• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

10   

Kajian teori ini berisi uraian mengenai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang mendukung penelitian. Para ahli ini mengkaji objek yang sama akan tetapi mereka memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda- beda terhadap suatu teori yang dikaji. Pada penelitian ini pembahasan kajian teori berisi tentang karakteristik matapelajaran IPA, hasil belajar, model pembelajaran Problem Based learning dan hakikat media pada pembelajaran IPA di SD.

2.1.1 Karakteristik Mata Pelajaran IPA

Pada sub bab karakteristik mata pelajaran IPA akan dibahas mengenai pengertian IPA, pembelajaran IPA di SD, tujuan pembelajaran IPA, ruang lingkup pembelajaran IPA dan penilaian IPA.

2.1.1.1 Pengertian IPA

Susanto (2013: 167) Sains atau IPA ialah suatu usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui sebuah pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran- penalaran sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan.

Trianto (2010: 136-137) IPA merupakan suatu kumpulan teori mengenai gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah yang menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur seperti dalam observasi dan eksperimen yang tersusun secara sistematis.

Samatowa (2010: 1) IPA merupakan terjemahan kata dalam bahasa inggris yaitu natural science. Natural artinya alamiah atau berhubungan dengan alam sedangkan Science berarti ilmu pengetahuan. Jadi IPA atau natural Science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau suatu ilmu yang mempelajarai pristiwa- pristiwa yang terjadi dialam.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu ilmu pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh setelah melakukan langkah- langkah ilmiah yang berupa

(2)

model ilmiah dan didapatkan dari hasil observasi dan eksperimen yang bersifat umum.

2.1.1.2 Pembelajaran IPA SD

Hakikat pembelajaran sains didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan sebagai produk, proses dan sikap. Sebagai produk karena merupakan kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk suatu konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis seperti fakta- fakta, prisip, hukum dan teori- teori IPA. Selanjutnya IPA sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam yang merupakan suatu kumpulan fakta dan konsep. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan ketrampilan proses sains (Science Process Skill) yang merupakan suatu ketrampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan menyimpulkan. Kemudian IPA sebagai sikap memiliki artian bahwa sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitianya. Dari ketiga komponen IPA tersebut, Sutrisno (2007) dalam (Susanto 2013: 167) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, pemahaman ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen diatas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip- prinsip IPA sebagai produk.

Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud adalah sikap ilmiah. Dengan adanya Pembelajaran IPA disekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti sikap seorang ilmuan. Jenis sikap yang dimaksud adalah sikap ingin tahu, percaya diri, jujur ,tidak tergesa- gesa dan objektif terhadap fakta.

Untuk anak jenjang sekolah dasar, menurut Marjono (1996) dalam (Susanto2013: 167) hal yang harus diutamakan adalah bagimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berfikir kritis mereka terhadap suatu masalah.

(3)

Pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang erat hubungannya dengan pristiwa yang dialami sehari- hari oleh siswa, pembelajaran yang menyajikan hal- hal nyata seperti pembelajaran IPA akan memberikan pemahaman yang baik kepada siswa karena siswa mengalami langsung pristiwa tersebut. Sesuai dengan hal itu pembelajaran IPA untuk dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan beberapa model pembelajaran yang memiliki karakteristik yang sesuai terhadap pembelajaran IPA.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Tujan Pembelajaran IPA di Sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006) dalam (Susanto2013:171) diaksudkan untuk:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memppengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagi salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh belak penhetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.1.4 Ruang lingkup Pembelajaran IPA

Dalam penelitian ini, peneliti memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 Semester II, dengan aspek yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(4)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 4 semester II KTSP 2006. STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.

2.1.1.5 Penilaian IPA SD

Penilaian IPA SD tidak hanya terfokus pada hasil belajar peserta didik, sesuia dengan pembelajaran IPA yang memperhatikan Proses dan siakap. Hasil akhir siswa dalam suatu pembelajaran dapat diamati atau dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, karena jika siswa dalam proses pembelajaran melalui prosesnya dengan baik, maka siswa tersebut akan berpotensi mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Untuk mendukung hasil belajar dari siswa guru juga harus melilih suatu model pembelajaran yang dapat menfasilitasi siswa untuk aktif dan memiliki pengalaman langsung pada saat proses pembelajaran.

