Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
System Requirement
SIMDA PENDAPATAN
KATA PENGANTAR
Aplikasi SIMDA Pendapatan sebagai alat bantu dalam pengelolaan pendapatan daerah, dirancang untuk dapat diterapkan di setiap Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan sistem pengelolaan yang harus diterapkan di Pemerintah Daerah sesuai dengan aplikasi SIMDA Pendapatan. Kebutuhan kebijakan sistem tersebut dituangkan dalam modul System
Requirement ini.
Aplikasi SIMDA Pendapatan sendiri tentu tidak lepas dari kekurangan. Untuk itu sangat diharapkan saran, masukan, dan ide-ide terbaik dari rekan-rekan Perwakilan BPKP dan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia agar aplikasi SIMDA Pendapatan ini semakin bermanfaat dalam mewujudkan good governance dan clean government dalam penyelenggaraan otonomi daerah
Tim Pengembangan Aplikasi SIMDA mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas kerjasama, dukungan, masukan, dan saran yang telah diberikan sehingga kami dapat memberikan sesuatu yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR ISI
... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... 1BAB I. PERATURAN di LINGKUP PEMERINTAH DAERAH 1. Jenis dan Tarif Pajak Daerah / Retribusi Daerah ... 1
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Pajak Daerah /Retribusi Daerah ... 1
3. Tata Cara Penatausahaan Pajak Daerah/Retribusi Daerah ... 1
4. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah ... 2
5. Tata Cara Penomoran Wajib Pajak/Retribusi Daerah ... 2
... 3
BAB II. PENERAPAN APLIKASI SIMDA PENDAPATAN 1. SKPD Pengelola Pajak Daerah ... 3
2. Kode Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai Permendagri 59/2007 ... 4
3. Kode Rekening Pendapatan sesuai Permendagri 13/2006, 59/2007, 21/2011 Ditambah Satu Digit ... 4
4. Proses penatausahaan dimulai dari penataan NPWPD/ NPWRD ... 5
1) Format NPWPD / NPWRD merupakan running number ... 6
2) Satu NPWPD/NPWRD untuk Satu WP/WR, Meskipun Memiliki Beberapa Usaha dengan Beberapa Kewajiban Pajak/Retribusi ... 7
5. Transaksi BPHTB Dapat Diproses Meski WP Tidak Memiliki NPWPD ... 8
6. Pengelompokan Jenis Pajak Sesuai PP 91 Tahun 2010 ... 9
7. WP/WR Dapat Menyetorkan Langsung Ke Bank ... 9
8. Penyetoran Pajak Pada Sistem Self Assessment Dapat Mendahului SPTPD ... 10
9. Penyetoran Pajak Pada Sistem Official Assessment Berdasarkan Pada Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) ... 11
10. Sistem Official Assessment Didahului dengan SPTPD ... 12
11. Nota Perhitungan Menjadi Kertas Kerja Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) ... 12
12. Penerbitan SKPD Berdasarkan Hasil Perhitungan Dari Nota Perhitungan ... 13
13. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) diterbitkan jika SKPD tidak/kurang/ terlambat dibayar ... 14
14. Penatausahaan PBB Melalui Aplikasi SISMIOP ... 15
15. Saldo Awal Tunggakan Pajak Dicatat Per-SKPD ... 16
16. Database Antar-Tahun Dipisahkan ... 17
17. Pembulatan ... 17
... 18
BAB III. DATA AWAL 1. Data Umum Pemerintah Daerah ... 18
2. Data Umum Pajak / Retribusi ... 18
3. Data Wajib Pajak / Wajib Retribusi ... 19
4. Data Piutang Pajak ... 19
... 20 Tim Aplikasi SIMDA
BAB I. PERATURAN di LINGKUP
PEMERINTAH DAERAH
Peraturan di lingkup Pemerintah Daerah terkait pengelolaan pendapatan daerah dapat berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah. Hal-hal yang perlu diatur agar tercapai keselarasan antara aplikasi SIMDA Pendapatan dengan peraturan yang berlaku, diantaranya adalah:
1. Jenis dan Tarif Pajak Daerah / Retribusi Daerah
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, jenis dan tarif pajak daerah/retribusi daerah perlu ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan daerah. Modul ini tidak mengatur format peraturan tersebut, namun untuk dapat diimplementasikan dalam Aplikasi SIMDA Pendapatan, peraturan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a. Jenis pajak daerah/retribusi daerah. Jenis-jenis dimaksud adalah sesuai dengan PP 91 tahun 2010; ditambah Pajak Bumi dan Bangunan – Perkotaan dan Pedesaan.
b. Masing-masing jenis pajak daerah/retribusi daerah dinyatakan dengan jelas tarif yang berlaku.
c. Masing-masing jenis pajak daerah/retribusi daerah dilengkapi dengan perhitungan sebagai dasar penentuan nilai pengenaan pajak daerah/retribusi daerah.
