• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Vulva dan Sitologi Vagina...Indri Nurfitriani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Vulva dan Sitologi Vagina...Indri Nurfitriani"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Karakteristik Vulva dan Sitologi Sel Mucus Dari Vagina Fase Estrus Pada Domba Lokal

Vulva Characteristics And Cytology Cell Mucus from Vagina Phase Estrous On Local Sheep

Indri Nurfitriani*, Rangga Setiawan**, Soeparna**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015

** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: indrinurfitriani@yahoo.com

Abstrak

Fase estrus merupakan fase terpenting dari siklus estrus sebagai patokan waktu dalam proses perkawinan ternak sehingga fase estrus perlu diketahui. Fase estrus dapat diketahui dengan melihat karakteristik estrus domba lokal dari perubahan warna vulva, pembengkakan vulva dan ukuran sel mucus vagina. Penelitian mengenai karakteristik estrus domba lokal ini dilaksanakan di Breeding Station dan Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada Bulan Februari 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna vulva, pembengkakan vulva dan ukuran sel-sel mucus vagina yang terjadi saat domba lokal estrus. Hasil penelitian menunjukan bahwa domba lokal mengalami perubahan-perubahan saat estrus yaitu warna vulva menjadi lebih merah dengan nilai indikator warna 23,48±1,09, celah vulva lebih panjang 10% dengan ukuran 3,03±0,55 cm, dan sel superficial dengan ukuran 840 ± 277 µm2. Perubahan tersebut disebabkan oleh meningkatnya estrogen dalam tubuh ternak selama estrus, sehingga menyebabkan perubahan fisiologis dan tingkah laku ternak tersebut yang lebih lanjut menstimulasi kesiapan proses perkawinan. Kesimpulannya adalah saat estrus domba lokal memiliki warna vulva yang lebih merah, celah vulva yang lebih panjang dan ukuran sel superficial yang lebih besar.

Kata Kunci : Domba lokal estrus, vulva, sitologi vagina

Abstract

Estrous phase in sheep is the most important phase of the estrous cycle as a benchmark time in the animal mating process. Estrous phase can be determined by looking at the characteristics physiological level including discoloration of vulva, swelling of vulva, and the size of vaginal mucus cell. The research was conducted at Breeding Station and Reproduction Animal and Artificial Insemination Laboratory in February 2015. The purpose of this research was to know the change of vulva color, vulva biometry, and vaginal cells size in estrous phase. The result showed that vulva color, vulva biometry and vaginal cells size are changing during estrous. Vulva color becomes more redness by 23,48±1,09 of indicator colors paper, vulva biometry becomes 3,03±0,54 cm, more longer 10% than non-estrous phase, and superficial cells size is 840±276 µm2. The changes are caused by the increasing of estrogen in the body steam of local sheep that leads to the change of estrous behavior and physiological, furthermore it stimulates the readiness of mating process. In conclusion, estrous phase in local sheep is that its vulva more rednes, vulva biometry more longer, and superficial cells size more larger than non-estrous phase.

(2)

2 PENDAHULUAN

Estrus merupakan suatu kondisi saat ternak betina bersedia dikawini ternak jantan. Periode estrus tersebut merupakan periode yang paling penting dari siklus estrus atau periode estrus sebagai patokan waktu dalam proses perkawinan terutama yang dilakukan melalui inseminasi buatan. Ketepatan waktu kawin ini akan mempengaruhi persentase kebuntingan ternak tersebut. Jika waktu kawin atau periode estrus ini terlewat maka peternak harus menunggu periode estrus berikutnya. Kondisi tersebut menyebabkan nilai lambing interval dan days open semakin panjang sehingga efisiensi reproduksi menjadi rendah.

Periode estrus pada ternak dapat diketahui melalui pengamatan visual atau menggunakan alat bantu. Pengamatan visual merupakan metode deteksi estrus yang paling umum digunakan. Pengamatan visual ini berdasarkan pada perubahan tingkah laku ternak betina yang estrus umumnya menunjukan gelisah atau tidak tenang, berusaha untuk menaiki betina lainnya, diam apabila dinaiki betina lain atau jantan dan nafsu makan menurun. Selain perubahan tingkah laku, pengamatan visual juga didasarkan atas perubahan secara fisik seperti vulva yang merah, hangat, bengkak, dan lendir terlihat jelas. Perubahan fisik yang tampak dari luar dan tingkah laku tersebut dijadikan dasar oleh peternak untuk mendeteksi ternak yang sedang estrus. Pengamatan secara visual akan mengalami kesulitan apabila ternak betina menunjukan kondisi silent heat.

