PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)
SERTA PERUBAHAN TEMPERATUR TANAH
SKRIPSI
Oleh:
ANDAR OKTORA SIMANJUNTAK 040303025/ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)
SERTA PERUBAHAN TEMPERATUR TANAH
SKRIPSI
Oleh:
ANDAR OKTORA SIMANJUNTAK 040303025/ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departeman Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah.
Nama : Andar Oktora Simanjuntak
Nim : Ilmu Tanah
Program Studi : Konservasi Tanah dan Air
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Ir.Bintang Sitorus, MP) Ketua
(Ir. Sarifuddin, MP) Anggota
Mengetahui:
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) Ketua Departemen
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah”. Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pemupukan organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya dengan temperatur tanah. Penelitian ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dan tiga ulangan, faktor pertama pupuk organik, yaitu: 1). kompos kemasan (O1), 2). pupuk kandang ayam (O2), 3). abu sekam padi (O3), dan faktor kedua ,pemberian pupuk anorganik, yang terdiri dari empat taraf, yaitu: 1). 0 gr NPK (A0), 2). 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK (A3). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan tingkat signifikasinya dengan Uji Jarak Duncan (UJD). . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan organik, tidak mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan temperatur tanah, namun pemupukan anorganik mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan temperatur tanah, sedangkan interaksi ppemupukan organik dan anorganik mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) pada buah rosela.
ABSTRACT
The topic of this study is “The Effect of Organic and Inorganic Fertilization on Growth and Production of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) and Their Relation to Soil Temperature” Which aims to determine the effect of various organic and inorganic fertilizers on growth and yield of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) And its relation to soil temperature is done in Faculty of Agriculture practice land of University of North Sumatra and Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan from December 2009 until April 2010.This research used a Randomized Block Design (RBD) factorial consisting of two factors and three replications, with the first factor of organic fertilizer, that is: 1). Packaged compost (O1), 2). Chicken manure (O2 ), 3). Paddy husk ash (O3),
and the second factor, inorganic fertilizer, which consists of four levels, that is: 1). 0 gr NPK (A0), 2) 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK
(A3). Data obtained from this study will be analyzed by using analysis of variance and level of significantly using Duncan Mean Range Test (DMRT). The results of this research showed that the organic fertilizer treatment, did not affect the growth, production, and soil temperature, but the inorganic fertilizer affect the growth, production and soil temperature, while the interaction of organic and inorganic fertilization affect the content of iron (Fe) at the fruits of roselle.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 30 Oktober 1985 dari Ayahanda N. Simanjuntak dan Ibunda R. Sitorus. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMUN 6 Medan, dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SPMB pada tahun 2004. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian .
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Pemupukan Organik dan
Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ir. Bintang Sitorus, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Sarifuddin, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi
arahan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
isi maupun formatnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi
ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
Pengukuran Parameter………... 19
KESIMPULAN DAN SARAN. ... 31
Kesimpulan. ... 31
Saran. ... 31
DAFTAR PUSTAKA. ... 32
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Tabel 1: Rataan Nilai Tinggi Tanaman Rosela Karena Pengaruh
Perlakua Pemberian Pupuk Anorganik……… 22
2. Tabel 2 : Rataan Nilai Produksi Buah Segar Rosela Karena PengaruhPerlakua Pemberian Pupuk Anorganik………. 25
3. Tabel 3 : Rataan Nilai Suhu Tanah 6 MST Minggu Karena Pengaruh Perlakua Pemberian Pupuk Anorganik…….... 27 4. Tabel 4 : Rataan Nilai Kandungan Fe Dalam Buah Rosela
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman 1. Gambar 1: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk
Anorganik Terhadap Tinggi Tanaman Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.)... 23
2. Gambar 2: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik Terhadap Produksi Tanaman
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)... 25
3. Gambar 3: Hubungan Antara Pengaruh Pemberian Pupuk
Anorganik Terhadap Temperatur Tanah... 27