Penting diusahakan agar perhitungan tarif pajak daerah dibuat sesederhana mungkin, agar lebih mudah dipahami oleh wajib pajak daerah maupun petugas di lapangan.
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Pajak Daerah
/Retribusi Daerah
Perlu ditetapkan SKPD Pengelola Pendapatan Daerah.
a. SKPD Pengelola Pendapatan Daerah tersebut akan menerbitkan NPWPD dan NPWRD.
b. Pengelola Pajak Daerah harus tersentralisasi di satu SKPD.
c. Pengelola Retribusi Daerah, dapat disesuaikan dengan SKPD penghasil retribusi daerah tersebut.
3. Tata Cara Penatausahaan Pajak Daerah/Retribusi Daerah
Daerah/Retribusi Daerah adalah mengenai:
a. Tata cara penerbitan/ pengisian/penyampaian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah – Kurang Bayar (SKPD-KB), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah – Kurang Bayar Tambahan (SKPD-KBT)
b. Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran
c. Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak.
4. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
Tata cara pemungutan Pajak Daerah dapat dilakukan secara self-assessment dan official-assessment.
a. Pajak Daerah yang pemungutannya menggunakan sistem self-assesment meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Sarang Burung Walet, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
b. Pajak Daerah yang menggunakan sistem official assesment adalah Pajak Reklame dan Pajak Pengambilan Air Tanah.
5. Tata Cara Penomoran Wajib Pajak/Retribusi Daerah
Tata cara penomoran Wajib Pajak/Retribusi Daerah perlu disesuaikan dengan pengaturan dalam aplikasi SIMDA Pendapatan.
a. Pada dasarnya setiap WPD/WRD hanya memiliki satu Nomor Pokok WPD/WRD, meskipun memiliki beberapa usaha dan masing-masing usaha memiliki beberapa kewajiban pajak.
b. Wajib Pajak/Retribusi Daerah dibedakan menjadi WPD/WRD Orang Pribadi dan WPD/WRD Badan.
BAB II. PENERAPAN APLIKASI
SIMDA PENDAPATAN
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penerapan Aplikasi SIMDA Pendapatan adalah sebagai berikut.
1. SKPD Pengelola Pajak Daerah
Pemerintah Daerah harus menentukan SKPD yang mengelola Pajak Daerah. Dalam aplikasi SIMDA Pendapatan, SKPD Pengelola Pajak Daerah harus tersentralisasi di satu SKPD. Penentuan ini akan dicerminkan pada saat setting Data Umum Pemda dan akan mempengaruhi aplikasi secara keseluruhan.
Penetapan ini harus dilakukan di awal aplikasi dijalankan dan tidak boleh diubah setelah aplikasi mulai dijalankan.
2. Kode Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai
Permendagri 59/2007
Struktur kode SKPD dalam aplikasi SIMDA Pendapatan mengacu pada Permendagri 59/2007; yakni dengan hirarki Urusan – Bidang – Unit – Sub Unit. Kode ini akan digunakan pada saat menyusun data unit organisasi di Pemerintah Daerah. Kode ini juga akan digunakan sebagai rujukan bagi SKPD Pengelola Pajak.
Penetapan kode ini harus dilakukan di awal aplikasi dijalankan dan tidak boleh
diubah setelah aplikasi mulai dijalankan. Struktur tersebut hendaknya telah disesuaikan dengan struktur yang berlaku di aplikasi SIMDA Keuangan.
3. Kode Rekening Pendapatan sesuai Permendagri
13/2006, 59/2007, 21/2011 Ditambah Satu Digit
Aplikasi SIMDA Pendapatan merupakan aplikasi pendukung bagi aplikasi SIMDA Keuangan. Untuk itu kode rekening yang digunakan harus dapat disinkronisasi di antara kedua aplikasi tersebut. Namun demikian aplikasi SIMDA Pendapatan memerlukan rekening yang lebih rinci satu tingkat; sehingga hirarki kode rekening dalam SIMDA Pendapatan selengkapnya adalah: Akun – Kelompok – Jenis – Obyek – Rincian Obyek – Sub Rincian. Digit rekening terakhir akan digunakan untuk menentukan tarif masing-masing pajak/retribusi daerah.
