• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Ekonomi dan Partisipasi. Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat Ekonomi dan Partisipasi. Kota Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Ekonomi dan Partisipasi

Etnis Tionghoa dalam Pilkada

Kota Medan

BOBBY IRWANSYAH

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8211965

Diterima tanggal 31 April 2006/Disetujui tanggal 3 Mei 2006

The election of regional leader directly or recognized with the term “Pilkadasung” has been conducted at Medan City, June 2005. At this moment, political participation of society has shared at certain level. This article explores relation of level economic with political participa-tion ethnic Tionghoa society at Pilkadasung 2005 Medan City based on Lingkungan VI Kelura-han Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. As the same manner as known, Tionghoa is one of the ethnical exist in Indonesia which majority having living in private sector and they have wide access for ownership of economics resources. And so do in Medan City. This study finding, it’s exactly have implications to political participation. Their involvement in politics is high and significance. Its clear statement, that getting higher economy level then getting higher political participation. But, the Tionghoa ethnic political participation in secure manner, such as participating in the material. Participation is motivated by the hope of future business flu-ency.

Keywords: Political participation, Political behaviour, Ethnical behaviour.

Pendahuluan

Demokrasi dianggap sebagai pemerintahan ideal yang terbaik untuk diterapkan di nega-ra-negara di dunia yang diharapkan mampu menjawab permasalahan rakyat dan mene-gakkan kedaulatan rakyat, seperti yang dite-gaskan Dahl “demokrasi mengacu pada suatu ideal atau tipe khusus rezim yang nyata da-lam artian ideal, demokrasi merupakan suatu kondisi tertib politik kenegaraan yang paling sempurna”.1

Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat menganut paham demokrasi dalam sistem pemerintahannya ini tercantum di dalam pasal satu ayat dua Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa: “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut

1

Robert A. Dahl, Dilema Demokrasi Pluralis, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), hal. 7.

undang dasar”. Namun proses demokratisasi di Indonesia mengalami beberapa orde tran-sisi di dalam mewujudkan pembangunan de-mokrasi yang ideal tersebut, bahkan Indo-nesia sebagai sebuah negara demokrasi ke-nyataannya masih dalam proses transisi men-cari bentuk wujud demokratisasi yang ideal tersebut.

Pada kenyataanya wujud demokrasi hanya berada pada tataran yang imajiner, hal yang terasa sulit untuk diwujudkan, ini terbukti dengan kondisi yang diadopsi dari berbagai negara-negara yang ada di belahan dunia yang selalu saja mengalami dilema perma-salahan penegakan demokrasi khususnya di negara-negara berkembang. Dahl mengung-kapkan ”kriteria demokrasi ideal selalu me-nuntut berbagai hal sehingga tidak ada rezim aktual yang mampu memenuhinya secara

(2)

utuh...ketika mencari demokrasi ideal maka tidak ada rezim yang demokratis.”2

Kebutuhan penegakan demokrasi di Indone-sia pasca Reformasi mengalami perkemba-ngan yang sangat pesat sampai pada tataran pemerintahan lokal (daerah). Pada Juni 2005, Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam sejarah perpolitikan Indonesia yaitu pemili-han kepala daerah secara langsung atau di-singkat Pilkadasung. Ini adalah bentuk proses perwujudan dan penegakan demokrasi di Indonesia. Konteks ini dijadikannya sebagai progres ke arah pencapaian demokrtisasi ideal menjadi berdinamika di Indonesia seba-gai salah satu solusi dari permasalahan pene-gakan demokrasi di Indonesia. Pilkada-sung diyakini sebagai jawaban dalam peme-nuhan kebutuhan penegakan demokrasi lang-sung di dalam pemerintahan lokal sekaligus seba-gai solusi dalam rangka mengembalikan sup-remasi rakyat dalam politik dan legitimasi kekuasaan bagi calon terpilih kepala daerah akan semakin kuat yang didasarkan atas ke-daulatan rakyat. Dimana permasalahan yang berdinamika di dalam pemilihan kepala da-erah ini mempengaruhi tingkat demokratisasi di daerah khususnya Kota Medan ibukota Su-matera Utara, semakin tinggi partisipasi rak-yat setempat dalam proses pemilihan kepala daerah semakin tinggi pula tingkat demokra-tisasi di daerah tersebut.

Kemakmuran sebuah negara mengindikasi-kan korelasi yang positif dengan terwujudnya demokrasi yang ideal hal ini didukung oleh pendapat Lipset & Lerner mengenai adanya “hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan an-tara modernisasi sosio-ekonomi dengan parti-sipasi politik.”3

Senada dengan itu Azyumar-di juga menyatakan ”setidaknya salah satu prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi memberi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera ekono-mi sebuah bangsa maka semakin besar

2

Ibid.