4. Gambar 4: Grafik Pengaruh Pemberian Pupuk Anorganik Terhadap Kandungan Fe Dalam Buah Rosela
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Lampiran 1: Bagan Penelitian ... 34
2. Lampiran 2: Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm) ... 35
3 Lampiran 3: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman ... ...35
4. Lampiran 4: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 1MST ... ...36
5. Lampiran 5: Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm). ... ...36
6. Lampiran 6: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 2 MST...37
7. Lampiran 7: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 2 MST...37
8. Lampiran 8: Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ... ...38
9. Lampiran 9: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 3 MST ...38
10. Lampiran 10: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 3 MST. ... ...39
11. Lampiran 11: Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm). ... ...40
12. Lampiran 12: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 4 MST...40
13. Lampiran 13: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 4 MST... ...40
14. Lampiran 14: Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)...41
15. Lampiran 15: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 5 MS...41
16. Lampiran 16: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 5 MST . ...42 17. Lampiran 17: Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)...42
18. Lampiran 18: Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman. ... ...42
19. Lampiran 19: Nilai Rataan Tinggi Tanaman 6 MST ... ...43
20. Lampiran 20: Data Produksi Buah Segar (g). ... ...43
21. Lampiran 21: Analisa Sidik Ragam Produksi Buah Segar (g). .. ...44
22. Lampiran 22: Lampiran 22. Nilai Rataan Produksi Buah Segar (g)...44
40. Lampiran 40: Nilai Rataan Data Suhu 6 MST (0C)...54
41. Lampiran 41: Data Pengamatan Kandungan Fe ... ...54
42. Lampiran 42: Analisa Sidik Ragam Data Pengamatan...55
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pemupukan Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Serta Perubahan Temperatur Tanah”. Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai pemupukan organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya dengan temperatur tanah. Penelitian ini dilakukan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan pada bulan Desember 2009 sampai April 2010. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dan tiga ulangan, faktor pertama pupuk organik, yaitu: 1). kompos kemasan (O1), 2). pupuk kandang ayam (O2), 3). abu sekam padi (O3), dan faktor kedua ,pemberian pupuk anorganik, yang terdiri dari empat taraf, yaitu: 1). 0 gr NPK (A0), 2). 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK (A3). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan tingkat signifikasinya dengan Uji Jarak Duncan (UJD). . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan organik, tidak mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan temperatur tanah, namun pemupukan anorganik mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan temperatur tanah, sedangkan interaksi ppemupukan organik dan anorganik mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) pada buah rosela.
ABSTRACT
The topic of this study is “The Effect of Organic and Inorganic Fertilization on Growth and Production of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) and Their Relation to Soil Temperature” Which aims to determine the effect of various organic and inorganic fertilizers on growth and yield of roselle (Hibiscus sabdariffa L.) And its relation to soil temperature is done in Faculty of Agriculture practice land of University of North Sumatra and Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Medan from December 2009 until April 2010.This research used a Randomized Block Design (RBD) factorial consisting of two factors and three replications, with the first factor of organic fertilizer, that is: 1). Packaged compost (O1), 2). Chicken manure (O2 ), 3). Paddy husk ash (O3),
and the second factor, inorganic fertilizer, which consists of four levels, that is: 1). 0 gr NPK (A0), 2) 25 gr NPK (A1), 3). 50 gr NPK (A2), 4). 75 gr NPK
(A3). Data obtained from this study will be analyzed by using analysis of variance and level of significantly using Duncan Mean Range Test (DMRT). The results of this research showed that the organic fertilizer treatment, did not affect the growth, production, and soil temperature, but the inorganic fertilizer affect the growth, production and soil temperature, while the interaction of organic and inorganic fertilization affect the content of iron (Fe) at the fruits of roselle.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, nama Rosela (Hibiscus sabdariffa L) sudah dikenal sejak
tahun 1992. Tanaman ini tumbuh subur disepanjang lintasan kereta api
Indramayu, Jawa Barat. Terutama pada musim hujan terlihat hamparan kelopak
bunga Rosela yang bermekaran dan biasanya dipakai sebagai tanaman hias di
dalam ruangan (bunga potong) (Mardiah, dkk., 2009).
