• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

V GAMBARAN UMUM DESA CIBURUY

5.1 Wilayah, Topografi, dan Demografi Desa Ciburuy

Desa Ciburuy merupakan suatu desa di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Letaknya berada di wilayah pembangunan Bogor Tengah. Secara geografis, Desa Ciburuy yang berada pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut ini berbatasan dengan beberapa desa yang juga termasuk dalam wilayah kecamatan Cigombong. Secara topografi, Desa Ciburuy terletak paling bawah di antara desa lain yang berbatasan dengan desa tersebut. Akibatnya, Desa Ciburuy sulit untuk menerapkan budidaya padi secara murni organik karena desa lain di sekitarnya yang terletak lebih tinggi daripada Desa Ciburuy belum masih menerapkan budidaya padi secara konvensional. Desa Ciburuy berbatasan dengan Desa Ciadeg di sebelah utara, Desa Cigombong di sebelah selatan, Desa Cisalada di sebelah barat, dan Desa Srogol di sebelah timur. Curah hujan di Desa Ciburuy pada tahun 2011 tercatat sebesar 23,1 milimeter per tahun dengan suhu rata-rata 30 derajat Celcius. Desa Ciburuy memiliki luas wilayah 160 hektar. Dari luas lahan sejumlah tersebut, 53 hektar di antaranya merupakan lahan sawah. Lahan sawah tersebut terdiri dari dua hektar sawah irigasi teknis, 30 hektar sebagai sawah irigasi sederhana, dan 21 hektar sawah tadah hujan.

Data pada bulan November tahun 2011 menunjukkan bahwa total jumlah penduduk di Desa Ciburuy adalah sebanyak 11.993 orang yang terdiri dari 2.458 kepala keluarga. Dari jumlah total penduduk tersebut, 6.129 orang di antaranya berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 5.864 orang selebihnya merupakan penduduk berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Ciburuy bergerak dalam bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani, yaitu sebanyak 1.416 orang (52,7%). Selanjutnya, sebanyak 306 orang (11,39%) penduduk Desa Ciburuy berwirausaha, yaitu terdiri dari usaha skala rumah tangga dan menengah. Jumlah penduduk yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah 24 orang (0,9%), yang berprofesi sebagai karyawan swasta sebanyak 614 orang (22,85%), yang berprofesi sebagai tukang ojek sebanyak 259 orang (9,64%), yang berprofesi sebagai pengemudi sebanyak 30 orang (1,12%), sebanyak dua orang (0,07%) berprofesi sebagai dokter, sebanyak dua orang (0,07%) berprofesi sebagai bidan

(2)

42 dan sisanya sebanyak 34 orang (1,26%) berprofesi sebagai paraji/dukun. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Ciburuy tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penggolongan Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Tahun 2011

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani 1.416 52,70

Wirausahawan 306 11,39

Pegawai Negeri Sipil 24 0,90

Karyawan Swasta 614 22,85 Tukang Ojek 259 9,64 Pengemudi 30 1,12 Dokter 2 0,07 Bidan 2 0,07 Paraji/Dukun 34 1,26 Total 2.687 100,00

Sumber: Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Pemerintah Kabupaten Bogor (2011)

Sebagian besar penduduk Desa Ciburuy yang berprofesi di bidang pertanian merupakan pemilik lahan, yaitu berjumlah 920 orang (64,97%). Sedangkan sisanya merupakan petani penggarap, yaitu sebanyak 350 orang (24,72%), dan buruh tani sebanyak 146 orang (10,31%). Tabel 7 menunjukkan jumlah petani di Desa Ciburuy berdasarkan status kepemilikan lahan sawahnya.

Tabel 7. Penggolongan Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Tahun 2011

Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pemilik 920 64,97

Petani Penggarap 350 24,72

Buruh Tani 146 10,31

Total 1.416 100,00

Sumber: Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Pemerintah Kabupaten Bogor (2011)

Sebanyak 780 (8,45%) orang penduduk Desa Ciburuy belum sekolah, sebanyak 2.996 orang (32,45%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat SD/sederajat, sebanyak 3.906 orang (42,30%) mengikuti pendidikan formal

(3)

43 sampai tingkat SMP/sederajat, dan sebanyak 1.446 orang (15,66%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat SMA/sederajat. Selanjutnya, sebanyak 20 orang (0,22%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat D1, sebanyak 19 orang (0,2%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat D2, sebanyak tujuh orang (0,08%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat D3, sebanyak sembilan orang (0,1%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat D4, sebanyak 18 orang (0,19%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat S1, sebanyak 12 orang (0,13%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat S2, dan sebanyak 20 orang (0,22%) mengikuti pendidikan formal sampai tingkat S3. Kesimpulannya, penduduk Desa Ciburuy sebagian besar mengikuti pendidikan formal sampai dengan tingkat SMP. Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk Desa Ciburuy.

Tabel 8. Penggolongan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Belum sekolah 780 8,45 Tamat SD/sederajat 2.996 32,45 Tamat SMP/sederajat 3.906 42,30 Tamat SMA/sederajat 1.446 15,66 Tamat D1 20 0,22 Tamat D2 19 0,20 Tamat D3 7 0,08 Tamat D4 9 0,10 Tamat S1 18 0,19 Tamat S2 12 0,13 Tamat S3 20 0,22 Total 9.233 100,00

Sumber: Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Pemerintah Kabupaten Bogor (2011)

Terdapat beberapa sarana dan prasarana di Desa Ciburuy. Untuk sarana pendidikan, terdapat 64 unit sekolah dari tingkat Taman Kanak-kanak, sampai dengan Sekolah Menengah Atas, baik negeri maupun swasta. Selain itu juga terdapat pondok pesantren, TPA, PAUD, dan tempat kursus, yaitu kursus menjahit

(4)