3

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson,

Partisipasi Politik di Negara Berkembang,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1982), hal. 27.

angnya untuk mengembangkan dan memper-tahankan demokrasi.”4

Dengan kata lain dalam konteks makro, asumsi yang dapat dibangun bahwa sebuah negara yang makmur, tentunya perwujudan demokrasi di negara tersebut akan cenderung lebih baik. Lipset dan Deutsch menyatakan ”terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau dito-pang oleh kondisi sosio ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besar-kecilnya penda-patan perkapita masyarakat...”5

Dengan kata lain demokrasi akan terwujud dengan baik dalam sebuah negara yang mak-mur. Kemak-muran akan membawa kesadaran dari rakyat untuk terlibat langsung dalam po-litik dan pemerintahan, hal ini menjadi hal yang ris-kan untuk terwujud.

Partisipasi politik masyarakat merupakan indikator ukur tingkat atau wujud demokrasi yang ideal dalam sebuah negara, dimana pen-dapat Sastroatmodjo ”partisipasi politik me-rupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi...”6

Dengan kata lain faktor utama perwujudan demokrasi di dalam sebu-ah negara adalsebu-ah partisipasi warganya di dalam proses politik di negara tersebut. Parti-sipasi politik masyarakat adalah aspek pen-ting dari demokratisasi. Di mana unsur demokrasi ditentukan oleh bagaimana kesa-daran dari warga negara untuk berpartisipasi di dalam politik dan pemerintahan

Penelitian yang dilakukan Robert P Clark, dalam bukunya Menguak Kekuasaan dan Po-litik Di Dunia Ketiga, menyimpulkan bahwa negara-negara dunia ketiga yang sudah me-ngembangkan demokrasi melalui pemilu, se-perti India, Tanzania, Nigeria, Meksiko, dan Brasil, tingkat partisipasi politik masyara-katnya dalam pemilu rata-rata hanya men-capai 64,5 persen di mana masih belum mencapai seperti yang diharapkan yang

4

Azyumardi Azra, Problematika Politik Islam di

Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2002), hal. 1.

5

Affan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi

Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hal. 22.

6

Sudijono Sastroatmodjo, Prilaku Politik, (Semarang: RIKIP Press, 1995), hal. 67.

(3)

tunya membutuhkan penggalian kembali atau penelitian yang berkesinambungan.7

Pengaruh tingkat ekonomi individu di dalam masyarakat sebagai unsur pembentukan par-tisipasi politik individu tersebut dalam kon-teks mikro mempunyai korelasi antara kedu-anya, Surbakti menyatakan ”seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memi-liki pengetahuan politik, tetapi juga mempu-nyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerin-tah”.8

Kemudian pendapat Surbakti ”masyarakat yang miskin dalam sumber sumber ekonomi akan mengalami kesukaran untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakatnya yang akan menyebabkan timbulnya frustasi dan keresahan...yang pada giliranya melumpuh-kan demokrasi.” Ungkapan tersebut meng-gambarkan bahwa kemiskinan sebagai salah satu faktor penghambat kesadaran individu yang membentuk masyarakat untuk dapat ter-libat di dalam politik dan pemerintahan yang mana menimbulkan ekses lumpuhnya demo-kratisasi di dalam sebuah negara. Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia, generasi pertamannya bera-sal dari pelabuhan Xiamen Provinsi Fujian berlayar menuju Singapura dan Indonesia un-tuk mencari kehidupan yang lebih baik, yang pada kenyataannya mereka mengalami per-juangan yang keras dan beberapa penderita-an, selang beberapa tahun kemudian berhasil melakukan pembangunan dan perubahan di antaranya menjadi pengusaha dan bankir ternama, sedemikian suksesnya warga etnis Tiong-hoa tersebut dalam bidang ekonomi, sehingga muncul pendapat/stigma yang ber-edar pada masyarakat bahwa tiga persen war-ga Tionghoa menguasai 70% perekonomian Indonesia.9 Diskriminasi terhadap mereka dari berabagai pihak juga terkadang kerap terjadi, mata pencaharian mereka kebanyakan ber-gerak di sektor perdagangan dan bisnis,

7

Robert P. Clark, Menguak Kekuasaan dan

Politik di Dunia Ketiga, (Jakarta: Erlangga,

1989), hal. 58.

8

Ramlan Surbakti, Memahami Politik, (Jakarta: Grasindo, 2003), hal. 144.

9

Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa

Pergulatan Etnis Cina di Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia Utama, 2000), hal. Xv.

secara tidak langsung tingkat ekonomi mere-ka lebih tinggi dari etnis-etnis lain kebanya-kan di karenakebanya-kan akses terhadap pemilikebanya-kan sumber-sumber daya yang mereka kuasai dan mereka kelola.

Keterlibatan mereka di dalam politik bisa di-katakan sangat minim atau rendah, walaupun pada masa reformasi ini ada sedikit pe-ningkatan seperti selama pemilu legislatif, sejumlah media mencatat setidaknya 150 ca-leg Tionghoa, meskipun pada akhirnya hanya sebagian kecil yang berhasil mendapatkan kursi di berbagai daerah muncul berbagai kreasi partisipasi politik yang dulu terasa minim sekali, mulai dari peningkatan keang-gotaan partai politik, inisiatif debat/diskusi politik oleh Asosiasi Tionghoa, kampanye partai politik, sampai sosialisasi proses pemi-lu, namun belum signifikan dan seperti yang diharapkan.10

Salah satu kelurahan di Kota Medan yang mempunyai penduduk mayoritas etnis Tiong-hoa adalah Kelurahan Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota. Kelurahan Pusat Pasar Medan terdiri dari sembilan lingkung-an denglingkung-an jumlah penduduk keseluruhlingkung-an 6007 orang, mayoritas mata pencaharian penduduk di Kelurahan Pusat Pasar tersebut adalah berdagang, ini dapat dilihat dengan jumlah penduduk yang berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha sebanyak 5183 orang.

