• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)Serta Perubahan Temperatur Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)Serta Perubahan Temperatur Tanah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

SERTA PERUBAHAN TEMPERATUR TANAH

SKRIPSI

Oleh:

ANDAR OKTORA SIMANJUNTAK 040303025/ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

SERTA PERUBAHAN TEMPERATUR TANAH

SKRIPSI

Oleh:

ANDAR OKTORA SIMANJUNTAK 040303025/ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departeman Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah.

Nama : Andar Oktora Simanjuntak

Nim : Ilmu Tanah

Program Studi : Konservasi Tanah dan Air

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir.Bintang Sitorus, MP) Ketua

(Ir. Sarifuddin, MP) Anggota

Mengetahui:

(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) Ketua Departemen

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah”. Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pemupukan organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya dengan temperatur tanah. Penelitian ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dan tiga ulangan, faktor pertama pupuk organik, yaitu: 1). kompos kemasan (O1), 2). pupuk kandang ayam (O2), 3). abu sekam padi (O3), dan faktor kedua ,pemberian pupuk anorganik, yang terdiri dari empat taraf, yaitu: 1). 0 gr NPK (A0), 2). 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK (A3). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan tingkat signifikasinya dengan Uji Jarak Duncan (UJD). . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan organik, tidak mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan temperatur tanah, namun pemupukan anorganik mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan temperatur tanah, sedangkan interaksi ppemupukan organik dan anorganik mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) pada buah rosela.

(5)

ABSTRACT

The topic of this study is “The Effect of Organic and Inorganic Fertilization on Growth and Production of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) and Their Relation to Soil Temperature” Which aims to determine the effect of various organic and inorganic fertilizers on growth and yield of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) And its relation to soil temperature is done in Faculty of Agriculture practice land of University of North Sumatra and Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan from December 2009 until April 2010.This research used a Randomized Block Design (RBD) factorial consisting of two factors and three replications, with the first factor of organic fertilizer, that is: 1). Packaged compost (O1), 2). Chicken manure (O2 ), 3). Paddy husk ash (O3),

and the second factor, inorganic fertilizer, which consists of four levels, that is: 1). 0 gr NPK (A0), 2) 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK

(A3). Data obtained from this study will be analyzed by using analysis of variance and level of significantly using Duncan Mean Range Test (DMRT). The results of this research showed that the organic fertilizer treatment, did not affect the growth, production, and soil temperature, but the inorganic fertilizer affect the growth, production and soil temperature, while the interaction of organic and inorganic fertilization affect the content of iron (Fe) at the fruits of roselle.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 30 Oktober 1985 dari Ayahanda N. Simanjuntak dan Ibunda R. Sitorus. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMUN 6 Medan, dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB pada tahun 2004. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian .

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Pemupukan Organik dan

Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Ir. Bintang Sitorus, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Sarifuddin, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi

arahan dan bimbingan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi

isi maupun formatnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi

ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

Pengukuran Parameter………... 19

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN. ... 31

Kesimpulan. ... 31

Saran. ... 31

DAFTAR PUSTAKA. ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tabel 1: Rataan Nilai Tinggi Tanaman Rosela Karena Pengaruh

Perlakua Pemberian Pupuk Anorganik……… 22

2. Tabel 2 : Rataan Nilai Produksi Buah Segar Rosela Karena PengaruhPerlakua Pemberian Pupuk Anorganik………. 25

3. Tabel 3 : Rataan Nilai Suhu Tanah 6 MST Minggu Karena Pengaruh Perlakua Pemberian Pupuk Anorganik…….... 27 4. Tabel 4 : Rataan Nilai Kandungan Fe Dalam Buah Rosela

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 1. Gambar 1: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk

Anorganik Terhadap Tinggi Tanaman Rosela

(Hibiscus sabdariffa L.)... 23

2. Gambar 2: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik Terhadap Produksi Tanaman

Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)... 25

3. Gambar 3: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk

Anorganik Terhadap Temperatur Tanah... 27

4. Gambar 4: Grafik Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik Terhadap Kandungan Fe Dalam Buah Rosela

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lampiran 1: Bagan Penelitian ... 34

2. Lampiran 2: Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm) ... 35

3 Lampiran 3: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman ... ...35

4. Lampiran 4: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 1MST ... ...36

5. Lampiran 5: Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm). ... ...36

6. Lampiran 6: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 2 MST...37

7. Lampiran 7: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 2 MST...37

8. Lampiran 8: Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ... ...38

9. Lampiran 9: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 3 MST ...38

10. Lampiran 10: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 3 MST. ... ...39

11. Lampiran 11: Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm). ... ...40

12. Lampiran 12: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 4 MST...40

13. Lampiran 13: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 4 MST... ...40

14. Lampiran 14: Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)...41

15. Lampiran 15: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 5 MS...41

16. Lampiran 16: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 5 MST . ...42 17. Lampiran 17: Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)...42

18. Lampiran 18: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman. ... ...42

19. Lampiran 19: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 6 MST ... ...43

20. Lampiran 20: Data Produksi Buah Segar (g). ... ...43

21. Lampiran 21: Analisa Sidik Ragam Produksi Buah Segar (g). .. ...44

22. Lampiran 22: Lampiran 22. Nilai Rataan Produksi Buah Segar (g)...44

(13)

40. Lampiran 40: Nilai Rataan Data Suhu 6 MST (0C)...54

41. Lampiran 41: Data Pengamatan Kandungan Fe ... ...54

42. Lampiran 42: Analisa Sidik Ragam Data Pengamatan...55

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah”. Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pemupukan organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya dengan temperatur tanah. Penelitian ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dan tiga ulangan, faktor pertama pupuk organik, yaitu: 1). kompos kemasan (O1), 2). pupuk kandang ayam (O2), 3). abu sekam padi (O3), dan faktor kedua ,pemberian pupuk anorganik, yang terdiri dari empat taraf, yaitu: 1). 0 gr NPK (A0), 2). 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK (A3). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan tingkat signifikasinya dengan Uji Jarak Duncan (UJD). . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan organik, tidak mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan temperatur tanah, namun pemupukan anorganik mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan temperatur tanah, sedangkan interaksi ppemupukan organik dan anorganik mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) pada buah rosela.