Periode estrus juga dapat diketahui menggunakan alat bantu. Penggunaan alat pendeteksi estrus seperti tail paint, tail head markers, dan chin-ball markers terkendala pada harga alat yang relatif mahal dan memerlukan keterampilan khusus.

Fase estrus pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem hormonal tubuh ternak. Sistem hormonal yang mempengaruhi estrus berpusat pada hormon gonadotropin dari hipofisa anterior dan hormon ovarial yaitu FSH dan estrogen. Perubahan FSH dan estrogen dalam darah menyebabkan perubahan fisiologis tubuh ternak yang dimanifestasikan pada perubahan fisik berupa pembengkakan vulva maupun vulva berwarna merah. Perubahan juga terjadi pada komposisi tipe sel mucus dari vagina.

BAHAN DAN METODE 1. Bahan

Bahan penelitian ini adalah domba lokal betina yang tidak bunting sebanyak 31 ekor. Penentuan domba bunting dan tidak bunting dilakukan dengan perabaan dan menggunakan deagest dect. Domba tersebut disinkronisasi estrus menggunakan vagina spons yang berisi hormon progesteron 20 mg agar fase estrus domba-domba tersebut seragam sehingga mempermudah dalam pengamatan.

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai karakteristik vulva dan sitologi sel mucus dari vagina fase estrus pada domba lokal. Data yang dikumpulkan terdiri dari data ukuran panjang celah vulva, ukuran warna vulva, dan ukuran sel-sel mucus dari vagina selama 7 hari pengamatan.

(3)

3 Prosedur Pengukuran Celah Vulva

Pengukuran celah vulva dilakukan menggunakan jangka sorong. Panjang celah vulva ditentukan sebagai garis yang tegak lurus terhadap lantai pelvis (Damayanti dan Ismudiono, 2014). Pengukuran panjang celah vulva dilakukan setiap pagi selama 7 hari.

Prosedur Pengkuran Warna Vulva

Warna vulva diukur menggunakan kertas indikator warna merah SalmoFanTM yang ditempelkan pada vulva sehingga didapat nomor warna pada indikator tersebut. Indikator warna yang digunakan terdiri atas 15 warna. Pengukuran warna vulva dilakukan setiap pagi selama 7 hari.

Prosedur Pengambilan Ulasan Vagina

Pengambilan ulasan vagina menggunakan cotton bud yang digerakan memutar untuk mendapatkan lendir yang mengandung sel-sel mucus vagina. Cotton bud tersebut diulaskan searah pada gelas objek yang telah disediakan.

Prosedur Pewarnaan Giemsa

Preparat ulas diwarnai menggunakan pewarna Giemsa. Langkah pertama yang dilakukan yaitu merendam preparat ulas dengan metanol selama 5 menit. Kemudian preparat ulas direndam dengan larutan Giemsa da buffer selama 20 menit. Setelah itu preparat ulas dicuci dengan larutan buffer sebanyak 2 kali lalu dikeringkan (Millipore, 2013).

Prosedur Evaluasi Mikroskopis

Preparat ulasan vagina yang telah diwarnai Giemsa diamati menggunakan mikroskop inverted. Mikroskop tersebut terhubung dengan komputer menggunakan software DP2-BSW. Komputer tersebut akan menyimpan gambar ulasan vagina yang kemudian akan diidentifikasi jenis dan ukuran sel-sel dari mucus vagina tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perubahan Warna Vulva Domba Lokal Saat Estrus

Perubahan warna vulva merupakan salah satu perubahan yang terjadi pada alat kelamin luar domba lokal saat estrus. Alat kelamin luar atau vulva mengalami perubahan sebagai manifestasi birahi secara fisik salah satunya vulva berwarna merah (Tita dan Ismudiono, 2014). Hasil Pengamatan warna vulva domba lokal menggunakan indikator warna terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Warna Vulva Domba Lokal Waktu