Saat ini Rosela begitu populer, karena memiliki kandungan senyawa
kimia yang dapat memberikan banyak manfaat, antara lain dapat digunakan untuk
kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif (Anonimous, 2008a).
Prospek pemasaran produk olahan berbahan baku bunga dan daun rosela
cukup prospektif, terutama untuk pasar luar negeri, cara penanaman dan
pemeliharaan tanaman ini sangat mudah. Karena itu tak heran jika banyak
masyarakat yang mulai mengembangbiakkan tanaman yang berbunga merah ini.
Produktivitas kelopak rosela di luar negri jauh melebihi produktivitas di
dalam negri. Misalnya, produksi kelopak bunga di California mencapai 1.3 kg per
tanaman. Di Puerto Rico sekitar 1,8 kg per tanaman. Sedangkan di Indonesia,
tepatnya di P.Jawa, setiap pohon rosela baru dapat menghasilkan 0,2-1 kg per
tanaman (Mardiah, dkk., 2009).
Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara
tanaman (plant nutrient) dan kandungan hara dalam tanah berbeda-beda
kebutuhan hara bagi tanaman perlu dilakukan pemberian pupuk kimia maupun
pupuk organik.
Dinas Pertanian Jawa Timur merekomendasikan dosis pemupukan tanam
rosela 300 kg urea/ha, 150 kg TSP/ha, dan 150 kg KCl/ha. Namun jika
diaplikasikan di daerah yang berbeda ternyata secara statistik tidak berbeda
(Mardiah, dkk., 2009).
Sampai sekarang unsur hara yang banyak menjadi permasalahan adalah
unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium karena ketiga unsur ini dibutuhkan dalam
jumlah banyak yang disebut dengan unsur hara makro primer. Ketiga unsur ini
seringkali mengalami kahat di dalam tanah (Hasibuan, 2006).
Hasibuan (2006) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat pupuk organik
diantaranya adalah menambah kandungan bahan organik dan memperbaiki
struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan
air. Sifat-sifat tanah tersebut secara tidak langsung juga dapat berpengaruh
terhadap temperatur tanah.
Suhu tanah merupakan sifat fisik tanah yang sangat penting karena
mendayai langsung pertumbuhan dari tumbuhan dan merupakan salah satu faktor
tumbuh yang penting bersama air, udara dan hara. Hidup dan proses kehidupan
biji, akar dan edafon didayai langsung oleh suatu suhu tanah. Suhu tanah juga
mempengaruhi lengas tanah, aerasi, struktur, kegiatan mikrobia, dan enzim,
perombakan sisa jaringan tumbuhan dan hewan serta ketersediaan hara tumbuhan
(Notohadiprawiro, 1998).
Salah satu faktor utama yang menentukan ketersediaan unsur mikro adalah
menjadi mudah larut sehingga terdapat berlebihan dan dapat menjadi racun bagi
tanaman (Hardjowigewno, 2003).
Tingginya kandungan zat besi (Fe) pada rosela menunjukkan tingginya
serapan zat besi oleh tanaman rosela. Maka dari itu diharapkan tanaman rosela
mampu menjadi tanaman konservasi untuk mengurangi kandungan zat besi pada
tanah-tanah masam.
Berdasarkan uraian-uraian masalah tersebut diatas maka penulis
merasakan perlunya dilakukan suatu penelitian mengenai pengaruh berbagai
pemupukan organik dan buatan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
rosela (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya terhadap temperatur tanah.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
berbagai pemupukan organik dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa L.) serta kaitannya terhadap
temperatur tanah.
Hipotesa Penelitian
- Pemupukan organik dan anorganik baik sendiri atau bersama-sama
berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
rosela (Hibiscus sabdariffa L.).
- Pemupukan organik dan anorganik akan memberikan pengaruh terhadap
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
- Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengetahui pengaruh
pemupukan organik dan anorganik baik sendiri atau bersama-sama dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi rosela (Hibiscus sabdariffa L.) bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Saat ini terdapat lebih dari 100 varietas rosela yang tersebar di seluruh
dunia. Dua varietas yang paling terkenal adalah Sabdariffa dan Altissima Webster.
