUPATEN / KOTA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No Kabupaten / Kota Banyak Hari Hujan Lebat - Curah Hujan Maksimum

Sangat Lebat (mm) 1 BENGKAYANG 0 0 2 KAPUAS HULU 0 0 3 KAYONG UTARA 1 50 4 KETAPANG 0 0 5 PONTIANAK 0 0 6 SINGKAWANG 0 0 7 KUBU RAYA 0 0 8 LANDAK 3 77 9 MELAWI 0 0 10 MEMPAWAH 0 0 11 SAMBAS 0 0 12 SANGGAU 0 0 13 SEKADAU 0 0 14 SINTANG 1 51.6

Jika terjadi hujan lebat atau sangat lebat/ekstrim dan diikuti hari hujan lebat setelahnya maka potensi terjadinya banjir maupun tanah longsor semakin besar. Namun demikian, hujan lebat bukanlah satu – satunya penyebab kejadian banjir. Faktor lain penyebab banjir adalah : kondisi topografi suatu wilayah, penggunaan lahan atau daya serap lahan terhadap air, pasang surut air

(29)

Kejadian Cuaca Ekstrim

laut, saluran irigasi, dll. Semakin banyak faktor di atas terlibat, maka potensi terjadinya banjir juga akan semakin besar.

3.2 Angin Kencang

Angin kencang didefinisikan sebagai angin yang mempunyai kecepatan lebih dari 25 knot atau 45 km/jam. Pengamatan angin di Kalimantan Barat dilakukan di 8 (delapan) UPT BMKG. Berdasarkan data yang terekam dari 8 stasiun terdapat 3 (tiga) kali kejadian angin kencang pada bulan Juli 2018 yaitu pada tanggal 05 dan 22 Juli 2018 disekitar Kabupaten Ketapang, dan tanggal 28 Juli 2018, disekitar Kabupaten Sintang, dimana kecepatan angin maksimum di Stasiun Meeorologi Rahadi Oesman Ketapang tercatat sebesar 52 km/jam.

Grafik 3.2.1 Kecepatan Angin Maksimum Bulan Juli 2018 di Kalimantan Barat

3.3 Jarak Pandang Kurang dari 1 km

Jarak pandang kurang dari 1 km mengindikasikan adanya kejadian cuaca signifikan seperti hujan lebat, kabut tebal ataupun asap tebal. Untuk kegiatan transportasi, akibat jarak pandang

(30)

Kejadian Cuaca Ekstrim

Grafik 3.3.1 Jarak Pandang Minimum Bulan Juni 2018 di Stamet Supadio

Pengamatan jarak pandang bulan Juli 2018 di Stasiun Meteorologi Supadio menunjukkan jarak pandang mendatar kurang dari 1 km terjadi sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada tanggal 1, 25, 27 dan 30 Juli 2018. Kondisi cuaca pada saat jarak pandang kurang dari 1 km disebabkan terjadinya kabut tebal dan hujan.

3.4 Banjir

Banjir didefinisikan sebagai peristiwa atau keadaan terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Pada bulan Juli 2018, terdapat informasi media cetak maupun online yang melaporkan kejadian banjir di wilayah Kalbar yang disajikan dalam tabel 3.4.1 berikut ini:.

Tabel 3.4.1 Kejadian Cuaca Ekstrim serta Dampaknya Periode Bulan Juni 2018 di Kalimantan Barat

TANGGAL LOKASI DAMPAK

KEJADIAN

- Hujan yang terjadi mengakibatkan banjir menggenangi

27- 28 Juli

rumah dan area pertanian warga di Desa Antan, Desa

Kabupaten Landak Amang, dan desa Rasan di Kabupaten Landak.

2018

Sumber:

- BPBD Kabupaten Landak

(31)

Kebakaran hutan dan lahan

BAB 4

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

4.1 Sebaran Titik Panas

Gambar 4.1 Sebaran titik panas bulan Juli 2018

Sebaran titik panas dengan tingkat kepercayaan lebih dari 80 % pada bulan Juli 2018 paling banyak terjadi di wilayah kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu. Hal ini dapat diasumsikan bahwa adanya kebakaran lahan di wilayah tersebut.

(32)

Kebakaran hutan dan lahan

Tabel 4.1 Jumlah titik panas tiap kabupaten/kota

berdasarkan Tingkat Kepercayaan

No Kab./Kota Confidence level (%) Jumlah

0 - 30% 31 - 80% >80% 1 Sambas 8 86 24 118 2 Mempawah 3 18 2 23 3 Sanggau 4 136 48 188 4 Ketapang 8 116 37 161 5 Sintang 4 104 67 175 6 Kapuas Hulu 3 101 60 164 7 Bengkayang 2 57 17 76 8 Landak 6 51 26 83 9 Sekadau - 13 4 17 10 Melawi 1 29 25 55 11 Kayong Utara - 18 2 20 12 Kubu Raya 6 106 40 152 13 Pontianak - 5 5 10 14 Singkawang - 2 - 2 Jumlah 45 842 357 1244

4.2 Jumlah Titik Panas

Selama bulan Juli 2018, terjadi penambahan jumlah titik panas yang cukup siginifikan jika dibandingkan dengan bulan Juni. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah hari hujan di hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat.