Pengamatan

Warna Vulva Nilai Minumum Nilai Maksimum

Hari ke-1 22,94±1,50 21 27 Hari ke-2 23,32±0,91 21 25 Hari ke-3 23,48±1,09 21 25 Hari ke-4 23,16±1,51 20 28 Hari ke-5 21,13±1,12 20 25 Hari ke-6 21,06±0,81 20 23 Hari ke-7 20,65±0,55 20 22

(4)

4 Berdasarkan tabel tersebut, perubahan warna vulva domba lokal pada hari ke-1 sampai hari ke-3 mengalami kenaikan dengan nilai indikator warna sebesar 22,94±1,50 dan 23,48±1,09. Warna vulva domba lokal tersebut mencapai nilai tertinggi pada hari ke-3 yaitu 23,48±1,09 sehingga hari ke-3 disimpulkan sebagai waktu estrus domba lokal karena warna vulva domba lokal saat estrus menjadi lebih merah dibandingkan dengan saat domba lokal tersebut tidak estrus. Penelitian sebelumnya pada kambing bligon juga menunjukan hasil yang sama yakni warna vulva kambing bligon lebih merah saat kambing bligon tersebut estrus (Widiyono dkk., 2011).

Perubahan warna vulva domba lokal memiliki keterkaitan dengan hormon estrogen yang cenderung meningkat pada fase estrus. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat bahwa estrogen merangsang penebalan dinding vagina, peningkatan vaskularisasi sehingga alat kelamin bagian luar mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, dan peningkatan sekresi vagina sehingga dijumpai adanya lendir menggantung di vulva atau menempel di sekitarnya (Frandson et al., 2003). Kenaikan level estrogen berhubungan dengan memerah dan membengkaknya vulva saat estrus yang merangsang aliran darah ke saluran reproduksi dan organ genital terkait (Saara et al., 2011).

Tingginya estrogen saat domba lokal estrus menyebabkan jaringan pembuluh darah bertambah banyak sesuai dengan perkembangan saluran reproduksi dan pada saat yang sama estrogen meningkatkan aliran darah ke saluran reproduksi. Oleh karena itu, pada hari ke-3 saat estrus vulva domba lokal menunjukan warna yang lebih merah. Perubahan warna vulva tersebut dapat dilihat pada ilustrasi 4.

Ilustrasi 4. Grafik Warna Vulva Domba Lokal

Selanjutnya, sejak hari ke-3 setelah estrus warna merah vulva menurun. Penurunan warna merah tersebut kemungkinan terkait kadar estrogen yang menurun setelah estrus. Kadar estrogen dalam darah domba Finnish Landrace estrus 3,9±0,5 pg/ml dan tidak estrus 2,7±0,3 pg/ml, sementara pada domba Scottish Blackface kadar estrogen saat estrus 3,4±0,5 pg/ml dan tidak estrus 3,0±0,8 pg/ml (Scaramuzzi and Land, 1978). Estrogen menurun sebagai akibat dari mekanisme umpan balik yang terjadi pada tubuh ternak selama siklus estrus (Toelihere, 1979). 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 7 nilai warna hari Estrus

(5)

5 4.2 Perubahan Celah Vulva Domba Lokal saat Estrus

Salah satu pembengkakan pada alat reproduksi ternak betina saat estrus terjadi di bagian vulva. Pembengkakan tersebut dapat dilihat dengan bertambahnya ukuran celah vulva. Hasil pengamatan pada tabel 5 dan ilustrasi 5 menunjukan bahwa celah vulva domba lokal mengalami pertambahan ukuran dari hari ke-1 sampai hari ke-3, namun mengalami penurunan kembali dari hari ke-4 sampai hari ke-7.

Hari ke-1 menunjukan ukuran celah vulva terkecil yang berarti domba lokal belum estrus. Kecilnya ukuran celah vulva hari ke-1 bila dibandingkan dengan hari-hari selanjutnya disebabkan oleh meskipun spons vagina berisi progesteron yang dipasang intravaginal telah dicabut namun kemungkinan pengaruh progesteron masih ada. Progesteron yang tinggi dalam darah akan menekan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofise anterior sehingga pertumbuhan folikel ovari terhambat. Akibatnya pertumbuhan folikel dan produksi estrogen terhambat pula yang menyebabkan ternak tidak menunjukkan tanda-tanda berahi (Umi dan Praharani, 2013).

