KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyusun Rencana Strategis (Renstra) LPMP Nusa Tenggara Barat Periode Tahun 2020 – 2024 ini secara baik dan lancar.
Naskah Rencana Strategis ini disusun sebagai upaya untuk memantapkan sistem pengelolaan, pengendalian, dan pemantauan program strategis lembaga sehingga program-program strategik tersebut dapat diimplementasikan sesuai rencana. Selain itu, naskah ini juga disusun sebagai upaya lembaga untuk menyelaraskan program-program LPMP Nusa Tenggara Barat dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan keselarasan ini diharapkan program-program yang berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan di daerah akan dapat diimplementasikan secara lebih efektif, efisien, dan sesuai sasaran.
Kami ucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah terlibat secara aktif dalam penyusunan naskah renstra ini.
Kepala,
Mohamad Mustari, Ph.D NIP 196404111986031003
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. KONDISI UMUM ... 1
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN ... 10
BAB II TUJUAN DAN SASARAN... 13
2.1. TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN ... 13
2.2. SASARAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN ... 14
BAB III ARAH KEBIJAKAN,STRATEGI,KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ... 15
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ... 15
3.2. KERANGKA REGULASI ... 19
3.3. KERANGKA KELEMBAGAAN ... 20
3.4. REFORMASI BIROKRASI ... 23
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 24
4.1. TARGET KINERJA ... 24
4.2. KERANGKA PENDANAAN ... 25
BAB V PENUTUP ... 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONDISI UMUM
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah berkewajiban mewujudkan pencapaian target kinerja unit utamanya. Sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 14 Tahun 2015 yang disempurnakan dengan Permendikbud Nomor 6 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Lembaga ini mengemban tugas sebagai pelaksana untuk mendukung meningkatnya penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan yang dituangkan dalam Permendikbud No 45 Tahun 2019 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Permendikbud No 45 Tahun 2019 tersebut disusun Permendikbud No 26 Tahun 2020 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan difokuskan pada 3 (tiga) indikator kinerja yaitu: 1). Satuan pendidikan jenjang SD, SMP, SMA dan SLB terkait kinerja sekolah, 2). Hasil AKM (Assesment Kompetensi Minimum) dan Survei Karakter, dan 3). Kualitas Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan memiliki kewajiban untuk menyediakan dan memberikan bantuan dalam pemenuhan penjaminan mutu pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota untuk melakukan monitoring, supervisi, pengawasan, evaluasi, fasilitasi, saran, arahan, dan/atau bimbingan kepada pemerintah daerah.
Pada periode tahun 2015-2019 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat telah berupaya melaksanakan kegiatan penjaminan mutu pendidikan dalam bentuk pemetaan mutu terhadap satuan pendidikan, supervisi, dan fasilitasi peningkatan mutu pendidikan. Sampai dengan tahun 2019 sasaran
penjaminan mutu pendidikan pada satuan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut:
SD SMP SMA SMK SLB
1 Kota Mataram 172 43 28 22 3 268
2 Kabupaten Lombok Barat 359 87 30 44 3 523
3 Kabupaten Lombok Utara 153 40 13 13 2 221
4 Kabupaten Lombok Tengah 606 183 55 66 4 914
5 Kabupaten Lombok Timur 747 244 66 90 6 1153
6 Kabupaten Sumbawa Barat 104 33 10 6 1 154
7 Kabupaten Sumbawa 371 107 30 19 2 529
8 Kabupaten Dompu 217 63 27 22 7 336
9 Kabupaten Bima 418 136 57 32 14 657
10 Kota Bima 79 23 17 11 5 135
3226 959 333 325 47 4890
No Kabupaten/Kota Jenjang Grand Total
Total
Sumber: http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/ (Buku Profil Pendidikan LPMP NTB)
A. Satuan Pendidikan yang dipetakan mutunya
Peta mutu adalah representasi visual yang menyoroti profil mutu pendidikan dalam wilayah kabupaten, kota, maupun provinsi yang menggambarkan karakteristik mutu berdasarkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa visualisasi peta mutu pendidikan diperoleh dari proses pemetaan dari tingkat satuan pendidikan dengan output berupa Rapor Mutu Sekolah. Kondisi jumlah sekolah dan capaian peta mutu (indeks efektivitas) masing-masing jenjang sebagai berikut:
a. Jenjang SD
Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah SD yang telah dipetakan mutunya terpenuhi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 2.987 sekolah dari 3226 sekolah (94,08%)
Setelah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan oleh LPMP bekerjasama dengan pengawas maupun dinas pendidikan kabupaten/kota, maka diperoleh peningkatan terkait indeks efektifitasnya disajikan dalam diagram dibawah ini
