HUBUNGAN ANTARA GEJALA MENOPAUSE DENGAN
KUALITAS HIDUP PEREMPUAN KLIMAKTERIK
Yanita Trisetiyaningsih
*)ABSTRACT
Background: World Health Organization (WHO) defines the climacteric as a phase where
there is a transition between the reproductive phase to the non-reproductive phase. At the time this will happen climacteric hormonal changes in women. Physical and psychological changes during climacterium phase could influence quality of life in climacteric women. Eighty percent of the women reported any discomfort that occurs when the climacteric symptoms such as headaches, sexual problems, tachycardia, hot flushes, sweating and insomnia that can significantly decrease the quality of live
Purpose: The purpose of the study was correlation between menopausal symptom with
quality of life in climacteric women.
Methods: The study was quantitave research which cross sectional design. In this study
population to be used are all climacteric women aged 45-60 years in Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman, Yogyakarta. Sampling was done by simple random sampling method.The sample was 88 subjects Data collection used Menopause Rating Scale (MRS) and the WHOQOL-BREF. The analysis used is Spearman rank correlation test.
Result: The most frequent symptoms of 11 composing the MRS (n-88) was muscle and joint
problems (78.6%). 44 (50%) experienced mild menopausal symptoms, 32 (36.4%) had moderate symptoms of menopause. Quality of life for the majority of respondents have a good quality of life for as many as 59 (67.1%)There is a significant relationship between menopausal symptoms with quality of life (p<0,05).
Keyword : menopause symptom, quality of life, climacteric women
3
*) Dosen Prodi Keperawatan STIKes Ahmad Yani Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Menopause merupakan hal yang secara fisiologis akan dialami oleh seorang perem-puan. Perempuan akan mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Adanya perubahan perubahan tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup perempuan di masa klimakterium. Delapan puluh persen perempuan melaporkan adanya ketidak-nyamanan gejala yang terjadi saat klimakterium
seperti sakit kepala, masalah seksual, takikardi,
hot flushes, berkeringat dan insomnia yang
secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup1.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil bahwa 22,7% perempuan klimakterik tanpa gejala, 36,4% mengalami gejala yang sedang sehingga diper-lukan modifikasi perilaku dan gaya hidup, dan 36,4% mengalami gejala yang berat. Selain
gejala klimakterik, dalam penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa 30% wanita klimakterik mengalami gangguan fisik, 10% mengalami gangguan psikologis dan 15% mengalami stress2. Untuk itu diperlukan proses adaptasi
terhadap berbagai masalah dan perubahan selama masa klimakterium sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup perempuan klimakterik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gejala menopause antara lain gaya hidup, etnis, status menstruasi, status sosial ekonomi, kejadian negatif di masa lalu, sumber personal dan kepribadian3,4. Gejala menopause dan kualitas
hidup perempuan klimakterik merupakan konsep yang berhubungan erat. Berat ringan-nya gejala menopause yang dialami oleh perempuan klimakterik akan berdampak terhadap kualitas hidup.
WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan norma yang ada dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedulian selama hidupnya 5.
Beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup yaitu Usia, Lama menopause, Gejala menopause, Status pernikahan, Tingkat Pen-didikan, Penghasilan, Pekerjaan, Status kese-hatan, Asuransi kesekese-hatan, Paritas 6.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan non eksperimental dengan rancangan cross
sectional (potong lintang). Dalam penelitian ini
populasi yang akan digunakan adalah semua perempuan klimakterik usia 45-60 tahun di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gam-ping Sleman Yogyakarta. Sampel yang dibutuh-kan berjumlah 88 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random
sampling.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain bersedia menjadi responden, Berstatus menikah, Telah mengalami tanda dan gejala
klimakterium, Tidak menggunakan terapi sulih hormon, Tidak merokok, Tidak melakukan histerektomi, Tidak dilakukan ooforektomi, Bersedia ikut proses penelitian sampai akhir, BMI <30 kg/m2, Tidak bekerja di unit pelayanan
kesehatan, Tidak memiliki penyakit kronis seperti hipertensi, DM, penyakit jantung, gagal ginjal, dan Mampu membaca dan menulis. Sedangkan Kriteria eksklusi dari penelitian ini meliputi Mempunyai gangguan mental dan fisik, Tidak mengikuti proses penelitian sampai akhir.
