• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Gempa Vulkanik Gunung Api Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Gempa Vulkanik Gunung Api Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

202 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Efek Gempa Vulkanik Gunung Api Gamalama Ternate

Terhadap Kondisi Sosial

Alwi La Masinu

Program Studi Pendidikan Geografi STKIP Kie Raha Ternate ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis gempa sebelum terjadi letusan gunungapi Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei lapangan terhadap kondisi sosial, sedangkan gempa vulkanik menggunakan data seismik yang terekam melalui alat seismograf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis gempa sebelum terjadi erupsi yang teramati adalah gempa letusan, gempa vulkanik dalam gempa vulkanik dangkal, gempa tektonik lokal. Gempa tektonik jauh dan gempa tremor hembusan lebih dominan menyebabkan terjadinya erupsi gunungapi gamalama Ternate, yang melewati pipa kapiler magma. Efek gempa vulkanik tersebut sangat memberikan pengaruh bagi aktifitas warga masyarakat sedangkan debu vulkanis lebih kurang 1-6 cm dan desa yang mengalami efek secara langsung adalah desa Takome, Tamadehe, Bandinga, Loto, Togafo, Taduma, Tofure, Sango, Kulaba dan Bula. Kata Kunci: Gempa vulkanik dan kondisi sosial

PENDAHULUAN

Secara geologis, Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng lithosfer yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan dan Barat, lempeng Asia atau Eurasia di bagian Utara, dan lempeng Pasifik di bagian Timur (Hall 2000:9). Selain dari kondisi tektonik akibat dari proses pergeseran lempeng maupun aktifitas gempa bumi dapat memicu terjadinya letusan gunung berapi.

Lava adalah magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunungapi atau melalui celah atau patahan rock yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Semua batuan pada mulanya berasal dari magma. Magma merupakan batuan cair yang terletak di bawah permukaan bumi. Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi, misalnya saat terjadi letusan. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi disebut lava. Di atas permukaan bumi lava akan membeku. Lava yang telah membeku kemudian menjadi batuan beku. Gunungapi gamalama Ternate berlapis strato bertipe A, dengan komposisi batuan lebih dominan bereksi, andesit, basal tufa dan lava (Qhv) yang berumur Holosen (Apandi dan Sudana 1980:12).

Gunungapi gamalama Ternate pertama kali mengeluarkan erupsinya pada tahun 1538 hingga sampai saat ini masih aktif, akibat

berulang kali terjadi erupsi menyebabkan susunan batuan beku vulkanis berlapis-lapis.

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Sebagai contoh wilayah Maluku Utara sebagian besar di dominasi oleh gunungapi karena melalui proses penunjaman antara lempeng Halmahera dan Philipina yang berasal dari lempeng Pasifik di bagian Timur Indonesia atau berada disebaran jalur gunungapi aktif dikawasan Timur Indonesia, menyebabkan wilayah ini rawan gempa tektonik dan aktifitas erupsi vulkanik misalnya; gunungapi gamalama Ternate, gunungapi Dokona, gunungapi Ibu, gunungapi Gamkonora, gunungapi Makian.

Walaupun padat komposisi batuan di dalam bumi selalu yang dipicu oleh tenaga yang bersumber dari dalam bumi (endogen), dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Gempa bumi memancarkan energi dalam bentuk geolombang primer dan gelombang sekunder kedua gelombang dipengaruhi oleh sifat dari material bumi yang dilaluinya. Gelombang primer biasanya akan merambat pada seluruh bagian bumi, sedangkan gelombang sekunder hanya merambat pada bagian mantel dari inti bumi. Bentuk gelombang yang dirasakan sebagai getaran (gempa) bumi meskipun pada jarak yang jauh

(2)

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 203 dari sumbernya dan gerakan kerak bumi yang

dikaitkan dengan gelombang seismik diukur melalui alat seismograf.