Jumlah titik panas terbanyak terdeteksi di wilayah Kabupaten Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu dengan masing-masing jumlah titik panas berturut-turut yaitu 188, 175 dan 164 titik.

(33)

Kebakaran hutan dan lahan

Gambar 4.2 Jumlah Titik Panas Per Kabupaten Bulan Juli Tahun 2018

di Kalimantan Barat

(34)

Kebakaran hutan dan lahan

4.3 Trajektori Asap

Pada tanggal 14, 19 dan 23 Juli 2018, masing - masing sebanyak 147, 210 dan 134 titik panas terdeteksi di wilayah Kalimantan Barat.

Jika pada lokasi tersebut memang benar terjadi kebakaran, maka potensi arah penyebaran asap sebagai berikut :

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.4 a) Trajektori asap tanggal 14 Juli 2018 ; b) Trajektori asap tanggal 19 Juli

2018 ; c) Trajektori asap tanggal 23 Juli 2018

(35)

Prakiraan Kondisi Cuaca Bulan September - Oktober 2018

BAB 5

PRAKIRAAN KONDISI CUACA

BULAN SEPTEMBER - OKTOBER 2018

Prediksi Angin Lapisan 850 mb menunjukkan bahwa angin timuran masih

mendominasi wilayah Indonesia termasuk wilayah Kalimantan Barat. Belokan

angin juga berpeluang terbentuk di Kalimantan bagian tengah hingga selatan.

Pada bulan September 2018, Anomali SST untuk wilayah Kalbar diprediksi

masih netral namun pada bulan Oktober, Kalbar bagian utara anomalinya mulai

positif yang artinya peluang yang lebih besar untuk terbentuknya awan di

wilayah Kalbar secara umum. Prediksi ENSO bulan September - Oktober 2018,

menyatakan Indonesia berada dalam kondisi El Nino Lemah. Hal tersebut

menunjukkan pada bulan September - Oktober 2018, hujan masih tetap

berpotensi terjadi di Kalimantan khususnya Kalimantan Barat meskipun

potensinya kecil.

(36)

Prakiraan Kondisi Cuaca Bulan September - Oktober 2018

5.1 Curah Hujan

Curah hujan bulan September 2018 diprakirakan secara umum berada pada kriteria rendah (51 – 100 mm) hingga menengah (201 – 300 mm). Namun masih terdapat sebagian kecil wilayah yang diprakirakan masuk dalam kriteria tinggi ( 301 - 400 mm), yaitu sebagian Kab. Bengkayang,

Landak, Mempawah, Sanggau, sekadau, Melawi, Sintang, Kapuas Hulu, serta wilayah dengan kriteria curah hujan sangat tinggi (401-500), yaitu di wilayah Kab. Sanggau, Bengkayang, Mempawah. Wilayah yang diprakirakan jumlah curah hujannya dalam kriteria rendah (51 - 100 mm), yaitu di sebagian Kabupaten/Kota : Bengkayang, Mempawah, Sanggau, Ketapang, Kayong Utara, Melawi. Curah hujan menengah (101 – 300 mm) terdapat di 14 Kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan Barat meskipun tidak merata di tiap wilayahnya.

Curah hujan bulan Oktober 2018 diprakirakan secara umum berada pada kriteria menengah (201 – 300 mm) hingga sangat tinggi (401 – 500 mm). Wilayah yang diprakirakan jumlah curah hujannya dalam kriteria sangat tinggi (401 - 500 mm), yaitu di sebagian Kabupaten/Kota : Melawi, Sintang. Wilayah yang diprakirakan jumlah curah hujannya dalam kriteria tinggi (301 - 400 mm), yaitu di sebagian

Kabupaten/Kota Bengkayang, Singkawang, Landak, Mempawah, Pontianak, Kubu Raya,

Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, kapuas Hulu, Ketapang. Curah hujan menengah (151 – 300 mm) terdapat di 14 Kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan Barat meskipun tidak merata di tiap wilayahnya.

(37)

Prakiraan Kondisi Cuaca Bulan September - Oktober 2018

5.2 Suhu Udara

Sebagai wilayah yang dilewati garis khatulistiwa, wilayah Kalbar umumnya memiliki rentang suhu maksimum dan minimum harian yang cukup jauh. Alat pengukur suhu yaitu thermometer dengan satuan yang digunakan ialah celcius.

Suhu udara di Kalimantan Barat berdasarkan data klimatologi dari UPT BMKG yang ada diwilayah Kalimantan Barat, pada bulan September 2018 pada umumnya berkisar 21.4°C – 33.6°C °C dan pada bulan Oktober 2018 berkisar 21.5°C – 33.1°C.

5.3 Kelembaban Udara

Kelembaban udara ialah tingkat kebasahan udara karena dalam udara, selalu terkandung air dalam bentuk uap air. Kelembaban udara memiliki satuan persentase (%).