44 dan kursus komputer. Kantor kepala desa merupakan satu-satunya sarana pemerintahan di Desa Ciburuy. Untuk prasarana wilayah, Desa Ciburuy memiliki dua unit menara penampungan air, dua unit terminal air PDAM, empat unit pompa air umum, dan dialiri sebanyak empat sungai/kali. Untuk prasarana perhubungan, terdapat satu unit stasiun kereta api yang menghubungkan ke arah Sukabumi maupun ke arah Bogor, dimana stasiun ini sebenarnya milik Kecamatan Cigombong. Untuk prasarana perekonomian, Desa Ciburuy memiliki tiga unit toko pupuk/alat pertanian, satu unit toko kelontong, empat unit toko foto kopi, empat unit kios (pasar), sepuluh unit warung nasi, tiga unit warung masakan tradisional, satu unit kantor pos, dan tiga unit toserba. Prasarana pertanian di Desa Ciburuy adalah berupa satu unit dam, dan satu unit saluran irigasi. Selanjutnya, untuk prasarana kesehatan, Desa Ciburuy memiliki empat unit balai pengobatan, satu unit poliklinik, empat unit rumah bersalin, dan sepuluh unit posyandu. Sarana dan prasarana tersebut sudah cukup memadai untuk menunjang aktivitas sosial, budaya, dan perekonomian penduduk.

5.2 Profil Umum dan Kegiatan Usaha Gapoktan Silih Asih

Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari kelompok-kelompok tani yang berlokasi di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Kecamatan Cigombong khususnya Desa Ciburuy ini bukanlah merupakan desa yang menjadikan pertanian sebagai fokus utama kegiatan perekonomiannya, akan tetapi usaha yang bergerak di sektor pertanian di desa ini menjadi salah satu usaha pilihan bagi masyarakat. Data tahun 2006 menunjukkan bahwa total keluarga tani di Gapoktan Silih Asih berjumlah 515 orang. Tingkat pendidikan petani yang rendah serta luas kepemilikan lahan yang sempit, yaitu antara 1.000 sampai dengan 2.500 meter persegi, merupakan permasalahan umum usahatani di Desa Ciburuy.

Terdapat sembilan kelompok tani yang menjadi binaan Gapoktan Silih Asih antara lain Silih Asih, Saung Kuring, Lisung Kiwari, Tunas Inti, Manunggal Jaya, Silih Asih Fish Farm, Bibilintik, Taruna Tani Silih Asih, dan Kelompok Wanita Tani Motekar. Dari kesembilan kelompok tani tersebut, lima di antaranya (Silih Asih, Saung Kuring, Lisung Kiwari, Tunas Inti, dan Manunggal Jaya) merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang pangan, terutama beras sehat.

(5)

45 Selanjutnya, Silih Asih Fish Farm merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang perikanan, sedangkan Bibilintik merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan. Data tahun 2006 menunjukkan bahwa luas lahan pertanian yang digunakan oleh Gapoktan Silih Asih adalah 74 hektar, dimana hampir seluruhnya (90%) diusahakan untuk komoditas padi sawah, dan 16 hektar kolam yang digunakan untuk usaha di bidang perikanan. Selain itu, sebagai pendukung kegiatan pembiayaan maupun pemasaran para petani yang etrgabung dalam Gapoktan Silih Asih, terdapat sebuah koperasi yang dinamakan dengan Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari.

Jenis-jenis usahatani yang terdapat pada Gapoktan Silih Asih dinamakan dengan program Gemar Paket A. Adapun Program Gemar Paket A antara lain pemasaran beras sehat, perdagangan sarana dan alat produksi pertanian, budidaya jagung, penggemukan domba, pembenihan lele, pembesaran lele, pembenihan nila, pembesaran nila, penangkaran benih padi, dan budidaya jamur tiram.

1. Pemasaran Beras Sehat

Gabah padi sehat diperoleh dari hasil panen petani anggota kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan yang dibudidayakan tanpa menggunakan pestisida kimia. Gabah-gabah tersebut kemudian diproses sehingga menjadi beras yang siap untuk dipasarkan. Produk beras sehat yang siap untuk dipasarkan tersebut diberi merk Beras SAE dan Beras Si Gemar dengan harga jual Rp55.000,00 per kemasan lima kilogram. Pihak yang sering menjadi target pasar dinas instansi/lembaga pemerintah, pengusaha/usaha, koperasi, ataupun pihak individu lainnya. Program tersebut berdampak positif bagi petani. Di samping petani mendapatkan kepastian akan pemasaran gabah yang dihasilkan, petani juga menjadi lebih fokus sebagai produsen beras sehat. Menurut pihak Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan yang bertugas khusus di Gapoktan Silih Asih mengklaim bahwa produktivitas gabah basah mencapai enam sampai tujuh ton per hektar. Gambar 4 menunjukkan bentuk kemasan beras sehat yang dijual di KKT Lisung Kiwari.

(6)

46 Gambar 4. Bentuk Kemasan Beras SAE dan Si Gemar

2. Perdagangan Sarana dan Alat Produksi Pertanian

Dalam program ini, gapoktan berperan sebagai penyedia sarana dan alat produksi pertanian yang terjangkau bagi petani anggota kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan. Sarana dan alat produksi pertanian yang disediakan oleh gapoktan antara lain pupuk urea, phonska, OFER (Organic

Fertilizer), Pasti (Pestisida Nabati), dan sebagainya. Untuk bidang perikanan,

gapoktan menyediakan pakan ikan. Semua sarana dan alat produksi pertanian tersebut disediakan oleh gapoktan dengan tujuan meringankan beban petani, baik dari segi biaya produksi, jumlah, dan akses untuk memperoleh sarana dan alat produksi pertanian tersebut. Oleh karena itu, petani dapat memperoleh sarana dan alat produksi pertanian yang mereka butuhkan untuk kegiatan usahatani secara tunai maupun kredit. Gambar 5 menunjukkan berbagai sarana dan alat produksi pertanian yang dijual di KKT Lisung Kiwari.