Dari semua uraian di atas disimpulkan bahwa partisipasi politik mempunyai keterkaitan dengan tingkat ekonomi seseorang di mana semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka partisipasi politik dari orang tersebut akan cenderung lebih tinggi. Penelitian ini melihat hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat etnis Tionghoa pada Pemilihan Kepala daerah langsung 2005 Kota Medan di Lingkungan VI Kelu-rahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota. Pendekatan dan Metode

Studi dilakukan dengan pendekatan perilaku politik. Metode penelitian menggunakan ku-antitatif, dengan format penelitian eksplanasi yaitu penelitian yang ingin melihat hubungan

10

Christin Sussana Tjhin, ”Partisipasi Politik Tionghoa dan Demokrasi”, Harian Umum

(4)

atau korelasi diantara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.11 Sebagai variabel bebas adalah tingkat ekonomi dan variabel terikat adalah partisipasi politik yang kemudian diuji melalui statistik. Hipotesis yang menggambarkan pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat digambarkan dalam ru-mus berikut (lihat Gambar 1).

Gambar 1

Hubungan Tingkat Ekonomi terhadap Partisipasi Politik

Untuk keperluan pengujian hipotesis diguna-kan dua alternatif hipotesa yang secara statis-tik dinyatakan sebagai berikut:

Ho : μ = 0 (Tidak ada hubungan antara tingkat ekonomi terhadap partisipasi poli-tik masyarakat)

Ha : μ  0 (Ada hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat). Populasi penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat etnis Tionghoa pada Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan yang ber-umur 17 tahun atau yang sudah menikah dan terdaftar sebagai pemilih di kelurahan terse-but yang berjumlah 355 Orang. Adapun po-pulasi penelitian ini diambil berdasarkan per-syaratan yang ditetapkan Pemerintah bagi mereka yang berhak menggunakan hak pilih-nya pada Pemilihan Kepala Daerah Lang-sung yang tertuang di dalam Peraturan Peme-rintah No. 6 Tahun 2005.

Jumlah presisi yang penulis ambil dalam pe-nelitian ini adalah sebesar 10 %. Disebabkan karena jumlah populasi cukup besar yaitu berkisar 355 orang, adapun rumus yang di-pakai untuk menentukan dan mengambil sampel adalah rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane, di mana:

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hal. 51.

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Presisi, ditetapkan 10% dengan derajat kepercayaan 90%

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:

Dengan demikian jumlah responden yang di-jadikan objek penelitian ini digenapkan men-jadi 78 orang Namun populasi dari penelitian ini mempunyai tingkatan ekonomi yang ber-beda (heterogen) berdasarkan sumber dari Kelurahan (lihat Tabel 1).

Klasifikasi kelas berdasarkan tingkat ekono-mi didasarkan pada kriteria seperti luas lantai bangunan per orang, jenis dinding/tembok, mampu/tidak untuk membayar berobat ke rumah sakit dengan kelas tertentu, punya/ tidak tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai nominal tertentu, serta pendapat perbulan (lihat Tabel 1).

Tabel 1

Populasi Berdasarkan Klasifikasi Tingkat/Lapisan

Tingkat Ekonomi

Kriteria Jumlah

ATAS

 Luas lantai bangunan < 15 m2 per orang

 Jenis dinding/tembok permanen

 Mampu untuk membayar berobat ke rumah sakit mewah, kelas 1

 Mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal di atas Rp. 2.000.000,

 Pendapatan di atas 2000.000. per bulan

143

MENE-NGAH

 Luas lantai bangunan < 10 m2 per orang

 Jenis dinding/tembok permanen

 Mampu untuk membayar berobat ke puskesmas/poliklinik

 Mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 1.000.000,

 Pendapatan di bawah 2000.000. per bulan

198

BAWAH  Luas lantai bangunan < 8 m

2 per orang

 Jenis dinding tempat tinggal kayu, rumbia, tembok tanpa diplester.