Sumber: LAKIP LPMP NTB 2019
Diagram ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indeks efektivitas jumlah SD yang memenuhi level menuju SNP 4 sebesar 72.07% pada tahun 2017 dan 91,35% (2874 dari 3226 sekolah) pada tahun 2018 karena adanya kesadaran satuan pendidikan akan pentingnya peta mutu di tingkat satuan pendidikan
b. Jenjang SMP
Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah SMP yang telah dipetakan mutunya terpenuhi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 828 sekolah dari 959 sekolah (92,51%)
Setelah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan oleh LPMP bekerjasama dengan pengawas maupun dinas pendidikan kabupaten/kota, maka diperoleh peningkatan terkait indeks efektifitasnya disajikan dalam diagram dibawah ini
Sumber: LAKIP LPMP NTB 2019
Diagram ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indeks efektivitas jumlah SMP yang memenuhi level menuju SNP 4 sebesar 63.57% pada tahun 2017 dan 83,49% (718 dari 860 sekolah) pada tahun 2018 karena adanya kesadaran satuan pendidikan akan pentingnya peta mutu di tingkat satuan pendidikan
c. Jenjang SMA
Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah SMA yang telah dipetakan mutunya terpenuhi sampai dengan tahun sebanyak 268 sekolah dari 333 sekolah (85,35%)
Setelah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan oleh LPMP bekerjasama dengan pengawas maupun dinas pendidikan kabupaten/kota, maka diperoleh peningkatan terkait indeks efektifitasnya disajikan dalam diagram dibawah ini
Sumber: LAKIP LPMP NTB 2019
Diagram ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indeks efektivitas jumlah SMA yang memenuhi level menuju SNP 4 sebesar 64.52% pada tahun 2017 dan 92,81% (271 dari 292 sekolah) pada tahun 2018 karena adanya kesadaran satuan pendidikan akan pentingnya peta mutu di tingkat satuan pendidikan.
d. Jenjang SMK
Grafik diatas menunjukkan bahwa persentase jumlah SMK yang telah dipetakan mutunya terpenuhi sebanyak 221 sekolah dari 325 sekolah (73.42%)
Setelah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan oleh LPMP bekerjasama dengan pengawas maupun dinas pendidikan kabupaten/kota, maka diperoleh peningkatan terkait indeks efektifitasnya disajikan dalam diagram dibawah ini
Sumber: LAKIP LPMP NTB 2019
Diagram ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan indeks efektivitas jumlah SMK yang memenuhi level menuju SNP 4 sebesar 40.40% pada tahun 2017 dan 71,22% (193 dari 271 sekolah) pada tahun 2018 karena adanya kesadaran satuan pendidikan akan pentingnya peta mutu di tingkat satuan pendidikan.
e. Jenjang SLB
Khusus untuk jenjang SLB tidak dilakukan pemetaan mutu karena belum ada instrumen untuk melakukan penjaringan data.
B. Satuan Pendidikan yang disupervisi dan difasilitasi peningkatan mutunya
Secara umum, jumlah SD, SMP, SMA dan SMK yang disupervisi dan difasilitasi selama periode Renstra 2015-2019 terus mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan pada diagram dibawah ini.
a. Jenjang SD
Distribusi jumlah SD yang disupervisi dan difasilitasi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 2.592 sekolah dari 4.890 sekolah.
b. Jenjang SMP
Distribusi jumlah SMP yang disupervisi dan difasilitasi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 734 sekolah dari 959 sekolah.
Distribusi jumlah SMA yang disupervisi dan difasilitasi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 244 sekolah dari 333 sekolah.
d. Jenjang SMK
Distribusi jumlah SMP yang disupervisi dan difasilitasi sampai dengan tahun 2019 sebanyak 243 sekolah dari 325 sekolah.
Walaupun telah terjadi peningkatan dalam capaian pemetaan mutu, supervisi dan fasilitasi peningkatan mutu, tentunya masih terdapat sejumlah permasalahan dalam upaya melaksanakan pemenuhan mutu pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penentuan permasalahan/isu-isu strategis ini mengacu pada hasil analisis Pemetaan Mutu Pendidikan semua jenjang satuan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2018. Sedangkan untuk hasil analisis Pemetaan Mutu tahun 2019 belum dapat dilakukan karena terkendala aplikasi Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) yang belum optimal dan cutoff aplikasi pada bulan Juni 2020. Berikut adalah beberapa permasalahan atau isu-isu strategis yang berkembang termasuk aspirasi masyarakat yang berhasil dirangkum:
Gambar. Permasalahan pemenuhan mutu pendidikan Provinsi NTB
Pengambilan data berdasarkan permasalahan di atas bersumber pada indikator maupun subindikator yang pencapaiannya masih lemah pada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan tahun 2018 pada semua jenjang satuan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sehubungan dengan itu, permasalahan/isu-isu strategis ini akan dijadikan fokus intervensi Renstra berikutnya (menyesuaikan dengan tugas dan fungsi LPMP yang terbaru).