Penetapan kode rekening ini harus dilakukan di awal aplikasi dijalankan dan
tidak boleh diubah setelah aplikasi mulai dijalankan.
4. Proses penatausahaan dimulai dari penataan NPWPD/
NPWRD
NPWPD/NPWRD berperan sangat penting bagi penatausahaan Pendapatan Asli Daerah dalam aplikasi SIMDA Pendapatan. Pola penomoran dan pemberian nomor untuk tiap WP/WR yang berlaku di Pemerintah Daerah harus disesuaikan dengan yang berlaku dalam aplikasi SIMDA Pendapatan.
Berkaitan dengan penataan NPWPD/NPWRD maka implementasi SIMDA Pendapatan akan dimulai dari entry NPWPD/NPWRD.
1) Format NPWPD / NPWRD merupakan running number
Format Penomoran NPWPD dan NPWRD dalam aplikasi SIMDA Pendapatan adalah sebagai berikut:
P
.
1
.
006969
.
69
.
69
[P|R] [1|2]
[NPWPRD]
[KEC]
[KEL]
P|R = kode P atau R; P berarti Pajak, R berarti Retribusi. 1|2 = kode 1 atau 2; 1 berarti Perorangan, 2 berarti Badan NPWPRD = enam digit nomor NPWPD/NPWRD (running number) KEC = kode Kecamatan
KEL = kode Kelurahan / Desa
Contoh di atas dibaca: Nomor Pokok Wajib Pajak (kode P) Pribadi (kode 1) Nomor Urut 6969 (kode WP 006969) dengan domisili di Kecamatan
NegenenZestig (kode kecamatan 69) Kelurahan GenepSalapan (Kode
kelurahan 69).
Nomor NPWPD / NPWRD dihasilkan secara running number (otomatis) dari aplikasi, sesuai dengan urutan penerbitan NPWPD/NPWRD. Pada implementasinya, penerbitan NPWPD/NPWRD harus dilakukan di satu
Format penomoran NPWPD/NPWRD dalam aplikasi SIMDA Pendapatan merupakan format standar yang tidak dapat diubah. Jika sebelumnya telah diterbitkan NPWPD/NPWRD dengan format berbeda, harus dilakukan pendataan ulang untuk disesuaikan dengan format dalam aplikasi SIMDA Pendapatan.
Karena kode Kecamatan dan Kelurahan/Desa merupakan bagian dari penomoran NPWPD/NPWRD, maka penentuan kode Kecamatan beserta Kelurahan/Desa tersebut harus dilakukan di awal aplikasi dijalankan dan tidak boleh diubah setelah aplikasi mulai dijalankan.
2) Satu NPWPD/NPWRD untuk Satu WP/WR, Meskipun Memiliki
Beberapa Usaha dengan Beberapa Kewajiban Pajak/Retribusi
Dalam aplikasi SIMDA Pendapatan, masing-masing wajib pajak dan wajib retribusi memiliki satu NPWPD / NPWRD. Nomor pokok tersebut dapat digunakan untuk berbagai jenis usaha, yang masing-masing usaha dapat dikenakan beberapa kewajiban pajak/retribusi.
Ilustrasinya dapat dilihat sebagai berikut:
Apabila sebelumnya telah diterbitkan NPWPD/NPWRD dimana satu wajib pajak/ wajib retribusi dapat memiliki beberapa nomor pokok, harus dilakukan pendataan ulang untuk menyesuaikan dengan struktur penomoran wajib pajak/ wajib retribusi dalam aplikasi SIMDA Pendapatan.
Jenis Kewajiban
Pajak
Usaha yang
Dimiliki
Wajib Pajak/
Retribusi
NPWPD
Usaha A
Pajak C
Pajak D
Usaha B
Pajak D
5. Transaksi BPHTB Dapat Diproses Meski WP Tidak
Memiliki NPWPD
Khusus untuk transaksi BPHTB, aplikasi SIMDA Pendapatan dapat memproses meskipun WP tidak memiliki NPWPD. Apabila WP-BPHTB telah memiliki NPWPD, maka NPWPD tersebut dapat dicantumkan sebagai informasi.