Tabel 5. Rataan Panjang Celah Vulva Domba Lokal Waktu

Pengamatan

Panjang Celah Vulva

Nilai Minimum Nilai Maksimum . ...cm ... Hari ke-1 2,75 ± 0,55 1,775 3,875 Hari ke-2 2,91 ± 0,42 1,940 3,660 Hari ke-3 3,03 ± 0,55 1,990 3,960 Hari ke-4 2,97 ± 0,42 1,980 3,960 Hari ke-5 2,96 ± 0,43 2,100 3,895 Hari ke-6 2,95 ± 0,44 2,080 3,660 Hari ke-7 2,94 ± 0,36 1,990 3,480

Ilustrasi 5. Grafik Panjang Celah Vulva Domba Lokal 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.85 2.9 2.95 3 3.05 3.1 1 2 3 4 5 6 7 cm hari Estrus

(6)

6 Pertambahan ukuran celah vulva mulai terlihat sejak hari ke-2. Panjang celah vulva hari ke-2 yaitu 2,91±0,42 cm. Ukuran celah vulva tersebut betambah 6% dari ukuran celah vulva hari ke-1 yaitu 2,75±0,54 cm. Hal tersebut mungkin disebabkan pengaruh progesteron yang benar-benar berkurang setelah pencabutan spons. Berkurangnya progesteron merangsang sekresi FSH untuk pembentukan folilek de Graaf. Folikel yang tumbuh menghasilkan cairan folikel yang salah satu komponennya yaitu estrogen. Estrogen dari folikel de Graaf menimbulkan gejala-gejala klinis dan perilaku estrus pada ternak. Gejala-gejala tersebut meliputi keratinisasi epithel vagina, peninggian vaskularitas, pembengkakan, dan pertumbuhan endometrium, uterus dan serviks, dan peninggian sensitivitas dan ampllitudo kontraksi urat-urat daging uterus (Toelihere, 1979).

Puncak ukuran celah vulva terpanjang terjadi pada hari ke-3 yaitu 3,03±0,54 cm sehingga pada hari ke-3 ternak disimpulkan estrus. Ukuran tersebut lebih besar 10% dari ukuran celah vulva pada hari ke-1 yaitu 2,75±0,54 cm. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa celah vulva mengalami pertambahan ukuran saat ternak estrus. Ukuran celah vulva kambing Bligon saat estrus yaitu 3,06 cm atau lebih panjang 19% dari ukuran celah vulva kambing Bligon saat tidak estrus yaitu 2,58 cm (Widiyono dkk., 2011). Penelitian lain pada kambing Dwarf di Afrika yaitu ukuran celah vulva saat estrus 1.88±1.17 cm atau mengalami pertambahan panjang 2% dari ukuran saat tidak estrus 1.85±1.23 cm (Leigh et al., 2010).

Pertambahan ukuran celah vulva pada tabel 5 dan ilustrasi 5 menunjukan perubahan yang khas sesuai dengan perubahan warna vulva pada tabel 4 dan ilustrasi 4. Perubahan ukuran celah vulva ini sama halnya dengan perubahan warna merah vulva yang disebabkan oleh kenaikan kadar estrogen saat ternak estrus. Estrogen menyebabkan sirkulasi darah di daerah vagina meningkat sehingga akan menyebabkan warna vagina menjadi merah dan meningkatnya cairan-cairan pada sel-sel vagina yang berakibat vulva dan vagina membengkak (Ratri dkk., 2011). Ukuran celah vulva yang bertambah membuktikan bahwa saat estrus terjadi pembengkakan vulva.

Ilustrasi 4 dan 5 menunjukan bahwa sejak hari ke-1 sampai hari ke-3 persentase ternak yang estrus mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya warna vulva dan ukuran celah vulva. Perubahan warna vulva dan celah vulva tersebut menunjukan perubahan yang khas selama pengamatan. Hari ke-3 disimpulkan sebagai fase estrus domba lokal karena pada hari tersebut warna vulva dan celah vulva mengalami ukuran tertinggi.