(15)

ABSTRACT

The topic of this study is “The Effect of Organic and Inorganic Fertilization on Growth and Production of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) and Their Relation to Soil Temperature” Which aims to determine the effect of various organic and inorganic fertilizers on growth and yield of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) And its relation to soil temperature is done in Faculty of Agriculture practice land of University of North Sumatra and Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan from December 2009 until April 2010.This research used a Randomized Block Design (RBD) factorial consisting of two factors and three replications, with the first factor of organic fertilizer, that is: 1). Packaged compost (O1), 2). Chicken manure (O2 ), 3). Paddy husk ash (O3),

and the second factor, inorganic fertilizer, which consists of four levels, that is: 1). 0 gr NPK (A0), 2) 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK

(A3). Data obtained from this study will be analyzed by using analysis of variance and level of significantly using Duncan Mean Range Test (DMRT). The results of this research showed that the organic fertilizer treatment, did not affect the growth, production, and soil temperature, but the inorganic fertilizer affect the growth, production and soil temperature, while the interaction of organic and inorganic fertilization affect the content of iron (Fe) at the fruits of roselle.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, nama Rosela (Hibiscus sabdariffa L) sudah dikenal sejak

tahun 1992. Tanaman ini tumbuh subur disepanjang lintasan kereta api

Indramayu, Jawa Barat. Terutama pada musim hujan terlihat hamparan kelopak

bunga Rosela yang bermekaran dan biasanya dipakai sebagai tanaman hias di

dalam ruangan (bunga potong) (Mardiah, dkk., 2009).

Saat ini Rosela begitu populer, karena memiliki kandungan senyawa

kimia yang dapat memberikan banyak manfaat, antara lain dapat digunakan untuk

kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif (Anonimous, 2008a).

Prospek pemasaran produk olahan berbahan baku bunga dan daun rosela

cukup prospektif, terutama untuk pasar luar negeri, cara penanaman dan

pemeliharaan tanaman ini sangat mudah. Karena itu tak heran jika banyak

masyarakat yang mulai mengembangbiakkan tanaman yang berbunga merah ini.

Produktivitas kelopak rosela di luar negri jauh melebihi produktivitas di

dalam negri. Misalnya, produksi kelopak bunga di California mencapai 1.3 kg per

tanaman. Di Puerto Rico sekitar 1,8 kg per tanaman. Sedangkan di Indonesia,

tepatnya di P.Jawa, setiap pohon rosela baru dapat menghasilkan 0,2-1 kg per

tanaman (Mardiah, dkk., 2009).

Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara

tanaman (plant nutrient) dan kandungan hara dalam tanah berbeda-beda

(17)

kebutuhan hara bagi tanaman perlu dilakukan pemberian pupuk kimia maupun

pupuk organik.

Dinas Pertanian Jawa Timur merekomendasikan dosis pemupukan tanam

rosela 300 kg urea/ha, 150 kg TSP/ha, dan 150 kg KCl/ha. Namun jika

diaplikasikan di daerah yang berbeda ternyata secara statistik tidak berbeda

(Mardiah, dkk., 2009).

Sampai sekarang unsur hara yang banyak menjadi permasalahan adalah

unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium karena ketiga unsur ini dibutuhkan dalam

jumlah banyak yang disebut dengan unsur hara makro primer. Ketiga unsur ini

seringkali mengalami kahat di dalam tanah (Hasibuan, 2006).

Hasibuan (2006) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat pupuk organik

diantaranya adalah menambah kandungan bahan organik dan memperbaiki

struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan

air. Sifat-sifat tanah tersebut secara tidak langsung juga dapat berpengaruh

terhadap temperatur tanah.

Suhu tanah merupakan sifat fisik tanah yang sangat penting karena

mendayai langsung pertumbuhan dari tumbuhan dan merupakan salah satu faktor

tumbuh yang penting bersama air, udara dan hara. Hidup dan proses kehidupan

biji, akar dan edafon didayai langsung oleh suatu suhu tanah. Suhu tanah juga

mempengaruhi lengas tanah, aerasi, struktur, kegiatan mikrobia, dan enzim,

perombakan sisa jaringan tumbuhan dan hewan serta ketersediaan hara tumbuhan

(Notohadiprawiro, 1998).

Salah satu faktor utama yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah

(18)

menjadi mudah larut sehingga terdapat berlebihan dan dapat menjadi racun bagi

tanaman (Hardjowigewno, 2003).

Tingginya kandungan zat besi (Fe) pada rosela menunjukkan tingginya

serapan zat besi oleh tanaman rosela. Maka dari itu diharapkan tanaman rosela

mampu menjadi tanaman konservasi untuk mengurangi kandungan zat besi pada

tanah-tanah masam.

Berdasarkan uraian-uraian masalah tersebut diatas maka penulis

merasakan perlunya dilakukan suatu penelitian mengenai pengaruh berbagai

pemupukan organik dan buatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

rosela (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya terhadap temperatur tanah.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

berbagai pemupukan organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya terhadap

temperatur tanah.

Hipotesa Penelitian

- Pemupukan organik dan anorganik baik sendiri atau bersama-sama

berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi

rosela (Hibiscus sabdariffa L.).

- Pemupukan organik dan anorganik akan memberikan pengaruh terhadap

(19)

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

- Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengetahui pengaruh

pemupukan organik dan anorganik baik sendiri atau bersama-sama dalam

meningkatkan pertumbuhan dan produksi rosela (Hibiscus sabdariffa L.) bagi

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)

Saat ini terdapat lebih dari 100 varietas rosela yang tersebar di seluruh

dunia. Dua varietas yang paling terkenal adalah Sabdariffa dan Altissima Webster.

Varietas Sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan, berwarna

merah atau kuning pucat, dan kurang banyak mengandung serat. Sementara itu,

varietas Altissima Webster sengaja ditanam untuk mendapatkan seratnya, tetapi

kelopak dari varietas ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai makanan

(Maryani dan Lusi, 2008).

Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut

(Mardiah, dkk 2009):

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Ordo : Malvaceales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus sabdariffa L.

Rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5–3 m.

Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal,

berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan

pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat

(21)

Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,

artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11

helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1cm, pangkalnya saling berlekatan, dan

berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh

masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan

minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya

3-5 cm. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari

berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm.

Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah (Mardiah, dkk., 2009).

Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dapat hidup di daerah yang memiliki iklim

lembab dan hangat pada daerah tropis dan subtropis. Rosela memiliki kelebihan

dibandingkan tanaman tropis dan subtropis lainnya yaitu dapat bertahan

hidup dalam ruangan yang memiliki sedikit pencahayaan akan tetapi

pertumbuhan terbaik pada ruang yang terbuka dengan cahaya matahari.

