PERAN DAN POLA KERJASAMA
KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA
KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA
SAING INDUSTRI DAERAH[
Tulus Tambunan
Visi 2030 dan Roadmap 2010 Kadin mengenai Industri Nasional (1) Empat klaster industri unggulan pendongkrak pertumbuhan
ekonomi di atas 7%: ekonomi di atas 7%:
- industri tekstil dan produk tekstil (TPT), sepatu dan alas kaki -industri elektronika dan komponen elektronika
i d t i t tif d k t tif
-industri otomotif dan komponen otomotif -industri perkapalan
(2) Tiga klaster industri unggulan peningkatan daya tarik investasi dan daya saing bangsa
dan daya saing bangsa
-industri pengembang infrastruktur, seperti: industri pembangkit sumber energi, industri telekomunikasi,
b j l t l k t k i i d t i b j d
pengembang jalan tol, konstruksi, industri semen, baja dan keramik
-industri barang modal dan mesin perkakas
(3) Tiga klaster industri unggulan penggerak
penciptaan lapangan kerja dan penurunan jumlah
penciptaan lapangan kerja dan penurunan jumlah
orang miskin:
industri pengolahan hasil laut & kemaritiman
-industri pengolahan hasil laut & kemaritiman
-industri pengolahan hasil pertanian, peternakan,
k h t
d
k b
t
k i d
t i
kehutanan dan perkebunan, termasuk industri
makanan dan minuman
-industri berbasis tradisi dan budaya, utamanya
industri Jamu, kerajinan kulit-rotan dan kayu
j
y
Peran Kadin
Pasal 7 (bab IV) mengenai fungsi dan kegiatan, khususnya butir-butir berikut ini:
( ) i i f i i l h
(a)penyampaian informasi mengenai permasalahan
dan perkembangan perekonomian dunia, yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomin dan
berpengaruh terhadap kehidupan ekonomin dan
dunia usaha nasional, kepada pemerintah dan para pengusaha;
(b) l i i d k ti
(b) penyaluran aspirasi dan kepentingan para
pengusaha di bidang perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam rangka keikutsertaannya dalam
dan jasa dalam rangka keikutsertaannya dalam pembangunan di bidang ekonomi; dan
(c) penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat dalam
rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan pengusaha Indonesia
Pasal 9 mengenai fungsi (bab IV mengenai fungsi,
t
k k d
tik bi
i )
t k
tugas pokok dan etika bisnis) yang menyatakan
sebagai berikut:
Kadin berfungsi sebagai wadah dan wahana
k
ik
i i f
i
t
i k
lt
i
komunikasi, informasi, representasi, konsultasi,
fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia,
antara para pengusaha Indonesia dan
antara para pengusaha Indonesia dan
pemerintah, dan antara para pengusaha
Indonesia dan para pengusaha asing mengenai
Indonesia dan para pengusaha asing, mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan masalah
perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam arti
p
g
g
, p
,
j
luas yang mencakup seluruh kegiatan ekonomi,
dalam rangka membentuk iklim usaha yang
b
ih t
d
f
i
l
t
bersih, transparan dan profesional, serta
mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi
nasional
Pasal 10 mengenai tugas pokok Kadin,
diantaranya yang sangat penting adalah:
y y
g
g
p
g
(a) memfasilitasi penciptaan sinergi antara
pengusaha Indonesia dalam pemenuhan
pengusaha Indonesia dalam pemenuhan
kebutuhan sumber daya;
(b) melaksanakan komunikasi, konsultasi dan
advokasi dengan pemerintah dalam rangka
advokasi dengan pemerintah dalam rangka
mewakili kepentingan dunia usaha;
(c) mewakili dunia usaha dalam berbagai forum
(c) mewakili dunia usaha dalam berbagai forum
Enam langkah strategis dan riil yang disarankan Kadin:
1) Dukungan Insentif fiskal dan pendanaan bagi Peningkatan Investasi dan Daya Saing Industri melalui pembenahan dan modernisasi sarana-prasarana, seperti : Pembangkit Listrik dan Sumber Energi Lainnya, Industri Telekomunikasi,
P b J l T l K t k i I d t i S B j d K ik Pengembangan Jalan Tol, Konstruksi, Industri Semen, Baja dan Keramik, Industri Barang Modal dan Mesin Perkakas.