Varietas Sabdariffa mempunyai kelopak bunga yang dapat dimakan, berwarna
merah atau kuning pucat, dan kurang banyak mengandung serat. Sementara itu,
varietas Altissima Webster sengaja ditanam untuk mendapatkan seratnya, tetapi
kelopak dari varietas ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai makanan
(Maryani dan Lusi, 2008).
Dalam taksonomi tumbuhan, rosela diklasifikasikan sebagai berikut
(Mardiah, dkk 2009):
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus sabdariffa L.
Rosela merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5–3 m.
Batangnya bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan
pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun bulat
Bunga rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,
artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1cm, pangkalnya saling berlekatan, dan
berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh
masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helaian, panjangnya
3-5 cm. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari
berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm.
Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah (Mardiah, dkk., 2009).
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dapat hidup di daerah yang memiliki iklim
lembab dan hangat pada daerah tropis dan subtropis. Rosela memiliki kelebihan
dibandingkan tanaman tropis dan subtropis lainnya yaitu dapat bertahan
hidup dalam ruangan yang memiliki sedikit pencahayaan akan tetapi
pertumbuhan terbaik pada ruang yang terbuka dengan cahaya matahari.
(Anonimous, 2005a).
Kualitas bunga rosela sangat dipengaruhi oleh adanya sinar matahari. Jika
saat tanaman mulai berbunga kurang mendapat sinar matahari, bunga yang
dihasilkan akan berkualitas rendah. Karena itu, faktor utama yang perlu
dipertimbangkan saat memperhitungkan waktu tanam adalah tanaman harus
mendapatkan sinar matahari yang cukup. Sementara itu curah hujan yang kurang
dapat disiasati dengan pengairan yang baik (Mardiah, dkk., 2009).
Untuk mendapatkan kelopak yang besar tanaman perlu dipupuk, pupuk
yang diperlukan adalah pupuk kandang, urea dan NPK. Pupuk kandang diberikan
minggu dan 1,5 bulan setelah tanam. Pupuk susulan pertama menggunakan urea
20-30 gr/lubang tanam dan NPK 30-50 gr/lubang tanam.
(Maryani dan Lusi, 2008).
Seluruh bagian tanaman mulai buah, kelopak bunga dan daunnya dapat
dimakan, dimanfaatkan sebagai bahan minuman, sari buah, salad, sirup, pudding
dan asinan. Minuman dari kelopak bunga rosela, selain mempunyai rasa yang
enak juga berkasiat sebagai obat batuk, sebagai obat tradisional, secara empiris
rosela berkasiat sebagai antiseptik (mencegah infeksi), aprodisiak (meningkatkan
gairah), digestif (melancarkan pencernaan), demulcent (menetralisir asam
lambung) , dan tonik (penambah tenaga). Beberapa zat gizi lain yang terkandung
dalam rosela adalah niasin, protrin, dan riboflavia serta besi yang cukup tinggi.
Kandungan zat besi pada kelopak segar rosella dapat mencapai 8,89 mg/100g,
sedangkan pada daun rosella sebesar 5,4 mg/100g. Selain itu, kelopak rosella
mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100g sodium, vitamin C
dan A (Mardiah, dkk., 2009).
Selain mengandung vitamin C, kelopak bunga rosela juga mengandung
vitamin A dan 18 jenis asam amino yang diperlukan tubuh. Salah satunya adalah
arginin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Disamping itu, rosela
juga mengandung protein, kalsium dan unsur-unsur yang berguna bagi tubuh
(Maryani dan Lusi, 2008).
Bila pH tanah mineral rendah sejumlah Al, Fe dan Mn menjadi sangat
larut, sehingga merupakan racun bagi tanaman sedangkan jika pada pH 6-7
Secara alamiah zat besi (Fe) pada manusia diperoleh dari makanan.
Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan
penyakit anemia atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
Unsur Fe penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Dengan ini
diharapkan kandungan zat besi pada kelopak rosela yang dikonsumsi dapat
mensuplai kebutuhan zat besi dalam pembentukan hemoglobin darah
(Anonimous, 2007).