Sehingga pada periode Renstra tahun 2020 – 2024 LPMP Nusa Tenggara Barat akan terus berupaya mendukung terkait peningkatan dan penuntasan target capaian sasaran penjaminan mutu pendidikan pada seluruh satuan pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas berdasarkan program Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN a. Permasalahan
Dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tidak dapat dipungkiri adanya tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana diketahui bahwa inti penjaminan mutu pendidikan ada pada satuan pendidikan. Oleh karena itu, penjaminan mutu yang dilakukan oleh satuan pendidikan disebut sistem penjaminan mutu internal, sedangkan penjaminan mutu yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait diluar satuan pendidikan dikenal dengan istilah penjaminan mutu eksternal. Ada begitu banyak permasalahan dan tantangan penjaminan mutu di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan kegiatan pengumpulan data capaian SNP, permasalahan penjaminan mutu pendidikan di Nusa Tenggara Barat antara lain: 1) Aplikasi pengumpulan data mutu yang tersedia masih banyak terkendala dalam
pelaksanaan pengumpulan data;
2) Beberapa sekolah sudah tidak aktif tetapi masih terdata di Dapodik;
3) Tingkat kepedulian dan kesadaran beberapa satuan pendidikan akan pentingnya data mutu masih rendah;
4) Proses analisis oleh sistem aplikasi belum optimal;
5) Beberapa satuan pendidikan mengalami kesulitan dalam pengiriman data PMP sehingga rapor mutunya tidak terproses oleh sistem.
Selanjutnya berdasarkan kegiatan supervisi satuan pendidikan dalam pencapaian SNP, permasalahan penjaminan mutu pendidikan di Nusa Tenggara Barat antara lain:
1) Kompetensi pengawas pembina yang beragam dalam memahami tugas fungsi dalam mengawal supervisi di sekolah;
2) Belum ada pengelola khusus di dinas pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan supervisi.
3) Pelaporan pelaksanaan supervisi melalui aplikasi e supervisi masih banyak kendala, baik secara teknis aplikasi maupun pemahaman pengawas dalam menggunakan aplikasi tersebut.
b. Analisis Masalah
Secara umum masih banyak sekolah/satuan pendidikan yang belum mencapai SNP. Berdasarkan hasil analisis data pemetaan mutu pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat belum ada satuan pendidikan yang mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Faktor utama penyebab belum tercapainya pemenuhan SNP adalah karena keterbatasan sarana dan prasarana, anggaran dan komitmen mutu. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, dapat diidentifikasi faktor penyebab belum terpenuhinya target pencapaian SNP oleh satuan pendidikan, antara lain:
1) Kepala Sekolah dan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) belum memahami secara utuh tentang SPMI sehingga motivasi untuk melaksanakan SPMI belum maksimal;
2) Kompetensi pengawas Pembina relative beragam dalam memahami SPMI dan supervisi yang berdampak pada kualitas pelaksanaan SPMI dan supervisi yang berbeda;
4) Tidak semua rencana pemenuhan mutu yang tertuang di dalam RKS/RKAS Dapat terlaksana karena rencana kerja sekolah masih menggunakan tahun pelajaran;
5) Kualitas data isian yang masih kurang, disebabkan pengisian data dilakukan oleh operator sekolah.
6) Belum terbangunnya komitmen yang cukup baik antar warga sekolah; 7) Peran Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD) belum optimal
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Potensi
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia
memiliki potensi yang seyogyanya dimanfaatkan secara maksimal untuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di Nusa Tenggara Barat. Potensi yang dapat dimanfaatkan antara lain: pemerintah daerah yang terdiri atas unsur pejabat di lingkungan dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, pengawas sekolah, dewan pendidikan, anggota dewan, BAN-SM dan lain-lain. Disamping itu, teknologi dapat
dijadikan sebagai potensi untuk kesuksesan pelaksanaan penjaminan mutu Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di wilayah Nusa Tenggara Barat. Secara internal potensi yang dimiliki LPMP Nusa Tenggara Barat untuk melaksanakan tugas penjaminan mutu pendidikan adalah:
1. LPMP Nusa Tenggara Barat memiliki sumber daya manusia yang memadai yang bisa diberdayakan dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan. 2. Telah memiliki hubungan dan koordinasi yang baik dengan pemerintah daerah
dan pemangku kepentingan terkait.
3. Telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan.
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
Sebagai upaya untuk mendukung keberhasilan dalam mencapai Sasaran Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Nusa Tenggara Barat perlu menyusun Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan.
2.1. TUJUAN DAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN
Perumusan tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan LPMP Nusa Tenggara Barat ditujukan untuk menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LPMP Nusa Tenggara Barat menetapkan dua tujuan sebagaimana dapat dilihat di Tabel 2.1.Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat periode 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan LPMP Nusa Tenggara Barat
Tujuan Indikator Tujuan
1. Pengembangan penjaminan mutu pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kinerja sekolah
1. Persentase satuan pendidikan yang meningkat nilai kinerja sekolah (indeks mutu)
2. Penguatan sistem tata kelola lembaga yang partisipatif, transparan dan akuntabel
2. Capaian Nilai SAKIP dan kinerja anggaran minimal baik
2.2. SASARAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN
Sasasaran Strategis Kegiatan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa Tenggara Barat periode 2020 – 2024 adalah:
1. Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan; 2. Terwujudnya Tata Kelola LPMP yang baik di lingkungan LPMP Nusa Tenggara
Barat .
Adapun Indikator Keberhasilan Kinerja (IKK) LPMP Nusa Tenggara Barat periode 2020 – 2024 adalah sebagai berikut:
Sasaran Kegiatan Indikator Keberhasilan Kinerja Target
1. Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan
1.1 Persentase satuan pendidikan (jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB) yang
memiliki kinerja sekolah (indeks mutu) minimal 75
30,1%
1.2 Persentase kesenjangan hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter antara sekolah dengan kinerja terbaik dan kinerja terburuk
5%
1.3 Persentase kab/kota yang memiliki data pokok pendidikan dasar dan
menengah akurat, terbarukan dan berkelanjutan
95,8%
2. Terwujudnya Tata Kelola LPMP yang baik
2.1 Rata-rata Predikat SAKIP LPMP Nusa Tenggara Barat
A
2.2 Rata-rata Nilai Kinerja Anggaran atas pelaksanaan RKAKL
85
BAB III
ARAH KEBIJAKAN,STRATEGI,KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Di dalam periode yang lalu (2015-2019), Kemendikbud telah mengimplementasikan Nawacita dalam berbagai program kerja prioritas kementerian, seperti Program Indonesia Pintar (PIP), Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dan Keterampilan,serta Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Rencana Strategis Kemendikbud Tahun 2020-2024 berfokus pada kebijakan Merdeka Belajar sebagai pedoman bagi pembangunan SDM dalam menata dan memaksimalkan bonus demografi yang menjadi kunci tercapainya bangsa maju yang berkeadilan sosial, seperti yang dicita-citakan oleh para Pendiri Bangsa.
Melalui kebijakan Merdeka Belajar, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud berupaya merangkul semua pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan, lembaga pendidikan, industri dan pemberi kerja, serta masyarakat untuk mengoptimalkan semua potensi bangsa dalam upaya memajukan pendidikan dan kebudayaan yang bermutu tinggi bagi semua rakyat sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Arah kebijakan dan strategi pendidikan dan kebudayaan pada kurun waktu 2020-2024 dalam rangka mendukung pencapaian 9 (sembilan) Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita Kedua) dan tujuan Kemendikbud melalui Kebijakan Merdeka Belajar yang bercita-cita menghadirkan pendidikan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh angka partisipasi yang tinggi diseluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran berkualitas, dan mutu pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status sosial ekonomi.
Selain itu, fokus pembangunan pendidikan dan pemajuan kebudayaan diarahkan pada pemantapan budaya dan karakter bangsa melalui perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan serta pengembangan kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan penyerapan nilai baru dari kebudayaan global secara positif dan produktif. Secara lebih detail, Kebijakan Merdeka Belajar mendorong partisipasi dan dukungan dari semua pemangku kepentingan: keluarga, guru, lembaga pendidikan, DU/DI, dan masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 di atas menjelaskan bahwa Kebijakan Merdeka Belajar dapat terwujud secara optimal melalui:
(1) peningkatan kompetensi kepemimpinan, kolaborasi antar elemen masyarakat, dan budaya;
(2) peningkatan infrastruktur serta pemanfaatan teknologi di seluruh satuan pendidikan; (3) perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan; dan
(4) penyempurnaan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
Perubahan yang diusung oleh Kebijakan Merdeka Belajar akan terjadi pada kategori: ekosistem pendidikan, guru; pedagogi, Kurikulum, dan sistem penilaian. Sebagai jiwa dari kebijakan Kemendikbud selama 2020-2024, Kebijakan Merdeka Belajar terwujud dalam segala arah kebijakan dan strategi Kemendikbud. Secara garis besar, arah kebijakan dan strategi Kemendikbud untuk periode 2020-2024 ada lima. Salah satu arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Peningkatan dan Pemerataan Mutu Layanan Pendidikan.