2) D k Fi i l b i I d t i P l h H il L t d K iti
2) Dukungan Finansial bagi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Kemaritiman,
melalui integrasi antara Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut dengan Program Peningkatan Produktivitas Nelayan dan Program
Peningkatan Kestabilan Feedstock
Peningkatan Kestabilan Feedstock. Hal ini terkait dengan :
Pengembangan Kawasan/Zona Penangkapan Ikan Klaster Pelabuhan dan – Pengembangan Kawasan/Zona Penangkapan Ikan, Klaster Pelabuhan dan
Tempat Pelelangan ikan yang menyediakan fasilitas “cold storage”, SPBU penyedia solar dan bahan bakar bersubsidi bagi perahu nelayan.
– Pengembangan kapasitas Laboratorium Uji Produk Perikanan di sentra-Pengembangan kapasitas Laboratorium Uji Produk Perikanan di sentra sentra produksi.
– Pengembangan Pusat Benih Unggul dan Sentra Produksi Pakan Ikan Budi Daya. y
– Pemberdayaan Industri Perkapalan Dalam Negeri untuk program
motorisasi perahu nelayan dan pengembangan Armada Kapal Penangkap Ikan Nasional .
3)) A. Dukungan prioritas kebijakan ekonomi bagi g p j g
terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan dengan Program Peningkatan
dan Kestabilan Feedstock yang berkualitas tinggi.
B. Dukungan Peningkatan Kepastian Hukum dan
J i K t k P b H t
Jaminan Keamanan untuk Pengembangan Hutan
Tanaman Industri serta Pencegahan Illegal
Logging, gg g, bagi terwujudnya integrasi Industri g j y g Kehutanan (Pengolahan Kayu, Pulp & Kertas dan
Industri Mebel) dengan jaminan Feedstock
Hal ini juga terkait dengan Program Peningkatan Produktivitas Lahan Penggunaan Benih Unggul Produktivitas Lahan, Penggunaan Benih Unggul, Pupuk Majemuk dan Pupuk Nutrisi, Pembenahan
4) Restrukturisasi, Modernisasi dan Pendalaman Struktur
I d t i P d t M d l d T k l i M d i ik
Industri Padat Modal dan Teknologi. Modernisasikan mesin/peralatan produksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Kembangankan Industri Komponen dan
Tekstil. Kembangankan Industri Komponen dan
Pendukung (Supporting Industries) Elektronika dan
Otomotif.
Diperlukan Insentif-insentif untuk Investasi yang Diperlukan Insentif insentif untuk Investasi yang
berorientasi pada pengembangan Industri Komponen dan Supporting Industry, modernisasi permesinan dan peningkatan kandungan teknologi produk. Misal :
modernisasi permesinan untuk Industri Tekstil dan Produk Tekstil perpindahan Teknologi dari Analog ke Produk Tekstil, perpindahan Teknologi dari Analog ke Digital untuk Industri Elektronika yang diikuti dengan
Pengembangan Industri Komponen dan Supporting
Pengembangan Industri Komponen dan Supporting
Industry. Pengembangan basis “global value chain”
5) Reorientasi Pendekatan Hubungan Dagang Bilateral 5) Reorientasi Pendekatan Hubungan Dagang Bilateral,
Regional dan Multilateral serta Penguatan Jaring-Jaring Pengaman Pasar Domestik untuk Menciptakan
Persaingan yang Adil bagi Pertumbuhan Industri Dalam Persaingan yang Adil bagi Pertumbuhan Industri Dalam Negeri
Lebih selektif dalam liberalisasi perdagangan
internasional dengan memperhatikan kondisi objektif
i d t i d l i t t f kt f kt k t l
industri dalam negeri, terutama faktor-faktor eksternal yang menghadang perkembangan dunia usaha.