(Anonimous, 2005a).

Kualitas bunga rosela sangat dipengaruhi oleh adanya sinar matahari. Jika

saat tanaman mulai berbunga kurang mendapat sinar matahari, bunga yang

dihasilkan akan berkualitas rendah. Karena itu, faktor utama yang perlu

dipertimbangkan saat memperhitungkan waktu tanam adalah tanaman harus

mendapatkan sinar matahari yang cukup. Sementara itu curah hujan yang kurang

dapat disiasati dengan pengairan yang baik (Mardiah, dkk., 2009).

Untuk mendapatkan kelopak yang besar tanaman perlu dipupuk, pupuk

yang diperlukan adalah pupuk kandang, urea dan NPK. Pupuk kandang diberikan

(22)

minggu dan 1,5 bulan setelah tanam. Pupuk susulan pertama menggunakan urea

20-30 gr/lubang tanam dan NPK 30-50 gr/lubang tanam.

(Maryani dan Lusi, 2008).

Seluruh bagian tanaman mulai buah, kelopak bunga dan daunnya dapat

dimakan, dimanfaatkan sebagai bahan minuman, sari buah, salad, sirup, pudding

dan asinan. Minuman dari kelopak bunga rosela, selain mempunyai rasa yang

enak juga berkasiat sebagai obat batuk, sebagai obat tradisional, secara empiris

rosela berkasiat sebagai antiseptik (mencegah infeksi), aprodisiak (meningkatkan

gairah), digestif (melancarkan pencernaan), demulcent (menetralisir asam

lambung) , dan tonik (penambah tenaga). Beberapa zat gizi lain yang terkandung

dalam rosela adalah niasin, protrin, dan riboflavia serta besi yang cukup tinggi.

Kandungan zat besi pada kelopak segar rosella dapat mencapai 8,89 mg/100g,

sedangkan pada daun rosella sebesar 5,4 mg/100g. Selain itu, kelopak rosella

mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100g sodium, vitamin C

dan A (Mardiah, dkk., 2009).

Selain mengandung vitamin C, kelopak bunga rosela juga mengandung

vitamin A dan 18 jenis asam amino yang diperlukan tubuh. Salah satunya adalah

arginin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Disamping itu, rosela

juga mengandung protein, kalsium dan unsur-unsur yang berguna bagi tubuh

(Maryani dan Lusi, 2008).

Bila pH tanah mineral rendah sejumlah Al, Fe dan Mn menjadi sangat

larut, sehingga merupakan racun bagi tanaman sedangkan jika pada pH 6-7

(23)

Secara alamiah zat besi (Fe) pada manusia diperoleh dari makanan.

Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan

penyakit anemia atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.

Unsur Fe penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Dengan ini

diharapkan kandungan zat besi pada kelopak rosela yang dikonsumsi dapat

mensuplai kebutuhan zat besi dalam pembentukan hemoglobin darah

(Anonimous, 2007).

Tanaman rosela tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian <600 m dpl.

Rosela dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan suhu rata-rata bulanan

24-320 C. Namun rosela masih toleran pada suhu 19-360 C. Untuk menghasilkan

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosela memerlukan waktu 3-4

bulan. Curah hujan rata-rata yang dibutuhkan rosella 140-270 mm per bulan,

dengan kelembaban udara diatas 70%. Jika curah hujan tidak mencukupi dapat

diatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering dibutuhkan rosela untuk

penbungaan dan produksi biji. Rosela juga dapat tumbuh pada berbagai jenis

tanah, terutama tanah yang berstruktur dalam, bertekstur ringan dan berdrainase

baik dan toleran terhadap tanh masam tetapi tidak dengan tanah salin. pH

optimum untuk rosella adalah 5,5-7 tetapi masih toleran pada pH 4,5-8,5

(Mardiah, dkk., 2009).

Temperatur Tanah

Permukaan bumi merupakan penyerap utama radiasi matahari. Oleh sebab

itu permukaan bumi merupakan sumber panas bagi udara di atasnya dan bagi

(24)

tinggi dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini

karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang

hari (Anonimous, 2009b).

Panas didalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya

radiasi sinar matahari,panas bumi,reaksi-reaksi kimia didalam tanah maupun

aktifitas biologi di dalam tanah. Adanya panas didalam tanah diukur

menggunakan istilah suhu tanah.Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor

yakni faktor lingkungan dan faktor tanah (Lubis, 2007).

Temperatur tanah sebagai salah satu komponen mikro dapat diubah

dengan banyak cara seperti, pemilihan tempat, irigasi, drainase, pemupukan,

pengendalian hama, dan macam-macam strategi budidaya lainnya (seperti, waktu

penanaman, kerapatan tanam, dan pengaturan ruang) (Gardner,dkk., 1991).

Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berkorelasi positif dengan radiasi

matahari. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi

matahari, kerapatan tanaman distribusi cahaya dalam tajuk tanaman kandungan

lengas tanah (Anonimous, 2009a).

Sinar energi yang utama di atmosfer baik termal maupun mekanis adalah

berasal dari energi surya. Energi surya dalam bentuk gelombang pendek hanya

kira-kira 20% dapat diserap langsung oleh atmosfer, sisanya dirubah dulu oleh

bumi dalam bentuk gelombang panjang dengan suhu rendah kemudian barulah

diserap oleh tanaman dari udara sebagian dilepas dalam bentuk uap pada proses

(25)

melepaskan oksigen yang mengakibatkan udara disekitar tanaman lebih sejuk

(Anonimous, 1991).

Jika temperatur tanah turun secara drastis, maka kehidupan jasad hidup

didalam tanah turun aktivitasnya sehingga akhirnya proses kehidupan jasad-jasad

itu terhenti. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman yang tumbuh pada tanah itu.

Proses-proses kimiawi dan aktivitas jasad-jasad yang dapat merombak hara-hara

tanaman menjadi bentuk tersedia, juga sangat ditentukan oleh temperatur tanah.

Dengan demikian temperatur tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Adapun faktor seperti temperatur mempengaruhi matabolisme tanaman oleh

karena faktor tersebuk akan segera langsung turut mempengaruhi serapan hara

(Hakim, dkk., 1986).