Pernyataan lain juga menyebutkan bahwa domba berada pada fase proestrus di hari ke-1 dan 2 setelah pencabutan spons vagina kemudian fase estrus terjadi pada hari ke-3 (Toelihere, 1979). Hal tersebut didukung pula dengan data persentase domba lokal yang serviksnya terbuka pada ilustrasi 6.

Ilustrasi 6 menunjukan bahwa sejak hari ke-1 sampai hari ke-3 persentase domba lokal yang estrus mengalami peningkatan. Hari ke-3 ditetapkan sebagai fase estrus domba lokal karena pada hari tersebut persentase domba lokal yang serviksnya terbuka yaitu 100%. Domba yang estrus ditentukan berdasarkan terbukanya serviks (Kershaw et al., 2005). Domba akan menunjukkan tingkat relaksasi alami serviks pada saat domba tersebut estrus. Relaksasi serviks terjadi karena pengaruh hormon folikel pada ovarium. Relaksasi serviks tersebut mengakibatkan serviks domba akan terbuka pada saat estrus. Hormon folikel yaitu estrogen memiliki konsentrasi yang tinggi pada saat domba estrus. Estogen ini akan

(7)

7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 % hari Estrus

menyebabkan domba estrus dan ovulasi. Konsentrasi estrogen yang tinggi pula akan merangsang reseptor oksitosin pada serviks sehingga pada saat estrus serviks berelaksasi dan terbuka (Ayad et al., 2004).

Ilustrasi 6. Grafik Terbukanya Serviks Domba Lokal

Peningkatan produksi estrogen terjadi pada fase proestrus sampai estrus dan ovulasi. Lebih lanjut, pada fase setelah ovulasi, korpus luteum berfungsi dan terjadi penurunan estrogen dan kenaikan progesteron yang dibentuk oleh ovarium. Penurunan estrogen mengakibatkan serviks domba tertutup kembali dan fase estrus domba tersebut berakhir. Berkurangnya persentase serviks domba lokal yang terbuka terjadi setelah hari ke-3 yaitu pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Trend tersebut memiliki pola yang sama seperti pada trend pola warna vulva dan ukuran celah vulva.

4.3 Sitologi Epitel Vagina Domba Lokal saat Estrus

Penelitian ini menggambarkan sitologi epitel vagina pada pengukuran luas sel yang telah diwarnai menggunakan pewarna Giemsa. Sel-sel epitel vagina dikelompokan menurut lokasi keberadaan sel-sel tersebut di mukosa epitel vagina sebagai parabasal, intermediet, superficial dan keratin (Hussin, 2006). Hasil pengamatan apusan vagina terdapat pada tabel 6. Tabel 6. Rataan Ukuran Luas Sel Epitel Vagina pada Domba Lokal

Waktu Pengamatan Ukuran Luas Sel

Parabasal Intermediet Superficial Keratin ... µm2... Hari ke-1 285 ± 43 596 ± 122 731 ± 172 862 ± 385 Hari ke-2 276 ± 49 631 ± 103 782 ± 180 887 ± 153 Hari ke-3 279 ± 38 686 ± 155 840 ± 277 879 ± 199 Hari ke-4 285 ± 57 613 ± 160 750 ± 208 857 ± 182 Hari ke-5 261 ± 52 698 ± 174 726 ± 187 923 ± 187 Hari ke-6 303 ± 50 640 ± 130 713 ± 210 740 ± 158 Hari ke-7 300 ± 39 688 ± 139 693 ± 131 876 ± 199

(8)

8 Sel epitel vagina yang keberadaannya mendominasi saat estrus yaitu sel superficial. Hal itu sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan pada berbagai ternak sebelumnya. Keberadaan Sel superficial mendominasi pada sapi zebu estrus (Mingoas and Ngayam, 2009), saat babi estrus dengan persentase 51,67% (Vidal et al., 2013), dan pada kambing saat estrus dengan persentase 77,4% (Leigh et al., 2010).

