• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PROBOLINGGO BULAN SEPTEMBER 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PROBOLINGGO BULAN SEPTEMBER 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 09/10/74/Th. VII, 01 Oktober 2015

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/

I

NFLASI KOTA PROBOLINGGO

B

ULAN

SEPTEMBER

2015

Bulan September 2015 Kota Probolinggo mengalami Inflasi sebesar 0,23 persen

 Pada Bulan September 2015, Kota Probolinggo mengalami inflasi sebesar 0,23 persen. Inflasi Kota Probolinggo bulan September 2015 terjadi karena dari 7 ( tujuh ) kelompok pengeluaran, 6 ( enam) kelompok mengalami

inflasi, sedangkan 1 ( satu ) kelompok mengalami deflasi. Hal ini dapat dilihat adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks harga pada kelompok makanan jadi sebesar 0,11 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,37 persen, kelompok sandang sebesar 1,28 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,24 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi

adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,33 persen.

 Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah Akademi/Perguruan Tinggi, emas perhiasan,beras, udang basah, tarip parkir, tempe, ikan tongkol, upah pembantu rumahtangga, jagung muda, sabun detergen bubuk/cair dan lain-lain.

 Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, rempela hati ayam, telur ayam ras, daun bawang, cabai rawit, cabai merah, daging ayam kampung, ikan merah, minyak goreng, bayam dan lain-lain.

Dari 8 kota di Jawa Timur yang menjadi Kota IHK Nasional, semuanya mengalami inflasi.Inflasi tertinggi terjadi di Jember sebesar 0,29 persen disusul Surabaya dan Kediri sebesar 0,26 persen, kota Probolinggo sebesar 0,23 persen, Banyuwangi dan kota Malang sebesar 0,21 persen, kota Madiun sebesar 0,15 persen dan terendah terjadi di kabupaten Sumenep sebesar 0,13 persen.

 Dari 6 Ibukota Provinsi di Pulau Jawa, 3 (tiga) kota mengalami inflasi, 3 (tiga) kota lainnya mengalami Deflasi Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,26 persen, Yogyakarta sebesar 0,04 persen dan DKI Jakarta sebesar 0,01 persen, sedangkan kota-kota yang mengalami deflasi yaitu kota Bandung sebesar 0,01 persen, Serang sebesar 0,02 persen dan deflasi tertinggi terjadi di kota Semarang sebesar 0,18 persen.

 Laju inflasi tahun kalender (s/d September 2015) Kota Probolinggo mengalami inflasi 1,62 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2015 terhadap September 2014) Kota Probolinggo sebesar 5,65 persen.

 Bulan September 2015 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,24 persen, laju inflasi tahun kalender (s/d September 2015) Jawa Timur mengalami inflasi 2,35 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2015

terhadap September 2014) Jawa Timur sebesar 6,70 persen.

 Bulan September 2015 Nasional mengalami deflasi sebesar 0,05 persen, laju inflasi tahun kalender (s/d September

2015) Nasional mengalami inflasi 2,24 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2015 terhadap

(2)

1,03 0,08 -0,03 -0,35 -0,5 0,46 0,23 Persentase B u la n S e p te mb e r

Series Data Inflasi Kota Probolinggo Bulan September 2009 - 2015

2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009

1. Inflasi Probolinggo

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Penghitungan inflasi Probolinggo tahun 2015 (IHK Tahun Dasar 2012 = 100) didasarkan pada hasil pemantauan/pendataan harga barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pasar tradisional dan pasar modern di Probolinggo yaitu;: Pasar Baru, Pasar Wonoasih dan Giant Hypermart.

Secara umum, Kota Probolinggo pada bulan September 2015 mengalami inflasi. Kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti beras, udang basah, tempe, emas perhiasan serta kenaikan biaya kuliah dan lain-lain cukup signifikan mendorong laju inflasi, sementara disisi yang lain, penurunan beberapa komoditas tidak cukup signifikan untuk menghambat laju inflasi seperti turunnya daging ayam ras, rempela hati ayam, daging ayam kampung, cabai rawit, cabai merah dan lain-lain.