Kanopi tanaman mempengaruhi suhu tanah. Kanopi tanaman menjaga

tanah dari pertambahan suhu pada musim panas dan menyimpan radiasi sinar

matahari dan mengurangi tingkat kehilangan panas selama musim dingin. Akan

tetapi pengaruh dari kanopi lebih besar pada musim panas dibandingkan pada

musim dingin . Pada musim panas, suhu tanah pada permukaan dibawah kanopi

yang tertutup lebih dingin dengan tanah yang terbuka

(Sanchez, 1992).

Salah satu dari sebagian besar faktor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan tanaman adalah cuaca. Tanggapan suatu tanaman terhadap

pemakaian pupuk sebagian besar ditentukan oleh cuaca, terutama penyediaan

kelembaban. Tetapi dengan melihat hubungan antara pupuk dan cuaca, bahwa

(26)

mempunyai pengaruh yang kecil pada laju pertumbuhan, tetapi pada saat panen

satu ketentuan meningkatkan hasil (Foth, 1994).

Kompos

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia

dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan

yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan

kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki

nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama,

sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena

menguap selama proses perombakan berlangsung (Anonimous, 2004).

Kompos menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan

hara makro mineral bagi tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg didalam kompos

berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Hara-hara

mikro mineral yang juga terkandung dan dibutuhkan tanaman seperti Fe, S, Mn

Cu, Zn, B, Mo, Si dan mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi di

butuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Kompos banyak mengandung mikro

organisme (fungi, actinomicetes, bakteri dan alga) yang berfungsi untuk proses

dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan ditambahkannya

kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ada di dalam

kompos, akan tetapi mikroorganisme yang ada di dalam tanah juga terpacu untuk

berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme di dalam tanah juga

(27)

sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut

sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas (Elisa, 2008).

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan

mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang

dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik

disini merupakan bahan baku untuk kompos ialah jerami, sampah kota, limbah

pertanian, kotoran hewan/ternak dan sebagainya (Murbandono, 2000).

Komponen kompos yang sangat berpengaruh terhadap sifat kimia tanah

adalah kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara

yang dibutuhkan tanaman. Humus mengandung asam humat atau jenis asam

lainnya yang mengoksidasikan zat besi (Fe) dan aluminium (Al) menjadi tidak

larut, sehingga tidak meracun bagi tanaman. Selain itu humus merupakan

penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara sebagai bahan makanan

untuk tanaman (Djuarnani, dkk, 2005).

Menurut Sutanto (2002) kompos yang umum digunakan memiliki

kandungan unsur hara Nitrogen 0.5- 0.7 %, Fosfor 1.7- 3.1 %, Kalium 0.3-0.5 %.

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam mengandung Nitrogen (N) tiga kali lebih besar

daripada pupuk kandang lain. Dalam semua pupuk kandang Fosfor(P) selalu

terdapat dalam kotoran padat, sedang sebagian besar Kalium(K) dan N terdapat

dalam kotoran cair atau urine. Kandungan K dalam urine adalah 5 kali lebih

banyak dari kotoran padat sedang kandungan N adalah 2-3 kali lebih banyak.

(28)

bagian cair atau urine tercampur dengan bagian padat. Kandungan unsur hara

dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis makanan yang diberikan

(Harjowigeno, 2003).

Pupuk kandang mempunyai kandungan yang lengkap yaitu mengandung

unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur

hara dalam pupuk kandang ini berbeda-beda tergantung pada jenis hewan,

makanan hewan, umur hewan, kesehatan hewan serta pemeliharaan dan

pengolahan kotoran sebelum digunakan. Kandungan unsur hara kotoran hewan ini

mudah hilang yang disebabkan penyimpanan, penguapan, pencucian oleh air, dan

dekomposisi. Proses ini dapat menghilangkan kandungan nitrogen, fosfat atau

kalsium dalam jumlah yang besar, bahkan mencapai setengah kadar semula

(Isnaini, 2006).

Pupuk kandang selalu diaplikasikan sebelum atau pada saat pengolahan

sebelum benih atau bibit ditanam. Sebagai pupuk dasar pupuk kandang

diaplikasikan secara sebar merata diseluruh permukaan tanah kemudian tanah

dibajak dan digaru, selain pupuk dasar pupuk kandang dapat juga sebagai pupuk

susulan (Sutanto, 2002a).

Menurut Hardjowigeno (2003) pupuk kandang ayam atau unggas

memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar dari pada jenis ternak lain, yaitu

N 1.7 %, P2O5 1,9 % dan K2O 1,5 %.

Nilai pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan

organik tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas

mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang

(29)

Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan

bentuk praktek pertanian organik. Pada umumnya bahan-bahan ini mengandung

N, P, K dalam jumlah yang rendah, tetapi dapat memasok unsur hara mikro

esensial. Bahan organik juga memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri

dan biota tanah. Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung bahan organik

dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian yang

berkesinambungan membantu dalam membangun tanah, terutama dalam jangka

panjang (Sutanto, 2002b).

Abu Sekam Padi

Sekam padi yang di peroleh dari sisa limbah gabah yang banyak terdapat

didaerah pertanian serta tersedia cukup banyak dan mudah mendapatkannya.

Umumnya petani banyak yang mengusahakan tamanan cabe dan tomat, yang

ditanam setelah tanaman padi dengan kondisi tanah yang memiliki tektstur berat

dan pH yang sangat rendah sehingga secara teoritis unsur-unsur makro seperti N,

P dan K berada dalam keadaan relatif tidak tersedia. Dengan demikian perlu

diperbaiki tekstur tanahnya. Dari studi beberapa literatur dijumpai bahwa analisis

sekam padi umumnya dijumpai unsur N, P dan K dalam jumlah yang cukup

banyak sedangkan unsur mikro tersedia dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan

abu sekam hasil pembakaran kulit gabah yang merupakan limbah penggilingan

gabah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sarana produksi

pertanian, paling tidak dapat menjadikan bahan alternatif untuk mengatasi

masalah akan kurangnya ketersediaan pupuk kandang sebagai pupuk organik

(30)

Sekam padi dan jerami mempunyai kandungan silika sangat tinggi namun

berkadar nitrogen rendah. Dengan demikian pemberian abu sekam padi pada

akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

(Anonimous, 2005b).

Pupuk Majemuk NPK

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya

untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk kedalam tanah

bertujuan untuk menambah atau merpertahankan kesuburan kimia tanah, dimana

kesuburan tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik

hara makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Pemberian

pupuk kedalam tanah akan menambah satu atau lebih unsur hara tanah dan ini

akan mengubah keseimbangan hara lainnya (Silalahi, dkk., 2004).

Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk

majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk

yang mengandung unsur pupuk seperti NP, NK, dan PK, sedangkan pupuk

majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK.

Penggunaan pupuk ini selain memberikan keuntungan dalam arti mengurangi

biaya penaburan dan penyebaran unsur hara lebih merata dan kombinasi hara

berimbang pupuk ini juga mudah dalam pengaplikasiannya Salah satu pupuk

yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) yaitu Rustica Yellow, dengan

kadar unsur hara 15%N+15%P2O5+15% K2O. Disamping itu juga mengandung

Mg sebanyak 0,5% dan juga unsur-unsur mikro seperti B, Cu, Zn

(31)

Untuk mengurangi biaya pemupukan,sering digunakan pupuk majemuk

sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal. Penggunaan pupuk ini selain

memberikan keuntungan dalam arti mengurangi biaya penaburan, dan

penyimpanan, juga penyebaran unsur hara lebih merata (Hasibuan, 2006).

Fungsi Nitrogen (N) yaitu: memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman,

pembentukan protein. Fungsi Fosfor (P): pembelahan sel, pembentukan albumin,

pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, tahan terhadap

penyakit. Fungsi Kalium (K): pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan

stomata (Harjowigeno, 2003).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, yang pada umumnya

sangat diperlukan untuk pembentuakan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif

tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi bila terlalu banyak dapat

mengahambat pembungaan dan pembuahaan pada tanaman (Sutedjo, 2002).

Phospat penting untuk mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat

pendewasaan tanaman, dan mempercepat pembentukan buah dan biji serta

meningkatkan produksi. Sumber phospat yang di dalam tanah sebagai phospat

mineral yaitu batu kapur phospat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya,

pupuk buatan (double fosfat, super fosfat, dan lainnya) (Isnaini, 2006).

Phospat dibutuhkan mulai ada pertumbuhan vegetatif (batang, cabang,

ranting, dan daun) serta generatif (bunga dan buah). Kekurangan Phospat akan

menyebabkan pertumbuhannya berhenti secara keseluruhan, karena pertumbuhan

akarnya sangat terhambat (Rismunandar, 2001).

Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu

(32)

merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya

terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat

menggangu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman

(Hasibuan, 2006).

Kalium meningkatkan mobilitas dan kelarutan Fe, sedangkan tingginya

penyerapan N mendorong terjadinya defisiensi Fe akibat meningkatnya

laju pertumbuhan. Anion bikarbonat merupakan media translokasi Fe

(Hanafiah, 2004).

Pupuk majemuk dapat dijadikan sebagai pupuk awal untuk memacu

perkembangan bibit (starter fertilizer) dan sebagai pupuk susulan untuk tanaman

buah dan bunga yang akan memasuki fase generatif. Kandungan P dan K yang

tinggi dapat merangsang pembentukan akan bunga dan meningkatkan kualitas

(33)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di tanah Inseptisol lahan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 27m di atas

permukaan laut dan contoh tanaman dianalisis di Laboratorium Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Medan yang dilaksanakan pada bulan Desember

2009 sampai dengan April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman rosela

sebagai tanaman indikator, kompos kemasan sebagai pupuk organik, pupuk

kandang ayam (dari peternakan ayam di P.Batu), abu sekam padi dan NPK

(15:15:15) Rustica Yellow sebagai pupuk buatan.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

mengolah tanah, termometer tipe tusuk untuk mengukur suhu tanah, timbangan

untuk menimbang, gembor untuk menyiram tanaman, keranjang untuk wadah

(34)

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya sebagai berikut;

I. Pupuk Organik (O)

- O1 = Kompos kemasan = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)

- O2 = Pupuk Kandang Ayam = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)

- O3 = Abu Sekam Padi = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)

II. Pupuk Anorganik (A)

- A0 = 0 gr NPK /tanaman

- A1 = 25 gr NPK /tanaman (setara 49kg /Ha)

- A2 = 50 gr NPK /tanaman (setara 99kg /Ha)

- A3 = 75 gr NPK /tanaman (setara 148 kg/Ha)

Sehingga didapat kombinasi perlakuan yaitu :

O1A0 O2A0 O3A0

O1A1 O2A1 O3A1

O1A2 O2A2 O3A2

O1A3 O2A3 O3A3

Dari kombinasi diatas maka diperoleh (3x4) x 3 = 36 unit percobaan.

Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + τi + j + βk + ( β)jk + Eijk

Yijk = Hasil pengamatan ulangan ke-i, Pupuk organik ke-j, dan pupuk

buatan ke-k

(35)

τi = Pengaruh ulangan ke-i

j = Pengaruh pupuk organik ke-j

βk = Pengaruh pupuk buatan ke-k

Eijk = Pengaruh galat ulangan ke-i, pupuk organik ke-j, dan pupuk

buatan ke-k.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan dan Pengolahan Lahan

Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari beberapa tanaman, rumput, dan

sampah-sampah lainnya. Pengolahan lahan dilakukan dua kali yaitu tanah

dicangkul sampai kedalaman lebih kurang 20 cm, digemburkan dan diratakan.

Lahan percobaan dibagi menjadi 3 blok, setiap blok terdapat 12 unit percobaan,

sehingga terdapat 36 plot unit percobaan, tiap plot mempunyai ukuran 2 m x 1,5

m dengan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 50 cm.

Persiapan Tanam

Biji rosela direndam 24 jam, biji yang tenggelam diambil sebagai calon

benih sedangkan yang terapung tidak digunakan. Benih ditanam 2-3 biji pada

lobang yang telah ditugal, dengan jarak tanam 80 cm X 80 cm,dengan jumlah 6

tanaman per plot.

(36)

Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Diupayakan lahan tetap

bersih, sehingga terhindar dari hama dan gulma, hama yang sering menyerang

adalah kutu daun, untuk mengatasinya dilakukan dengan cara mekanis yaitu

mencabut daun yang diserang hama lalu membakarnya agar tanaman lain tidak

terjangkit. Tanaman dapat dipanen setelah berumur 3 bulan.

Pengukuran Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah:

a. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur setiap minggunya

b. Produksi Buah Segar (gr)

Produksi buah segar dihitung pada saat panen

c. Temperatur Tanah

Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan alat termometer tanah yang

diukur setiap minggunya

d. Pengamatan Kandungan Zat Besi dalam bunga rosela

Pengamatan dilakukan dengan menganalisis di laboratorium Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian(BPTP) Medan dengan menggunakan metode Atomic

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian pupuk anorganik

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, produksi, temperatur tanah serta

kandungan zat besi (Fe) dalam buah rosela namun pemberian pupuk organik dan

interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh nyata

terhadap semua parameter.