Menurut Geller, Jackson, dan Kagan et.al., (1997:23) seorang ahli seismology mengatakan bahwa pada prinsipnya gempa bumi tidak dapat diprediksi. Dalam proses persiapan akan terjadinya gempa bumi, dan benda-benda lain akan mengalami keadaan yang random (acak), dengan berbagai pengaruh dari luar atau tanda-tanda terjadinya gempa bumi.

Abu vulkanik atau pasir vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh disekitar gunungapi sampai dengan radius 5-7 km dari kawah gunungapi, sedangkan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuan kilometer (Sudaryo dan Sucipto, 2009:40).

Kerugian akibat bencana gunungapi bertambah karena masyarakat belum mengerti upaya untuk mengurangi resiko bencana atau yang dikenal dengan mitigasi bencana. Mitigasi bencana yaitu upaya untuk mengurangi dampak bencana. Mitigasi ini terdiri dari dua bagian yakni; (1). Mitigasi fisik (struktural) yaitu upaya mengurangi dampak bencana secara fisik dan (2). Mitigasi non fisik (nonstruktural), upaya mengurangi dampak bencana secara non fisik yang diwujudkan dalam pendidikan mitigasi bencana (Radianta dan Triatmadja, 2010:141).

Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan tindakan mitigasi terdapat lima hal pokok yaitu; (1) Penataan tata ruang (2) Pengaturan pembangunan (3) Pembangunan infrastruktur dan tata bangunan (4) Pendidikan (5) Pelatihan.

Masyarakat perlu mengetahui mengenai karakteristik bencana yang ada di sekitar gunungapi, sehingga mereka tau apa yang mengancam mereka setiap waktu. Selain itu masyarakat juga harus tau langkah-langkah tingkat evakuasi yang diharuskan. Sehingga masyarakat tidak akan merasa panik atau ketakutan ketika terjadi bencana yang disebabkan oleh faktor alam. Inilah pentingnya pendidikan mitigasi bencana bagi masyarakat di daerah rawan bencana.

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah; Untuk Mengetahui Efek Gempa Vulkanik Gunungapi Gamalama Ternate Terhadap Kondisi Sosial.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian survei ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang jenis gempa sebelum terjadinya erupsi gunungapi gamalama Ternate terhadap kondisi sosial. Keadaan sosial yang terjadi ditinjau secara langsung di lapangan melalui (survei), sedangkan jenis gempa menggunakan jaringan seismograf dari gunungapi Gamalama Ternate, dalam hal ini perangkat seismograf terdiri dari 5 stasiun aktif. Perekaman data digital dan analog sebagai acuan data seismik analog yaitu stasiun (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan Gunungapi Gamalama Ternate). HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian

Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Depertemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, bertempat di jalan Sabia belakang keluarahan Sangaji Utara (Kota Ternate Utara). Bangunan tersebut memiliki luas ± 200 m2, kantor pusat pengamatan gunungapi ini terdiri dari dua lantai yaitu; lantai satu berfungsi sebagai ruang pengamat, sedangkan lantai dua berfungsi sebagai ruang pemantauan gunungapi.

Erupsi Gunungapi Gamalama Ternate Gunungapi gamalama Ternate atau lebih dikenal dengan sebutan nama (Piek Van Ternate) secara geografis berada 0o48' Lintang Utara dan 127o19'30'' Bujur Timur, dengan ketinggian 1.715 meter dari permukaan laut (mdpl).

Baharudin, Martono, dan Djuhara, (1996:21) bahwa letusan gunungapi gamalama Ternate pertama kali terjadi pada tahun 1538. Pada tahun 1763 proses erupsi terjadi dengan melewati samping (erupsi liner) berada di bagian lereng arah Utara tepatnya di daerah Sulamadaha, proses ini yang ditandai dengan terbentuknya aliran lava yang membeku di bagian permukaan bumi. Peningkatan aktifitas vulkanik yang mengeluarkan aliran lava tahun 1994, letusan tersebut bersifat eksplosif dan terjadi di kawah utama. Pada letusan 1990

(3)

204 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima terjadi pembentukan kawah baru dibagian

Timur pematang kawah utama. Bentuk aliran lava yang membeku sebagai hasil erupsi dari gunungapi gamalama Ternate, dapat di lihat pada gambar 1 tentang aliran lava membeku merupakan aliran lahar terakhir pada saat terjadi letusan gunungapi.