Tanaman rosela tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian <600 m dpl.
Rosela dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan suhu rata-rata bulanan
24-320 C. Namun rosela masih toleran pada suhu 19-360 C. Untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosela memerlukan waktu 3-4
bulan. Curah hujan rata-rata yang dibutuhkan rosella 140-270 mm per bulan,
dengan kelembaban udara diatas 70%. Jika curah hujan tidak mencukupi dapat
diatasi dengan pengairan yang baik. Periode kering dibutuhkan rosela untuk
penbungaan dan produksi biji. Rosela juga dapat tumbuh pada berbagai jenis
tanah, terutama tanah yang berstruktur dalam, bertekstur ringan dan berdrainase
baik dan toleran terhadap tanh masam tetapi tidak dengan tanah salin. pH
optimum untuk rosella adalah 5,5-7 tetapi masih toleran pada pH 4,5-8,5
(Mardiah, dkk., 2009).
Temperatur Tanah
Permukaan bumi merupakan penyerap utama radiasi matahari. Oleh sebab
itu permukaan bumi merupakan sumber panas bagi udara di atasnya dan bagi
tinggi dibandingkan dengan suhu pada lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini
karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang
hari (Anonimous, 2009b).
Panas didalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya
radiasi sinar matahari,panas bumi,reaksi-reaksi kimia didalam tanah maupun
aktifitas biologi di dalam tanah. Adanya panas didalam tanah diukur
menggunakan istilah suhu tanah.Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yakni faktor lingkungan dan faktor tanah (Lubis, 2007).
Temperatur tanah sebagai salah satu komponen mikro dapat diubah
dengan banyak cara seperti, pemilihan tempat, irigasi, drainase, pemupukan,
pengendalian hama, dan macam-macam strategi budidaya lainnya (seperti, waktu
penanaman, kerapatan tanam, dan pengaturan ruang) (Gardner,dkk., 1991).
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta berkorelasi positif dengan radiasi
matahari. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi
matahari, kerapatan tanaman distribusi cahaya dalam tajuk tanaman kandungan
lengas tanah (Anonimous, 2009a).
Sinar energi yang utama di atmosfer baik termal maupun mekanis adalah
berasal dari energi surya. Energi surya dalam bentuk gelombang pendek hanya
kira-kira 20% dapat diserap langsung oleh atmosfer, sisanya dirubah dulu oleh
bumi dalam bentuk gelombang panjang dengan suhu rendah kemudian barulah
diserap oleh tanaman dari udara sebagian dilepas dalam bentuk uap pada proses
melepaskan oksigen yang mengakibatkan udara disekitar tanaman lebih sejuk
(Anonimous, 1991).
Jika temperatur tanah turun secara drastis, maka kehidupan jasad hidup
didalam tanah turun aktivitasnya sehingga akhirnya proses kehidupan jasad-jasad
itu terhenti. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman yang tumbuh pada tanah itu.
Proses-proses kimiawi dan aktivitas jasad-jasad yang dapat merombak hara-hara
tanaman menjadi bentuk tersedia, juga sangat ditentukan oleh temperatur tanah.
Dengan demikian temperatur tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Adapun faktor seperti temperatur mempengaruhi matabolisme tanaman oleh
karena faktor tersebuk akan segera langsung turut mempengaruhi serapan hara
(Hakim, dkk., 1986).
Kanopi tanaman mempengaruhi suhu tanah. Kanopi tanaman menjaga
tanah dari pertambahan suhu pada musim panas dan menyimpan radiasi sinar
matahari dan mengurangi tingkat kehilangan panas selama musim dingin. Akan
tetapi pengaruh dari kanopi lebih besar pada musim panas dibandingkan pada
musim dingin . Pada musim panas, suhu tanah pada permukaan dibawah kanopi
yang tertutup lebih dingin dengan tanah yang terbuka
(Sanchez, 1992).