Gambar 5. Berbagai Macam Sarana dan Alat Produksi Pertanian yang Dijual di KKT Lisung Kiwari

(7)

47 3. Budidaya Jagung

Pada kegiatan usahatani ini, gapoktan selain berfungsi sebagai lembaga keuangan yang menyediakan modal bagi petani, juga mempunyai tujuan untuk mengembangkan areal tanam dan panen pada lahan tertentu dan bagi petani yang sudah terbiasa menanam jagung tanpa mengganggu upaya peningkatan produksi padi sawah.

4. Penggemukan Domba

Dalam usahatani penggemukan domba, Gapoktan Silih Asih membantu peternak dalam pemodalan untuk pengadaan bakalan (bibit domba/domba muda) dan pengadaan induk muda baik secara tunai maupun kredit. Total peternak yang memanfaatkan usaha ini sampai dengan tahun 2011 adalah sebanyak 44 orang, dimana sebagian besar peternak domba ini juga merupakan petani padi sehat.

5. Pembenihan Lele

Dalam budidaya pembenihan lele, Gapoktan Silih Asih berfungsi sebagai penyedia modal pinjaman bagi para peternak untuk pengadaan induk ikan lele, pakan, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk proses pembenihan. Pembenihan lele terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih lele dalam usaha pembesaran lele, baik di Desa Ciburuy maupun di lokasi lain.

6. Pembesaran Lele

Selain berfungsi sebagai penyedia modal pinjaman bagi para peternak untuk pengadaan benih lele, Gapoktan Silih Asih juga berperan sebagai koordinator peternak dalam memasarkan lele hasil budidaya pembesaran. Menurut pihak Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) di Gapoktan Silih Asih, usaha ini terus dilakukan, akan tetapi penyediaan modal untuk usaha ini akan dibatasi.

7. Pembenihan Nila

Kegiatan gapoktan dalam usaha pembenihan nila ini meliputi penyediaan modal pinjaman untuk pengadaan induk ikan nila serta pemasaran benih nila. Benih ikan nila dipasarkan tidak hanya di Desa Ciburuy tetapi juga di lokasi lain.

(8)

48 Gapoktan Silih Asih membantu pemodalan peternak untuk pengadaan benih nila, pakan, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses budidaya pembesaran nila. Selain itu, gapoktan juga mengkoordinasikan para peternak dalam hal pemasaran ikan nila yang siap untuk dikonsumsi. Sama seperti usaha budidaya lele, usaha budidaya nila juga akan terus dilakukan, tetapi penyediaan modal untuk usaha ini akan dibatasi.

9. Penangkaran Benih Padi

Fokus utama penyediaan modal gapoktan untuk para petani pada usaha ini adalah untuk biaya pendaftaran, pengadaan sarana dan alat produksi pertanian, pengadaan benih padi, biaya garap, biaya tanam, biaya pemeliharaan, seleksi, uji laboratorium, pengolahan, dan pengemasan. Kegiatan penangkaran benih padi ini akan menghasilkan benih padi bermutu yang tahan terhadap penyakit tungro (biasa disebut benih padi berlabel ungu/biru). Benih tersebut kemudian dipasarkan kepada para petani anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih dan ke lokasi lainnya di luar gapoktan.

10. Budidaya Jamur Tiram

Dalam usaha budidaya jamur tiram, gapoktan berperan sebagai penyedia modal pinjaman bagi petani untuk perbaikan satu unit kumbung (rumah produksi jamur tiram), pembangunan satu unit kumbung, dan pengadaan 5000 unti baglog (media tanam jamur tiram) dan alat penyemprot.

5.3 Budidaya Padi Sehat

Gapoktan Silih Asih sebagai satu-satunya gapoktan di Desa Ciburuy memiliki standart operational procedure (SOP) dalam proses budidaya padi sehat. SOP tersebut disusun sedemikian rupa dengan tujuan memposisikan produk beras yang berasal dari Desa Ciburuy sebagai beras sehat yang bebas dari residu bahan kimia. Beberapa SOP budidaya padi sehat tersebut adalah pengurangan jumlah penggunaan pestisida kimia dan pengurangan jumlah penggunaan pestisida kimia yang diikuti dengan penggunaan pupuk organik. Pengurangan jumlah penggunaan pestisida bertujuan untuk menghindari ketergantungan petani terhadap penggunaan pestisida kimia, sedangkan pengurangan jumlah penggunaan pestisida kimia yang diikuti dengan penggunaan pupuk organik dapat

(9)

49 meningkatkan unsur hara tanah dalam jangka panjang sehingga akan meningkatkan produktivitas lahan. Oleh karena itu, para petani padi sehat menggunakan pupuk kompos jerami sisa panen dan/atau OFER (Organic

Fertilizer) yang dibuat sendiri. Selain tentang penggunaan pupuk kimia,

penggunaan pestisida kimia sama sekali tidak diperbolehkan. Sebagai penggantinya, petani menggunakan pestisida nabati bermerk PASTI yang diperoleh dari hasil kemitraan dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS) sehingga pestisida nabati ini dapat dengan mudah dibuat, diperoleh, dan dijual di koperasi gapoktan. SOP selanjutnya adalah tentang penggunaan jenis varietas benih dan jumlah yang akan ditanam, cara pembuatan dan pemakaian pupuk organik dan pestisida nabati, aturan tanam, hingga penjualan. SOP tersebut terbentuk atas kemitraan gapoktan dengan Lempbaga Pertanian Sehat (LPS) dan Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Bogor.

Tahapan budidaya padi pada dasarnya adalah persiapan benih dan persemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan dan pemeliharaan, serta pemanenan. Penjelasan tahapan-tahapan tersebut sesuai dengan SOP budidaya padi sehat adalah sebagai berikut.