Dari hasil pemantauan harga pada bulan September 2015 Probolinggo mengalami inflasi sebesar 0,23 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 120,36 pada bulan Agustus 2015 naik menjadi 120,64 pada bulan September 2015. Perjalanan series data inflasi selama tahun 2009 sampai dengan 2015 ( tujuh tahun), pada bulan September terjadi empat kali inflasi dan tiga kali deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 1,03 persen, diikuti tahun 2014 sebesar 0,46 persen, tahun 2015 sebesar 0,23 persen dan tahun 2010 sebesar 0,08 persen, sedangkan deflasi terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,03 persen, tahun 2012

(3)

Penyebab utama inflasi Probolinggo bulan September 2015 sebesar 0,23 persen terjadi karena kenaikan indeks harga pada kelompok Makanan Jadi sebesar 0,11 persen dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,017 persen. Hal ini terjadi akibat adanya kenaikan harga rokok kretek sebesar 0,5419 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0095 persen, teh naik sebesar 4,1384 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0050 persen, kopi bubuk naik sebesar 0,6184 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0046 persen, rokok putih naik sebesar 1,1648 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0034 persen dan rokok kretek naik sebesar 0,0831 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0011 persen dan lain-lain.Adapun komoditi yang menghambat laju inflasi hanya satu yaitu gula pasir yang mengalami penurunan harga sebesar 0,7163 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0066 persen.

IHK Desember 2014 IHK Agustus 2015 IHK September 2015 Andil Inflasi Agustus 2015 Inflasi Agustus 2015 1) Tingkat Inflasi Tahun Kalender 20152) Inflasi Year on Year3) (2) (3) (4) (5) (6) (7) UMUM 118,72 120,36 120,64 0,23 0,23 1,62 5,65 1 Bahan Makanan 121,73 123,30 122,89 -0,08 -0,33 0,98 4,86 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

118,86 121,63 121,76 0,02 0,11 2,87 3,93

3 Perumahan, Air, Listrik,

Gas, dan Bahan Bakar 116,22 119,22 119,66 0,07 0,37 2,96 6,03

4 Sandang 104,50 111,30 112,72 0,08 1,28 7,82 8,99

5 Kesehatan 110,06 114,42 114,74 0,01 0,28 4,25 7,11

6 Pendidikan, Rekreasi,

dan Olah raga 116,65 118,65 120,12 0,11 1,24 2,97 3,34

7 Transpor, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 126,00 122,20 122,36 0,03 0,13 -2,89 7,56

1) Persentase perubahan IHK bulan September 2015 terhadap IHK bulan sebelumnya 2) Persentase perubahan IHK bulan September 2015 terhadap IHK bulan Desember 2014 3) Persentase perubahan IHK bulan September 2015 terhadap IHK bulan September 2014

Tabel 1. Andil dan Tingkat Inflasi September 2015, Inflasi Tahun Kalender 2015 dan Inflasi Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

(1)

Dorongan inflasi semakin kuat akibat kenaikan indeks pada Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami inflasi sebesar 0,37 persen dengan kontribusi sumbangan inflasi sebesar 0,067 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini antara lain upah pembantu rumah tangga naik sebesar 2,6599 persen dengan kontribusi sumbangan inflasi sebesar 0,0251 persen, sabun detergen bubuk/cair mengalami kenaikan sebesar 3,8077 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0205 persen, lampu TL/neon/PL/XL naik sebesar 5,4401 persen dan ikut menyumbang inflasi sebesar 0,0083 persen, kipas angin naik sebesar 2,9808 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0036 persen, kayu balokan naik sebesar 0,7950 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0028 persen dan lain-lain.

Meskipun kelompok ini mengalami inflasi namun ada dua komoditas yang ikut andil menghambat laju inflasi, yaitu bahan bakar rumah tangga yang mengalami penurunan harga sebesar 0,10 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0027 persen serta tarip listrik turun 0,0482 persen dan menyumbang deflasi

(4)

sebesar 0,0013.