Kelembaban udara di Kalimantan Barat berdasarkan data klimatologi dari UPT BMKG yang ada di wilayah Kalimantan Barat, pada bulan September 2018 pada umumnya diprakirakan berkisar 42% – 98% dan pada bulan Oktober 2018 diprakirakan berkisar 50% – 98%.

5.4 Tekanan Udara

Tekanan udara adalah kerapatan atau massa jenis udara yang terkandung di suatu daerah/wilayah. Selain dari ketinggian tempat, tekanan udara juga dipengaruhi oleh suhu udara. Tekanan udara diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Barometer dengan satuan milibar (mb).

Tekanan udara di Kalimantan Barat berdasarkan data klimatologi dari 8 UPT BMKG yang ada diwilayah Kalimantan Barat, pada bulan September - Oktober bernilai 1009 - 1014 mb.

5.5 Cuaca Signifikan/Ekstrim

Prediksi ENSO menyatakan bahwa ada kondisi El Nino pada bulan September - Oktober 2018, namun nilainya lemah. Namun, sehubungan dengan mulai positifnya anomali suhu muka laut pada bulan Oktober, maka perlu diwaspadai munculnya awan-awan konvektif di wilayah Kalbar. Awan-awan konvektif tersebutlah yang dapat memicu kondisi cuaca signifikan berupa hujan yang disertai guntur/petir meskipun hujan yang terjadi termasuk intensitas ringan. Selain itu, masih perlu diwaspadai variabilitas suhu harian yang tinggi sehubungan masih rendahnya potensi hujan pada bulan September yang berarti masih perlu mewaspadai potensi kemudahan terbakarnya lahan mengingat luasnya lahan gambut di wilayah Kalimantan Barat.

(38)

Prakiraan Kondisi Cuaca Bulan September - Oktober 2018

5.6 Angin

WIND ROSE BULAN OKTOBER WIND ROSE BULAN SEPTEMBER

Pola angin pada bulan September - Oktober pada umumnya angin akan bertiup dengan kecepatan berkisar 04 – 17 knot. Pada bulan September, arah angin dominan yaitu selatan. Pada bulan Oktober, terlihat bahwa arah angin dominan yaitu dari arah selatan - barat, namun angin dari arah timur frekuensi nya juga masih cukup banyak. Hal ini menunjukkan kita mulai memasuki musim peralihan, yaitu perubahan angin monsun timur ke monsun barat.

5.7 Potensi Kemudahan Kebakaran Hutan/Lahan

Pada bulan September - Oktober, potensi hujan masih sedikit, maka masih perlu diwaspadai potensi munculnya titik panas (hotspot), sebab berdasarkan catatan jumlah hotspot selama tahun 2017, jumlah hotspot Kalbar di bulan September mencapai 1547 titik, namun jumlahnya menurun di bulan Oktober yaitu 118 titik. Hal tersebut berhubungan dengan mulai adanya peluang yang lebih besar untuk terjadinya hujan pada bulan Oktober. Namun kita masih tetap perlu waspada akan kemudahan lahan terbakar, terutama di lahan gambut yang terdapat cukup luas di wilayah Kalimantan Barat.

(39)

Prakiraan Kondisi Cuaca Bulan September - Oktober 2018

5.8 Potensi banjir

Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Kalimantan Barat bulan September 2018 menyatakan bahwa di sebagian wilayah Kalimantan Barat masih berpotensi mengalami banjir dengan kategori Rendah-Menengah. Banjir dengan kategori rendah antara lain di sebagian wilayah di

Kabupaten/Kota Sambas, Bengkayang, Kubu Raya, Landak,

Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu. Sebagian kecil daerah juga masuk dalam kategori menengah yaitu di Kab. Kapuas Hulu. Daerah dengan kategori aman dari banjir terdapat di sebagian Kab/Kota :

Pontianak, Kubu Raya, Kayong Utara, Sintang.

Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Kalimantan Barat bulan Oktober 2018 menyatakan bahwa di sebagian wilayah Kalimantan Barat masih berpotensi mengalami banjir dengan kategori Rendah-Menengah. Banjir dengan kategori menengah antara lain di sebagian wilayah di

Kabupaten/Kota Sambas, Bengkayang, Landak, Mempawah, Kubu Raya, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Sebagian daerah juga masuk dalam kategori rendah yaitu di Kab. Kubu Raya, Kayong Utara, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Kapuas Hulu.

(40)

Informasi Geofisika

BAB 6

INFORMASI GEOFISIKA

Pada bulan Juli 2018 tidak tercatat adanya aktivitas gempabumi di wilayah Kalimantan Barat. Pada bagian ini juga disampaikan informasi mengenai sambaran petir selama bulan Juli 2018 di wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Mempawah. Dimana terlihat bahwa jumlah petir dan kerapatannya berkurang dibanding bulan sebelumnya.