Sel superficial juga mendominasi hasil apusan vagina domba lokal pada hari ke-3 yaitu sebesar 46,098% dan juga menunjukan perubahan ukuran selama fase estrus. Ukuran sel superficial bertambah besar dari hari ke-1 sampai hari ke-3 yaitu 840±276 µm2 dan ukurannya berkurang setelah hari ke-4 sampai hari ke-7. Hari ke-3 ditetapkan sebagai fase estrus dari domba lokal sesuai dengan data pengamatan warna vulva, celah vulva dan serviks. Sel-sel epitel lain yaitu sel parabasal, sel intermediet dan sel keratin tidak menunjukan perubahan ukuran yang khas selama pengamatan. Grafik hasil pengamatan ukuran sel-sel epitel tersebut dapat dilihat pada ilustrasi 7.

Ilustrasi 7. Ukuran Sel Epitel Vagina pada Domba Lokal

Tingkat estrogen yang tinggi kemungkinan terjadi pada hari ke-3 saat 100% serviks domba lokal terbuka. Estrogen adalah steroid estrogenik alamiah yang disekresikan oleh theca interna folikel de Graaf atau oleh plasenta (Toelihere, 1979). Estrogen menstimulus sel epitel vagina untuk mensintesis dan mengakumulasi glikogen dalam jumlah besar yang disimpan dalam lumen vagina (Breazile, 1971). Glikogen yang terakumulasi dalam jumlah banyak tersebut menyebabkan ukuran sel membesar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa sel-sel epitel vagina mengalami peningkatan aktivitas pada kondisi tersebut sehingga ukuran dan jumlah organel sel mengalami pembesaran. Pembesaran sel epitel bertepatan dengan peningkatan jumlah organel sitoplasma (Crawford et al., 1999). Sel-sel epitel vagina memiliki ukuran yang berbeda pada setiap fasenya. Variasi epitel vagina mungkin berhubungan dengan status fisiologis dan aktivitas hormonal hewan (Hussin, 2006).

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1 2 3 4 5 6 7 µm2 hari Parabasal Intermediet Superficial Keratin

(9)

9 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik vulva dan sitologi sel mucus dari vagina fase estrus pada domba lokal dapat disimpulkan bahwa :

1. Vulva mengalami perubahan warna dan ukuran celah pada saat domba lokal estrus. Warna vulva berubah dari warna merah pucat menjadi lebih merah dengan nilai indikator warna 23,48±1,09 dan ukuran celah vulva domba lokal saat estrus bertambah panjang sebesar 10%.

2. Sel superficial saat domba lokal estrus bertambah besar dengan ukuran sel 840±276 µm2 dan menunjukan perubahan ukuran yang khas selama pengamatan. SARAN

Hasil penelitian ini perlu divalidasi dengan penelitian lanjutan menggunakan metode dan alat ukur yang berbeda sehingga data-data penelitian tersebut dapat dijadikan acuan untuk mendeskripsikan karakteristik vulva dan sitologi sel mucus dari vagina domba lokal pada fase estrus.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada tim pembimbing dan tim Laboratorium Reproduksi Ternak dan Inseminasi Buatan atas bimbingan dan masukan yang diberikan kepada penulis dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk penyelesaian penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ayad, V. J., S. T. Leung, T. J. Parkinson, and D. C. Wathes. 2004. Coincident Increases in Oxytocin Receptor Expression and EMG Responsiveness to Oxytocin in The Ovine Cervix at Oestrus. Anim Reprod Sci 80. 237-50

Breazile, J.E. 1971. Textbook ofVeterinary Physiology. Lea and Febiger. Philadelphia. 214-308.

Crawford, J.L., B.J. McLeod,and P.R. Hurst. 1999. Cyclical Changes in Epithelial Cells of The Vaginal cul-de-sac of Brushtail Possums (Trichosurus vulpecula). The Anatomical Record Issue Volume 254. 307-321.

Frandson R. D., W. L. Wilke. and A. D. Fails. 2003.Anatomy and Physiology of Farm Animal.7th edition.LippincottWilliams and Wilkins. Philadelphia. 395-404.

Hussin, A.M. 2006. The vaginal Exfoliative Cytology of Awassi Ewes During Post-parturient Periods. Iraqi Journal Veterinary Medicine, Vol. 30(2). 130-137.