Gambar 1. Foto batuan beku vulkanis yang terbentuk akibat lava membeku di bagian

permukaan bumi.

Adapun aktifitas erupsi dan interval letusan dari tahun 1980 hingga 2015 atau dua belas (12) tahun terakhir dimuat dalam interprestasi gambar 2 diagram batang di bahwa ini.

Gambar 2. Diagram batang hasil interprestasi dan interval letusan gunungapi gamalama Ternate yang di plot dalam microsoft office

excel 2007.

Hasil analisis diagram batang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan erupsi yang di determinasi oleh alat seismograf dengan interval letusan tahun 1980 sebannyak 18 kali atau (39,1%), tahun 1983 letusan terjadi tiga kali (6,5%), tahun 1988 (10,8%), 1990, 1993 dan 2014 rata-rata mencapai (3,1%), 1991, 1994, 2011, 2012 dan 2015 (1,5%). Di tahun 2003 sebanyak 9 kali letusan dengan nilai presentasi sebesar (14,0%).

Jenis Gempa Dan Vulkanik Gamalama Ternate, Bulan Juli-Agustus 2015 Dalam penelitian ini diperoleh dari data gempa yang tercatat oleh alat seismograf yang

berada di Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Sumber Daya Energi Mineral di daerah Ternate. Data yang diambil adalah data gempa bumi yang telah terjadi di wilayah Ternate dan sekitarnya dalam selang waktu selama dua belas (12) tahun. Kemudian data gempa ini disortir atau disesuaikan dengan data gempa yang dipergunakan dalam penelitian yaitu pilihan data gempa dan kekuatan gempa (aplitudo) diatas 6 sekala richer (6 > SR).

Untuk wilayah Kota Ternate memiliki empat pos pengamatan gunungapi gamalama yaitu Pos pengamatan gunungapi (PGA) di kelurahan Marikurubu puncak pada ketinggian 6.39 mdpl, Pos PGA Fora dua di kelurahan Formadiahi dua pada ketinggian 5.79 mdpl, Pos PGA di kelurahan Kulaba puncak pada ketinggian 5.79 mdpl, dan Pos PGA stasiun Tolire di kelurahan Takome puncak pada ketinggian 3.72 mdpl.

Salah satunya adalah sumber informasih mengenai saat terjadi erupsi gunungapi gamalama Ternate tahun 2015 atau tetapnya erupsi terjadi di bulan Juli dan Agustus, didapatkan nilai tertinggi dan rendah dari amplitudo gelombang gempa vulkanik gunungapi gamalama Ternate.

Berdasarkan hasil nilai interprestasi pengelolaan data amplitudo untuk menentukan aktifitas gunungapi gamalama, menggunakan data kegempaan dan hasil interprestasi data gempa kemudian di plot ke dalam program minitab menghasilkan gambar dalam berikut ini.

Gambar 3. Grafik energi gempa sebelum terjadi erupsi ekplosif di bulan Juni. Dari grafik tersebut di bagian gambar tiga, tampaknya energi yang dilepaskan oleh gunungapi gamalama Ternate tidak sama dalam setiap hari, perbedaan ini dapat diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan energi dengan waktu yang diperlukan cukup lebih lama, aktifitas lempeng tektonik berupa subduksi divergen dan konvergen, akan memicu naiknya magma dari 18 3 5 2 1 2 1 9 1 1 2 1 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

(4)

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 205 sumbernya (inti bumi), sehingga menimbulkan

aktifitas gunung berapi. Jadi energi gempa yang dilepaskan oleh gunungapi sebagai suatu nilai acak atau random yang tergantung pada aktiftas vulkanik dari gunungapi tersebut. Semakin banyak aktifitas seismik Hembusan, seismik Tektonik dan beberapa kejadian vulkanik lainnya, aktifitas seismik dan kejadian vulkanik ini diakibatkan oleh peningkatan magma di bawah permukaan menuju di bagian permukaan bumi.