2.1.2 Hasil Belajar IPA

Pada sub bab hasil belajar IPA akan dibahas mengenai pengertian dari hasil belajar menurut para ahli, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan penilaian hasil belajar.

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2009: 5-6) hasil belajar merupakan suatu pola- pola perbuatan, sikap, nilai- niali, pengertian- pengertian, aperesiasi dan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

Dimiyati dan Mujiono (2009:20) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian akhir dari suatu proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar ini didapatkan dari evalusai yang dilakukan oleh guru dan hasilnya dapat

(5)

berupa dampak pengiring dan dampak pengajaran yang saling berkaitan. Kedua dampak tersebut sangat bermanfaat bagi siswa dan guru.

Sudjana (2009:22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar ini digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.

Rusman (2012:123) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran yang mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan pisikomotorik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yaitu suatu perubahan yang dialami oleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran dalam ranah kognitif, afektif dan pisikomotorik dimana hasil belajar tersebut diperoleh melalui evaluasi yang dilakukan. Pada pembelajaran disekolah dari ketiga ranah itu yang paling banyak digunakan oleh guru sebagai tolak ukur adalah ranah kognitif, hal itu dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasi isi dari pembelajaran yang telah disampaikan.

Pada penelitian ini, hasil belajar yang ditekankan pada ranah kognitif diperoleh melalui evaluasi setelah melakukan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media gambar pada mata pelajaran IPA.

2.1.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt dalam (Susanto 2013: 12) belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkunganya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkunganya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingah laku intelektual, memotivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru,

(6)

sumber- sumber blajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007: 158) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal, (1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan, (2) Faktor eksternal ; Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat- marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari- hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari- hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Dari pendapat - pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang berpengaruh dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh dari luar diri siswa.

2.1.2.3 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan, guru megukur seberapa jauh pemahaman siswa mengenai kompetensi peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, penilainyapun dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar baik dalam ranah yang lebih dominan kognitif, afektif, dan pisikomotorik yang dapat dilakukan dengan evaluasi pembelajaran, pada penelitian ini hasil belajar yang penulis amati berupa nilai evaluasi disetiap akir pembelajaran, sehingga siswa dikatakan berhasil apabila hasil tes diatas KKM atau sama dengan KKM yang telah ditentukan.

(7)

Teknik penilaian adalah suatu cara yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa melalui tes maupun non tes yang dijelaskan dalam skor pengukuran ataupun angka.

1) Teknik Tes

Teknik tes dapat diartikan sebagai suatu alat pengukur dalam kegiatan pemmbelajaran yang berupa serangkaian pertanyaan atau soal yang harus dikerjakan secara dalam suatu situasi yang distandarkan , dan juga untuk mengukur hasil belajar dan kemampuan dari kelompok maupun individu.

2) Teknik Non Tes

Teknik non tes dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung maupun tidak langsung,angket ataupun wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik tes yaitu tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dengan soal- soal yang harus dijawab oleh siswa dengan memberikan jawaban tertulis. Tes tertulis terdiri dari bermacam – macam jenis, yaitu pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, dan tes jawab-singkat atau mengisi titik-titik. Soal yang penulis berikan kepada siswa berupa pilihan ganda, isian singkat dan uraian.

Dari uraian tentang pengukuran hasil belajar yang telah di uraikan di atas, maka penulis memutuskan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan mberikan soal evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.

2.1.3 Proses yang ideal atau sesuai

Pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang tidak semata- mata hanya menekankan pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa tetapi juga menekankan kepada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran IPA yang dilakukan haruslah sesuai dengan hakikat IPA yang memiliki tiga ranah kompetensi yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan.

Pembelajaran IPA sendiri pada hakikatnya menyajikan hal nyata yang berkaitan erat dengan kehidupan yang dialami oleh siswa sehari- hari oleh sebab itu dalam proses pembelajaranya pun juga harus memberikan pengalaman

(8)

langsung kepada siswa agar siswa dapat mengerti fakta dan konsep yang ada dan dihubungkan dengan pristiwa yang dialami siswa sehari- hari.

Pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA diatas dapat dilakukan dengan cara penggunaan beberapa model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Model-model pembelajaran yang berkembang dewasa sangatlah berpotensi untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan meningkatkan antusiasnya dalam pembelajaran akan tetapi model – model pembelajaran seperti Project Based Learning, Problem Based Learning, Group Investigation, Inquiry, discovery, cooperativ dirasa lebih berpotensi untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA karena dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan dapat menumbuhkan rasa ingin tau dan daya berfikir kritis mereka terhadap suatu masalah.

2.1.4 Konsep Umum Model Pembelajaran

Joyce, Weill dan Calhoun (2009: 104- 106) mendiskripsikan bahwa sebuah Model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat berlangsungnya model pembelajaran tersebut, daya dukung yang terdiri dari alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.

Model pembelajaran adalah suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang didapatkan oleh siswa, karena dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan rasa antusias dari siswa sehingga dengan hai ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa, Model- model yang berkembang dewasa ini sangatlah beragam, model tersebut sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, model pembelajaran yang sesuia dengan karakteristik pembelajaran IPA adalah model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa, model- model pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa contohnya model

(9)

pembelajaran Inquiry, Problem Based Learning, Discovery, Group Investigation, cooperatif Learning. Dari beberapa model yang telah disebutkan model pembelajaran Problem Based Learning dirasa cocok untuk diterapakan pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar karena dengan model tersebut akan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa yang akan membangkitkan rasa ingin tau dan sikap ilmiah dari siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai model Problem Based Learning (PBL).

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pada sub bab ini akan menguraikan mengenai model pembelajaran Problem Based Learning mulai dari pengertian model Problem Based Learning, karakteristik model Problem Based Learning, Tujuan model pembelajaran Problem Based Learning, sintak model pembelajaran Problem Based Learning, langkah- langkah pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning, kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning.

2.1.5.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) digunakan untuk mendukung pola berfikir siswa pada tingkatan yang lebih tinggi pada situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”. Pada model pembelajaran ini guru berperan untuk mengajukan masalah, memberikan pertanyaan dan menfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog. Dalam model pembelajaran PBL guru harus memberikan ruang yang ditata sedemikian rupa sehingga nyaman dan terbuka untuk saing bertukar pikiran sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan menemukan dan kecerdasan (Wisudawati dan Sulistyowati 2014:88).

Dalam proses belajar mengajar, dengan model Problem Based Learning, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

(10)

Hosnan (2014: 295) menyatakan Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran pada suatu masalah autentik, sehingga dengan hal itu siswa dapat merangkai pengetahuannya sendiri, menggembangkan ketrampilan yang lebih tinggi, membuat siswa lebih mandiri dan membuat siswa percaya diri.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik memiliki kecakapan untuk bekerjasama dengan teman (berdiskusi) dalam memecahkan suatu masalah serta akan mendapatkan pengetahuan yang didapatkan melalui suatu proses menemukan sendiri.

2.1.5.2 Karakteristik Model Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model yang cocok digunakan untuk mengembangkan cara berfikir kritis siswa terhadap suatu masalah serta memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam mengamati suatu proses memecahkan suatu masalah dan untuk mencari tau tentang kebenaran suatu teori atau konsep. Melalui model Problem Based Learning siswa dapat melakukan percobaan langsung melalui instruksi yang disampaikan secara berurut untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan oleh guru di awal pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan apa yang telah diperolehnya. Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning siswa akan aktif dalam pembelajaran karena siswa melakukan percobaan sendiri, sehingga siswa tidak hanya diam di kelas pada saat proses pembelajaran, selain itu model pembelajaran Problem Based Learning merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan karena tidak hanya bertindak sebagi jembatan antara teori dan praktek, tetapi juga merealisasikan konsep teoritis yang disajikan didalam kelas yang berorientasikan pada suatu masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dilakukan secara berkelompok (diskusi) sehinga dengan model ini dapat meningkatkan kemampuan dari siswa untuk meningkatkan pengetahuannya. Siswa akan belajar bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tidak hanya

(11)

bekerja secara individu. Dengan begitu hubungan siswa dengan orang lain akan terlatih melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL).