Ada berbagai strategi yang ditetapkan untuk mewujudkan arah kebijakan peningkatan dan pemerataan mutu layanan pendidikan. Salah satu strategi tersebut adalah strategi penguatan penjaminan mutu, yaitu:
1. menyesuaikan dan mengutamakan standar nasional pendidikan untuk
meningkatkan proses pembelajaran di ruang kelas serta indikator kinerja dan akuntabilitas guru;
2. mengembangkan kerangka kerja penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah (internal dan eksternal) yang lebih sederhana, berpusat pada keunggulan sekolah (school excellence) dan menggunakan data akreditasi, penjaminan mutu, evaluasi diri guru/sekolah dan hasil belajar siswa (formative assessment), untuk mengidentifikasi langkah-langkah peningkatan mutu pembelajaran, berdasarkan praktik-praktik baik global maupun masukan dari masyarakat dan DU/DI;
3. memperkuat peran dan pola pikir kelembagaan yang ada (LPMP, Dinas Pendidikan) dalam peningkatan mutu pendidikan;
4. mendorong penerapan penilaian formatif pendidikan, seperti Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar, untuk memonitor hasil pembelajaran dan menyediakan informasi diagnostik untuk guru;
5. Meningkatkan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk menyelenggarakan penilaian formatif dan portofolio dalam kelas serta memanfaatkan informasi diagnostik dari program-program penilaian pendidikan dan hasil belajar siswa seperti AKM, survei karakter, dan survei lingkungan belajar guna meningkatkan proses pembelajaran;
6. mengoptimalkan keterlibatan DU/DI secara menyeluruh dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi guna mendorong mutu ekosistem pendidikan dan pelatihan vokasi berstandar industri, seperti: kurikulum, fasilitas pendidikan dan pelatihan, kapasitas guru/instruktur/pelatih/dosen, magang, asesmen dan uji kompetensi;
7. menyederhanakan sistem akreditasi perguruan tinggi menjadi bersifat otomatis bagi yang sudah terakreditasi, dan tidak ada penurunan indikator mutu bagi seluruh peringkat akreditasi, dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan program studi yang sudah siap naik peringkat; dan
8. mengembangkan lembaga akreditasi mandiri yang melibatkan pengguna (DU/DI, profesi, asosiasi) dan berstandar internasional serta bersifat sukarela. Tujuan strategis yang menjadi acuan arah seluruh aktifitas kelembagaan di LPMP Nusa Tenggara Barat perlu didukung oleh kebijakan dan strategi yang relevan untuk pencapaian target kinerja.Arah kebijakan LPMP Nusa Tenggara Barat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya diturunkan dari arah kebijakan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini ,Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3.2. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis Kemendikbud, beberapa rancangan regulasi yang diprioritaskan sesuai bidang tugas Kemendikbud pada periode waktu tahun 2020-2024, adalah sebagai berikut:
1. Revisi UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Hal-hal yang menjadi fokus perubahan yaitu: 1) Penataan kembali jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; 2) Pembagian wewenang penyelenggaraan pengelolaan pendidikan; 3) Konsep kebebasan dalam menentukan minat pembelajaran (merdeka belajar dan kampus merdeka); 4). Standar pendidikan; 5) Wajib Belajar 12 tahun; 6) Konsep kebebasan terkait pilihan proses pembelajaran (tatap muka/online); 7) Kurikulum, guru, asesmen pembelajaran, pendidikan kesetaraan, penyelenggaraan pendidikan oleh negara asing.
2. Revisi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pokok-pokok perubahan antara lain: 1) Undang-Undang ini perlu direvisi untuk menyesuaikan peran guru dan dosen dalam sistem pendidikan yang menerapkan sistem pembelajaran daring; 2) Pengaturan mengenai persyaratan, pengangkatan, pendistribusian, beban kerja, pembinaan, dan pelindungan guru dan dosen memerlukan penyesuaian dengan perubahan lingkungan strategis pendidikan di Indonesia; 3) Diperlukan sinkronisasi mengenai penghargaan kepada guru dan dosen, termasuk kemungkinan untuk memperpanjang batas usia pensiun guru dan dosen; dan 4) Hal lain yang memerlukan revisi adalah perlindungan guru oleh organisasi profesi guru/dosen. Selama ini tidak ada kejelasan mengenai organisasi profesi guru yang diakui oleh Pemerintah, sehingga menimbulkan kesulitan dalam pengawasan dan penjatuhan sanksi terhadap guru/dosen.