Tehnik pengambilan data dengan meng-gunakan kuesioner tentang Kualitas hidup dalam penelitian ini diukur dengan meng-gunakan kuesioner World Health Organization
Quality of Life-Bref (WHOQOL-BREF) yang terdiri
atas empat domain yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Uji statistik analisis data menggunakan korelasi Spearman Rank
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Distribusi frekuensi karakteristik respon-den secara keseluruhan ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Usia Menarche, Usia Menopause, Lama Menopause, Status Pernikahan, Tingkat Pendidikan, Penghasilan, Peker-jaan, Asuransi Kesehatan, Paritas (n=88)
Karakteristik Mean±SD (Min‐Max) n (%) Usia Saat ini (tahun) 51,4±4,63 (45‐60) Usia Menarche (tahun) 13,5±1,48 (10‐18) Usia Menopause (tahun) (n=45) 49,4±3,78 (40‐55) Lama Menopause Belum Menopause 43 (48,9%) Menopause < 5 tahun 24 (27,2%) Menopause ≥ 5 tahun 21 (23,9%) Status pernikahan Menikah 71 (80,7%) Janda Mati 15 (17%) Cerai 2 (2,3%)
B. Gambaran Gejala Menopause pada
Perempuan Klimakterik
Gejala perimenopause diukur dengan menggunakan kuesioner menopause rating
scale (MRS). Angka kejadian gejala perime-nopause pada perempuan klimakterik
di-tampilan dalam tabel 2.
Tabel 2 Angka Kejadian Gejala Perimenopause Pada Perempuan Klimakterik di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa keluhan/gejala perimenopause yang paling banyak dialami oleh perempuan klimakterik adalah rasa tidak nyaman pada persendian dan otot (78,4%). Sedangkan gejala
peri-menopause yang sedikit dialami oleh
responden adalah masalah pada sistem perkemihan (31,8%). Masalah seksual yang berupa perubahan gairah dan aktifitas seksual serta rasa kering pada vagina dialami oleh responden sebesar 64 orang (72,7%) dan 46 orang (52,3%).
Gambaran gejala menopause pada pe-rempuan klimakterik ditampilkan dalam tabel 3.
Tabel 3 Gambaran Kualitas Hidup Perempuan Klimakterik di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman (n=88)
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa 44 orang (50%) perempuan klimakterik mengalami gejala menopause kategori ringan, dan 4 orang (4,5%) memiliki gejala menopause berat. Pendidikan Rendah (≤SD) 34 (38,6%) Sedang (SMP‐SMA) 48 (54,5%) Tinggi ( ≥ Diploma/ Strata 1) 6 (6,9%) Penghasilan Lebih dari UMK (≥Rp 1.127.000) 45 (51,1%) Kurang dari UMK (<Rp 1,127.000) 43 (48,9%) Pekerjaan Bekerja 39 (43,2%) Tidak bekerja 49 (56,8%) Asuransi Kesehatan Punya 46 (52,3%) Tidak punya 42 (46,7%) Paritas Nullipara (anak hidup 0) 4 (4,5%) Primipara (anak hidup 1) 9 (10,2%) Multipara (anak hidup ≥2) 75 (85,3%)
No Item Jumlah
(n) Persen tase (%) 1 Badan terasa sangat panas, berkeringat (hot flushes) 33 37,5% 2 Rasa tidak nyaman pada jantung (detak jantung tidak biasa, jantung berdebar debar) 37 42% 3 Masalah tidur (susah tidur, susah untuk tidur nyenyak, bangun terlalu pagi 54 61,4% 4 Perasaan tertekan (merasa tertekan, sedik, mudah menangis, tidak bergairah, mood yang berubah ubah) 56 63,6% 5 Mudah marah (merasa gugup, rasa marah, agresif) 63 71,6% 6 Rasa resah (rasa gelisah, panik) 62 70,5% Gejala Menopause n (%) Tidak ada/sedikit 8 (9,1%) Ringan 44 (50%) Sedang 32 (36,4%) Berat 4 (4,5%) 7 Kelelahan fisik dan mental (menurunnya kinerja secara umum, berkurangnya daya ingat, menurunnya konsentrasi, mudah lupa) 65 73,9% 8 Masalah masalah seksual (perubahan gairah seksual, aktifitas seksual dan kepuasan seksual) 64 72,7% 9 Masalah masalah pada kandungan dan saluran kemih (sulit buang air kecil, sering buang air kecil, buang air kecil tidak terkontrol) 28 31,8% 10 Kekeringan pada vagina (rasa kering atau terbakar pada vagina, kesulitan berhubungan intim) 46 52,3% 11 Rasa tidak nyaman pada persendian dan otot (sakit persendian, keluhan rematik) 69 78,4%
C. Gambaran Kualitas Hidup perempuan
Klimakterik
Distribusi frekuensi karakteristik responden secara keseluruhan ditampilkan dalam tabel 2.