Dalam pembelajaran yang menggunakan model problem based learning, banyak sekali kemampuan siswa yang dikembangkan. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan instruksi guru untuk memecahkan masalah yang telah diorientasikan oleh guru di awal pembelajaran. Kemampuan siswa dalam memahami dan melaksanakan intruksi yang diberikan oleh guru kepadanya akan terasah juga melalui model pembelajaran problem based learning. Dengan menggunakan model PBL, siswa akan melatih cara berfikir kritis dan ketrampilannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Berdasarkan karakteristik model problem based learning maka model ini dirasa sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA.

2.1.5.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends (dalam Trianto 2011: 94-96) model pembelajaran problem based learning memiliki tujuan untuk membantu siswa dalam beberapa hal berikut:

1) Mengembangkan kemampuan pola berfikir siswa dalam memecahakan masalah.

2) Permodelan orang dewasa, yang berarti pada pembelajaran ini berdasarkan pada maslah yang akan mendorong terjadinya suatu pengamatan yang akan menimbulkan suatu percakapan antar siswa dengan narasumber dan secara bertahap siswa dapat memahami peran dari narasumber atau orang yang sedang mereka amati dalam hal ini guru, ilmuan dan lain sebagainya. 3) Pembelajaran yang menuntut kemandirian dari siswa.

2.1.5.4 Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Hosnan (2014: 301) Sintak model pembelajaran problem based learning mencakup 5 langkah sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada suatu masalah. b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

(12)

c. Membimbing penyelidikan indivudual dan kelompok.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yang telah didiskusikan dalam kelompok belajar.

e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil karya.

2.1.5.5 Langkah- langkah Pelaksanaan Pembelajaran Prolem Based Learning. Langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Daryanto (2014: 29) adalah sebagi berikut:

1) Guru menjelaskan kepada siswa mengenai kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dan menyebutkan apa saja alat yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran yang akan berlangsung serta memotivasi siswa agar siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah yang dipilih.

2) Guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai kemudian guru memberikan tugas yang berupa suatu masalah untuk dipecahkan. Masalah yang dipecahkan adalah masalah yang luas atau kompleks.

3) Guru menjelaskan mengenai tata cara yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar siswa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran. 4) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah.

5) Guru membantu siswa untuk menyusun laporan hasil dari diskusi pemecahan masalah yang telah mereka lakukan secara sistematis.

(13)

Tabel 2.2

Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

FASE- FASE Langkah Pembelajaran di Kelas Fase 1

Orientasi peserta didik kepada masalah

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan

2. Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Fase 2

Mengorganisasikan pererta didik

3. Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut. Fase 3

Membimbing

penyelidikan individu dan kelompok

4. Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi hasil pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh guru dengan teman.

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

6. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Berdasarkan sintaks model Problem Based Learning yang telah diuraikan diatas, maka sintaks penelitian haruslah disesuikan dengan mata pelajaran IPA yaitu:

(14)

Tabel 2.3

Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning berbantu Media Gambar yang disesuikan dengan karakteristik dari pembelajaran IPA SD

Fase- Fase Aktivitas Guru dan Peserta didik Fase 1:

Orientasi peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan selanjutnya guru mengorientasikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pembelajran IPA kepada siswa dengan berbantu media gambar, dan guru memotivasi siswa agar siswa antusias untuk terlibat langsung dalam pemecahan masalah nyata yang di tentukan. Fase 2:

Mengorganisasikan peserta didik

Guru membimbing siswa sesuai materi untuk menyelesaikan maslah yang sudah diorientasikan oleh guru pada tahap sebelumnya.

Fase 3: Membimbing

penyelidikan individu dan kelompok

Guru membimbing siswa untuk melakukan suatu penyelidikan melalui kerja kelompok guna menyelesaikan maslah yang diorientasikan.

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membimbing siswa untuk menyiapkan hasil kerja kelompok yang berupa laporan dari hasil penyelidikan.