Sebelum terjadi gempa letusan diawali dengan gempa hembusan yang lebih dominan kemudian di ikuti dengan gempa tektonik jauh dan gempa yang lain. Sehari sebelum letusan terjadi peningkatan kegempaan hembusan secara terus-menerus terjadi pukul 15.24-16.04 wit dan amplitudo mencapai 2-6 mm dan pelepasan energi gempa vulkanik atau letusan terjadi di tanggal 16 juni pukul 09.58 dengan amplitudo 1-3 mm dominan 1.5 mm. Letusan 4 Agustus 2015 yang terjadi pada pukul 07.53 wit, adalah kelanjutan dari letusan 16 Juli 2015. Peningkatan kegempaan terjadi pada 11-27 Agustus 2015 yaitu berupa gempa-gempa hembusan, gempa vulkanik dan gempa tremor harmonik. Hasil rekaman gempa selama bulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut; (1). Gempa letusan 1 kali yang terjadi pada 4 Agustus 2015 pukul 07.58 wit, amplitudo 45 mm dan lama gempa 55 detik (2). Gempa Tektonik Jauh 3.80 kali kejadian amplitudo 1.5-47 mm dan lama gempa 25.11-192.83 detik (3). Gempa teleseismik 1 kali kejadian amplitudo 5 mm dan lama gempa 51.62 detik (4). Gempa tektonik lokal 51 kali kejadian amplitudo 3-47 mm dan lama gempa 10.92-60.93 detik (5). Gempa vulkanik dalam 17 kali kejadian amplitudo 1.5-45 mm, lama gempa 5.30-17.62 detik (6). Gempa Hembusan 6.66 kali kejadian amplitudo 1.5-47 mm dan lama gempa 2.50-93.34 detik (7). Gempa tremor harmonik 66 kali kejadian dengan amplitudo 1-5 mm dan lama gempa 15.74-3716.09 detik (8). Gempa tremor hembusan menerus 31 kali kejadian amplitudo 0.5-5 mm, dominan 1-1.5 mm. Gempa tektonik terasa 2 kali kejadian yang terjadi pada; (1). Tanggal 16 Agustus 2015 terjadi pukul 23.08 wit 47 mm dan lama gempa 104.43 detik (2). Tanggal 20 Agustus 2015 terjadi pukul 20.00 wit dengan amplitudo 47 mm dan lama gempa 283.62 detik.

Berdasarkan sinyal seismik selama aktivitas letusan dan hasil rekaman gempa gunungapi

Gamalama bulan Agustus 2015, ditampilkan dalam bentuk diagram batang gambar 4.

Gambar 4. Aktifitas gempa periode bulan Agustus, gunungapi Gamalama Ternate (Sumber Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi dan Sumber Daya Mineral). Terjadinya aktifitas erupsi gunungapi gamalama Ternate di bulan Agustus, di pengaruhi beberapa jenis gempa seperti gempa tektonik biasanya terjadi pada kedalaman 10 km di bagaian bawah permukaan bumi, gempa tektonik mengalami peningkatan tanggal 22-25 Agustus.

Gempa hembusan terjadi 10-28 Agustus yang di ikuti dengan gempa tremor dan tinggi asap metri. Adapun tampilan dari grafik amplitudo seismik dengan kode Network (VG), stasiun (ARK), frekuensi (0.50-16.00 Hz), titik hitam (5 menit), kurva coklat (60 menit) garis merah (letusan) dan garis biru (tektonik > 6 SR) seperti gambar 5.

Gambar 5. Grafik amplitudo seismik gunungapi Gamalama Ternate (Sumber Data

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Sumber Daya Mineral). Dari gambar 5 tentang grafik diatas tersebut dapat diketahui bahwa, frekuensi gelombang gempa mengalami fluktuasi peningkatan 4 Agustus hingga 22 Agustus, dan 1-31 Agustus

(5)

206 Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima gelombang seismik diatas rata-rata 40-65

amplitudo (A.U).