(41)

Informasi Geofisika

6.1 Gempabumi di Kalimantan Barat

Pada bulan Juli 2018 tidak tercatat adanya aktivitas gempabumi di wilayah Kalimantan Barat.

6.2 Petir

6.2.1 Kerapatan Petir Wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Mempawah

Berdasarkan data yang diperoleh dari alat Lighting Detector yang terpasang di Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak, dijelaskan pada gambar 6.2.1 bahwa pada bulan Juli 2018 disekitar wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Mempawah terjadi sebanyak 1861 sambaran petir. Dengan CG positif berjumlah 165 dan CG negatif 1696 dengan kerapatan petir paling rapat terjadi di sekitar wilayah Siantan yang berjumlah >12 kali kejadian petir.

Gambar 6.2.1 Peta kerapatan petir wilayah Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, dan Kabupaten Mempawah

(42)

Almanak Bulan September dan Oktober 2018

BAB 7

ALMANAK BULAN SEPTEMBER DAN

OKTOBER 2018

Informasi almanak ini berisi informasi tanda waktu, antara lain : informasi hari raya nasional dan hari-hari besar agama, waktu terbit dan terbenam matahari, informasi fase-fase bulan, informasi gerhana matahari dan informasi tanda waktu lainnya pada bulan September dan Oktober 2018

(43)

Almanak Bulan September dan Oktober 2018

7.1 Hari Raya

7.1.1 Hari Raya Nasional

Hari Kesaktian PancasiIa : 01 Oktober 2018

7.1.2 Hari Raya Islam

1 Muharram 1440 H : 11 September 2018

7.1.3 Hari Raya Masehi

-7.1.4 Hari Raya Katolik

-7.1.5 Hari Raya Tionghoa

Lahirnya Khong Hu Cu : 6 Oktober 2018 7.1.6 Hari Raya Budha

-7.1.7 Hari Raya Hindu

Saraswati II : 6 Oktober 2018

7.2 Waktu Terbit dan Terbenam Matahari Wilayah Pontianak

Bulan Tanggal Terbit (WIB) Terbenam (WIB)

September 2018 1 5.39 17.46

16 5.34 17.41

Oktober 2018 1 5.29 17.35

16 5.25 17.31

Tabel 7.2.1 Waktu Terbit dan Terbenamnya Matahari Bulan September – Oktober 2018 Wilayah Pontianak

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara bulan September hingga Oktober 2018 waktu terbit matahari paling awal pada pukul 05.25 WIB dan paling lama pada pukul 05.39 WIB. Sedangkan waktu terbenam paling awal pada pukul 17.31 WIB dan paling lama pada pukul 17.46 WIB. Lama penyinaran matahari pada bulan September hingga Oktober 2018 kurang lebih 12 jam 6-7 menit.

(44)

Almanak Bulan September dan Oktober 2018

7.3

Fase Bulan Periode September dan Oktober 2018

Bulan Baru Perempat Pertama Bulan Purnama Perempat Terakhir

Tgl. Jam (WIB) Tgl. Jam (WIB) Tgl. Jam (WIB) Tgl. Jam (WIB)

03 Sept 09.37

10 Sept 01.01 17 Sept 06.15 25 Sept 09.52 02 Okt 16.45

09 Okt 10.47 17 Okt 01.02 24 Okt 23.45

Tabel 7.3.1 Fase Bulan Periode September dan Oktober 2018

Banyak yang mengatakan bahwa fenomena pasang surut air laut erat kaitannya dengan bulan. Benarkah demikian? Jawabannya adalah benar. Tetapi, bagaimana sampai bulan yang jauh dari bumi itu bisa mempengaruhi keadaan air laut? Bulan dan bumi memiliki gravitasinya masing-masing. Kedua gaya gravitasi ini ternyata saling mempengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan pusat bulan terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari terjadinya pasang surut air laut.

Kondisi saat air laut naik disebut pasang naik. Kondisi ini terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak antara air laut dan pusat bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi. Ini mengakibatkan air laut sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.

Sebaliknya, di belahan bumi yang mengalami bulan baru, jarak air laut dan pusat bulan lebih jauh daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik bumi lebih kuat daripada air laut di bagian tersebut. Ini mengakibatkan air laut juga sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah pasang naik.

Sedangkan kondisi saat air laut turun disebut pasang surut. Kapan kondisi ini terjadi? Tentu saja saat bukan bulan purnama maupun bulan baru. Penggembungan air di bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan baru tentu saja mengambil jatah air dari belahan bumi lainnya. Karena itulah di belahan bumi lainnya terjadi pasang surut. Pasang surut terbanyak terjadi saat bulan separuh, karena pada saat bulan separuh, bagian bumi tersebut berada tepat di tengah bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan baru.

(45)

Almanak Bulan September dan Oktober 2018

Perlu diwaspadai khususnya wilayah yang dekat dengan laut saat terjadinya bulan purnama yaitu tanggal 25 September dan 24 Oktober 2018 serta pada saat bulan baru tanggal 10 September dan 09 Oktober 2018 potensi akan adanya pasang maksimum.