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan maslah yang dilakukan sebelumnya.

2.1.5.6 Kelebihan Model Pembelajarn Problem Based Learning

Trianto (2011:96-97) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:

(15)

2. Konsep yang disajikan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa.

3. Dapat memupuk sifat inquiri dari siswa. 4. Retensi konsep menjadi kuat.

5. Dapat memupuk kemampuan Problem solving

2.1.6 Hakikat Media Pembelajaran dalam Pembelajaran IPA

Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad 2011: 4) menggemukakan bahwa media pelajaran meliputi suatu alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yaitu seperti buku, tape recoder, kaset, vidio recorder, fil, foto, slide, gambar, grafik, televisi dan komputer. Sedangkan Leslie J. Briggs (Wina Sanjaya 2011: 204) mengungkapkan bahwa media adalah alat untuk memberikan rangsangan kepada siswa supaya terjadi proses belajar.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa untuk memberikan rangsangan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran memiliki manfaat dan pengaruh untuk lebih mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Manfaat dari media pembelajaran sebagi sarana untuk menunjang keberhasilan suatu pembelajaran menurut Susilana dan Riyana (2007: 6) adalah sebagi berikut:

1. Media pembelajaran bermanfaat untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam pembelajaran agar pesan pembelajaran tidak terlalu verbalitas.

2. Mengatasi keterbatasan – keterbatasan yang ada seperti daya indra, ruang, waktu dan tenaga yang dimiliki baik siswa ataupun guru.

3. Membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajran karena mereka dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang digunakan.

4. Memungkinkan untuk siswa dapat belajar dengan mandiri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan visual,auditory dan kinestik yang dimilikinya.

(16)

5. Dapat mempersamakan pengalaman, menimbulkan persepsi dan rangsangan yang sama tehadap suatu hal yang sedang dipelajari.

2.1.6.1 Pengertian Media Gambar

Sanjaya (2011: 214) menyebutkan bahwa gambar adalah salah satu media grafis yang paling umum dipergunakan dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan gambar memiliki kelebihan sifatnya konkret, lebih realistis, dan dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja. Sedangkan Sujana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis. Media grafis diefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata- kata dan gamabar.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan suatu media grafis yang sifatnya kongkret dan sederhana untuk memperjelas suatu materi yang sedang disampaikan agar siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajara. Pada penelitian ini penggunaan media gambar yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran, gambar yang disajikan merupakan contoh suatu peristiwa yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

2.1.6.2 Karakteristik Media Gambar

Aristo (2013: 27-28) berpendapat bahwa ada beberapa karakteristik media gambar, yakni sebagi berikut:

1. Harus autentik, artinya suatu media gambar harus bisa menggambarkan suatu objek atau pristiwa seperti jika dilihat secara langsung oleh siswa. 2. Sederhana, komposisi yang ada cukup jelas untuk menunjukan bagian-

bagian yang pokok dalam gambar tersebut.

3. Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah untuk membayangkan ukuran suatu objek yang ada pada gambar tersebut.

4. Antara keindahan dan kesesuaiannya dipadukan

5. Gambar harus message. Gambar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(17)

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA disekolah dasar pernah dilakukan oleh Perida, Frizta Wahyu Pety (2013), dalam skripsi PTK yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2012/2013”.Dari hasil penelitianya menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabuaten Grobogan dengan materi sumber daya alam setelah penerapan model Problem Based Learning. Hal ini nampak pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar 29,17%, meningkat menjadi 66,7% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Dari hasil penelitian ini maka disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD terutama dalam menggunakan model Problem Based Learning.

Apriyani Rizka(2013) ,dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Pembelajaean Perubahan Lingkungan melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Randugunting 3 Kota Tegal”. Hasil penelitianya menunjukan hasil yang serupa bahwa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning diketahui terdapat peningkatan hasil belajar, hasil analisis data menunjukan nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest 64,12 meningkat menjadi 86,08 pada pelaksanaan posttest, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 35,14% menjadi 94,60%. Nilai rata- rata kelas pada hasil evaluasi akhir meningat dari 73,78 pada siklus I menjadi 84,05 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 75,68% menjadi 91,89%. Pada tes formatif meningkat dari 77,03 pada siklus I menjadi 85,14 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 81,08% menjadi 89,19%.