5.3.1 Persiapan Benih dan Persemaian

Dalam kegiatan ini, petani memilih varietas benih yang akan ditanam. Pemilihan varietas benih biasanya telah disepakati oleh semua anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Kesepakatan pemilihan varietas benih berdasarkan pertimbangan tingkat ketahanan benih terhadap serangan hama dan penyakit padi dan telah diuji kualitasnya oleh pemerintah. Varietas benih yang memiliki tingkat ketahanan yang baik terhadap berbagai macam hama dan penyakit padi biasanya yang berlabel biru, yaitu benih padi yang tahan terhadap penyakit tungro, antara lain seperti Ciherang, Bondoyudo, Situ Bagendit, Inpari, IR64, Sintanur, Hibrida, Mikongga, dan Pandan Wangi.

Setelah varietas benih dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah memilih benih yang bernas. Benih yang telah diperoleh direndam ke dalam larutan disinfektan (larutan garam atau abu dapur). Komposisi bahan larutan disinfektan tersebut adalah satu sendok garam atau tiga sendok abu dapur setiap satu liter air. Benih yang dipilih untuk disemai adalah benih yang tenggelam. Benih yang sudah

(10)

50 direndam selanjutnya dilakukan pemeraman. Selanjutnya, benih yang terpilih direndam lagi dengan air bersih. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan merangsang perkecambahan yang merata pada benih padi. Kemudian benih padi siap untuk disemai di lahan persemaian. Selain dengan cara tersebut, petani juga memperoleh benih dengan cara memilih benih yang bernas dari lahan pertanian mereka sendiri sehingga cara tersebut lebih hemat biaya produksi.

Kriteria lahan yang baik sebagai lahan persemaian adalah lahan yang aman dan mudah pemeliharaannya. Proses pembibitan berlangsung selama 12 sampai dengan 20 hari sampai benih sudah menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Selama proses pembibitan, petani menambahkan pupuk kompos sebagai pelengkap. Gambar 6 menunjukkan kondisi lahan persemaian benih padi.

Gambar 6. Lahan Persemaian Benih Padi

5.3.2 Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk memberantas gulma yang tumbuh di lahan yang akan ditanam, menggemburkan tanah, memperbaharui aerasi tanah, memudahkan pangaturan air, dan mengatur jarak tanam. Sebelum melakukan pengolahan lahan, petani melakukan penyebaran jerami sisa hasil panen sebelumnya ke lahan sehingga akan mengalami pembusukan dengan sendirinya. Selain itu, petani juga menambahkan pupuk kompos yang diberikan dengan komposisi kurang lebih sebanyak dua ton per hektar lahan sawahnya. Tahap-tahap pengolahan tanah antara lain sebagai berikut:

(11)

51 1. Perbaikan Pematang (Mopokan)

Kegiatan perbaikan pematang yaitu meremajakan pematang dengan membongkar pematang sampai ke dasar lahan dengan menggunakan cangkul kemudian menimbun kembali dengan tanah yang sudah diolah (dibajak) sehingga pematang kembali rapi. Hal ini dilakukan untuk menutup lubang hama dan mencegah terjadinya kebocoran saluran air.

2. Ngongkolongan

Kegiatan ngongkolongan yaitu mencangkul batas petakan yang berbatasan dengan petakan di atasnya. Tanah hasil cangkulan batas petakan dipindahkan ke bagian tengah lahan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah proses pembajakan.

3. Pembajakan Lahan

Kegiatan pembajakan lahan bertujuan untuk mempercepat proses pembusukan sisa tanaman dengan merotasi tanah. Pembajakan lahan dilakukan dengan bantuan kerbau atau traktor, tergantung kondisi geografis lahan, yaitu dari segi luas dan posisi lahan.

4. Nampingan dan Mengaru

Kegiatan nampingan hampir sama seperti mopokan. Nampingan dilakukan dengan cara memecah setengah tanah pematang bagian dalam petakan dan menggantinya dengan tanah hasil pembajakan. Sedangkan mengaru merupakan kegiatan penghausan tanah hasil pembajakan untuk menyempurnakan sistem perakaran yang kedap air.

5. Nguyab

Nguyab yaitu kegiatan membersihkan sisa tanaman pascapembajakan

lahan dengan cara membenamkannya ke dalam lahan. 6. Pemerataan Tanah (Nyorongan)

Kegiatan nyorongan merupakan upaya untuk meratakan permukaan petakan lahan sehingga sistem irigasi di dalam petakan tersebar merata ke seluruh lahan. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini dinamakan sorongan. Kegiatan pemerataan tanah (nyorongan) ditunjukkan dalam Gambar 7.

(12)

52 Gambar 7. Kegiatan Pemerataan Tanah (Nyorongan)

7. Pembuatan Drainase

Pembuatan drainase bertujuan untuk mempermudah proses pengaturan aliran air di dalam petakan. Pembuatan drainase dilakukan dengan cara membuat semacam parit di dalam petakan.

5.3.3 Penanaman

Sebelum melakukan penanaman, perlu dilakukan pencaplakan. Pencaplakan merupakan pembuatan garis-garis tanam padi di lahan sawah untuk

menentukan barisan dan jarak tanam. Pencaplakan dilakukan dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan garokan. Rangkaian kegiatan

pencaplakan digambarkan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Rangkaian Kegiatan Pencaplakan

Bibit yang berumur 12 sampai dengan 20 hari diperoleh dari lahan persemaian benih. Bibit dipindahtanamkan dari lahan persemaian ke lahan benih yang sudah mengalami pengolahan. Teknik penanaman adalah ditanam secara

(13)

53 dangkal dan tunggal di sepanjang garis yang dihasilkan dari proses pencaplakan. Jumlah bibit yang ditanam adalah berkisar antara dua hingga tiga rumpun.