7.3 Gerhana Matahari dan Bulan

- Tidak ada kejadian Gerhana

7.4 Kedudukan Matahari pada Pukul 00 UTC (07.00 WIB)

Deklinasi matahari adalah besar sudut khatulistiwa langit, di bagian utara tandanya + (positif) dan selatan – (negatif). Garis bujur matahari adalah besar sudut antara lingkaran matahari dari

vernal equinox (rata-rata 1950) diukur ke arah timur sepanjang ekliptika.

Perata waktu (waktu sejati – waktu menengah) adalah koreksi untuk waktu matahari menengah supaya diperoleh waktu matahari sejati (sesungguhnya).

Tanggal Deklinasi Bujur Perata Tanggal Deklinasi Bujur Perata

Waktu Waktu ° ' ° ' m s ° ' ° ' m S Sept 01 +8 22 10 40 -0 09.5 Okt01 -3 04 12 28 +10 10.9 05 +6 54 10 55 +1 08.4 05 -4 37 12 43 +11 26.3 09 +5 24 11 09 +2 29.7 09 -6 09 12 57 +12 35.7 13 +3 53 11 23 +3 53.6 13 -7 40 13 12 +13 38.0 17 +2 21 11 38 +5 19.0 17 -9 09 13 27 +14 32.2 21 +0 48 11 52 +6 44.6 21 -10 35 13 42 +15 17.3 25 -0 44 12 06 +8 09.2 25 -12 00 13 57 +15 52.1 29 -2 18 12 21 +9 31.3 29 -13 21 14 12 +16 15.4

(46)

Kegiatan Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak

BAB 8

KEGIATAN STASIUN METEOROLOGI KELAS I

SUPADIO PONTIANAK

8.1 Upacara Memperingati Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Ke 71 Tanggal

23 Juli 2018

Upacara Memperingati Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Ke 71 Tahun 2018 yang dilaksanakan Pada Tanggal 23 Juli 2018 bertempat di Halaman Gedung MEWS BMKG Pontianak Kalimantan Barat diikuti oleh semua Pegawai dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Stasiun Meteorologi Maritim dan stasiun Klimatologi Mempawah.

Upacara dipimpin langsung oleh Kepala Stasiun Meteorologi Supadio, Ibu Erika Mardiyanti, S.Kom., M.Si dengan mengusung Tema Membangun Jiwa korsa dan semnagat kemerdekaan untuk mensukseskan lompatan layanan Informasi MKG 4.0 Menuju Indonesia selamat dan sejahtera.

Upacara berlangsung secara khidmat walau panas terik matahari pagi sudah terasa tidak menyurutkan semangat para peserta mengikuti Upacara. Dan Akhirnya Upacara diakhiri dengan Pembacaan Pesan Kepala BMKG pusat, dan dilanjutkan dengan Pertemuan tentang Sosialisasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) yang dihadiri oleh Perwakilan dari Inspektorat BMKG Pusat Bapak Drs Nur Himawan beserta dua Orang pendamping.

(47)

Kegiatan Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak

8.2 Wawancara Radio Republik Indonesia (RRI)

Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2018 Merupakan bentuk kerjasama BMKG Kalimantan Barat dengan Radio Republik Indonesia sebagai Sarana untuk Penyebaran Informasi Iklim dan Cuaca. Wawancara dilakukan secara On Air di Gedung RRI Pontianak Jalan Jendral Sudirman.

Hadir sebagai Nara Sumber yaitu Ade Supriyatna, S.Tr dari Stasiun Meteorologi Supadio dan Fanni Aditya, S.Si dari Stasium Klimatologi Mempawah, acara wawancara berangsung lancar sesuai dengan jadwal walaupun serius namun suasana tetap santai dengan pembawa acara merangkap penyiar senior RRI Ibu Yayuk, adapun Tema dari wawancara pada hari itu adalah Prakiraan Musim Kemarau.

Selama kegiatan wawancara on Air tersebut juga dibuka Line telepon bagi Pendengar setia RRI yang ingin sekedar bertanya tentang Musim Kemarau dan Kabut Asap, tercatat seorang Ibu yang dengan antusias bertanya kepada narasumber tentang Kemarau.

(48)

Berita BMKG

BAB 9

BERITA BMKG

9.1

Sampaikan Duka Cita, BMKG Minta Masyarakat Tetap Tenang Namun Waspada.

JAKARTA (6 Agustus 2018) - Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat menyampaikan belasungkawa kepada para korban gempa Lombok. Ungkapan duka cita tersebut disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin (6/8).

(49)

Berita BMKG

Hingga kini, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Lombok mencapai 91 orang. Sebanyak 209 orang dilaporkan luka-luka.

Seperti diketahui, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat diguncang Gempa berkekuatan 7 SR, Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB. Lokasi gempa berada di titik 8.37 LS dan 116.48 BT pada lereng Utara - Timur Laut G. Rinjani. Gempa terjadi pada kedalaman 15 km dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami.