3.3. KERANGKA KELEMBAGAAN
Dalam rangka menunjang upaya pencapaian skala prioritas program nasional dalam penjaminan mutu pendidikan sebagai bagian yang terintegrasi dari strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, LPMP Nusa Tenggara Barat sebagai unit pelaksana teknis di provinsi harus didukung oleh kerangka kelembagaan yang handal guna terwujudnya fungsi birokrasi yang efisien, mencakup struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan sumber daya manusia yang handal, efektif dan efisien, dalam menopang keberhasilan program penjaminan mutu pendidikan di daerah selaras dengan kebijakan secara nasional. Kerangka kelembagaan dimaksudkan agar penataan organisasi sejalan dan mendukung pencapaian sasaran strategis, serta mendorong efektivitas kelembagaan melalui ketepatan struktur organisasi, ketepatan proses (tata laksana) organisasi, serta pencegahan duplikasi tugas dan fungsi organisasi. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh LPMP Nusa Tenggara Barat Tahun 2020-2024, ditetapkan 4 (empat) proses utama LPMP, yaitu (1) pemetaan mutu pendidikan; (2) pengelolaan dan pengembangan sistem informasi penjaminan mutu pendidikan; (3) supervisi mutu pendidikan; dan (4) fasilitasi peningkatan mutu pendidikan.
Untuk menunjang ketercapaian tujuan kelembagaan tentunya dibutuhkan layanan dukungan manajemen yang baik, transparan dan akuntabel sebagai bagian dari implementasi reformasi birokarasi yang dapat mendorong percepatan dalam memberikan layanan bagi pemangku kepentingan terkait peningkatan mutu pendidikan di wilayah Nusa Tenggara Barat.
3.3.1. Struktur Organisasi
Berdasarkan:
• Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Fungsi LPMP:
a. pemetaan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah;
b. pelaksanaan supervisi satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;
c. pelaksanaan fasilitasi peningkatan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan nasional;
d. pengembangan model penjaminan mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah secara nasional e. pengembangan dan pelaksanaan kemitraan di bidang
penjaminan mutu pendidikan secara nasional;
f. pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan pendidikan menengah; dan g. pelaksanaan urusan administrasi
Kepala
Kelompok Jabatan Fungsional
3.3.2. Pengelolaan SDM
Kebijakan pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN) dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berintegritas, profesional, dan kompeten berdasarkan sistem meritokrasi sesuai bidang tugasnya yang memberi kesempatan seseorang untuk bekerja berdasarkan kemampuan atau prestasi sebagai bagian dari amanat undang- undang.
Data Pegawai LPMP Nusa Tenggara Barat
Keadaan Jumlah Keterangan
Status Jabatan:
Pimpinan Eselon III 1 orang -
Pimpinan Eselon IV 4 orang -
Fungsional Umum 56 orang -
Tenaga Fungsional Tertentu 19 orang
16 orang Widyaiswara, 2 orang PTP, 1 orang Analis Kepegawaian
Status Pendidikan:
Doktor/ S3 3 orang -
Magister/ S2 26 orang -
Sarjana/ S1 39 orang -
Sarjana Muda/ Diploma 2 orang -
SLTA 10 orang - SLTP - orang - SD - orang - Status Kepangkatan : Golongan IV 15 orang -
Golongan III 55 orang -
Golongan II 10 orang - Golongan I - orang - Jenis Kelamin Laki-Laki 54 orang - Perempuan 26 orang - Jumlah 80 orang -
3.4. REFORMASI BIROKRASI
Reformasi birokrasi internal Kemendikbud merupakan upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) yang meliputi aspek kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik di lingkungan Kemendikbud. Reformasi birokrasi dihadapkan pada upaya mengatasi masalah inefisiensi, inefektivitas, tidak profesional, tidak netral, tidak disiplin, tidak patuh pada aturan, rekrutmen ASN tidak transparan, belum ada perubahan paradigma (mindset), KKN yang masih terjadi di berbagai jenjang pekerjaan, abdi masyarakat yang belum sepenuhnya terwujud, pemerintahan belum akuntabel, transparan, partisipatif, dan kredibel, pelayanan publik belum berkualitas dan pelayanan publik prima (mudah, murah, cepat, dan lebih baik) belum sepenuhnya terbangun secara luas. Sebagai kementerian yang mengemban amanat dalam membangun SDM melalui peningkatan mutu pendidikan dan pemajuan kebudayaan