Menurut SOP budidaya padi sehat, petani padi sehat dihimbau untuk menggunakan sistem tanam bernama legowo. Sistem tanam legowo adalah sistem tanam dimana jarak tanam antarpadi di satu barisan berjarak 12,5 sentimeter, jarak tanam dengan padi di barisan lainnya berjarak 25 sentimeter, dan jarak tanam dengan padi di kelompok barisan padi lainnya berjarak 50 sentimeter. Penerapan sistem tanam legowo mempermudah proses pemberian pupuk sehingga penyebaran pupuk menjadi lebih merata, penggunaan pupuk menjadi efisien, pertumbuhan padi menjadi lebih baik, dan peningkatan jumlah anakan tanaman padi. Bentuk sistem tanam legowo di lahan sawah digambarkan dalam Gambar 9.

Gambar 9. Sistem Tanam Legowo

5.3.4 Perawatan dan Pemeliharaan

Tahap perawatan dan pemeliharaan merupakan tahap penting yang harus diperhatikan petani dalam memantau perkembangan pertumbuhan tanaman padi yang dibudidayakan. Tahap perawatan dan pemeliharaan terdiri dari penyaingan dan penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemeliharaan pematang, dan pengaturan air atau irigasi.

1. Penyiangan dan Penyulaman

Kegiatan penyaingan yaitu menyiangi (memberantas) rumput pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman padi dengan cara membenamkannya ke dalam tanah di antara barisan tanaman. Sedangkan kegiatan penyulaman yaitu

(14)

54 menanam kembali bibit yang hilang di lahan dengan bibit baru. Kegiatan penyulaman bertujuan untuk menjaga jumlah populasi padi agar tetap optimal. Pada saat proses penyiangan dan penyulaman, saluran air di petakan ditutup sehingga kondisi air di dalam petakan tidak tergenang. Hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan gulma dan mengurangi persaingan tanaman padi dalam memperoleh unsur hara dalam tanah. Kegiatan penyiangan dan penyulaman dilakukan minimal sebanyak dua kali, yaitu saat tanaman padi berumur antara 20 sampai dengan 25 hari setelah tanam dan antara 35 sampai dengan 40 hari setelah tanam.

2. Pemupukan

Kegiatan pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pemupukan dasar, pemupukan susulan pertama, dan pemupukan susulan kedua. Pemupukan dasar dilakukan sebelum tahap pengolahan lahan, pemupukan susulan pertama dilakukan saat tanaman padi berumur antara 20 sampai dengan 25 hari setelah tanam, dan pemupukan susulan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur antara 45 sampai dengan 50 hari setelah tanam. Masa ini disebut juga masa pramoria, yaitu umur varietas dikurangi 65 hari.

Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos dengan komposisi sebanyak dua ton per hektar. Pupuk kompos dapat diperoleh dari jerami sisa hasil panen sebelumnya, kotoran ternak, atau dibeli di koperasi gapoktan. Selanjutnya, pemupukan susulan pertama dan kedua dilakukan dengan tujuan memberikan tambahan unsur hara pada tanah. Oleh karena itu, pemupukan susulan pertama dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa pupuk kimia, seperti Urea dan Phonska (NPK). Akan tetapi, para petani mengombinasikan dua sampai tiga jenis pupuk tersebut, bahkan mayoritas hanya menggunakan pupuk Phonska saja.

3. Pengendalian Hama dan penyakit

Upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman padi diwujudkan dalam empat kultur. Empat kultur tersebut meliputi kultur teknis, kultur mekanis, kultur biologis, dan kultur kimia. Wujud pengendalian hama dan penyakit dalam kultur teknis yaitu memperbaiki teknik berbudidaya padi sehat, misalnya menerapkan sistem tanam legowo. Penerapan pola tanam legowo

(15)

55 mengakibatkan permukaan tanah yang menjadi titik tanam padi menjadi kelihatan sehingga pergerakan hama di permukaan tanah dapat terlihat. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan menjadi tempat yang tidak kondusif bagi perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Wujud pengendalian hama dan penyakit dalam kultur mekanis yaitu melakukan pembersihan terhadap hama dan penyakit yang muncul, misalnya menyusun perangkap tikus, memungut siput, dan sebagainya. Wujud pengendalian hama dan penyakit dalam kultur biologis yaitu memanfaatkan kemampuan tanaman yang ada untuk melawan atau mempertahankan diri dari hama dan penyakit. Misalnya menggunakan varietas benih padi yang tahan terhadap serangan penyakit tungro. Selanjutnya wujud pengendalian hama dan penyakit dalam kultur kimia yaitu dengan memberikan dukungan dari unsur luar tanah untuk mengatasi hama dan penyakit. Misalnya dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida dapat diperoleh di koperasi maupun dibuat sendiri oleh petani dari bahan-bahan alami, misalnya daun picung, daun mimba, kacang babi, daun tuba, dan sebagainya.

4. Pemeliharaan Pematang

Kegiatan pemeliharaan pematang yaitu pembersihan rumput dan tanaman pengganggu lainnya di bagian pinggir petakan sawah. Kegiatan pemeliharaan pematang biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyianagan dan penyulaman.

5. Pengaturan Air atau Irigasi

Kegiatan pengaturan air atau irigasi dilakukan dengan tujuan menyesuaikan kapasitas air yang berada di dalam petakan lahan berdasarkan kebutuhan petani di setiap tahap budidaya. Pada tahap penanaman, air sebaiknya menggenangi saluran tengah dan pinggir petakan, sedangkan pada saat melakukan penyiangan dan pemupukan saluran air ditutup sehingga mengakibatkan air di dalam petakan lahan menjadi tetap ada namun tidak tergenang. Selanjutnya, saat tanaman padi sedang dalam masa bunting, kapasitas air di petakan lahan sebaiknya ditingkatkan. Pada tahap pemanenan, air di dalam petakan lahan sebaiknya dikeringkan, terhitung 20 hari sebelum panen.