Namun demikian, Pemerintah Daerah perlu memiliki register tersendiri untuk
Nomor Objek Pajak atas BPHTB; guna mengidentifikasi obyek peralihan hak yang dikenakan bea peralihan tersebut.
6. Pengelompokan Jenis Pajak Sesuai PP 91 Tahun 2010
Sebagaimana diatur oleh PP 91 Tahun 2010, dalam aplikasi SIMDA Pendapatan dikenal sistem pemungutan Pajak Daerah secara self-assessment danofficial-assessment. Pajak Daerah yang pemungutannya menggunakan sistem self-assesment meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Sarang Burung Walet, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sedangkan yang menggunakan sistem official assesment adalah Pajak Reklame dan Pajak Pengambilan Air Tanah.
Sistem self-assessment dan official-assessment perlu diterapkan dengan tegas, SIMDA Pendapatan tidak mengakomodir penerapan official-assessment bagi jenis pajak yang seharusnya diterapkan self-assessment.
7. WP/WR Dapat Menyetorkan Langsung Ke Bank
Aplikasi SIMDA Pendapatan mengakomodir kemungkinan WP/WR menyetor langsung ke bank. Informasi mengenai pembayaran melalui Bendahara Penerimaan atau langsung ke Bank, akan direkam pada saat pengisian data untuk SSPD/SSRD.
Selanjutnya Bendahara Penerimaan dapat melakukan validasi atas setoran tersebut melalui pembandingan dengan rekening koran yang diterima dari Bank.
Sedangkan jika WP memilih menyetor melalui Bendahara Penerimaan, maka SSPD tersebut masih harus ditindaklanjuti dengan pembuatan STS.
Agar diperhatikan bahwa pembuatan SSPD/SSRD/STS tersebut perlu dipisahkan antara SSPD/SSRD/STS untuk pajak, untuk PBB, untuk retribusi, dan untuk sanksi.
8. Penyetoran Pajak Pada Sistem Self Assessment Dapat
Mendahului SPTPD
Aplikasi SIMDA Pendapatan memungkinkan penyetoran pajak sebelum maupun sesudah dibuatnya SPTPD, khusus untuk pajak yang pemungutannya dengan sistem self assessment.
Untuk pajak dengan sistem self-assessment, penyetoran dapat dilakukan oleh semua pemilik NPWPD.
9. Penyetoran Pajak Pada Sistem Official Assessment
Berdasarkan Pada Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD)
Berbeda dengan sistem self assessment, penyetoran untuk sistem official
assessment dalam aplikasi SIMDA Pendapatan harus mendasarkan pada SKPD
yang telah diterbitkan.
Untuk official assessment, formulir penyetoran diawali dengan memilih SKPD yang akan dilunasi. Aplikasi tidak akan bisa memproses SSPD yang belum ada SKPD-nya.
10. Sistem Official Assessment Didahului dengan SPTPD
Sebagaimana dalam sistem self assessment, untuk sistem official assessment dalam SIMDA Pendapatan juga perlu dibuatkan SPTPD.Mengingat WP tidak menyerahkan SPTPD, maka SPTPD dibuatkan oleh petugas di SKPD pengelola pajak.
11. Nota Perhitungan Menjadi Kertas Kerja Penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
Sebelum diterbitkan SKPD, pengelola pajak perlu membandingkan antara SPTPD dengan SSPD masing-masing WP untuk tiap masa pajak. Proses pembandingan tersebut dalam SIMDA Pendapatan dilakukan pada Nota Perhitungan. Nantinya atas hasil perhitungan tersebut diterbitkanlah SKPD.
12. Penerbitan SKPD Berdasarkan Hasil Perhitungan Dari
Nota Perhitungan
Dari hasil perhitungan dalam Nota Perhitungan, diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang dalam SIMDA Pendapatan dibagi sebagai berikut:
Pemilihan input jenis SKPD yang tepat sangat diperlukan, karena rincian jenis pajak dan pengenaannya (berikut sanksi jika ada) akan otomatis diambil dari Nota Perhitungan.
1. SKPD-KB Diterbitkan Jika SPTPD Masa Lebih Besar Daripada SSPD yang Sudah Disetorkan
Pembandingan dalam Nota Perhitungan mungkin menyatakan bahwa setoran pajak yang sudah dilakukan melalui SSPD ternyata lebih kecil dibandingkan dengan SPTPD Masa.