 Tidak mampu membayar berobat ke ke puskesmas/poliklinik

 Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,

 Pendapatan di bawah 600.000. per bulan

14

rxy

Tingkat Ekonomi (X) Partisipasi Politik Masyarakat (Y)

(5)

Teknik sampling yang digunakan dispro-portionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang ber-strata namun tidak/kurang proporsional di mana untuk pemilih ekonomi bawah keselu-ruhannya diambil sebagai sampel yang ber-jumlah sembilan orang kemudian tingkat ekonomi atas dan menengah diambil secara proporsional12 dengan perhitungan sebagai berikut :

Untuk tingkat atas 146 x 69 = 29 orang 364

Untuk tingkat menengah 200 x 69 = 40 orang 346 Jumlah sampel yang diambil untuk masing-masing tingkatan/strata lapisan ekonomi ter-sebut dapat dilihat di dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2

Jumlah Sampel yang diambil Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Ekonomi Pemilih No. Tingkat Ekonomi Jumlah Sampel 1. ATAS 146 29 2. MENENGAH 200 40 3. BAWAH 9 9

JUMLAH 355 78

Untuk memperoleh data-data metode yang digunakan yaitu, observasi (pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran nyata situasi kondisi sosial dari lokasi yang diteli-ti), wawancara, studi dokumentasi, dan kue-sioner tertutup (angket). Pengukuran meng-gunakan ratting scale yaitu data kuantitatif yang dikalitatifkan dan menggunakan nilai 1-4. Sebelum diberikan kepada responden, kue-sioner terlebih dahulu di pretest guna menge-tahui reliabilitas dan validitas dari butir per-tanyaan tersebut.13

Alat uji statistik yang dipilih menggunakan rumus-rumus, koefisien korelasi product mo-men dari Pearson untuk mo-mengukur hubungan X dan Y dengan angka hasil yang dinamakan koefisien korelasi dan untuk interpretasi kuat

12

Husaini dan Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 45.

13

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi,

Meto-de Penelitian Survei, (Yogyakarta: LP3ES, 1981).

hal. 91.

lemahnya hubungan tersebut digunakan pedoman pada Tabel 3.

Tabel 3

Intrepretasi dari Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Uji hipotesis dengan menggunakan uji r, un-tuk mengetahui hubungan signifikansi tidak-nya hubungan X dengan Y. dengan jalan memperbandingkan r hitung dengan r tabel, kemudian Uji koefisien determinasi, yakni untuk melihat besarnya persentase pengaruh atau determinan variabel X terhadap Y.14 Ruang Lingkup dan Deskripsi Umum Ekonomi adalah cabang dari ilmu sosial yang berobjek pada individu dan masyarakat. Me-nurut terminologinya Silk "ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang kekayaan (wealth) dan merupakan suatu bagian yang penting daripada studi tentang manusia. Hal ini sebabkan karena sifat manusia yang telah di-bentuk oleh kerjanya sehari hari, serta sum-ber sumsum-ber material yang mereka dapat-kan".15

Unsur kekayaan menjadi ukuran di dalam studi tentang ekonomi di mana unsur kekayaan dan sumber sumbernya merupakan kunci akses di dalam pemenuhan tingkatan kebutuhan manusia. Dengan kekayaan maka pemenuhan kebutuhan akan tercapai, di mana semakin kaya seseorang maka akan semakin tinggi kemampuannya untuk memenuhi ting-katan kebutuhannya. Defenisi dari status eko-nomi atau tingkat ekoeko-nomi, Surbakti ber-pendapat "yang dimaksud status ekonomi ialah kedudukan seseorang di dalam

14

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2000), hal. 27.

15

Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi:

Pendekat-an pada Teori Ekonomi Mikro dPendekat-an Makro,

(6)

san masyarakat berdasarkan pemilikan keka-yaan.”16

Faktor kekayaan tersebut dasar pe-nentuan pelapisan seseorang di dalam masya-rakat berdasarkan status ekonominya. Sastro-atmodjo juga mengungkapkan "status ekono-mi adalah kedudukan seorang warga negara dalam pelapisan sosial yang disebabkan oleh pemilikan kekayaan".17 Pemilikan kekayaan di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi individu di dalam masyarakat.

Partisipasi politik diartikan oleh Huntington dan, "sebagai suatu kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.”18 Surbakti menyatakan "par-tisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala kepu-tusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.”19

Mc Closcy berpendapat "par-tisipasi adalah kegiatan secara pribadi dan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.”20

Pada kenyataanya kalau kita merujuk pada perkembangan demokratisasi pada negara-negara di dunia, negara-negara negara-negara dunia ketiga lebih banyak mengalami permasalahan pe-negakan demokrasi khususnya dibanding de-ngan negara negara maju. Dari berbagai pe-nelitian yang dilaksanakan di negara dunia ketiga banyak terdapat permasalahan-perma-salahan rendahnya wujud demokratisasi di negara dunia ketiga tersebut, sehingga dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara dunia ketiga adalah sebuah kelompok negara negara yang pertumbuhan ekonomi atau tingkat ekonomi negaranya cenderung terbelakang dibanding negara maju, maka dari fakta ini sebenaranya ada keterkaitan antara tingkat ekonomi atau pertumbuhan ekonomi sebuah negara dengan wujud penegakan demokrasi di negara tersebut,

16

Ramlan Surbakti, op.cit., hal. 144.

17

Sudijono Sastroatmodjo, op.cit., hal. 15.

18

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson,

op.cit., hal. 6.

19

Ramlan Surbakti, op.cit., hal. 140.