"Bagi keluarga yang ditinggalkan sanak saudara, dan kerabat semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini dan bagi yang mengalami luka-luka semoga segera diberikan kesembuhan," ungkap Dwikorita.

Menurut Dwikorita, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Oleh karena itu, kata dia, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan untuk sementara waktu tidak berada dibawah bangunan-bangunan yang rawan runtuh. Selain itu juga menjauhi daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil.

Dwikorita menerangkan berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Namun demikian, kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yg terjadi kemarin malam. Sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan tersebut.

"Magnitudo terbesar pada 5,7 SR dari kejadian gempabumi tadi malam. Dari 147 gempa bumi susulan, sebanyak 13 gempa yang dirasakan oleh masyarakat," imbuhnya.

Dwikorita menuturkan, munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam guna menghabiskan energi gempa yang masih tersisa. Dengan demikian setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.

Lebih lanjut Dwikorita menerangkan, gempabumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur Minggu (5/8) merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan

(50)

Berita BMKG

Lantas mengapa berpotensi tsunami meski letak episenter berada di darat. Dwikorita mengatakan, bahwa sumber gempabumi bukanlah suatu titik tetapi merupakan bidang patahan yang menerus atau melampar memanjang hingga bidang patahan atau robekan batuan tersebut masuk di dasar laut dekat Pantai Lombok di bagian utara. Hal inilah yang akhirnya memicu terjadinya tsunami.

"Sejak peringatan dini WASPADA tsunami dikeluarkan BMKG, telah terjadi tsunami kecil di empat titik. Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul19.58 WIB) 2 cm, dan kemudian Peringatan Dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yg sama 5 Agustus yang lalu," paparnya.

"Status ancaman tsunami ini hanya pada level waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter). Prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring tide gauge ternyata memang mencapai kurang dari 0,5 meter," tambah Dwikorita.

Dwikorita kembali menegaskan bahwa mengingat epicenternya sangat berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, BMKG menyatakan bahwa gempabumi yang terjadi tadi malam merupakan gempabumi utama (main shock) dari rangkaian gempabumi yang terjadi sebelumnya.

Gempa bumi ini dirasakan oleh masayarakat di daerah Mataram dengan intensitas IV SIG-BMKG (VII MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan. Sedangkan di Bima, Denpasar, Karang Asem mengalami intensitas III SIG-BMKG (V-VI MMI) yang artinya bangunan mengalami kerusakan ringan apabila memenuhi konstruksi standar bangunan aman gempa.

Gempa bumi ini juga dirasakan di Kuta dengan intensitas II SIG-BMKG (IV MMI) yang artinya tidak ada kerusakan namun dirasakan oleh banyak orang. Sementara di Waingapu, Genteng, Situbondo, Malang dengan intensitas II SIG-BMKG (II-III MMI) yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah. Guncangan gempabumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan di Lombok dan sebagian dirasakan di wilayah Bali. Kejadian ini telah memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan dan rumah.

Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia mengimbau masyarakat untuk terus mengupdate informasi BMKG melalui aplikasi android dan iOS "Info BMKG", Twitter @infoBMKG dan website BMKG www.bmkg.go.id.

(source:bmkg.go.id)

(51)

Berita BMKG

9.2

Data Gas Rumah Kaca BMKG Dukung Indonesia Wujudkan INDCs Pada

Konferensi PBB

Jakarta, 7 Agustus 2018 / Pengamatan gas rumah kaca (GRK) yang dilakukan oleh BMKG merupakan salah satu komitmen Indonesia dalam aksi mitigasi perubahan iklim sesuai hasil kesepakatan Paris Agreement 2015 serta menjadi sebuah niatan resmi pemerintah Indonesia dalam Nationally Determinated Contribution (NDC). Di dalam NDC saat ini sebagai bagian dari Rencana Aksi Nasional (RAN-GRK) sebagai sebuah keputusan politik tingkat tinggi yang mengintegrasikan program pembangunan nasional, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29% dengan upaya sendiri atau 40% dengan dukungan sampai tahun 2030.

Dengan komitmen ini BMKG, sebagai bagian dari pemerintah, terus berupaya melakukan pemantauan konsentrasi GRK baik melalui 3 Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) yang

(52)

Berita BMKG

laboratorium pemerintah Federasi Swiss untuk sains dan teknologi material. Selain dengan EMPA BMKG juga menjalin kerjasama dengan National Institute for Environmental Studies (NIES), Jepang.

Dengan peningkatan kualitas data pemantauan GRK yang dilakukan BMKG maka akan menjadi sebuah nilai tambah bagi posisi Indonesia untuk mewujudkan dan meningkatkan posisi tawar Indonesia pada Konfrensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC).

Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D yang membuka acara Workshop International On Global Atmospheric Watch (GAW) yang diadakan di Hotel Borobudur, Jakarta, dari tanggal 7-8 Agustus 2018. Acara workshop yang mengangkat tema "Penguatan Layanan Publik Kedeputian Klimatologi di Bidang Pengamatan, Penelitian dan Aplikasi Informasi GRK" . Workshop ini menjadi salah satu upaya BMKG dalam meningkatkan kualitas SDM dari para peneliti GRK BMKG dan peneliti lainnya. Oleh karena itu, BMKG mengundang tidak hanya peneliti yang berasal dari Indonesia seperti dari KLHK, BAPPENAS, BATAN, IPB, ITB dan UGM, namun juga dari berbagai negara seperti Swiss, Amerika, Jepang, Malaysia, Cina, New Zealand, Australia dan Korea Selatan.

Narasumber di dalam Workshop merupakan pembicara-pembicara yang berkualitas dalam bidng GRK dan sains kimia atmosfer seperti, Dr. Oksana Tarasova dari WMO, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman dan pembicara lain seperti dari NOAA, IAEA, EMPA, WDCGG, NIES dan CSIRO. Dihadiri oleh peserta sebanyak 125 orang, workshop diharapkan mampu menambah peluang Indonesia menjadi pusat pelatihan GAW di kawasan regional Asia yang didukung instruktur nasional/internasional yang mumpuni dan mendapat dukungan komunitas gas rumah kaca dunia.

(53)

Berita BMKG

9.3

BMKG Ajak Korban Gempa Segera Bangkit

LOMBOK (10 Agustus 2018) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat NTB segera bangkit dari duka gempa. Ajakan tersebut disampaikan Dwikorita saat mengunjungi sejumlah titik pengungsian di Pringgabaya, Lombok Timur, Jumat (10/8).

"Saya berharap masyarakat Lombok dan korban gempa dapat cepat pulih dan bangkit kembali serta mampu beraktivitas seperti semula. Lombok harus segera bangkit," ungkapnya.

Bencana alam, menurut dia, merupakan ujian dari Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik dan kuat, sehingga harus mampu melewati cobaan tersebut.

"Gempabumi, longsor, tsunami, banjir bandang, gunung meletus dan lain sebagainya adalah salah satu ujian dari Tuhan. Saya yakin jika kita bisa melewati ujian dengan lapang dada, Insya Allah kita akan semakin ditinggikan derajatnya dihadapan Allah," katanya.

(54)

Berita BMKG

Diketahui, gempa berkekuatan M = 7.0 mengguncang Lombok, Minggu malam (5/8). Pusat gempa diketahui berada di 18 kilometer barat laut Lombok Timur atau pada lereng utara timur laut Gunung Rinjani, di kedalaman 15 kilometer. Hingga Jumat (10/8/2018), jumlah korban tewas mencapai 321 orang. Gempa juga menyebabkan 270.168 orang mengungsi.

Mengenai gempa susulan, Dwikorita mengatakan bahwa kemungkinan masih akan terjadi hingga beberapa bulan kedepan dengan kecendrungan gempa yang semakin melemah secara fluktuatif.

"Kami tetap mengimbau agar warga tetap tenang namun waspada. BMKG secara terus menerus memantau perkembangan kegempaan ini selama 24 jam dan menginformasikannya kepada masyarakat," imbuhnya.

Hingga siaran pers ini diturunkan pukul 10/08/2018 18.00 WITA, tercatat telah terjadi 474 gempa susulan dengan jumlah yang dirasakan sebanyak 20 gempa. Gempa terakhir dirasakan pada jam 04.33 WITA sebesar M=4.8 dengan kedalaman 10 KM dengan pusat gempa 8.44 Lintang Selatan dan 116.50 Bujur Timur (10 KM Barat Laut Lombok Timur, NTB).

"Dirasakan di Mataram dan Lombok Timur sebesar 1 SIG BMKG ( II MMI). Yang artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang sementara benda-benda ringan yang digantung akan bergoyang," paparnya.

(source:bmkg.go.id)

(55)

DAFTAR ISTILAH

Angin didefinisikan sebagai massa udara yang bergerak akibat perbedaan tekanan udara. Angin bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Angin Permukaan didefinisikan sebagai angin yang bertiup di atas permukaan bumi diukur pada ketinggian 10 meter dari permukaan, karakteristik dan variabilitas sirkulasi permukaan akibat proses interaksi antara laut dan atmosfer yang dipengaruhi pergerakan posisi matahari.

Angin Monsun adalah angin yang secara periodik mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali.

Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi, diperkirakan tebal atmosfer mencapai sekitar 12.000 km

Borneo Vorteks merupakan pola sirkulasi siklonik yang sering muncul di sebelah barat wilayah Kalimantan dan umumnya terbentuk pada saat musim angin baratan atau monsun asia.

Cuaca adalah keadaan sesaat dari gejala atmosfer yang biasanya dikemukakan dengan besar parameter atmosfer seperti suhu udara, kelembaban udara, hujan, perawanan, jarak pandang, a ngin, dan tekanan udara.

Cuaca Signifikan adalah Cuaca atau perubahan kondisi unsur cuaca dan/atau fenomena cuaca yang dipandang berarti bagi keselamatan penerbangan, misalnya badai guntur aktif, badai salju, badai pasir, gebos kuat, geser angin, banglas sangat rendah kurang dari 300 meter, yang terjadi baik di bandar udara maupun di jalur penerbangan.