(16)

56 5.3.5 Pemanenan

Tahap pemanenan sebaiknya dilakukan di waktu yang tepat, sesuai dengan spesifikasi varietas masing-masing padi untuk mendapatkan kualitas beras yang baik. Pemanenan dilakukan apabila 90% padi yang ada di petakan lahan telah menguning. Alat yang digunakan untuk memotong batang padi biasanya dinamakan sabit. Sedangkan alat yang digunakan untuk merontokkan bulir-bulir gabah dari tanaman padi memiliki spesifikasi alas yang lebar agar gabah tidak tercecer dan menggunakan karung yang baik agar tidak bocor saat memasukkan gabah ke dalam karung. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan kerugian petani saat panen akibat banyak gabah yang tercecer sia-sia dalam proses pemanenan. Setelah proses pemanenan, selanjutnya gabah dijemur untuk kemudian diproses menjadi beras.

Gambar 10. Rangkaian Tahap Pemanenan

5.4 Karakteristik Responden

Variabel yang dijadikan kriteria untuk melihat karakteristik responden petani padi sehat adalah umur, tingkat pendidikan, umur dan pekerjaan istri/suami, status usahatani, dan luas lahan serta status kepemilikan lahan.

5.4.1 Umur

Petani padi sehat yang menjadi responden memiliki umur antara 30 tahun sampai dengan 89 tahun pada tahun 2011. Jumlah petani responden yang berada pada kelompok umur 30 tahun sampai dengan 49 tahun adalah sebanyak lima orang (14,29%). Sebagian besar petani responden berada pada kelompok umur 50 tahun sampai dengan 69 tahun, yaitu sejumlah 25 orang (71,43%), sedangkan jumlah petani responden yang berada pada kelompok umut 70 tahun sampai dengan 89 tahun sebanyak lima orang (14,29%). Penggolongan petani responden berdasarkan umur tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

(17)

57 Tabel 9. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Umur di

Desa Ciburuy Tahun 2011 Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 30-49 5 14,29 50-69 10 71,43 70-89 5 14,29 Total 35 100,00

Tabel 9 menunjukkan bahwa petani padi sehat di Desa Ciburuy rata-rata berada pada kelompok umur antara 50 tahun sampai dengan 69 tahun yang merupakan kelompok umur menengah di antara kelompok umur petani responden lainnya. Bila dihubungkan dengan usia produktif yang menururt Badan Pusat Statistik (2011) berada pada rentang 15 tahun sampai dengan 64 tahun, maka sebagian besar petani padi sehat di Desa Cibury termasuk golongan penduduk berusia produktif. Semakin muda seorang petani tentu akan semakin produktif. Hal ini berhubungan dengan tenaga yang dihasilkan oleh seorang petani yang lebih muda akan lebih besar daripada tenaga yang dihasilkan oleh seorang petani yang lebih tua. Petani yang lebih tua akan mengalami penurunan kinerja yang merupakan sifat alami tubuh manusia yang akan mengalami penurunan kemampuan sebagai akibat dari faktor usia.

5.4.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikaan formal responden petani padi sehat di Desa Ciburuy dimulai dari tingkat SD (enam tahun) sampai dengan SMA (12 tahun). Tetapi, ada satu orang responden petani padi sehat (2,86%) yang tidak mengikuti pendidikan formal. Ada juga beberapa petani yang tidak menyelesaikan di setiap tahap jenjang pendidikan, misalnya sempat menjalani pendidikan SD tetapi hanya tiga tahun, tidak menuntaskan sampai enam tahun. Jumlah responden petani padi sehat yang tidak menuntaskan SD (pendidikan formal di bawah enam tahun) adalah sebanyak enam orang (17,14%). Dari enam orang responden tersebut, tiga orang hanya mengikuti pendidikan formal selama tiga tahun, dua orang mengikuti pendidikan formal selama empat tahun, dan satu orang mengikuti pendidikan formal selama lima tahun. Sedangkan jumlah responden petani padi sehat yang

(18)

58 menuntaskan sampai tingkat SD (pendidikan formal enam tahun) adalah sebanyak 24 orang (68,57%). Selanjutnya, ditemukan satu orang (2,86%) responden petani padi sehat yang tidak menuntaskan SMP (pendidikan formal tujuh atau delapan tahun), yaitu hanya mengikuti pendidikan formal selama delapan tahun. Jumlah yang serupa juga ditemukan pada kelompok tingkat pendidikan yang menuntaskan sampai tingkat SMP (pendidikan formal sembilan tahun), yaitu satu orang (2,86%). Sementara itu, dua orang (5,71%) responden petani padi sehat sisanya berhasil mengikuti pendidikan formal sampai dengan tingkat SMA (pendidikan formal 12 tahun). Penggolongan responden petani padi sehat berdasarkan tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 10.

Tabel 10. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak sekolah 1 2,86 Di bawah 6 tahun 6 17,14 6 tahun (SD) 24 68,57

7 tahun atau 8 tahun 1 2,86

9 tahun (SMP) 1 2,86

12 tahun (SMA) 2 5,71

Total 35 100,00

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden petani padi sehat hanya mengikuti pendidikan formal sampai dengan tingkat SD (enam tahun). Bahkan, sebagian besar dari selebihnya responden petani padi sehat tidak menuntaskan SD (pendidikan formal di bawah enam tahun). Tingkat pendidikan formal yang diikuti petani berhubungan dengan teknik petani dalam menjalankan usahataninya. Hal ini tentu terkait dengan tingkat efisiensi usahatani yang dilakukan oleh masing-masing petani. Selain dari pengalaman, budaya, dan beberapa pelatihan dan penyuluhan yang telah diikuti, tingkat pendidikan formal mempengaruhi pola pikir petani sebagai manajer dalam usahataninya untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan memutuskan tentang penggunaan

(19)

input-59 input produksi, teknis pelaksanaan, mengatasi hama dan penyakit, dan lain sebagainya.