20

Azyumardi Azra, op.cit., hal. 9.

dengan kata lain perwujudan demokrasi di sebuah negara ditentukan oleh bagaimana kondisi ekonomi dari negara tersebut.

Kemakmuran sebuah negara mengindikasi-kan sebuah korelasi yang positif dengan ter-wujudnya demokrasi yang ideal dan ini di-dukung oleh pendapat beberapa ahli seperti yang diungkapkan Lipset & Lerner "adanya hubungan yang positif antara pembangunan ekonomi dan demokrasi juga hubungan an-tara modernisasi sosio-ekonomi dengan par-tisispasi politik.”21

Selain itu ditegaskan juga oleh Azyumardi "setidaknya salah satu pra-syarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi memberi harapan yaitu peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat secara keseluruhan, semakin sejahtera eko-nomi sebuah bangsa maka semakin besar pe-luangnya untuk mengembangkan dan mem-pertahankan demokrasi."22

Begitu banyak pendapat para ahli yang me-nyatakan bahwa ekonomi sebagai sebuah as-pek di dalam wujud demokratisasi di sebuah negara, bahkan ada yang fanatis mengatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah salah satu keharusan di dalam menegakan sebuah negara demokrasi, seperti ungkapan Lipset dan Deutsch "terdapat suatu keyakinan bahwa demokrasi baru akan berjalan dengan baik kalau ditopang oleh kondisi sosio ekonomi yang kuat. Terutama dilihat dari besarkecilnya pendapatan perkapita masyara-kat..."23 Ungkapan ini berderivasi dari peneli-tian yang dilakukan Lipset dan Deustch di Amerika Serikat dengan kajian perilaku war-ga newar-gara dalam Pemilihan Umum. Dari penelitian yang dilakukan tersebut ditemukan suatu pola bahwa pendapatan, pendidikan, dan status sosial merupakan faktor penting dalam proses partisipasi atau dengan kata lain yang pendapatannya tinggi, yang pendi-dikannya tinggi dan yang berstatus sosial tinggi, cenderung untuk lebih banyak berpar-tisipasi daripada orang yang berpendapatan serta pendidikannya rendah.24

21

Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson,

op.cit., hal. 27.

22

Azyumardi Azra, op.cit., hal. 1.

23

Affan Gaffar, op.cit., hal. 22.

24

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai

Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998),

(7)

Hasil penelitian yang dilakukan Prewitt dan Verba pada tahun 1993 menunjukkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam politik. Hal yang paling pokok adalah; (1). tingkat pendidikan; (2).income (penghasilan); (3).ras dan etnisitas; (4).jenis kelamin; (5).usia.25 Dari penelitian yang dilakukan tersebut salah satu hal yang pokok di dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam politik adalah pendapatan (income) yaitu salah satu elemen dasar dari ekonomi. Kemudian penelitian lainnya yang pernah dilakukan yang ber-kaitan dengan status ekonomi dan partisipasi politik diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sidney Verba dan Norman H. Nie yang meneliti mengenai keadaan di Amerika Serikat, penelitian tersebut bertema Political Participation in America di mana hasil dari penelitian ini melihat bahwa orang-orang kota lebih banyak memberikan suara daripada orang-orang desa dan orang yang berpendapatan tinggi cenderung untuk lebih banyak berpartisiapsi dari orang yang berpendapatan rendah. Hasil penelitian ini kemudian diperkuat, ditindaklanjuti dan dianalisis kembali oleh Deustch dalam penelitiannya yang berjudul Politics and Government. Ia mengambil kesimpulan bah-wa di Amerika Serikat sepertiga dari kelom-pok warga negara yang paling tinggi status serta pendapatannya, mengadakan partisipasi enam kali lebih banyak daripada sepertiga dari kelompok warga negara yang paling rendah dan memproleh dua kali lebih banyak tanggapan positif dari pemerintah.26

Tingkat Partisipasi Etnis Tionghoa

Pengaruh tingkat ekonomi yang merupakan variabel bebas (X) terhadap partisipasi poli-tik masyarakat yang merupakan variabel teri-kat (Y) pada masyarateri-kat etnis Tionghoa yang dibahas di dalam penelitian ini. Rumus sta-tistik yang digunakan untuk melihat hubung-an dihubung-antara variabel yhubung-ang akhubung-an diteliti, yaitu analisa korelasi product moment dengan ru-mus sebagai berikut:

25

J. Geovanie, “Golput Bukan Alternatif Terba-ik”, Harian Umum Kompas (10 Februari, 2004), hal. 2.

26

Miriam Budiardjo, op.cit., hal. 9.