Merekomendasikan agar Pemerintah melakukan Merekomendasikan agar Pemerintah melakukan
Langkah-langkah Proaktif untuk mengatur pola kompetisi pasar domestik. Perlindungan Pasar Domestik dari
penetrasi barang ilegal (selundupan barang penetrasi barang ilegal (selundupan, barang
palsu/tiruan), produk impor yang tidak memenuhi
Standar Nasional Indonesia, Barang-barang Bekas yang , g g y g
6) Reorientasi Kebijakan Ekspor Produk Bahan Mentah
MIGAS dan Non MIGAS. Laksanakan proses “shifting”
kebijakan ekspor bahan mentah menjadi kebijakan kebijakan ekspor bahan mentah, menjadi kebijakan ekspor produk bernilai tambah tinggi melalui proses produksi di dalam negeri
produksi di dalam negeri
• Kembangkan klaster Petrokimia terintegrasi yang
terdiri dari jejaring Industri Pengolah j j g g Crude Oil
(Refineries) dan Gas Alam dengan industri Olefin,
Aromatik dan Pupuk serta Industri Hilir seperti Tekstil, Plastik sebagai bahan baku Industri Komponen
Elektronika, Otomotif, Perkapalan dan Industri
Packaging Bangun industri Bio Fuel berbasis CPO dan Packaging. Bangun industri Bio-Fuel berbasis CPO dan
Etanol untuk sustainability sumber energi bagi masa
depan industri depan industri
Kekuatan Daya Saing Industri Daerah
• Penguasaan teknologi dan know-how;
• SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) dengan kualitas tinggi, dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi yang tinggi, dan
i tif inovatif;
• Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam proses produksi;
K lit t t b ik d i b dih ilk
• Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan;
• Promosi yang luas dan agresif;
• Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik;
• Pelayanan teknikel maupun non-teknikel yang baik (service after
sale);
• Adanya skala ekonomis dalam proses produksi;
• Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup;
• Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar negeri yang baik;
• proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time;
• tingkat entrepreneurship yang tinggi, yakni seorang pengusaha yang sangat inovatif, inventif, kreatif dan memiliki visi yang luas mengenai produknya dan lingkungan sekitar usahanya (ekonomi, sosial, politik, dll.), dan bagaimana cara yang tepat (efisien dan efektif) dalam menghadapi persaingan yang ketat di pasar global. Birokrasi ang efisien dan kond sif bagi pengembangan saha
Tabel 1: Peringkat Indeks Daya Saing Global (GCI) Indonesia
g
y
g
(
)
No 2007-2008
2006-2007
2005-2006
1
AS
Swiss
AS
2
3
Swiss
Denmark
Finlandia
Sweden
Finlandia
Denmark
4
5
Sweden
Jerman
Denmark
Singapura
Swiss
Singapura
6
7
Finlandia
Singapura
g p
AS
Jepang
g p
Jerman
Sweden
8
9
g p
Jepang
Inggris
p g
Jerman
Belanda
Taiwan, China
Inggris
10
gg
Belanda
Inggris
gg
Jepang
Indonesia
Indonesia
Indonesia (69)
(54) (50)
Tabel 2: Tiga Sub-indeks dari GCI Indonesia
Periode Persyaratan
dasar
Efisiensi
Inovasi
dasar
2006-007
2007 008
68
82
50
37
41
34
2007-008
82
37
34
Tabel 3: Empat Sub-indeks dari Persyaratan Dasar, Indonesia
i d
l b
f
k
S bili
h
&
Periode Kelembagaan Infrastruktur
Stabilitas
ekonomi makro
Kesehatan
&
pendidikan primer