Dari pengamatan parameter tinggi tanaman, produksi berat buah segar

rosela, temperatur tanah dan kandungan Fe dalam buah rosela diperoleh bahwa

pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata. Hal ini bisa di sebabkan oleh

faktor keadaan tanah yang digunakan dalam penelitian, dimana telah banyak

penggunaan pupuk anorganik pada pengolahan-pengolahan sebelumnya, sehingga

tanah sulit untuk menyerap unsur hara dari pupuk organik dengan baik. Hal ini

didukung oleh pendapat Isnaini (2006) bahwa kandungan unsur hara organik

mudah hilang yang disebabkan penguapan, pencucian oleh air dan dekomposisi.

Proses ini dapat menghilangkan kandungan nitrogen, fosfat atau kalsium dalam

jumlah besar, bahkan dapat mencapai setengah kadar semula, sehingga fungsi dari

(38)

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 3, 6, 9, 12, 15, dan 18,)

bahwa pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan

anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman namun pemberian

pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 Minggu Setelah

Tanam (MST).

Hasil Uji beda rataan Duncan pengaruh pemberian pupuk anorganik

terhadap tinggi tanaman pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Nilai Tinggi Tanaman Rosela Karena Pengaruh Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.

Pemberian Pupuk

2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dari Tabel.1 menunjukkan bahwa perlakuan A2 (50 gr NPK) tidak berbeda

nyata dengan perlakuan A1 (25 gr NPK) namun berbeda nyata terhadap perlakuan

(39)

Pemberian dosis pupuk 50 gr/tanaman lebih baik dibandingkan

pemberian dengan dosis lain. Hal ini diakibatkan karena penyerapan nitrogen

oleh tanaman dari pupuk yang diberikan yang berguna untuk menunjang

pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2003) pada dosis 50 gr/tanaman

lebih sesuai untuk kebutuhan hara tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan

Maryani dan Lusi (2008) yang menyatakan bahwa pupuk susulan pertama

menggunakan NPK 30-50 gr/tanaman dan Hasibuan (2006) yang menyatakan

bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila terlalu rendah tidak

ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila terlalu banyak

dapat menggang kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.

Dari data tinggi tanaman 6 MST diketahui bahwa pemberian pupuk

anorganik (NPK) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman rosela.

Dimana yang tertinggi pada perlakuan A2 (50 gr NPK) yaitu 41,86 cm. Hal ini

sesuai dengan literatur Sutedjo (2002) bahwa nitrogen merupakan unsur hara

utama bagi tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan

bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, sehingga

pemberian pupuk NPK ini mempercepat pertumbuhan tanaman rosela dengan

baik.

Produksi Berat Buah Segar Rosela (gr)

Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 21) bahwa pemberian pupuk

organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi berat buah segar rosela namun pemberian pupuk

(40)

Hasil Uji beda rataan Duncan produksi buah rosela akibat pemberian

pupuk anorganik terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Rataan Nilai Produksi Buah Segar Rosela Karena Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.

2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk anorganik berpengaruh

nyata terhadap produksi. Perlakuan A3 (NPK 75 gr) tidak berbeda nyata dengan

A1 (NPK 25 gr) dan A2 (NPK 50 gr), dan berbeda nyata dengan perlakuan A0

(NPK 0 gr).

Pemberian dosis pupuk 75 gr/tanaman lebih baik dibandingkan

pemberian dengan dosis lain. Hal ini diakibatkan karena penyerapan fosfor oleh

tanaman dari pupuk yang diberikan yang berguna untuk pembentukan bunga,

buah dan biji (Hardjowigeno, 2003) pada dosis 75gr/tanaman lebih sesuai untuk

kebutuhan hara tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2006)

yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila

terlalu rendah tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan

bila terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun

(41)

Dari data produksi tanaman rosela (lampiran 20) didapati rata-rata

produksi berkisar antara 124-245 gr/tanaman atau setara 0.124-0.245 kg/tanaman

sesuai dengan pernyataan Mardiah., dkk (2009) yang menyatakan bahwa di

P.Jawa setiap pohon rosela baru dapat menghasilkan 0.2-1 kg per tanaman.

Temperatur Tanah (o C)

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 24, 27, 30, 33, 36, dan 39) bahwa

pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik

tidak berpengaruh nyata terhadap temperatur tanah namun pemberian pupuk

anorganik berpengaruh nyata terhadap temperatur tanah 1-6 MST.

Hasil Uji beda rataan Duncan temperatur tanah pada 6 MST akibat

pemberian pupuk anorganik dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Suhu Tanah 6 MST Minggu Karena Pengaruh

temperatur. Temperatur tanah tertinggi pada perlakuan A1 (25 gr NPK) tetapi

tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 (50 gr NPK) dan A3 (75 gr NPK), dan

(42)

Temperatur terendah yang terdapat pada A0 disebabkan oleh tidak

adanya pemakain pupuk anorganik sehingga peranan bahan organiknya lebih

tinggi.Dengan adanya bahan organik akan meningkatkan total ruang pori tanah

sehingga udara dapat keluar masuk secara bebas dan ini akan membuat suhu

tanah lebih rendah.

Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk anorganik dapat dilihat

bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin menurunkan

temperatur tanah . Hal ini bisa diakibatkan karena pengaruh pemberian pupuk

anorganik meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan semakin baiknya

pertumbuhan tanaman maka tajuk dan kanopi tanaman tumbuh semakin rapat

sehingga radiasi sinar matahari tidak secara langsung menembus ke permukaan

tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) yang menyatakan

bahwa kanopi tanaman mempengaruhi suhu tanah,kanopi tanaman menjaga

tanah dari pertambahan suhu dengan menyimpan radiasi sinar matahari .

Pemberian pupuk anorganik NPK menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap temperatur tanah pada 1-6 MST. . Hal ini menunjukkan bahwa

unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk,garam-garam yang terlarut mulai

bereaksi dengan zat-zat kimia tanah untuk menyediakan hara yang diperlukan

oleh tanaman sehingga mempengaruhi temperatur dalam tanah sesuai dengan

pernyataan Lubis (2007) yang menyatakan bahwa panas dalam tanah merupakan

keadaan yang timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi,

reaksi-reaksi kimia dalam tanah .