Salah satu dari sebagian besar faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah cuaca. Tanggapan suatu tanaman terhadap
pemakaian pupuk sebagian besar ditentukan oleh cuaca, terutama penyediaan
kelembaban. Tetapi dengan melihat hubungan antara pupuk dan cuaca, bahwa
mempunyai pengaruh yang kecil pada laju pertumbuhan, tetapi pada saat panen
satu ketentuan meningkatkan hasil (Foth, 1994).
Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia
dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan
yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan
kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki
nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama,
sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena
menguap selama proses perombakan berlangsung (Anonimous, 2004).
Kompos menyediakan hara baik makro maupun mikro mineral. Kebutuhan
hara makro mineral bagi tanaman, seperti N, P, K, Ca dan Mg didalam kompos
berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman karena proses dekomposisi. Hara-hara
mikro mineral yang juga terkandung dan dibutuhkan tanaman seperti Fe, S, Mn
Cu, Zn, B, Mo, Si dan mineral lainnya yang dalam jumlah sedikit tapi di
butuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Kompos banyak mengandung mikro
organisme (fungi, actinomicetes, bakteri dan alga) yang berfungsi untuk proses
dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan ditambahkannya
kompos didalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ada di dalam
kompos, akan tetapi mikroorganisme yang ada di dalam tanah juga terpacu untuk
berkembang biak. Selain itu aktifitas mikroorganisme di dalam tanah juga
sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut
sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas (Elisa, 2008).
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan
mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang
dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik
disini merupakan bahan baku untuk kompos ialah jerami, sampah kota, limbah
pertanian, kotoran hewan/ternak dan sebagainya (Murbandono, 2000).
Komponen kompos yang sangat berpengaruh terhadap sifat kimia tanah
adalah kandungan humusnya. Humus dalam kompos mengandung unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Humus mengandung asam humat atau jenis asam
lainnya yang mengoksidasikan zat besi (Fe) dan aluminium (Al) menjadi tidak
larut, sehingga tidak meracun bagi tanaman. Selain itu humus merupakan
penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara sebagai bahan makanan
untuk tanaman (Djuarnani, dkk, 2005).
Menurut Sutanto (2002) kompos yang umum digunakan memiliki
kandungan unsur hara Nitrogen 0.5- 0.7 %, Fosfor 1.7- 3.1 %, Kalium 0.3-0.5 %.
Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang ayam mengandung Nitrogen (N) tiga kali lebih besar
daripada pupuk kandang lain. Dalam semua pupuk kandang Fosfor(P) selalu
terdapat dalam kotoran padat, sedang sebagian besar Kalium(K) dan N terdapat
dalam kotoran cair atau urine. Kandungan K dalam urine adalah 5 kali lebih
banyak dari kotoran padat sedang kandungan N adalah 2-3 kali lebih banyak.
bagian cair atau urine tercampur dengan bagian padat. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis makanan yang diberikan
(Harjowigeno, 2003).
Pupuk kandang mempunyai kandungan yang lengkap yaitu mengandung
unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman. Kandungan unsur
hara dalam pupuk kandang ini berbeda-beda tergantung pada jenis hewan,
makanan hewan, umur hewan, kesehatan hewan serta pemeliharaan dan
pengolahan kotoran sebelum digunakan. Kandungan unsur hara kotoran hewan ini
mudah hilang yang disebabkan penyimpanan, penguapan, pencucian oleh air, dan
dekomposisi. Proses ini dapat menghilangkan kandungan nitrogen, fosfat atau
kalsium dalam jumlah yang besar, bahkan mencapai setengah kadar semula
(Isnaini, 2006).
Pupuk kandang selalu diaplikasikan sebelum atau pada saat pengolahan
sebelum benih atau bibit ditanam. Sebagai pupuk dasar pupuk kandang
diaplikasikan secara sebar merata diseluruh permukaan tanah kemudian tanah
dibajak dan digaru, selain pupuk dasar pupuk kandang dapat juga sebagai pupuk
susulan (Sutanto, 2002a).