Tabel 4 Gambaran Kualitas Hidup Perempuan Klimakterik di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman (n=88)
Kualitas hidup sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup baik sebanyak 59 (67,1%). WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan norma yang ada dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepe-dulian selama hidupnya5. Menurut WHO,
kualitas hidup bisa diukur melalui 4 domain utama yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
6. Hubungan Antara Gejala Menopause
dengan Kualitas Hidup
Hasil uji korelasi Spearman-Rank untuk variabel gejala menopause, tingkat pen-didikan, penghasilan ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Antara Gejala Menopause, Tingkat Pendidikan, Penghasilan dengan Kualitas Hidup (n=88)
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara gejala menopause dengan kualitas hidup perempuan klimak-terik. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Senba & Matsuo (2010) yang menyatakan bahwa gejala menopause berpengaruh secara negatif terhadap kualitas hidup perempuan klimakterik namun perubahan kualitas hidup yang terjadi tidak terlalu signifikan. Hasil yang sama juga disampaikan dalam penelitian Poomalar & Arounassalame (2013) yang menyatakan bahwa gejala menopause berdampak negatif terhadap kualitas hidup perempuan perimenopause dan postmenopause.
Onset menopause tidak terjadi secara tiba tiba, tetapi didahului oleh menstruasi dan siklus haid yang tidak teratur. Gejala menopause yang dialami oleh perempuan klimakterik akan berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Ghany (2009) perbedaan gejala menopause diakibatkan oleh per-bedaan jumlah reseptor estrogen alpha dan beta yang mengakibatkan efek biologik pada jaringan serta reaksi individual yang di-akibatkan oleh kadar estrogen yang rendah. Selain itu ada tiga faktor yang berperan dalam terjadinya gejala menopause, antara
Karakteristik n (%) Kualitas Hidup Cukup (25‐49) 29 (32,9%) Baik (50‐74) 59 (67,1%) Variabel Kualitas Hidup p‐ value R
Cukup Baik Sangat Baik n (%) n (%) n (%) Gejala menopause Tidak ada/sedikit 0 (0%) 7 (87,5%) 1 (12,5%) Ringan 3 (6,8%) 39 (88,6%) 2 (4,6%) 0,047 ‐0,189 Sedang 6 (18,8%) 25 (78,1%) 1 (3,1%) Berat 0 (0%) 4 (100%) 0 (0%)
lain menurunnya fungsi ovarium, faktor sosial budaya dari lingkungan dan faktor psikologis perempuan klimakterik.
Keluhan/gejala perimenopause yang paling banyak dialami oleh perempuan klimakterik adalah rasa tidak nyaman pada persendian dan otot (78,4%). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Li et al (2012) terhadap perempuan usia 40-65 tahun didapatkan hasil bahwa gejala yang muncul pada perempuan pramenopause antara lain kelelahan (33,54%), insomnia (28,99%), dan rasa tidak nyaman pada sendi dan otot (28,01%). Sedangkan gejala yang muncul pada saat perimenopause antara lain ke-lelahan (46,84%), insomnia (44,67%), dan rasa tidak nyaman pada sendi dan otot (43,80%). Pada masa pasca menopause gejala yang muncul berupa masalah seksual (57,05%), rasa tidak nyaman pada per-sendian dan otot (53,29%), dan insomnia (51,02%). Dari beberapa hasil penelitian yang sebelumnya dapat diketahui bahwa keluhan yang paling banyak dialami oleh perempuan klimakterik adalah keluhan fisik, berupa rasa sakit pada persendian dan otot. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2011) menya-takan bahwa domain fisik merupakan do-main tertinggi dalam keluhan menopause.