(43)

Kandungan Fe dalam Buah Rosela

Dari hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 42) bahwa

pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik

tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe dalam buah rosela, namun

pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe dalam

buah rosela.

Hasil Uji beda rataan Duncan kandungan Fe dalam buah rosela akibat

pemberian anorganik dapat dilihat pada Tabel

Tabel 4. Rataan Nilai Kandungan Fe Dalam Buah Rosela Karena Pengaruh Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.

182.357 258.517 371.090 314.977 281.735

O2 230.113 255.080 265.603 339.973 187.699

O3 219.980 232.450 236.903 372.163 172.333

Rataan 210.817 c 248.682bc 291.199b 342.371a

Keterangan : 1.O1: Kompos kemasan, O2: Pupuk kandang ayam,O3: Abu sekam padi , A0; 0 gr NPK , A1; 25 gr NPK , A2: 50 gr NPK, A3:75 gr NPK.

2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian anorganik berpengaruh nyata

terhadap kandungan Fe dalam buah rosela. Kandungan Fe tertinggi terdapat pada

perlakuan A3 ( NPK 75 gr) dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya.

sebesar 407.603 ppm dan terendah pada perlakuan O1A0 (pemberian kompos

kemasan dan 0 gr NPK) yaitu sebesar 182.357 ppm.

Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe

(44)

produksi tampak nilai tertinggi adalah pada perlakuan A3 ( NPK 75 gr) Dari

pertumbuhan terbaik ini,maka tanaman memerlukan dan menyerap hara yang

tinggi dari dalam termasuk unsur besi(Fe). Pupuk anorganik NPK meningkatkan

serapan hara lebih baik oleh tanaman,dimana penggunaan pupuk NPK dapat

merangsang pembentukan bunga dan meningkatkan kualitas buah sehinga

kandungan Fe yang diserap juga ikut meningkat seiring dengan pertumbuhan dan

produksi tanaman yang juga meningkat. Novizan (2002) menyatakan bahwa

pupuk majemuk digunakan sebagai pupuk susulan untuk tanaman pada saat akan

memasuki fase generatif. Kandungan P dan K yang tinggi dapat merangsang

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman, produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe) .

2. Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe) .

3. Interaksi pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1991. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.

, 2004. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pupuk Organik.

Instalasi Penelitian Teknologi Pertanian, Jakarta.

2009).

, 2005a. Plantologi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (Diakses pada 11 Juli 2009).

, 2005b. Publikasi Sekam Padi http:///www.pustaka-deptan.go.id (Diakses pada 11 Juli 2009).

, 2007. Zat Besi (Fe). http:///www.idionline.com. (Diakses pada 20 Juli 2009).

, 2009b. Studi Difustasi Termal pada Medium Tanah Melalui Pengukuran Suhu. http://fmipa.unipa.ac.id. (Diakses pada 20 Februari 2010).

Djuarnani, N., Kristian dan B.S. Setiawan., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Elisa, 2008. Bahan Organik. Pengaruh Bahan Organik Tarhadap Produksi Tanaman, Jakarta.

Foth,H.D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke Tujuh, Terjemahan Purbayanti, Lukiwati, Trimulatsih. Penerbit Gajah Mada University, Yogyakarta.

Gardner,F.P., R.Brent Pearce, dan Roger L.M., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta.

Hakim.N; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis; S.G Nugroho; M.R. Saul; G.B Hong; dan H.H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,

(47)

Hanafiah, K.A., 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno,S., 2003. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-Press, Medan.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Penunjang Ekonomi dan Kelestarian Bumi. Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Lubis, K. S., 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. USU Repository. Medan.

Mardiah, Arifah. R., Reki, W.A., dan Sawarni (2009). Budi Daya dan Pengolahan Rosela. Simerah Sigudang Manfaat. PT Agromedia Pustaka, Bogor.

Maryani,H. dan Lusi K., 2005. Khasiat dan Manfaat Rosela. PT Agroomedia Pustaka, Surabaya.

Murbandono,L. 2000. Membuat Kompos. Penabar Swadaya. Edisi Revisi. Jakarta.

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif Membuat.. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sanchez, P., A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Terjemahan Johara. T. Jayadinata. Penerbit ITB, Bandung.

Silalahi, F., Y. Saragih, A. Marpaung, R. Hutabarat, Karsina dan S. R. Purba., 2004. Laporan Akhir Uji Pemupukan NPK Pada Tanaman Buah. Balai Penelitian Buah Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB), Berastagi.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sutanto, R., 2002a. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

(48)
(49)

Lampiran 2. Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 3. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm)

(50)

Lampiran 4. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 1MST

Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

(51)

Lampiran 6. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 2.077017 1.038508 0.48815 3.44 5.72

Perlakuan 11 55.09181 5.008346 2.354167 2.26 3.18

O 2 5.097517 2.548758 1.198041tn 3.44 5.72

A 3 29.05125 9.683751 4.551836* 3.05 4.82

OxA 6 20.94304 3.490506 1.640708tn 2.55 3.76

Galat 22 46.80365 2.127439 Total 35 103.9725 2.970642

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 7. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 2 MST

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………cm.……….

O1 12.573 16.320 15.390 17.030 61.313 15.328

O2 14.490 14.137 15.450 14.980 44.077 11.019

O3 13.270 15.050 13.583 15.757 41.903 10.476

Total 40.333 45.507 44.423 47.767

(52)

Lampiran 8. Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)

(53)

Lampiran 10. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 3 MST

Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

(54)

Lampiran 12. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 111.6039 55.80194 3.039702 3.44 5.72

Perlakuan 11 443.803 40.34573 2.197755 2.26 3.18

O 2 121.9084 60.95422 3.320362tn 3.44 5.72

A 3 178.1233 59.37444 3.234307* 3.05 4.82

OxA 6 143.7713 23.96188 1.305277tn 2.55 3.76

Galat 22 403.8694 18.3577 Total 35 959.2764 27.4079

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 13. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 4 MST

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………cm.……….

O1 20.277 30.903 30.997 30.113 112.290 28.073

O2 22.663 21.817 26.920 22.990 71.400 17.850

O3 23.860 28.377 26.440 26.537 78.677 19.669

Total 66.800 81.097 84.357 79.640

(55)

Lampiran 14. Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)

(56)

Lampiran 16. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 5 MST

Lampiran 17. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

(57)

Lampiran 18. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 370.7024 185.3512 6.443597 3.44 5.72

Perlakuan 11 877.7015 79.79104 2.773876 2.26 3.18

O 2 181.8752 90.9376 3.161378tn 3.44 5.72

A 3 320.7118 106.9039 3.716436* 3.05 4.82

OxA 6 375.1145 62.51908 2.173429tn 2.55 3.76

Galat 22 632.8339 28.76518 Total 35 1881.238 53.74965

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 19. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 6 MST

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………cm.……….