Menurut Hardjowigeno (2003) pupuk kandang ayam atau unggas
memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar dari pada jenis ternak lain, yaitu
N 1.7 %, P2O5 1,9 % dan K2O 1,5 %.
Nilai pupuk kandang tidak hanya ditentukan berdasarkan pasokan bahan
organik tetapi besarnya pasokan nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan oleh aktivitas
mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk kandang
Penggunaan pupuk kandang untuk mempertahankan kesuburan tanah merupakan
bentuk praktek pertanian organik. Pada umumnya bahan-bahan ini mengandung
N, P, K dalam jumlah yang rendah, tetapi dapat memasok unsur hara mikro
esensial. Bahan organik juga memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri
dan biota tanah. Nitrogen dan unsur hara lainnya yang dikandung bahan organik
dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian yang
berkesinambungan membantu dalam membangun tanah, terutama dalam jangka
panjang (Sutanto, 2002b).
Abu Sekam Padi
Sekam padi yang di peroleh dari sisa limbah gabah yang banyak terdapat
didaerah pertanian serta tersedia cukup banyak dan mudah mendapatkannya.
Umumnya petani banyak yang mengusahakan tamanan cabe dan tomat, yang
ditanam setelah tanaman padi dengan kondisi tanah yang memiliki tektstur berat
dan pH yang sangat rendah sehingga secara teoritis unsur-unsur makro seperti N,
P dan K berada dalam keadaan relatif tidak tersedia. Dengan demikian perlu
diperbaiki tekstur tanahnya. Dari studi beberapa literatur dijumpai bahwa analisis
sekam padi umumnya dijumpai unsur N, P dan K dalam jumlah yang cukup
banyak sedangkan unsur mikro tersedia dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan
abu sekam hasil pembakaran kulit gabah yang merupakan limbah penggilingan
gabah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sarana produksi
pertanian, paling tidak dapat menjadikan bahan alternatif untuk mengatasi
masalah akan kurangnya ketersediaan pupuk kandang sebagai pupuk organik
Sekam padi dan jerami mempunyai kandungan silika sangat tinggi namun
berkadar nitrogen rendah. Dengan demikian pemberian abu sekam padi pada
akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
(Anonimous, 2005b).
Pupuk Majemuk NPK
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya
untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk kedalam tanah
bertujuan untuk menambah atau merpertahankan kesuburan kimia tanah, dimana
kesuburan tanah dinilai berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik
hara makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Pemberian
pupuk kedalam tanah akan menambah satu atau lebih unsur hara tanah dan ini
akan mengubah keseimbangan hara lainnya (Silalahi, dkk., 2004).
Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk
majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk
yang mengandung unsur pupuk seperti NP, NK, dan PK, sedangkan pupuk
majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK.
Penggunaan pupuk ini selain memberikan keuntungan dalam arti mengurangi
biaya penaburan dan penyebaran unsur hara lebih merata dan kombinasi hara
berimbang pupuk ini juga mudah dalam pengaplikasiannya Salah satu pupuk
yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) yaitu Rustica Yellow, dengan
kadar unsur hara 15%N+15%P2O5+15% K2O. Disamping itu juga mengandung
Mg sebanyak 0,5% dan juga unsur-unsur mikro seperti B, Cu, Zn
Untuk mengurangi biaya pemupukan,sering digunakan pupuk majemuk
sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal. Penggunaan pupuk ini selain
memberikan keuntungan dalam arti mengurangi biaya penaburan, dan
penyimpanan, juga penyebaran unsur hara lebih merata (Hasibuan, 2006).
Fungsi Nitrogen (N) yaitu: memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman,
pembentukan protein. Fungsi Fosfor (P): pembelahan sel, pembentukan albumin,
pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan, tahan terhadap
penyakit. Fungsi Kalium (K): pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan
stomata (Harjowigeno, 2003).
Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, yang pada umumnya
sangat diperlukan untuk pembentuakan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi bila terlalu banyak dapat
mengahambat pembungaan dan pembuahaan pada tanaman (Sutedjo, 2002).