                                              2 2 2 ) ( ) ( 2 i i i i i i i i y y n x x n y x y x n xy r

Keterangan :

rxy = Besarnya korelasi variabel x dan y xi = Variabel X (tingkat ekonomi) yi = Variabel Y (partisipasi politik n = Jumlah sampel

Hasil perhitungan dalam tabulasi penolong dimasukan kedalam rumus koefisien korela-si. Pengolahan data dari software komputer untuk pengolahan data statistik hasil nilai variabel X dan variabel Y dari proses tabula-si data dari matabula-sing-matabula-sing jawaban respon-den di dapat koofisien korelasi berikut:

Tabel 4

Hasil Korelasi Variabel X Tingkat Ekonomi Terhadap Variabel Y Partisipasi

Correlations

Tingkat Ekonomi

Partisipasi Politik Tingkat Ekonomi Person Correlation

Sig. (2tailed) N 1 . 78 ,786** ,000 ,78 Partisipasi Politik Person Correlation Sig. (2tailed) N ,786** ,000 ,78 1 . 78

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) Dapat diketahui dari tabel bahwa nilai koe-fisien korelasi dari penelitian ini bernilai po-sitif yaitu rxy = 0,786. Artinya ada keeratan hubungan kedua variabel pada penelitian ini yaitu variabel x (tingkat ekonomi dan vari-abel y (partisipasi politik), sebagaimana hasil rujukan yang didasarkan pada pedoman yang dikemukakan Burhan Bungin yaitu intrepre-tasi berada pada kelas 0,60-0,799 atau ber-makna hubungan yang kuat.

Pengujian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan uji r dengan ketentuan: pertama, jika r hitung > r table maka H0 ditolak dan Ha diterima, ar-tinya ada pengaruh signifikans antara varia-bel X (tingkat ekonomi) terhadap variavaria-bel Y (partisipasi politik); kedua, jika r hitung < r tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, arti-nya tidak ada pengaruh signifikans antara va-riabel X (tingkat ekonomi) terhadap vava-riabel Y (partisipasi politik). Kemudian dari keten-tuan-ketentuan tersebut maka didapat nilai r hitung yaitu nilai dari koefisien korelasi yang

(8)

telah diperoleh dan disebutkan di atas yaitu bernilai rxy = 0,786 maka nilai r hitung ter-sebut dibandingkan dengan r tabel. Pada nilai r tabel dengan α= 95% diketahui bahwa un-tuk sampel sebanyak N = 78 orang tidak ter-dapat di dalam r table product momen, yang tertera hanya untuk sampel sebanyak N=75 dan N= 80, maka dari itu untuk mendapatkan nilai r tabel dari sampel sebanyak N=78 orang tesebut, digunakan perhitungan inter-polasi yaitu dengan perhitungan sebagai be-rikut:

Untuk taraf signifikans 5% atau α= 95% ma-ka:

N = 80 mempunyai nilai 0,220 N = 75 mempunyai nilai 0,227 N = 78 mempunyai nilai X

Maka perhitunganya sebagai berikut:

(78 – 75) : (80 – 75) = (x – 0,227) : (0,220 – 0,227) 3 : 5 = (x – 0,227) : (0,220 – 0,227) 5 (x – 0,227) = 3 (-0,007) 5x – 1,135 = - 0,021 5x = - 0,021 + 1,135 x = 1,114 5 = 0,222

Hasilnya, didapat nilai r tabel sebesar 0,222. Selanjutnya diperbandingkan dengan r hitung yaitu sebesar 0,786. Dapat diuraikan bahwa r hitung > r tabel sesuai dengan ketentuan yang diuraikan sebelumnya apabila r hitung > r tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa hipotesa “ada pengaruh/hubu-ngan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat” dapat diterima.

Selanjutnya untuk melihat seberapa besar pe-ngaruh determinan dalam persentase antara tingkat ekonomi sebagai variabel bebas (X) terhadap partisipasi politik masyarakat seba-gai variabel terikat (Y) dengan objek etnis Tionghoa di dalam penelitian ini, maka akan diuji dengan uji koefisien determinasi se-bagai berikut: D = (r xy) 2 X 100% D = (0,786)2 X 100% D = 0,6177 X 100% D = 61,77%

Berarti hubungan tingkat ekonomi terhadap partisipasi politik adalah sebesar 61,77% se-dangkan sisanya 38,23% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain seperti faktor kultural, pen-didikan, agama, kesukuan dan faktor-faktor lainya yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini.

Geliat Etnis Tionghoa dalam Pilkada Kota Medan

Etnis Tionghoa dalam penelitian ini memiliki intensitas partisipasi politik yang tinggi khu-susnya pada pemilihan kepala daerah lang-sung yaitu pemilihan walikota Medan dan wakilnya. Kepala Lingkungan VI Kelurahan Pusat Pasar Medan, menyatakan bahwa etnis Tionghoa sangat mempunyai kepentingan di dalam berpolitik dan harus terjun ke dalam dunia politik walaupun sering sekali men-dapatkan hambatan dari berbagai element politik yang ada. Masyarakat etnis Tionghoa sebagai objek dalam penelitian ini memberi-kan dukungannya terhadap salah satu memberi- kandi-dat walikota Medan dan wakilnya, hanya sedikit saja yang tidak memberikan duku-ngannya, artinya bahwa Momen pilkadasung ini adalah momen baru yang sangat membu-ka peluang bagi etnis Tionghoa untuk me-nentukan nasibnya ke depan dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah yang lalu yang menggunakan sistem perwakilan yang diangkat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Da-erah di mana dengan sistem yang lama maka masyarakat etnis Tionghoa kebanyakan tidak menaruh harapan yang besar terhadap pilihan yang mereka jatuhkan pada partai yang me-reka pilih karena proses tersebut menurut mereka menjadikan kurangnya transparansi dalam pemilihan walikota yang lalu yang dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam sistem pemilihan ke-pala daerah langsung etnis Tionghoa lebih yakin akan aspirasi atau pilihan mereka akan mampu memperbaiki nasib mereka ke depan-nya, selain itu mereka bisa secara transparan mengetahui bagaimana profil dari kandidat kepala daerah tersebut, sehingga mereka bisa menjatuhkan pilihan secara rasional yaitu menjatuhkan pilihan kepada siapa yang me-reka lihat/anggap dapat memperjuangkan as-pirasi mereka sebagai warga etnis Tionghoa yang ada di Kota Medan.