O1 30.260 45.887 45.163 38.720 160.030 40.008

O2 36.023 32.550 39.770 31.830 108.343 27.086

O3 39.917 42.887 40.663 34.883 123.467 30.867

Total 106.200 121.323 125.597 105.433

(58)

Lampiran 20. Data Produksi Buah Segar (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Analisa Sidik Ragam Produksi Buah Segar (g)

(59)

Lampiran 22. Nilai Rataan Produksi Buah Segar (g)

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A) Total Rataan

(60)

Lampiran 24. Analisa Sidik Ragam Data Suhu 1 MST (0C)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 0.666667 0.333333 1 3.44 5.72

Perlakuan 11 6.75 0.613636 1.840909 2.26 3.18

O 2 2.166667 1.083333 3.25tn 3.44 5.72

A 3 1.638889 0.546296 1.638889tn 3.05 4.82

OxA 6 2.944444 0.490741 1.47222tn 2.55 3.76

Galat 22 7.333333 0.333333

Total 35 14.75 0.421429

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 25. Nilai Rataan Data Suhu 1 MST (0C)

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………oC.……….

O1 33.000 34.000 34.000 33.333 134.333 33.583

O2 34.000 33.667 34.333 34.000 102.000 25.500

O3 33.667 34.333 34.000 34.667 102.000 25.500

Total 100.667 102.000 102.333 102.000

(61)

Lampiran 26. Analisa Data Suhu 2 MST (0C)

Perlakuan Blok Total Rataan

(62)

Lampiran 28. Nilai Rataan Data Suhu 2 MST (0C)

Perlakuan Blok Total Rataan

(63)

Lampiran 30. Analisa Sidik Ragam Suhu 3 MST (0C)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 0.722222 0.361111 1 3.44 5.72

Perlakuan 11 9.638889 0.876263 2.426573 2.26 3.18

O 2 2.388889 1.194444 3.307692tn 3.44 5.72

A 3 4.972222 1.657407 4.589744** 3.05 4.82

OxA 6 2.277778 0.37963 1.051282tn 2.55 3.76

Galat 22 7.944444 0.361111 Total 35 18.30556 0.523016

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 31. Nilai Rataan Data Suhu 3 MST (0C)

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………. oC..……….

O1 32.667 34.000 34.000 33.333 134.000 33.500

O2 33.667 34.000 34.333 34.000 102.000 25.500

O3 33.333 34.333 34.000 34.667 101.667 25.417

Total 99.667 102.333 102.333 102.000

(64)

Lampiran 32. Analisa Data Suhu 4 MST (0C)

Perlakuan Blok Total Rataan

(65)

Lampiran 34. Nilai Rataan Data Suhu 4 MST (0C)

Perlakuan Blok Total Rataan

(66)

Lampiran 36. Analisa Sidik Ragam Data Suhu 5 MST (0C)

SK Db JK KT Fhit F5% F1%

Blok 2 1.055556 0.527778 1.525547 3.44 5.72

Perlakuan 11 9.638889 0.876263 2.532847 2.26 3.18

O 2 1.388889 0.694444 2.007299 3.44 5.72

A 3 6.972222 2.324074 6.717762 3.05 4.82

OxA 6 1.277778 0.212963 0.615572 2.55 3.76

Galat 22 7.611111 0.34596 Total 35 18.30556 0.523016

Keterangan: tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%

Lampiran 37. Nilai Rataan Data Suhu 5 MST (0C)

Pemberian Pupuk Organik (O)

Pemberian Pupuk Anorganik (A)

Total Rataan

A0 A1 A2 A3

………OC.……….

O1 32.000 32.667 32.667 32.667 130.000 32.500

O2 32.000 33.667 33.000 33.000 98.667 24.667

O3 31.667 32.667 33.000 32.667 97.333 24.333

Total 95.667 99.000 98.667 98.333

(67)
(68)

Lampiran 40. Nilai Rataan Data Suhu 6 MST (0C)

Lampiran 41. Data Pengamatan Kandungan Fe dalam Bunga Rosela (ppm)

Perlakuan Blok Total Rataan

(69)

Lampiran 42. Analisa Sidik Ragam Data Pengamatan Kandungan Fe dalam

Lampiran 43. Nilai Rataan Kandungan Fe dalam Bunga Rosela (ppm)

Pemberian Pupuk

Total 632.450 746.047 873.597 1027.113

Gambar

Gambar 1: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk              Anorganik Terhadap Tinggi Tanaman Rosela             (Hibiscus  sabdariffa L.)....................................
Tabel 1. Rataan Nilai Tinggi Tanaman Rosela Karena Pengaruh Perlakuan    Pemberian  Pupuk Anorganik
Tabel 3. Rataan Suhu Tanah 6 MST Minggu Karena Pengaruh                                                   Pemberian Pupuk Anorganik  Terhadap Temperatur Tanah
Tabel 4. Rataan Nilai Kandungan Fe Dalam Buah Rosela Karena Pengaruh                  Perlakuan Pemberian  Pupuk  Anorganik

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap ketersediaan N,K tanah dan kadar N,P,K tanaman adalah campuran pupuk anorganik 45

Gambar 8 menunjukan bahwa hubungan bobot basah kelopak pada pertumbuhan dan produksi tanaman rosela dengan pemberian berbagai dosis pupuk kandang ayam adalah berbentuk linier

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) PADA BERBAGAI KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN

Uji efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat ( Lycopersicum esculentum Mill.) di Tanah Ultisol

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada berbagai aplikasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 40 HST, jumlah cabang 20 HST dan 40

lebih menguntungkan bagi tanaman daripada perlakuan tanpa bokasi EM4.. PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ORGANIK BOKASI &#34;EM4&#34; TERHADAP FLUKTUASI SUHU TANAH, PERTUMBUHAN DAN.

Hasil pengamatan pada komponen pertumbuhan menunjukkan bahwa perlakuan komposisi pupuk organik 50% + anorganik 50% secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan TSP berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong, bobot polong, bobot biji dan kadar P total tanah.. Pemupukan