5.4.3 Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Istri/Suami Petani

Dari ke-35 responden petani padi sehat Desa Ciburuy, terdapat tiga responden yang sudah tidak memiliki istri/suami lagi. Satu di antara tiga responden petani padi sehat yang sudah tidak memiliki istri/suami lagi tersebut berjenis kelamin perempuan. Jadi, di antara 35 responden petani padi sehat, terdapat 32 istri/suami dari masing-masing responden.

Jika dilihat berdasarkan umur, maka dari ke-32 istri/suami responden padi sehat tersebut memiliki umur antara 25 tahun sampai dengan 75 tahun. Oleh karena itu, istri/suami responden tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur, antara lain kelompok umur 25 tahun sampai dengan 41 tahun, 42 tahun sampai dengan 59 tahun, dan 60 tahun sampai dengan 75 tahun. Jumlah petani responden yang berada pada kelompok umur 25 tahun sampai dengan 41 tahun adalah sebanyak tujuh orang (21,88%), yang berada pada kelompok umur 42 tahun sampai dengan 59 tahun adalah sebanyak 20 orang (62,5%), sedangkan yang berada pada kelompok umur 60 tahun sampai dengan 75 tahun adalah sebanyak lima orang (15,63%). Tabel 11 menunjukkan penggolongan istri/suami responden petani padi sehat berdasarkan umur.

Tabel 11. Penggolongan Istri/Suami Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Umur di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 25-41 7 21,88 42-59 20 62,50 60-75 5 15,63 Total 32 100,00

Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, maka istri/suami responden padi sehat di Desa Ciburuy mengikuti pendidikan formal dari mulai tiga tahun sampai dengan 12 tahun. Akan tetapi, terdapat satu orang (3,13%) istri dari responden petani padi sehat yang tidak mengikuti penndidikan formal sama sekali, yaitu istri dari seorang responden petani yang tidak mengikut pendidikan formal

(20)

60 juga. Oleh karena itu, istri/suami responden petani padi sehat dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok tingkat pendidikan, antara lain tidak sekolah (tidak mengikuti pendidikan formal), pendidikan formal di bawah enam tahun (tidak menuntaskan tingkat SD), pendidikan formal enam tahun (hanya menuntaskan sampai tingkat SD), pendidikan formal sembilan tahun (menuntaskan sampai tingkat SMP), dan pendidikan formal 12 tahun (menuntaskan sampai tingkat SMA). Jumlah istri/suami responden padi sehat yang mengkuti pendidikan formal di bawah enam tahun adalah sebanyak tiga orang (9,38%). Dari ketiga orang tersebut, masing-masing mengikuti pendidikan formal selama tiga tahun, empat tahun, dan lima tahun. Selanjutnya, jumlah istri/suami responden petani padi sehat yang mengikuti pendidikan formal enam tahun adalah sebanyak 24 orang (75%), sedangkan yang mengikuti pendidikan formal sembilan tahun adalah sebanyak satu orang (3,13%) dan yang mengikuti pendidikan formal 12 tahun adalah sebanyak tiga orang (9,38%). Tabel 12 menunjukkan penggolongan istri/suami responden petani padi sehat berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 12. Penggolongan Istri/Suami Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak sekolah 1 3,13 Di bawah 6 tahun 3 9,38 6 tahun (SD) 24 75,00 9 tahun (SMP) 1 3,13 12 tahun (SMA) 3 9,38 Total 32 100,00

Tabel 13 menunjukkan penggolongan istri/suami responden petani padi sehat. Jika dilihat dari jenis pekerjaan, maka istri/suami responden petani padi sehat memiliki enam jenis pekerjaan, antara lain sebagai ibu rumah tangga, petani, pedagang, buruh pabrik, guru, dan pensiunan PNS. Jumlah istri responden petani yang memiliki kegiatan sebagai ibu rumah tangga adalah sebanyak 22 orang (68,75%). Ibu rumah tangga yang dimaksud dalam hal ini adalah seorang istri

(21)

61 responden petani padi sehat yang kegiatan sehari-harinya hanya mengurus dan memenuhi kebutuhan rumah tangga petani tanpa pekerjaan sampingan lainnya. Selanjutnya, sebanyak empat orang (12,5%) istri/suami padi sehat menjalani jenis pekerjaan sebagai seorang petani. Pada umumnya istri dari responden petani padi sehat yang berprofesi sebagai petani merupakan sebagai tenaga kerja dalam keluarga bagi usahatani suaminya yang berprofesi sebagai petani padi sehat. Selain itu, terdapat istri/suami responden petani padi sehat yang berprofesi sebagai pedagang, yaitu sebanyak tiga orang (9,38%). Jenis pekerjaan lainnya yang dilakukan oleh para istri/suami responden petani padi sehat adalah buruh pabrik sebanyak satu orang (3,13%), guru sebanyak satu orang (3,13%), dan pensiunan PNS, dalam hal ini adalah PJKA sebanyak satu orang (3,13%). Tabel 13 menunjukkan penggolongan istri/suami responden petani padi sehat berdasarkan jenis pekerjaan.

Tabel 13. Penggolongan Istri/Suami Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ibu rumah tangga 22 68,75

Petani 4 12,50 Pedagang 3 9,38 Buruh pabrik 1 3,13 Guru 1 3,13 Pensiunan PNS 1 3,13 Total 32 100,00

Dari ketiga variabel karakteristik istri/suami responden petani padi sehat, yaitu umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan dapat disimpulkan bahwa 32 istri/suami dari 35 responden petani padi sehat berumur rata-rata 42 tahun sampai dengan 52 tahun (62,5%). Istri/Suami responden petani padi sehat rata-rata hanya mengikuti pendidikan formal hanya selama enam tahun atau menuntaskan hanya sampai tingkat SD (75%). Satu orang suami responden petani padi sehat berprofesi sebagai pensiunan PJKA, sedangkan ke-31 sisanya sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga (68,75%).