Rochimah, Mujiyono Vol 4, No 3 (2015), dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning”. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan kualitas

(18)

pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Sukorejo 02 Semarang sebagai berikut (1) ketrampilan guru pada siklus 1 memperoleh skor 27, siklus II memperoleh skor 29 dan pada siklus III memperoleh rata- rata skor 33; (2) aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata- rata skor 22,3, siklus II memperoleh rata- rata skor 26,7 dan siklus III memperoleh rata-rata skor 311,3; (3) hasil belajar siswa pada siklus I mencapai ketuntasan klasikal sebesar 62%, meningkat pada siklus II menjadi 74% dan menggalami peningkatan pada siklus III menjadi 87%.

Kasmawati Vol 1, No 2 (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Media Gambar di kelas IV SD Inpres Banpres Posona”. Hasil penelitian menunjukan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Banpres Posona sebagai berikut pada siklus I menunjukan siswa yang tuntas baik sebanyak 11 (55%) dari 20 siswa, tuntas cukup sebanyak 4 (20%) dari 20 siswa, tuntas klasikal 75%, pada siklus II siswa yang tuntas secara baik 16 (80%) dari 20 siswa, tuntas secara cukup 2 (20%) dari 20 siswa, Tuntas Klasikal 100%.

Fawali Muhammad (2012), dalam artikel penelitianya yang berjudul “Penerapan Media Gambar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 05 Benua Kayong Ketapang”. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan setelah menggunakan media gambar sebagai berikut(1) Penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran hal ini terlihat karena terjadi peningkatan sebesar 27,5%. (2) Penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa sebesar 17,97%. (3) Penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas mental siswa sebesar 29,63%. (4) Penggunaan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa sebesar 19,44%.

Dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan tersebut menunjukan bahwa penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPA SD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa oleh karena itu peneliiti akan menguji cobakan penerapan model Problem Based Learning

(19)

berbantu media gambar sebagi upaya untuk meningkatkanproses pembelajaran dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 01 Jombor.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian diatas iala sama-sama mengukur asil belajar yang diperoleh siswa, selain itu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa juga berupa tes dan non tes, sedangkan untuk pembedanya terletak pada maslah , tujuan, tindakan, variabel, objek yang akan diteliti serta pemanfaatan media di dalam proses tindakan yang dilakukan.

2.3 Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang fakta yang terjadi di dalam kehidupan sehari- hari, membuat siswa berfikir ilmiah dan kritis terhadap hal yang dilakukan terhadap suatu penemuan dengan berbagi percobaan ilmiah yang relevan. Dalam pembelajaran IPA seharusnya melibatkan siswa secara aktif pada saat pembelajaran sehingga memberikan pengalaman langsung terhadap siswa, jadi pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya duduk diam dan menyimak penjelasan dari guru saja yang menjadikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center). Kondisi ini mengakibatkan pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang maksimal dan hasil belajar yang diperoleh menjadi tidak optimal dalam hal ini skor yang diperoleh oleh siswa kurang dari KKM 75. Untuk itu perlu adanya suatu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang inofatif dan variatif yang tentunya sesuai dengan karakteristik pembeajaran IPA,salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media gambar. Model pembelajaran ini berorientasi pada suatu masalah jadi dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada masalah nyata (real world), dengan penerapan model pembelajaran yang inofatif ini dapat memberikan kondisi belajar yang aktif kepada siswa sehingga dengan hal itu siswa dapat berfikir kritis, kreatif dan analitis dalam mencari penyelesaian masalah yang diberikan oleh guru secara berkelompok, siswa juga memiliki kesempatan untuk mengemukakan ide atau pendaptnya dan siswa pun juga memperloeh pengalaman langsung pada saat