Tokoh etnis Tionghoa di Kota Medan yaitu Kwik Sam Ho menyatakan bahwa etnis Ti-onghoa Kota Medan mendukung penuh pa-sangan Abdillah-Ramli untuk menjadi

(9)

wali-kota dan wakil waliwali-kota Medan 2005-2010. Pada saat ini warga etnis Tionghoa sangat intens dan berharap banyak bahwa Pemerin-tahan Kota Medan ke depannya dapat mem-berikan sebuah iklim kondusif buat mereka di dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari sebagai warga negara Indonesia.

Etnis Tionghoa di Kelurahan Pusat Pasar mempunyai mata pencaharian sebagai pe-ngusaha dan pedagang. Alasan ini dijadikan sebagai penyebab dari banyaknya etnis Ti-onghoa yang tidak terlibat langsung di dalam kegiatan kampanye tersebut diantaranya ka-rena kesibukan mereka di dalam menjalan-kan usahanya dan pekerjaannya sehari-hari sebagai alasan mereka tidak mengikuti kegiatan kampanye. Bagi mereka tidak perlu untuk terlalu menonjol di dalam sebuah kegiatan politik yang akan membawa mereka dalam kesulitan, namun bukan berarti mereka tidak ikut terlibat di dalam proses politik tersebut, karena mereka juga sangat punya kepentingan di dalam proses politik tersebut terutama di dalam melaksanakan dan mendu-kung usaha mereka dan penentuan nasib mereka ke depannya, bagi mereka berpar-tisipasi tidak harus dengan kegiatan kam-panye tetapi banyak hal lain yang lebih aman bagi mereka untuk dilakukan dalam rangka mendukung calon walikota Medan dan wa-kilnya atau terlibat di dalam proses politik tersebut. Hal ini menujukkan masih terjadi adanya dikotomi yang menjurus kepada pe-rasaan adanya diskriminasi bagi penduduk Tionghoa kebanyakan, dari berbagai aspek sosial khususnya aspek politik yang membu-at penduduk etnis Tionghoa menjalankan se-buah strategi di dalam memperjuangkan as-pirasinya di dalam pemerintahan serta untuk terlibat di dalam politik.

Pada Lingkungan VI terdapat banyak pengu-saha besar yang mempunyai rumah deber-bagai wilayah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri (nama-namanya tidak dapat dise-butkan dengan alasan untuk menjaga etika penelitian). Pengusaha tersebut sangat intens terlibat di dalam perpolitikan dalam rangka menggerakan usaha yang mereka kelola, na-mun kebanyakan dari mereka berpartisipasi “dibalik layar” artinya tidak secara terbuka dan menonjol menunjukan meraka mendu-kung atau terlibat di dalam proses politik. Tetapi mereka memainkan peranan yang luas

terutama dari sisi materil. Dalam Pilkadasung keterlibatan mereka dalam tim sukses calon walikota Medan sangat memainkan peranan yang luas di dalam pencapaian kemenangan dari masing masing kandidat walikota Me-dan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan ketua tim sukses dari calon pasangan kan-didat Walikota Medan Abdilah-Ramli yaitu Said Abdulah menyatakan bahwa dana yang berhasil dikumpulkan dari pengusaha selama proses pemilihan kepala daerah berlangsung mencapai lima miliar rupiah, dan seluruh bantuan dana kampanye yang diberikan ter-sebut tidak mengikat, semua pengusaha telah mengenal Abdilah sehingga sumbangannya tidak mengikat mereka.

Mayoritas dari etnis Tionghoa berpartisipasi secara tertutup artinya mereka tidak ingin menonjol/menampakan keterlibatan dan ke-ikutsertaannya di dalam sebuah proses politik namun bukan berarti mereka tidak ikut ber-partisipasi di dalam proses politik, karena da-lam melaksanakan aktivitas politiknya me-reka mencari cara atau strategi yang paling aman bagi mereka untuk terlibat di dalam proses politik tersebut, salah satunya dengan tidak mengikuti sebuah kegiatan politik se-cara terbuka bahkan tidak berafiliasi sese-cara terbuka dengan salah satu organisasi partai politik. Melakukan/ mengikuti proses pemi-lihan atau pencoblosan adalah salah satu cara aman buat mereka untuk berpartisipasi kare-na kerahasiaan dari pilihan. Dan proses pe-milihan tersebut terjamin, sehingga mereka merasa bahwa momen ini adalah momen ter-baik bagi mereka untuk berpartisipasi dalam politik khususnya di dalam mendukung salah satu kandidat walikota Medan pilihan me-reka. Dalam hal ini ada harapan akan mun-culnya Kota Medan yang mempunyai iklim investasi yang lebih baik agar terwujud ja-minan bagi mereka untuk menjalankan/mem-buka usaha perdagangan dengan iklim usaha yang lebih baik lagi.