Kelompok lain yang juga mengalami inflasi adalah kelompok Kesehatan, yang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,28 persen dan ikut andil menyumbang inflasi sebesar 0,0133 persen. Komoditas yang mempunyai andil mendorong laju inflasi antara lain sabun mandi yang mengalami kenaikan sebesar 3,4209 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0102 persen, pasta gigi juga naik sebesar 0,7487 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0021 persen, vitamin juga mengalami kenaikan sebesar 0,5069 persen dan ikut andil menyumbang inflasi sebesar 0,0004 persen, obat flu naik sebesar 1,2660 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0004 persen, deodorant naik sebesar 0,1299 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0001 persen dan lain-lain dan tidak ada satupun komoditi yang menghambat laju inflasi.

Kelompok pengeluaran Pendidikan, rekreasi dan olahraga juga mengalami kenaikan indeks sebesar

1,24 persen dan ikut menyumbang inflasi sebesar 0,1109 persen. Adapun komoditas yang menyumbang inflasi

pada kelompok ini adalah Akademi/Perguruan Tinggi yang mengalami kenaikan sebesar 7,1900 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0994 persen, televisi berwarna juga mengalami kenaikan sebesar 0,4882 persen dan menyumbang laju inflasi sebesar 0,0029 persen, laptop/notebook turut mengalami kenaikan sebesar 0,5376 persen dan mendorong laju inflasi sebesar 0,0029 persen, VCD player yang mengalami kenaikan sebesar 2,0627 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0020, personal komputer/dekstop naik sebesar 2,1212 persen dan menyumbang inflasi 0,0020 persen dan lain-lain dan tidak ada satupun komoditi yang menhambat laju inflasi.

Kelompok Transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami inflasi yaitu sebesar 0,13 persen dan ikut andil menyumbang inflasi sebesar 0,0256 persen. Adapun komoditi penyumbang inflasi hanya tarip parkir yang naik cukup tinggi sebesar 25,0188 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0358 persen, sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga adalah telepon seluler yang mengalami penurunan harga sebesar 1,1300 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0053 persen serta bensin yang mengalami penurunan harga sebesar 0,0999 persen dan mampu menghambat laju inflasi sebesar 0,0049 persen.

Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah Kelompok bahan makanan.

Kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami penurunan indeks ( deflasi ) sebesar 0,33 persen dan mampu menghambat laju inflasi sebesar 0,0843 persen. Adapun beberapa komoditi yang menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras yang mengalami penurunan harga sebesar 12,0951 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,1359 persen, rempela hati ayam turun sebesar 16,1807 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,1031 persen, telur ayam ras turun sebesar 5,0249 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0385 persen, daun bawang juga mengalami penurunan sebesar 15,3563 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0259 persen, cabai rawit turun sebesar 27,3874 persen dan menyumbang deflasi sebesar 0,0250 persen dan lain-lain.

Meskipun kelompok bahan makanan mengalami deflasi, namun banyak juga komoditi yang mangalami kenaikan harga (inflasi), seperti beras yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,1666 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0624 persen, udang basah juga mengalami kenaikan harga sebesar 12,4157 persen dan mendorong laju inflasi sebesar 0,0389 persen, tempe juga mengalami kenaikan harga sebesar 3,7652 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0304 persen, ikan tongkol naik sebesar 5,2371 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0274 persen, jagung muda juga naik sebesar 18,2536 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,0214 persen dan lain-lain.

(5)

Gambar 3. Inflasi y-o-y 8 Kota di Jawa T imur (September 2014 - September 2015) 5,86 6,52 6,02 5,42 6,99 5,65 6,13 6,97

Jbr. Smnp. Kdr. Mlg. Prob. Mdn. Sby. B.W angi

Gambar 4. Inf lasi ibukota Prov insi di Pulau Jawa Bulan September 2015 0,01 -0,02 -0,01 -0,18 0,04 0,26

Jakarta Serang Bandung

Semarang Y ogy akarta Surabay a

2. Inflasi 8 Kota di Jawa Timur

Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, pada bulan September 2015, semuanya mengalami inflasi. inflasi tertinggi terjadi di kota Jember sebesar 0,29 persen diikuti Surabaya dan Kediri masing-masing sebesar 0,26 persen, kota Probolinggo sebesar 0,23 persen, kota Malang dan Banyuwangi masing-masing sebesar 0,21 persen, kota Madiun sebesar 0,15 persen dan inflasi terendah terjadi di Sumenep sebesar 0,13 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