Kondisi ini berarti bahwa WP masih memiliki kewajiban pajak yang belum dibayar sehingga diterbitkan SKPD-KB (Surat Ketetapan Pajak Daerah – Kurang Bayar).
2. SKPD-N Diterbitkan Jika SPTPD Masa Sama Dengan SSPD yang Sudah Disetorkan
Pembandingan dalam Nota Perhitungan mungkin menyatakan bahwa setoran pajak yang sudah dilakukan melalui SSPD ternyata sama dengan
dibandingkan dengan SPTPD Masa.
Kondisi ini berarti bahwa WP tidak lagi memiliki kewajiban pajak yang belum dibayar sehingga diterbitkan SKPD-N (Surat Ketetapan Pajak Daerah – Nihil). 3. SKPD-LB Diterbitkan Jika SPTPD Masa Lebih Besar Daripada SSPD
Yang Sudah Disetorkan
Pembandingan dalam Nota Perhitungan mungkin menyatakan bahwa setoran pajak yang sudah dilakukan melalui SSPD ternyata lebih besar dibandingkan dengan SPTPD Masa.
Kondisi ini berarti bahwa WP memiliki kelebihan pembayaran atas kewajiban pajaknya sehingga diterbitkan SKPD-LB (Surat Ketetapan Pajak Daerah – Lebih Bayar).
13. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) diterbitkan jika
SKPD tidak/kurang/ terlambat dibayar
Dalam aplikasi SIMDA Pendapatan, pada SKPD yang diterbitkan terekam juga tangal jatuh temponya.
belum/kurang/terlambat dibayar, diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) terhadap SKPD tersebut.
Dalam STPD tersebut ditetapkan juga sanksi atas belum dibayar/kurang dibayar/terlambat dibayarnya SKPD.
14. Penatausahaan PBB Melalui Aplikasi SISMIOP
Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan (Pedesaan dan Perkotaan) tidak termasuk dalam lingkup aplikasi SIMDA Pendapatan. Namun demikian, hasil penatausahaan dari aplikasi SISMIOP bisa digunakan sebagai bahan masukan bagi aplikasi SIMDA BMD; terutama data mengenai SPT yang diterbitkan beserta pembayaran yang telah diterima atas SPT tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa untuk melakukan impor data dari aplikasi SISMIOP, maka aplikasi SIMDA Pendapatan harus memperoleh koneksi ke server
database SISMIOP, beserta username dan password-nya.
15. Saldo Awal Tunggakan Pajak Dicatat Per-SKPD
Pencatatan saldo awal piutang pajak dalam aplikasi SIMDA Pendapatan
dilakukan per SKPD, bukan hanya per WP. Pencatatan secara rinci ini akan diperlukan ketika dilakukan pencatatan setoran pajak (SSPD), karena SSPD ini harus didasarkan pada SKPD.
16. Database Antar-Tahun Dipisahkan
Di akhir tahun, harus dilakukan penutupan atas database yang berjalan.
Database kemudian beralih ke tahun berikutnya; dengan didahului proses import
data piutang, WP/WR, serta parameter-parameter dari tahun sebelumnya.
17. Pembulatan
Perhitungan pajak dan retribusi dibulatkan sampai dua desimal di belakang koma. Dengan demikian, pembayaran pajak/retribusi dalam aplikasi SIMDA Pendapatan harus di-entry sama persis sampai dua digit di belakang koma. Jika pembayaran dibulatkan, dalam aplikasi SIMDA Pendapatan tetap harus
di-entry sebesar nilai yang ditetapkan dalam SKPD/SPTPD.
Contoh:
Dalam SKPD ditetapkan pajak terhutang atas WPD XYZ sebesar Rp 234.567,69. Ketika membayar ke Bendahara Penerimaan, WPD XYZ membayarkan dengan uang senilai Rp 234.600,00
Atas pembayaran tersebut, di-entry pembayaran ke aplikasi SIMDA Pendapatan tetap sebesar Rp 234.567,69.