Penutup

Hasil studi ini bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi dari individu/seseorang maka ke-pentingan mereka dan kebutuhan mereka ter-hadap perpolitikan juga akan semakin tinggi. Kebutuhan ini muncul karena motivasi dan harapan keberhasilan dan kelancaran kegia-tan dan usaha dimasa yang akan dakegia-tang.

(10)

Ak-ses dan keterlibatan etnis tionghoa dalam po-litik yang cukup tinggi, menyebabkan etnis tionghoa eksis sampai sekarang dan tetap mempunyai akses yang luas terhadap pemi-likan sumber sunber daya ekonomi. Studi ini menunjukkan bahwa berdasarkan perhitung-an koefisien korelasi nilai r hitung adalah 0,786 terletak di interval antara 0,60 – 0,799 yang menunjukan hubungan variabel X (ting-kat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik) berada dalam kategori kuat dengan pengaruh determinasi sebesar 61,77% se-dangkan sisannya 38,23% dipengaruhi fak-tor-faktor lain seperti faktor kultural, pendi-dikan, agama, kesukuan dan faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam kajian penelitian ini. Hasil uji hipotesis menggunakan uji r diperoleh r hitung > r tabel (0,786 > 0,222) menunjukan ada penga-ruh/hubungan yang signifikans antara variabel X (tingkat ekonomi) dengan variabel Y (partisipasi politik). Hubungan ini bernilai positif di mana semakin tinggi tingkat eko-nomi seseorang maka akan semakin tinggi partisipasi politiknya begitu juga sebaliknya dengan objek kajian warga etnis Tionghoa. Namur, etnis Tionghoa berpartisipasi dalam politik atau memberikan dukungan terhadap kandidat walikota Medan tersebut dengan cara yang lebih aman bagi mereka.

Daftar Pustaka

Ali, Mukti. 1996. Alam Pikiran Islam Modern di

India dan Pakistan. Bandung: Mizan.

Azra, Azyumardi. 2002. Problematika Politik

Is-lam di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Budiardjo, Miriam. 1998. Partisipasi dan Partai

Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian

So-sial. Surabaya: Airlangga University Press.

Clark, Robert P.. 1989. Menguak Kekuasaan dan

Politik di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Dahl, Robert A.. 1982. Dilema Demokrasi

Plu-ralis. Jakarta: Rajawali Press.

Gaffar, Affan. 2005. Politik Indonesia: Transisi

Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pe-lajar.

Huntington, Samuel P. dan Joan M. Nelson. 1982.

Partisipasi Politik di Negara Berkembang.

Jakarta: Rineka Cipta.

Husaini dan Akbar. 2004. Metodologi Penelitian

Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

J. Geovanie, 2004. “Golput Bukan Alternatif Ter-baik”. Harian Umum Kompas (10 Februari). Rosyidi. 1996. Pengantar Teori Ekonomi:

Pende-katan pada Teori Ekonomi Mikro dan Makro.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sastroatmodjo, Sudijono. 1995. Prilaku Politik. Semarang: RIKIP Press.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1981.

Metode Penelitian Survei. Yogyakarta:

LP3-ES.

Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, Ramlan. 2003. Memahami Politik. Ja-karta: Grasindo.

Tjhin, Christin Sussana. 2004. ”Partisipasi Politik Tionghoa dan Demokrasi”, Harian Umum

Kompas (20 September).

Wibowo. 2000. Harga yang Harus Dibayar:

Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam lembaga pendidikan, untuk dapat mendukung kegiatan belajar maka diperlukan suatu sarana atau fasilitas yang membantu para siswa didik dalam memahami pelajaran yang

[r]

Tidak dianjurkan untuk menceritakan bisnis kepada mitra kerja mengenai hal apa yang sedang berusaha Anda bangun di samping pekerjaan kantor yang Anda lakukan.. Akan ditemui lebih

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian. Organisasi

Informasi pihak terkait dalam Laporan Kualitas Aset Produktif dan Informasi Lainnya disajikan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005

Dalam rangka mewujudkan visi Universitas Tadulako, menjadi universitas yang unggul dalam pengabdian masyarakat di tahun 2020, dan menjalankan misi yang

BPMPK memiliki tantangan untuk mengembangkan model multimedia pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).. Kenyataan di lapangan banyak dijumpai

perenang menghasilkan prilaku yang tepat dalam suatu pertandmgan, pada saat. mana saran pengajaran tidaklah selalu munglun, dan kornbinasikan