(20)

proses pembelajaran dilaksanakan. Dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media gambar guru hanya berperan sebagai fasilitator saja, sementara kegiatan belajar mengajar dikelas lebih didominasi dengan interaksi antar siswa pada saat mereka berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan model pembelajaran ini dapat mebuat siswa memiliki pengalaman langsung serta menjadi aktif pada saat proses pembelajaran yang meliputi : orientasi pada masalah, menggorganisasikan siswa untuk belajar, membantu investigasi mandiri atau berkelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya kelompoknya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan siswa menjadi lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Model pembelajaran Problem Based learning berbantuan media gambar dirasa sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA yaitu bersifat behavioristik atau membangun rasa ingin tau siswa yang tinggi, dengan rasa keingintahuan siswa yang tinggi akan membuat siswa menjadi berfikir kritis, kreatif dan analitif terhadap suatu masalah yang sedang di hadapi sehingga siswa akan terbiasa melakukan penelitian secara ilmiah yang akan memberikan pengalaman langsung terhadap diri siswa, dengan adanya pengalaman secara langsung materi yang diajarkan akan lebih mudah diingat oleh siswa sehingga siswa akan lebih mudah untuk memecahkan permasalahan baik yang diberikan oleh guru dalam bentuk soal evaluasi atau masalah- masalah yang komplek yang mereka temui dalam kehidupan sehari- hari, dengan hal itu kualitas dan hasil belajar siswa optimal atau dapat meningkat.

Dari penjelasan diatas maka sekema kerangka pikir penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media gambar untuk meningkatkan proses belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 Semester II SD Negeri 01 Jombor Temanggung tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut :

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran Konvensional Guru sebagai fasilitator Siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru karena jenuh,

materi yang disampaikan kurang dikuasai

1. Rasa ingin tau siswa besar atau meningkat.

2. Siswa menjadi berfikir kritis terhadap suatu masalah.

3. Siswa terampil dalam memecahkan masalah Hasil belajar kurang optimal (< KKM) Model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media gambar 1) Orientasi masalah kepada siswa dengan menggunakan media gambar.

2) Mempersiapkan siswa untuk belajar

3) Membantu investigasi baik secara individu ataupun kelompok melalui diskusi

4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah PEMBELAJARAN IPA Pembelajaran berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah

Proses pembelajaran IPA meningkat sehingga hasil belajar siswa optimal ≥ KKM.

(22)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media gambar dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan proses pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siswa pada siswa kelas 4 semester II SD Negeri 01 Jombor tahun pelajaran 2015/2016 secara signifikan dengan langkah- langkah yang sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar baik secara individu ataupun kelompok, membimbing kegiatan penyelidikan baik individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya kelompok serta evaluasi proses pemecahan masalah.

2. Penerapan model pembelajaran Problem besed Learning berbantu media gambar pada prmbelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 Semester II SD Negeri 01 Jombor Tahun Pelajaran 2015/2016 yang secara individual mengalami ketuntasan belajar secara signifikan dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 75 dan serta siswa mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata- rata hasil belajar IPA siswa meningkat dari KKM ≥75 yang ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar ≥85% dari 22 siswa kelas 4 (kriteria baik).

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Pembelajaran Konvensional Guru sebagai fasilitator Siswa kurang  memperhatikan penjelasan dari  guru karena jenuh,

Referensi

Dokumen terkait

- Membiasakan mengecek siswa dan tidak lupa menanyakan kabar siswa. Dari kegiatan guru mengabsen, siswa dibiasakan untuk memiliki karakter disiplin. Sedangkan dari

Aspek aktuaria yang diperhatikan pada model asuransi kesehatan pada penelitian ini, baik untuk perhitungan premi maupun cadangan premi berkaitan dengan tipe

Alhamdulillahirobbil‟alamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya kepada penulis,

Makna Konotasi yang terdapat pada twitter dalam akun @gusmus tersebut memberikan pesan bahwa sebagai manusia beriman hendaknya tidak berlebihan dalam mencintai

Analisis Pengaruh Relaionship Marketing terhadap Customer Loyalty dengan Customer Satisfaction dan Islamic Corporate Image (Studi Kasus BANK BRI Syariah Kantor

Manusia seperti ia adanya, yaitu yang disebut fenotipe, adalah perwujudan yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.di dalam ekosistem,tempat

[r]