dengan memperhitungkan capaian kinerja, potensi, dan permasalahan, Kemendikbud berupaya mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berkarakter. Untuk itu, Program Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 diharapkan dapat mencapai SDM yang berkualitas, baik dari aspek jumlah, kompetensi (hard competencies dan soft competencies), maupun integritas; termasuk pula manajemen serta kinerja SDM yang tinggi. Sumber Daya Manusia aparatur merupakan elemen terpenting bagi instansi pemerintah yang berperan sebagai penggerak utama dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menargetkan satker yang ada di lingkungan Kemdikbud dibina untuk mendapat predikat Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (ZI-WBK). LPMP Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu satker di lingkungan Kemdikbud pada tahun 2019 dan 2020 sedang dibina dan diusulkan untuk memperoleh predikat ZI-WBK. Predikat ZI-WBK merupakan salah satu upaya LPMP Nusa Tenggara Barat untuk memberikan pelayanan prima kepada stakeholders penjaminan mutu pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. TARGET KINERJA
Penjabaran sasaran strategis kegiatan LPMP Nusa Tenggara Barat untuk periode 2020 – 2024 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Target Kinerja LPMP Nusa Tenggara Barat
Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Kinerja Per Tahun 2020 2021 2022 2023 2024 1. Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan
1.1 Persentase satuan pendidikan (jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB) yang memiliki kinerja sekolah (indeks mutu) minimal 75
26,5% 27,4% 28,3% 29.2% 30,1%
1.2 Persentase kesenjangan hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter antara sekolah dengan kinerja terbaik dan kinerja terburuk
5% 5% 5% 5% 5%
1.3 Persentase kab/kota yang memiliki data pokok pendidikan dasar dan menengah akurat, terbarukan dan berkelanjutan
95% 95,2% 95,4% 95,6% 95,8%
2. Terwujudnya Tata Kelola LPMP yang baik
2.1 Rata-rata Predikat SAKIP LPMP Nusa Tenggara Barat
BB A A A A
2.2 Rata-rata Nilai Kinerja Anggaran atas pelaksanaan RKAKL
81 82 83 84 85
4.2. KERANGKA PENDANAAN
Upaya untuk mencapai tujuan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Nusa Tenggara Barat dan sasaran-sasaran kegiatan yang telah ditetapkan, diperlukan dukungan berbagai macam sumber daya, dukungan dan prasarana yang memadai, dukungan regulasi, dan tentunya sumber pendanaan yang cukup.
Sehubungan dengan dukungan pendanaan, indikasi kebutuhan pendanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran Kegiatan LPMP Nusa Tenggara Barat dibagi ke dalam dua periode yakni:
a. periode tahun 2020; dan
b. periode tahun 2021-2024, berdasarkan restrukturisasi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dilaksanakan mulai tahun 2021.
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis LPMP Nusa Tenggara Barat tahun 2020-2024 yang memuat tujuan strategis, sasaran kegiatan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dijabarkan atau dilakukan pembabakan ke dalam kegiatan tahunan dari 2020 sampai 2024. Di dalam Rencana Strategis secara sistematis diuraikan mengenai tujuan strategis, sasaran program, indikator kinerja kegiatan yang semuanya bermuara kepada pencapaian prioritas program nasional sebagai amanat yang harus diemban oleh LPMP Nusa Tenggara Barat pada kurun waktu 2020-2024.
Secara operasional program pendidikan dasar dan menengah dibagi ke dalam kegiatan pembinaan penjaminan mutu pendidikan dan lembaga penjaminan mutu pendidikan. Kegiatan ini disertai dengan penetapan anggaran dan tanggung jawab pengelolaannya. Seluruh kegiatan LPMP Nusa Tenggara Barat harus tetap terarah dan terencana, baik dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja, serta tetap efisien dalam pelaksanaannya baik dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan maupun aspek realisasi anggaran.
Indikator kinerja kegiatan (IKK) dalam Rencana Strategis menjadi indikasi acuan atau keterukuran keberhasilan kinerja. Peningkatan tata kelola serta efektifitas birokrasi dan pelibatan publik yang transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan perlu diupayakan dengan optimal.