Gejala menopause yang terjadi bisa disebabkan oleh adanya penurunan hormon estrogen, atau karena stressor atau penyakit lain yang muncul karena faktor penuaan. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Silva & Tanaka (2013) bahwa gejala fisik dan psikologis yang muncul pada masa meno-pause tidak selalu dihubungkan dengan tingkat hormon seksual pada perempuan, tetapi kemungkinan berhubungan dengan proses penuaan. Silva & Tanaka (2013) juga menyatakan bahwa selain fluktuasi faktor hormonal, gejala menopause bisa terjadi karena faktor lain seperti usia, gangguan peran di masyarakat, stress sehingga bisa
merubah emosi dan status kesehatan pe-rempuan.
Gejala menopause dan kualitas hidup perempuan klimakterik merupakan konsep yang berhubungan erat. Berat ringannya gejala menopause yang dialami oleh pe-rempuan klimakterik akan berdampak ter-hadap kualitas hidup. Dalam penelitian ini sebagian besar responden mengalami gejala menopause tingkat ringan, sedang, dan berat mempunyai kualitas hidup yang baik. Bahkan 3 orang yang mempunyai gejala menopause ringan justru memiliki kualitas hidup cukup. Lain halnya dengan 4 orang responden yang memiliki gejala menopause berat justru memiliki kualitas hidup yang baik.
Perempuan klimakterik yang masuk dalam responden penelitian ini berusia antara 45-60 tahun. Dalam rentang usia tersebut, secara fisiologis seorang wanita telah mengalami penurunan fungsi hormon reproduksi sehingga berpengaruh dalam siklus menstruasi sampai akhirnya berhenti pada satu masa dimana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi lagi (meno-pause). Pada rentang usia tersebut gejala atau keluhan yang muncul menopause sudah mulai muncul. Untuk itu diperlukan ke-siapan mental dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang muncul dalam menghadapi masa menopause. Ketidak-nyamanan akibat perubahan fisik dan psi-kologis dapat mempengaruhi kualitas hidup perempuan. Perubahan kualitas hidup perempuan klimakterik juga akan ber-dampak pada kehidupan pasangannya.
Menurut penelitian Larasati (2008), kualitas hidup yang tinggi dapat dilihat dari subyek yang mampu mengenali diri sendiri (menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki), mampu beradaptasi dengan kon-disi menopause yang dialaminya, dapat merasakan penderitaan orang lain,
mempu-nyai subyek kasih sayang, bersikap optimis, dan mampu mengembangkan sikap empati. Penelitian Han et al (2003) menyatakan bahwa kualitas hidup yang tinggi ditunjuk-kan dengan sedikit perasaan adanya rin-tangan dalam bertindak, tingginya peneri-maan diri, dan perilaku promosi kesehatan. Selain itu juga berhubungan dengan per-sepsi kesehatan, aktivitas yang baik, du-kungan sosial, dan komitmen yang besar untuk merencanakan tindakan.
Perempuan yang mengalami gejala menopause dalam kategori ringan dan sedang akan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sehingga tidak menurunkan kualitas hidup. Selain itu ada beberapa faktor lain yang mempenga-ruhi kualitas hidup perempuan klimakterik. Menurut Nazir (2006) ada beberapa faktor yang menentukan kualitas hidup yaitu Usia, Lama menopause, Gejala menopause, Status pernikahan, Tingkat Pendidikan, Peng-hasilan, Pekerjaan, Status kesehatan, Asu-ransi kesehatan, Paritas 6.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Variabel gejala menopause berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup perem-puan klimakterik.