Kershaw, C. M., M. Khalid, M. R. McGowan, K. Ingram, S. Leethongdee, G. Wax, and R. J. Scaramuzzi. 2005. The anatomy of The Sheep Cervix and Its Influence on The Transcervical Passage of an Inseminating Pipette into The Uterine Lumen. Theriogenology 64. 1225-1235.

(10)

10 Leigh, O. O., A. K. Raheem, and J. A. O. Olugbuyiro. 2010. Improving the Reproductive Efficiency of the Goat: Vaginal Cytology and Vulvar Biometry as Predictors of Synchronized Estrus/Breeding Time in West African Dwarf Goat. Int. J. Morphol 28(3). 923-928.

Millipore, M. 2013. Cytodiagnosis Staining Methods. Germany. 29.

Mingoas, J. P. K. and L. L. Ngayam. 2009. Preliminary Findings on Vaginal Epithelial Cells and Body Temperature Changes During Oestrous Cycle in Bororo Zebu Cow. Int. J. Biol. Chem. Sci. 3(1). 147-151.

R. J. Scaramuzzi and R. B. Land. 1978. Oestradiol Levels in Sheep Plasma during The Oestrous Cycle. J. Reprod. Fert. (1978) 53.167-171.

Ratri R. D., Wahyuningsih, dan D.T. Widayati. 2011. Respon Estrus pada Kambing Peranakan Ettawa dengan Body Condition Score 2 Dan 3 terhadap Kombinasi Implant Controlled Internal Drug Release Jangka Pendek dengan Injeksi Prostaglandin F2 Alpha. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 5 No. 1. 11-16.

Saara, C. S., S. G. Clark, R. V. Knox, and M. A. Tamassia. 2011. Vulvar Skin Temperature Changes Significantly During Estrus in Swine as Determined by Digital Infrared Thermograph. Journal of Swine Health and Production Volume 19 Number 3. 152. Tita D. L. dan Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. Airlangga University Press.

Surabaya. 85.

Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung. 180-181.

Umi A. dan Praharani L. 2013. Pengaruh Jenis Sinkronisasi dan Waktu Penyuntikan PMSG terhadap Kinerja Berahi pada Ternak Kambing Eranakan Etawah dan Sapera. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 326-330.

Vidal, B. R., G. F. D. Silva, J. S. Santos, F. E. F. Dias, A. K. F. Lima, E. B. Viana, W. C. Neves, G. E. N. Viana, M. G. T. Gomes, and T. V. Cavalcante. 2013. Estrus Identification Through Colpocytology in Sows in Intensive Free-Range Breeding. J. Vet. Adv.3(10). 281-284.

Widiyono, I., P. P. Putro, Sarmin, P. Astuti dan C. M. Airin. 2011. Kadar Estradiol dan Progesteron Serum, Tampilan Vulva dan Sitologi Apus Vagina Kambing Bligon selama Siklus Birahi. Jurnal Veteriner Vol. 12 No. 4: 263-268.

Gambar

Ilustrasi 4. Grafik Warna Vulva Domba Lokal
Tabel 5. Rataan Panjang Celah Vulva Domba Lokal  Waktu
Ilustrasi 6. Grafik Terbukanya Serviks Domba Lokal
Ilustrasi 7. Ukuran Sel Epitel Vagina pada Domba Lokal

Referensi

Dokumen terkait

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

(BOS) based on instruction and technical in aspects of application, distribution, and stakeholders engagement in planning, forming, and reporting of BOS in SMA Negeri 37

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi /

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Menurut Syed Ahmad Hussein (1996) terdapat beberapa rumusan dan hipotisis utama yang timbul dari kajian-kajian ini yang dijadikan panduan am kepada mereka yang berminat untuk

Setiap blok penyimpanan di gudang ini hanya menampung satu jenis produk dan satu tanggal kadaluarsa, sehingga penempatan barang harus di blok yang kosong dan tidak

Bahan pembuat sambal terasi terdiri dari terasi, apakah digoreng, dibakar atau dipepes terlebih dahulu, kemudian cabai, baik cabai rawit (cengek) maupun cabai merah, garam,

Variabel independen: ukuran perusahaan, leverage, capital intensity , dan CSR Variabel dependen : Agresivitas pajak Kuriah dan Asyik (2016), analisis regresi linear