Dari semua kota, inflasi y-o-y tertinggi terjadi di kota Malang sebesar 6,99 persen, diikuti kota Surabaya sebesar 6,97 persen, Jember sebesar 6,52 persen, Madiun sebesar 6,13 persen, Sumenep sebesar 6,02 persen, Banyuwangi sebesar 5,86 persen, kota Probolinggo sebesar 5,65 persen. Inflasi terendah terjadi di kota Kediri sebesar 5,42 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 3.

3. Inflasi/deflasi 6 Ibukota Provinsi di Pulau Jawa Dari 6 (enam) kota ibukota provinsi di pulau Jawa, 3 (tiga) kota mengalami inflasi, sedangkan 3 (tiga) kota lainnya mengalami deflasi Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,26 persen diikuti Yogyakarta sebesar 0,04 persen serta DKI Jakarta sebesar 0,01 persen, sedangkan kota-kota yang mengalami deflasi antara lain Bandung sebesar 0,01 persen, Serang sebesar 0,02 persen dan deflasi tertinggi terjadi di kota

Semarang sebesar 0,18 sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Gambar 2

Inflasi 8 Kota di Jaw a Timur bulan September 2015 0,29 0,13 0,26 0,21 0,23 0,15 0,26 0,21 B.Wangi Sby Madiun Prob. Malang Kediri Sumenep Jember

(6)

Inflasi y-o-y bulan September 2015 pada 6 ibukota provinsi di pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Serang sebesar 8,34 persen, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 7,24 persen, Surabaya sebesar 6,97 persen, Bandung sebesar 6,90 persen, Semarang sebesar 5,88 persen dan terendah terjadi di Yogyakarta sebesar 5,23 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Inflasi YoY Ibukota Provinsi Di Pulau Jawa (September 2014 - September 2015) 7,24 8,34 6,90 5,88 5,23 6,97

Jakarta Serang Bandung

Gambar

Tabel 1. Andil dan Tingkat Inflasi September 2015, Inflasi Tahun Kalender 2015 dan Inflasi  Year on Year               menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)
Gambar 4.  Inf lasi ibukota Prov insi di Pulau  Jawa           Bulan September 2015    0,01 -0,02 -0,01 -0,18 0,04 0,26
Gambar 5. Inflasi YoY Ibukota Provinsi Di Pulau Jawa   (September 2014 - September 2015) 7,24 8,34 6,90 5,88 5,23 6,97

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini akan menganalisis bagaimana kebijakan kerjasama militer bisa dipakai sebagai sarana untuk mengakomodasikan kepentingan nasional, terutama kepentingan strategis

Merupakan suatu kondisi Polis ini bahwa tidak menjamin setiap harta benda yang dalam lingkup secara langsung atau tidak langsung dijamin oleh asuransi lain (baik Polis

Uterus tidak akan pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil, tetapi terjadi penurunan ukuran, dari berat 1000 gr setelah melahirkan, menjadi 500 gr pada akhir minggu I

TUJUAN (T) Mewujudkan Pengembangan & Promosi Inovasi dalam Bidang AN (TDIAN1) Mewujudkan Pengembangan Inovasi dalam Bidang Tata Pemerintahan (TPITP1) Mewujudkan

Desain Perangkat Lunak (Lanjutan) Struktur Navigasi adalah alur dari suatu program yang merupakan rancangan hubungan (rantai kerja) dari beberapa area yang berbeda

Mengklik tombol “Simpan” saat data sudah terisi semua Kode User : MYG Nama user : Mayang Sulistyani Password : cantik Hak Akses : Petugas Sistem akan menampilkan pesan

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Apakah ada hubungan kecederungan yang dilihat/persepsi gejala dengan persepsi ancaman kesehatan?; 2) Apakah ada hubungan

Jenis penelitian ini adalah penelitian laboratorium dan observasi mendalam di Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado Sulawesi Utara pada bulan