Cumulonimbus adalah awan yang terlihat tebal dan padat, menjulang tinggi (ketinggian awan bisa mencapai 12 km) seperti gunung atau menara yang sangat besar. Paling sedikit sebagian dari bagian atas kelihatan halus atau berserabut dan hampir selalu rata . Bagian atas tersebut sering meluas dan berbentuk seperti landasan tempa atau jambul yang besar.

Dipole Mode adalah fenomena interaksi laut – atmosfer di Samudra Hindia yang dihitung berdasarkan selisih antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan disebelah barat Sumatera.

El Nino adalah kondisi terjadinya peningkatan suhu muka laut di ekuator Pasifik Tengah dan Timur dari nilai rata-ratanya. El Nino ditandai dengan adanya anomali suhu muka laut di Equator Pasifik Tengah (Nino 3.4) bernilai positif (lebih panas dari rata-ratanya).

(56)

Hotspot didefinisikan sebagai daerah yang memiliki suhu permukaan relatif lebih tinggi dibandingkan daerah disekitarnya berdasarkan ambang batas suhu tertentu yang terpantau oleh satelit penginderaan jauh.

Iklim adalah cuaca rata-rata atau keadaan cuaca jangka panjang pada suatu daerah, meliputi kurun waktu beberapa bulan atau beberapa tahun.

Kelembaban Udara adalah keadaan lembab udara berhubungan dengan adanya uap air di dalamnya.

Pola angin konvergen adalah pola angin secara horizontal yang mengumpul dari beberapa garis angin, sehingga menimbulkan perlambatan kecepatan angin. Pada wilayah ini biasa terjadi hujan lebat, petir maupun angin kencang.

La Nina adalah kebalikan dari El Nino, ditandai dengan anomali suhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di Equator Pasifik Tengah (Nino 3.4)

Siklon adalah daerah sebaran tekanan atmosfer yang di pusatnya berupa daerah tekanan rendah. Dalam peta pengamatan permukaan dikenali sebagai sistem isobar tertutup berbentuk hampir lingkaran melingkari daerah tekanan rendah. Di sekitar siklon angin bertiup dengan arah berlawanan jarum jam bila siklon di belahan bumi utara, dan searah jarum jam bila siklon di belahan bumi selatan.

Stasiun Meteorologi adalah unit kerja yang menangani tugas dalam bidang meteorologi.

Suhu Muka Laut adalah suhu yang diukur pada lapisan permukaan laut.

Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat kolom udara yang tegak lurus pada bidang di bawahnya.

Troposfer adalah Lapisan terbawah dari atmosfer, Troposfer dipisahkan dari lapisan atasnya (stratosfer) oleh tropopause. Tebal troposfer di Khatulistiwa ±16 km, di daerah antara khatulistiwa dan kutub sekitar ±11 km, dan di kutub kurang dari 8 km. Temperatur udara di troposfer manurun dengan bertambahnya ketinggian pada permukaan bumi, temperatur rata – rata 20ºC, dan pada ketinggian sekitar 5 km temperatur udara mencapai 0ºC. Segala macam fenomena cuaca seperti hujan, awan, angin, badai dan petir terjadinya pada lapisan ini.

Buletin Cuaca Provinsi Kalimantan Barat

(57)
(58)

Gambar

Gambar 1.1 Analisis Suhu Muka Laut Bulan Juli 2018 (Sumber : www.esrl.noaa.gov)
Gambar 1.2 Analisis Pola Angin Bulan Juli 2018 (Sumber : www.esrl.noaa.gov)
Gambar 1.3 Prakiraan Anomali Suhu Muka Laut Agustus 2018 - Januari 2019 (Sumber : www.bmkg.go.id)
Gambar 1.4 Prakiraan Angin 3000 ft Dasarian I 2018 (Sumber : www.bmkg.go.id)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bila seorang ibu, karena takut akan diketahui orang bahwa ia telah melahirkan anak, menempatkan anaknya itu untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud

[r]

3) Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat 4) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana 3. Model yang dikemukan oleh Merilee S. Model

Contoh lain hubungan spasial yang seharusnya terjadi pada objek-objek dalam basis data spasial PBB adalah: objek pada layer bidang mempunyai hubungan tidak boleh berpotongan

Tidak benar, bahwa sistem bilangan biner digunakan dalam sistem digital atau sistem digital hanya dapat mengasumsikan nilai yang berlainan.. Sistem bilangan biner tidak digunakan

Iluminasi pada naskah Serat Ambiya Skriptorium HB V mengandung makna simbolis, yaitu: (1) visualisasi simbolis berkaitan dengan kisah dalam teks; (2) gerbang

Dari Analisis penangkapan radikal bebas dan kapasitas antioksidan dari ekstrak teh terhadap lima jenis teh, yang dibedakan berdasarkan tingkat proses fermentasi menunjukan