Rencana Strategis LPMP Nusa Tenggara Barat tahun 2020 – 2024 diharapkan dapat menjadi acuan dan arah pelaksanaan pengelolaan kegiatan dan kelembagaan selaras dengan kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan LPMP Nusa Tenggara Barat 2020-2024
Program / Kegiatan
Sasaran Program / Sasaran Kegiatan / Indikator (IKSS,
IKP, IKK)
Satuan Target Kinerja Per Tahun Anggaran Per Tahun
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
SK 1
Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di seluruh jenjang pendidikan IKK1 Persentase satuan pendidikan (jenjang SD. SMP, SMA, dan SLB) yang memiliki kinerja sekolah (indeks mutu) minimal 75
% 26,5 27,4 28,3 29,2 30,1
IKK2
Persentase kesenjangan hasil Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Surver Karakter antara sekolah dengan kinerja terbaik dan kinerja terburuk
% 5 5 5 5 5
IKK3
Persentase kab/kota yang memiliki data pokok pendidikan dasar dan menengah akurat, terbarukan dan berkelanjutan
% 95 95,2 95,4 95,6 95,8
SK2
Terwujudnya tata kelola LPMP Nusa Tenggara Barat yang baik
IKK1 Rata - rata Predikat SAKIP
LPMP Nusa Tenggara Barat Predikat BB A A A A
IKK2
Rata - rata Nilai Kinerja
Lampiran 2. Definisi Operasional, Metode Perhitungan dan Sumber Data
Kode Indikator Definisi Operasional Metode Perhitungan Sumber Data
5630 Persentase satuan pendidikan Kinerja sekolah (scorecard) suatu konsep pengukuran a = jumlah satuan pendidikan
Laman
pmp.dikdasmen.kemdik bud.go.id
(jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB) kinerja sekolah yang menyeimbangkan pengukuran atas memiliki nilai kinerja ( indeks
yang memiliki nilai kinerja sekolah kinerja sebuah organisasi pendidikan yang selama ini mutu) minimal 75
(scorecard) minimal 75 dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. b = jumlah satuan pendidikan
Balanced Scorecard menurut Sukardi (2003:8-14) keseluruhan
merupakan sistem pengukuran kinerja yang berfokus
IM = persentase satuan
pada aspek keuangan dan non keuangan dengan
pendidikan yang memiliki nilai
memandang 4 perspektif balanced scorecard, yaitu
kinerja sekolah (indeks mutu)
keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan
minimal 75
pegawai, serta proses bisnis internal.
IM = a/b x 100%
Persentase kesenjangan hasil AKM Asesmen Kompetensi Minimal adalah penilaian 1. Mengumpulkan data - penilaian AKM siswa
dan Survei Karakter antara sekolah kemampuan minimal yang dibutuhkan para siswa dalam 2. Memberikan kategori (literasi numerik)
dengan kinerja terbaik dan kinerja yaitu literasi dan numerasi sekolah berdasarkan capaian -. instrumen survey karakter
terburuk
Survey Karakter adalah survey untuk mengetahui
kinerja
3. Membuat rata-rata capaian
ekosistem di sekolah, bagaimana implementasi kegiatan AKM dan Survey Karakter
karakter di sekolah apakah sudah baik, sehat dan mapan 4. Mengurangkan rata-rata
selanjutnya survey ini akan menjadi tolak ukur sekolah- capaian AKM dan Suvei
sekolah dalam memberikan umpan balik bagi kegiatan Karakter sekolah berkinerja
pembelajarannya. terbaik dengan sekolah
berkinerja terburuk
Persentase kab/kota yang memiliki Dapodik akurat, terbarukan dan berkelanjutan adalah Menghitung jumlah sekolah - data dapodik
data pokok pendidikan dasar dan data pendidikan pada setiap satuan pendidikan yang yang memperbaharui data pokok
menengah akurat, terbarukan dan selalu diperbarui secara berkala pendidikan
berkelanjutan
Kode Indikator Definisi Operasional Metode Perhitungan Sumber Data
2005 Rata-rata Predikat SAKIP LPMP Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan Perpres 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP): SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah
Kinerja - Realisasi/target x 100% Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Berdasarkan Peraturan Menteri PAN RB No.12 Tahun 2015, penilaian SAKIP didasarkan pada 5 komponen penilaian yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal, Capaian Kinerja. Rata - rata Nilai Kinerja
Anggaran atas pelaksanaan RKAKL
Kinerja Anggaran adalah capaian kinerja atas penggunaan anggaran yang tertuang dalam dokumen anggaran Kementerian/Lembaga.
IKPA adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja KementerianNegara/Lembaga
Aplikasi Om SPAN
Nilai kinerja anggaran adalah nilai tertimbang dari Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) dan Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
EKA adalah proses untuk melakukan pengukuran, penilaian, dan analisis atas Kinerja Anggaran tahun anggaran berjalan dan tahun anggaran sebelumnya
Aplikasi SMART