BAB III. DATA AWAL
Beberapa data awal yang perlu disiapkan saat memulai implementasi aplikasi SIMDA Pendapatan diantaranya:
1. Data Umum Pemerintah Daerah
Data umum Pemerintah Daerah yang diperlukan antara lain:
1) Struktur Unit Organisasi, sampai dengan Sub Unit (sesuai dengan struktur SIMDA Keuangan)
⊗ Kode SKPD Pengelola Pajak dan Pengelola Retribusi
⊗ Kode SKPD yang merupakan leading sector masing-masing retribusi ⊗ Data umum SKPD
2) Jabatan terkait Pengelolaan Pendapatan:
⊗ Jabatan pada SKPD Pengelola: Pendaftaran dan Pendataan, Pendataan, Dokumentasi dan Pengolahan Data, Pemeriksa, Penetapan, Perhitungan, Bendahara Penerimaan, Bendahara Penerimaan Pembantu.
⊗ Penandatangan Dokumen: SPTPD, SKPD, STPD, SPTRD, Nota Penetapan, Nota Perhitungan, SSPD Penerima, SSPD Pembayaran, STS, Bukti Penerimaan
2. Data Umum Pajak / Retribusi
Data ini terutama berupa berbagai peraturan terkait dengan umum pajak / retribusi. Diantaranya adalah:
1) Peraturan terkait pengelolaan pajak dan retribusi daerah; baik Perda maupun Perkada (nomor/tanggal, uraian, dan tanggal berlaku)
2) Rekening (sesuai SIMDA Keuangan)
⊗ Aset – terutama Kas Daerah dan Piutang
⊗ Pendapatan – terutama PAD; beserta tarif masing-masing sub rincian obyek (SIMDA Pendapatan lebih dalam satu level dibanding SIMDA Keuangan), beserta peraturan yang mendasarinya
⊗ Mapping antara rekening retribusi dengan SKPD yang mengelola retribusi tersebut.
3) Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Pemerintah Daerah; kode 99 dicadangkan untuk kecamatan/kelurahan di luar Pemda bersangkutan. 4) Rekening Bank untuk penerimaan pendapatan agar dapat dilakukan ekspor
impor ke SIMDA Keuangan.
5) Batas siklus perpajakan: penyampaian SPTPD, Teguran SPTPD, pembayaran pajak self-assessment, pembayaran SKPD (official
6) Lokasi-lokasi Reklame (berdasarkan kelas) beserta tata cara perhitungan pengenaan pajak reklame
7) Harga satuan listrik dan biaya satuan beban untuk Pajak Penerangan Jalan 8) Perhitungan Sanksi; default-nya sesuai peraturan perundangan yang
berlaku
9) BPHTB, default-nya sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
10) Pilihan pola pre-number untuk SPTPD, Nota Perhitungan, SKPD, dan SSPD; atau akan menggunakan penomoran manual.
3. Data Wajib Pajak / Wajib Retribusi
Data Wajib Pajak / Wajib Retribusi diperlukan untuk menyusun basis data bagi aplikasi SIMDA Pendapatan. Data tersebut harus sudah dikelompokkan dalam hirarki yang sesuai dengan aplikasi SIMDA Pendapatan, yaitu dengan pola:
Pengelompokan tersebut akan mempermudah proses input basis data wajib pajak/ wajib retribusi ke dalam aplikasi SIMDA Pendapatan.
4. Data Piutang Pajak
Setelah data wajib pajak selesai input, barulah data piutang pajak dapat
di-input. Data Piutang Pajak harus disiapkan per-SKPD (Surat Ketetapan Pajak
Daerah), bukan hanya per-WP (Wajib Pajak). Nantinya pembayaran piutang pajak tersebut akan dibuatkan SSPD berdasarkan masing-masing SKPD tersebut.
Jenis Kewajiban Pajak Usaha yang Dimiliki
Wajib Pajak/ Retribusi NPWPD
Usaha A Pajak C Pajak D Usaha B Pajak D
WPD
SKPD
Piutang
SKPD
Piutang
Tim Aplikasi SIMDA
Pengarah
Dadang Kurnia
Penanggung Jawab
Iskandar Novianto
Wakil Penanggung Jawab
R.B. Belly D. Aisyah
Anggota
Meidijanto Irene YK Stefanus Hananto Wiwik Priyantoro Iwan Ari SulistiyonoDwi Iwan Susanto Hanin Widagdo Agus Budi Priyono
Achmad Roziqin Jati Kusuma Yadi Yose Safari
Agviani Devi Minang Firmansyah
Herry Sulistyo Dora Bernadisman