Dampak Erupsi dan Kondisi Sosial

Kejadian proses erupsi pada tanggal 16 Juli pukul 09.58 wit, sampai tanggal 30 juli 2015 merupakan yang ke 70 kali.

Gambar 6. Letusan di sertai abu vulkanik tanggal 16 Juli 2015 pukul 09.58 Wit, posisi

pengambilan foto di Sangaji bagian Utara. Hasil interprestasi dari alat seismograf menunjukkan bahwa aktifitas erupsi atau letusan yang terjadi pada tanggal 16 Juli erat kaitannya dengan gempa tektonik terasa pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 18.36 wit. Aktifitas tektonik terasa tersebut menyebabkan kantong magma vulkanik gamalama Ternate bergerak atau terdorong untuk keluar menuju kepermukaan bumi. Akibat telah terjadi letusan dari rekahan bagian Barat Laut secara menerus putih kelabu tebal bergumpal, tinggi kolom asap letusan 1000 meter diatas permukaan condong ke arah Utara-Barat Laut disertai abu vulkanik. Erupsi pada tanggal 4 Agustus 2015 pukul 07.53 wit, merupakan kelanjutan dari letusan 16 Juli tahun 2015, letusan tersebut telah memperlihatkan semburan debu vulkanik dari rekahan bagian barat laut kelabu tebal, tinggi kolom asap letusan l00 meter condong ke arah Timur sampai Timur Laut, disertai abu vulkanik tipis.

Ada beberapa desa yang dilanda abu vulkanik seperti desa Bandinga, Bula, Kulaba, Loto, Sango, Takome, Tamadehe, Tafure dan Togafo. Ketebalan abu vulkanik mencapai 5-6 mm untuk desa Bandinga dan Loto, sedangkan desa yang lain, debu vulkanik dengan ketebalan mencapai 3-4 mm untuk desa Togafo, desa Takome dan Tamadehe debu vulkanik sekitar 1-2 mm, desa lain Tofure, Sango, kulaba dan Bula 0-1 mm untuk debu vulkanik.

Sedangkan desa yang di landa debu vulkanik pada tanggal 16 Juli 2015 yaitu

Takome, Tamadehe, Bandinga, Loto dan Togafo, tanggal 18 Juli Taduma bagian selatan terkenal abu vulkanik, untuk desa yang lain seperti Tafure, Sango, Kulaba, Bula terjadi 30 Juli. Di kota Ternate banyak orang yang tinggal di daerah rawan bencana, yang merupakan daerah berwarna kuning dan sebaran material vulkanik terjadi diantara KRB I dan KRB III dalam peta kawasan rawan bencana Gamalama Ternate.

Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas gunung berapi adalah material yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi berupa abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik bahan material vulkanik, yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Letusan gunung api dapat menghamburkan abu, kemudian diterbangkan angin dan jatuh di beberapa desa seperti gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Foto atap rumah yang terkenal jatuhan abu vulkanik gunungapi gamalama Ternate. Abu vulkanik dengan tebal mencapai 1-6 cm yang melanda desa Loto bagian Selatan

Ternate.

Bila jumlahnya terus bertambah yang melebihi kekuatan atap, maka atap rumah tersebut akan terhambruk. Abu vulkanik yang baru keluar dari gunung api berdampak negatif bagi lingkungan. Abu vulkanik yang membentuk awan panas, baik karena temperaturnya maupun kandungan kimia dari abu vulkanik yang bersifat asam dapat mencemari air tanah. Abu vulkanik selain berdampak langsung di lokasi bencana atau kejadian yang juga berdampak di wilayah sekitarnya yang lebih luas. Abu vulkanik yang betebaran di udara dan terbawa angin ke daerah-daerah lain dalam radius puluhan bahkan ratusan kilometer. Gas yang

(6)

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 207 dikeluarkan pada saat terjadi letusan gunung

berapi adalah Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif (Gamalama Ternate). Menurut Macdonald (1972:3) menjelaskan bahwa gunungapi kebanyakan selalu berhubungan dengan suatu bukaan (rapture) yang berasal dari dalam bumi dan menghubungkan hingga di permukaan bumi, yang selanjutnya dilalui oleh magma, gas berupa seperti gas karbon dioksida (CO2),

sulfur oksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S) gas

hidrogen (H2) hidrogen klorida (HCI) dan

sulfur (S), unsur gas ini akan bereaksi dalam bentuk senyawa.