Saran
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan per-lunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang gejala menopause dan kualitas hidup perem-puan klimakterik dibedakan masing masing fase menopause (premenopause, perimenopause, dan postmenopause)
KEPUSTAKAAN
1. Blumel, JE, Branco, CC, Binfa, L., Gramegna, G., Tacla, X., Aracena, B., et al .. 2000 Quality of Life after the menopause: A Population Study. Maturity, 34, 17 -23
2. Senba N, Matsuo H. Effects of a health education program on climacteric women. Climacteric. 2010; 13: 561-569
3. Binfa. L., Munoz. L., Vergara, et al. Influence of psychosocial factors on climacteric symptoms. Maturitas. 2004; 48:425-31 4. Smith-Di Julio. K.., Woods. N.F., Mitchell.
E.S. Well being during the menopausal trantition and early postmenopause : a within stage analysis. Women’s health
issues. 2008; 18:310-18
5. WHO. 1994. Quality of life assessment:
International perspectives. Berlin: Springer
6. Nazir, K.A. 2006. Penilaian kualitas hidup pasien pasca bedah pintas koroner yang menjalani rehabilitasi fase III dengan menggunakan SF-36. Jakarta : Universitas Indonesia
7. Hanafi, Z.Z., 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara pasca kemoterapi adjuvan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis Paripurna. Bagian Ilmu Bedah Fk UGM Yogyakarta
8. Geiger, A.M., West, C.N., Nekhlyudov, L., Herrinton, L.J. Contentment With Quality of Life Among Breast Cancer Survivors with and Without Contralateral Prophylactic Mastectomy. J Clin Oncol 2006;24:1350-1356 9. Ozkan, S., Alatas, e.R.m Zencir, M. Women’s Quality of Life in the Premenopausal and Postmenopausal Women. Quality of Life
Research (2005)14:1795-1801
10. Kalarhoudi, M.A., Taebi, M., Sadat, Z., Saberi, F. Assessment of quality of life in menopausal periods : A population study in Kashan, Iran. Iran Red Crescent Med J. 2011; 13(11):811-817
11. Silva, A.R., Tanaka, A.C.D. Factors associated with menopausal symptom severity in middle-aged Brazilian women from the Brazilian western Amazon. Maturitas. 2013; 76: 64-69
12. Senba N, Matsuo H. Effect of a health education program on climacteric women.
Climacteric. 2010; 13: 561-569
13. Poomalar., Arounassalame, B. The Quality of life during and after menopause among rural women. Journal of clinical and
diagnostic Research.2013. january,
vol:7(1):135-139
14. Ehsanpour, S., Eivazi, M., Davazdah., Emami, SH. Quality of life after menopause and its relation with marital status. Iranian Journal
of Nursing and Midwifery Research. 2007;12:
130-5
15. Pearson, R.G. 1990. Counselling and social
support; Perspective and Application.
Mc.Graw Hill Companies. New York
16. Baltimore, M., Brynes, G., Watkins, C. 2004.
Approaching Menopause. Diakses tanggal
25 April 2013 dari http:// baltimorepsych.com/menopause
17. Taylor, S.E. 1995. Health Psychology. 3rd
edition. United States of America: Mc Graw-Hill
18. Hanafi, Z.Z., 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara pasca kemoterapi adjuvan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis Paripurna. Bagian Ilmu Bedah Fk UGM Yogyakarta
19. Sumanta, Aryandono, T. 2008. Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Mammae pasca Operasi di RS Sardjito. Dalam Karya Ilmiah Paripurna PPDS I Ilmu Bedah FK UGM 20. Meyers, C.A., Weitzner, M.A., Stuebing,
K.K., Saleeba, A.K. 1997. Relationship between Quality of Life and Mood in Long Term Survivors of Breast Cancer Treated with Mastectomy. Departement of Neuro Oncology, Texas University. Supportive care
in Cancer. 5(3):241-8
21. Indiati, A., Haditono, S.R., Hadi, S. Sikap wanita terhadap menopause : ditinjau dari kondisi dan status kerja. Berkala Penelitian
Pascasarjana. UGM. 2001.Vol.4 No 2A,
323-339
22. Fitriana, N. 2011. Hubungan antara Kualitas Hidup Wanita yang Mengalami Gejala Menopause dengan Tingkat Depresi di Kelurahan Tamantirto Kasihan bantu. UGM. Yk. Skripsi yang tidak dipublikasikan