(22)

62 5.4.4 Status Usahatani

Berdasarkan status usahatani yang dilakukan, sebagian besar responden petani padi sehat menyatakan bahwa usahatani yang mereka lakukan merupakan pekerjaan utama, yaitu sebanyak 29 orang (82,86%). Sedangkan jumlah responden petani yang menyatakan bahwa usahatani padi sehat yang mereka lakukan merupakan pekerjaan sampingan adalah sebanyak enam orang (17,14%). Dari keenam orang responden petani yang menyatakan bahwa usahataninya sebagai pekerjaan sampingan tersebut, dua orang (5,71%) di antaranya berprofesi sebagai karyawan, dua orang (5,71%) berikutnya berprofesi sebagai buruh bangunan, satu orang (2,86%) berprofesi sebagai pedagang, dan satu orang (2,86%) terakhir berprofesi sebagai supir. Tabel 14 menunjukkan penggolongan responden petani padi sehat berdasarkan status usahatani.

Tabel 14. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Usahatani di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

Pekerjaan utama 29 82,86 Pekerjaan Sampingan Karyawan 2 5,71 Buruh bangunan 2 5,71 Pedagang 1 2,86 Supir 1 2,86 Total 35 100,00

5.4.5 Ukuran Usahatani dan Status Kepemilikan Lahan

Jika dilihat berdasarkan ukuran usahatani, maka responden petani padi sehat menggarap lahan sawah dengan luas mulai dari 0,1 hektar sampai dengan satu hektar. Rata-rata luas lahan yang digarap oleh ke-35 responden petani adalah 0,34 hektar. Oleh karena itu, berdasarkan ukuran usahatani, responden petani padi sehat dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu responden petani padi sehat sempit, yaitu yang menggarap lahan usahatani padi sehat seluas 0,1 hektar sampai dengan 0,33 hektar dan responden petani padi sehat luas, yaitu yang menggarap lahan usahatani padi sehat seluas 0,34 hektar sampai dengan satu hektar. Jumlah responden petani padi sehat yang menggarap lahan sawah seluas 0,1 hektar

(23)

63 sampai dengan 0,33 hektar adalah sebanyak 27 orang (77,14%). Dari ke-27 orang tersebut, sebanyak 15 orang (42,86%) responden petani padi sehat menggarap lahan sawah seluas 0,3 hektar. Selanjutnya, jumlah responden petani padi sehat yang menggarap lahan sawah seluas 0,34 hektar sampai dengan satu hektar adalah sebanyak delapan orang (22,86%). Penggolongan responden petani padi sehat berdasarkan luas lahan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Ukuran Usahatani di Desa Ciburuy Tahun 2011

Kelompok Luas Lahan (hektar) Jumlah (orang) Persentase (%) 0,10-0,30 27 77,14 0,31-1,00 8 22,86 Total 35 100,00

Selanjutnya, berdasarkan status kepemilikan lahan yang digarap, semua atau 35 orang responden petani padi sehat menggarap lahan milik orang lain, dengan sistem bagi hasil (paroh) mendominasi, yaitu sebanyak 33 orang (94,29%) sedangkan sistem sewa lahan, yaitu hanya sebanyak dua orang (5,71%). Akan tetapi, dari keseluruhan responden petani padi sehat yang menggarap lahan milik orang lain, ada satu orang responden petani padi sehat yang mengkombinasikan usahataninya yang menggarap milik orang lain dengan menggarap lahan milik pribadi. Tabel 16 menunjukkan penggolongan responden petani padi sehat berdasarkan sistem sewa lahan yang digarap bukan milik.

Tabel 16. Penggolongan Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Desa Ciburuy Tahun 2011

Sistem Sewa Lahan Jumlah (orang) Persentase (%) Bagi Hasil 33 94,29 Sewa Lahan 2 5,71 Total 35 100,00

Gambar

Tabel 6.  Penggolongan  Penduduk  Berdasarkan  Jenis  Mata  Pencaharian  di  Desa  Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Tahun 2011
Gambar 5.  Berbagai  Macam  Sarana  dan  Alat  Produksi  Pertanian  yang  Dijual  di KKT Lisung Kiwari
Gambar 8.  Rangkaian Kegiatan Pencaplakan
Tabel  9  menunjukkan  bahwa  petani  padi  sehat  di  Desa  Ciburuy  rata-rata  berada  pada  kelompok  umur  antara  50  tahun  sampai  dengan  69  tahun  yang  merupakan kelompok umur menengah di antara kelompok umur petani responden  lainnya
+2

Referensi

Dokumen terkait

• promjene na tržištu – baš kao i gospodarske krize i recesije, tako i promjene na tržištu mogu biti, koliko toliko, očekivane i poduzeće bi se treba- lo moći prilagoditi

Kata Kunci: Cerita Rakyat, Adventure Game, Unity3D, Buaya Ajaib Sungai Tami, Asal Mula Telaga Biru, Asal Mula Anak Sungai Mahakam, Asal Mula Danau Toba, Timun

Return On Asset (ROA) dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pembuatan plastik biodegradable yang terbuat dari tepung biji durian dan bahan tambahan tepung maizena serta plasticizer

Sehingga untuk supply lead time perusahaan dikatakan responsif dan efisien, karena waktu pengiriman barang dari supplier tidak memerlukan waktu yang

Összefoglalásképpen úgy vélem, hogy a Dzsajháni-hagyomány elején található megjegyzés, miszerint a magyarok első határa a volgai bolgárok eszkel törzse és

PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN, JAKSA AGUNG, KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAKSA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme yang dicerminkan dalam lima dimensi sebagai variabel independen dengan pertimbangan tingkat materialitas