Ada beberapa faktor untuk menghindari efek atau dampak erupsi gunungapi antara lain; (1) masyarakat menghindari dampak negatif abu vulkanik (2) menghindari lokasih kejadian yang berbahaya (3) menggunakan masker agar tidak terkontaminasi dengan debu yang mengandung unsur senyawa kimia (4) menggunakan kacamata untuk menghindari dari gangguan debu vulkanik.

KESIMPULAN

Efek gempa yang terjadi di kota Ternate di bulan Juni-Agustus 2015, di awali dengan beberapa fenomena di dalam bumi yaitu gempa hembusan, gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal, gempa tektonik lokal, gempa tektonik jauh dan gempa tremor hembusan sedangkan hasil pemlotan data dengan minitab bahwa terjadinya erupsi gunungapi gamalama Ternate di sebabkan oleh gempa hembusan dan gempa tektonik jauh. Sehingga akan memicu kenaikan magma yang melewati pipa kepundaan dan bergerak naik menuju kebagian permukaan mengeluarkan debu vulkanik dari rekahan bagian Barat Laut. Akibat dari Debu vulkanik terhadap kondisi sosial menimbulkan efek atau dampak berupa debu vulkanik memiliki ketebalan ± 1-6 cm, debu vulkanik tersebut sangat mempengaruhi aktifitas warga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi T. dan Sudana D. (1980). Peta Geologi Lembaran Ternate, Maluku Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Baharudin, R. Martono, A. dan Djuhara, A. (1996). Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamalama, Ternate, Maluku, Direktorat Vulkanologi.

Geller, R.J., Jackson, D.D., et all., (1997). Earth quake Cannot be Predicted. Science, 275 (5306), 1616-1617.

Hall R. (2000). Neogene History of Collision In the Halmahera Region. Proceedings of the Indonesia. Petroleum Association 27th Annual Convention, 487-493.

Macdonald, G.A., (1972). Volcanoes, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 510. Radianta dan Triatmadja (2010). Kejadian

Tsunami Penjalaran, Daya Rusak, dan Mitigasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudaryo dan Sucipto (2009). Identifikasi dan Penentuan Logam Berat Pada Tanah Vulkanik di Cangkringan, Kabupaten Sleman Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron Cepat, Seminar Nasional V SDM Teknologi, Yogyakarta.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Gunungapi.

Gambar

Gambar 1. Foto batuan beku vulkanis yang  terbentuk akibat lava membeku di bagian
Gambar 4. Aktifitas gempa periode bulan  Agustus, gunungapi Gamalama Ternate  (Sumber Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Gambar 6. Letusan di sertai abu vulkanik  tanggal 16 Juli 2015 pukul 09.58 Wit, posisi

Referensi

Dokumen terkait

Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia

Pelayanan Informasi Obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek merupakan kegiatan yang

Orang- orang merasa bimbang kenapa Nichiren, yang mengakui sebagai seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra harus dihadapi oleh begitu banyak penganiayaan dan

Injeksi furosemid 1A/12jam (merupakan terapi simtomatik untuk mengurangi edema paru), KCL 1x1 (KCL adalah kalium klorida yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

Setiap kecelakan penerbangan selalu menimbulkan kerugian bagi penumpang yang tentu saja melahirkan permasalah hukum, khususnya berkenaan dengan tanggung jawab

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.arya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... RANCANG BANGUN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, belum ada peradilan khusus untuk anak di Mahkamah Syar’iah Langsa dalam mengadili perkara pidana anak, sebelum adanya ketetapan khusus

Pemberi Fidusia tidak berhak untuk rnelakukan Fidusia ulang atas --- Obyek Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia juga tidak diperkenankan --- untuk membebankan dengan cara