ekonomi makro pendidikan primer
2006-007
52
89
57
72
2006 007
2007-008
52
63
89
91
57
89
72
78
4
S
i
i
fi i
i
i
Tabel 4: Empat Sub-indeks dari Penggerak Efisiensi, Indonesia
Periode Pendidikan Efisiensi
pasar
Kesiapan Luas
pasar
tinggi &
pelatihan
p
p
teknologi
p
pelatihan
2006-07 53
27
b
72 -
2007-08 65 -pasar
barang: 23
-pasar buruh: 31
75
15
p
-pasar keuangan: 50
(kecanggihan)
(kecanggihan)
Tabel 5: Dua Sub indeks dari Inovasi Indonesia
Tabel 5: Dua Sub-indeks dari Inovasi, Indonesia
Periode Kecanggihan
Bisnis Inovasi
2006-07
2007-08
42
33
37
41
Gambar 2: Kapasitas untuk Inovasi
113 Kambodia 56 60 Thailand Filipina 51 Indonesia 23 41 Singapura Vietnam 22 23 Malaysia Singapura 1 0 20 40 60 80 100 120 Jerman 0 20 40 60 80 100 120Gambar 3: Kualitas dari Lembaga R&D
94 118 Vietnam Kambodia 85 94 Filipina Vietnam 28 45 Indonesia Thailand 13 17 Singapura Malaysia 1 13 Swiss Singapura 0 20 40 60 80 100 120 140Gambar 4: Pengeluaran Perusahaan untuk R&D
Gambar 4: Pengeluaran Perusahaan untuk R&D
66 Kambodia 53 57 Filipina Vietnam 27 43 Indonesia Thailand 11 27 Malaysia Indonesia 1 10 Swiss Singapura 0 10 20 30 40 50 60 70
Gambar 5: Kerjasama antara Universitas dan Perusahaan
78 93 Vietnam Kambodia 67 Filipina Vietnam 28 64 Thailand Indonesia 16 28 Malaysia Thailand 1 7 AS Singapura 1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 ASGambar 6: Kemampuan perusahaan menyerap teknologi
Gambar 6: Kemampuan perusahaan menyerap teknologi
102 Kambodia 52 67 Filipina Indonesia 46 52 Vietnam Filipina 15 44 Malaysia Thailand 1 9 I l d Singapura 1 0 20 40 60 80 100 120 Iceland
Gambar 7: Ketersediaan teknologi baru
84 104 Vietnam Kambodia 58 84 Filipina Vietnam 41 51 Thailand Indonesia 22 41 Malaysia Thailand 1 12 S d Singapura 1 0 20 40 60 80 100 120 SwedenGambar 8: Hak Kekayaan
111 115 Kambodia Indonesia 79 111 Vietnam Kambodia 50 75 Thailand Filipina 23 Malaysia 1 5 Jerman Singapura 0 20 40 60 80 100 120 140Gambar 9: Perlindungan Kekayaan Intelektual
g
y
112 Kambodia 90 101 Filipina Vietnam 87 Indonesia p 25 44 Malaysia Thailand 5 Singapura y 1 0 20 40 60 80 100 120 Jerman 0 20 40 60 80 100 120Gambar 10: Kepercayaan Masyarakat terhadap Pejabat
Gambar 10: Kepercayaan Masyarakat terhadap Pejabat
112 Kambodia 67 119 Kambodia Filipina 60 63 Th il d Indonesia 52 60 Vietnam Thailand 1 18 Singapura Malaysia 1 0 20 40 60 80 100 120 140 Singapura
Gambar 11: Kemandirian Judisial
Gambar 11: Kemandirian Judisial
118 Kambodia 85 98 Filipina Indonesia 43 73 Th il d Vietnam p 30 43 Malaysia Thailand 1 19 Jerman Singapura 1 0 20 40 60 80 100 120 140 Jerman
Gambar 12: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia, 2006-2007
Gambar 13: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia, 2007-2008
0.5 Kriminal & pencurian
2 1.8 Pajak terlalu besar
Etik kerja TK buruk
3.7 2.2 Regulasi uang asing
Pemerintah yang tidak stabil
5.5 4.2 Inflasi Korupsi 8 5.6
Regulasi perpajakan tidak kondusif Keterbatasan tenaga kerja terdidik
10.7 8.5
Kebijakan tidak stabil Peraturan ketenaga kerjaan yang restriktif
16.1 10.8
Birokrasi tidak efisien Akses terbatas untuk pendanaan
20.5
0 5 10 15 20