Phospat penting untuk mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat
pendewasaan tanaman, dan mempercepat pembentukan buah dan biji serta
meningkatkan produksi. Sumber phospat yang di dalam tanah sebagai phospat
mineral yaitu batu kapur phospat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya,
pupuk buatan (double fosfat, super fosfat, dan lainnya) (Isnaini, 2006).
Phospat dibutuhkan mulai ada pertumbuhan vegetatif (batang, cabang,
ranting, dan daun) serta generatif (bunga dan buah). Kekurangan Phospat akan
menyebabkan pertumbuhannya berhenti secara keseluruhan, karena pertumbuhan
akarnya sangat terhambat (Rismunandar, 2001).
Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu
merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat
menggangu kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman
(Hasibuan, 2006).
Kalium meningkatkan mobilitas dan kelarutan Fe, sedangkan tingginya
penyerapan N mendorong terjadinya defisiensi Fe akibat meningkatnya
laju pertumbuhan. Anion bikarbonat merupakan media translokasi Fe
(Hanafiah, 2004).
Pupuk majemuk dapat dijadikan sebagai pupuk awal untuk memacu
perkembangan bibit (starter fertilizer) dan sebagai pupuk susulan untuk tanaman
buah dan bunga yang akan memasuki fase generatif. Kandungan P dan K yang
tinggi dapat merangsang pembentukan akan bunga dan meningkatkan kualitas
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tanah Inseptisol lahan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 27m di atas
permukaan laut dan contoh tanaman dianalisis di Laboratorium Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Medan yang dilaksanakan pada bulan Desember
2009 sampai dengan April 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman rosela
sebagai tanaman indikator, kompos kemasan sebagai pupuk organik, pupuk
kandang ayam (dari peternakan ayam di P.Batu), abu sekam padi dan NPK
(15:15:15) Rustica Yellow sebagai pupuk buatan.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk
mengolah tanah, termometer tipe tusuk untuk mengukur suhu tanah, timbangan
untuk menimbang, gembor untuk menyiram tanaman, keranjang untuk wadah
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya sebagai berikut;
I. Pupuk Organik (O)
- O1 = Kompos kemasan = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)
- O2 = Pupuk Kandang Ayam = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)
- O3 = Abu Sekam Padi = 6 kg/plot (setara 20 ton/ha)
II. Pupuk Anorganik (A)
- A0 = 0 gr NPK /tanaman
- A1 = 25 gr NPK /tanaman (setara 49kg /Ha)
- A2 = 50 gr NPK /tanaman (setara 99kg /Ha)
- A3 = 75 gr NPK /tanaman (setara 148 kg/Ha)
Sehingga didapat kombinasi perlakuan yaitu :
O1A0 O2A0 O3A0
O1A1 O2A1 O3A1
O1A2 O2A2 O3A2
O1A3 O2A3 O3A3
Dari kombinasi diatas maka diperoleh (3x4) x 3 = 36 unit percobaan.
Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + τi + j + βk + ( β)jk + Eijk
Yijk = Hasil pengamatan ulangan ke-i, Pupuk organik ke-j, dan pupuk
buatan ke-k
τi = Pengaruh ulangan ke-i
j = Pengaruh pupuk organik ke-j
βk = Pengaruh pupuk buatan ke-k
Eijk = Pengaruh galat ulangan ke-i, pupuk organik ke-j, dan pupuk
buatan ke-k.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan dan Pengolahan Lahan
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari beberapa tanaman, rumput, dan
sampah-sampah lainnya. Pengolahan lahan dilakukan dua kali yaitu tanah
dicangkul sampai kedalaman lebih kurang 20 cm, digemburkan dan diratakan.
Lahan percobaan dibagi menjadi 3 blok, setiap blok terdapat 12 unit percobaan,
sehingga terdapat 36 plot unit percobaan, tiap plot mempunyai ukuran 2 m x 1,5
m dengan jarak antar blok 50 cm dan jarak antar plot 50 cm.
Persiapan Tanam
Biji rosela direndam 24 jam, biji yang tenggelam diambil sebagai calon
benih sedangkan yang terapung tidak digunakan. Benih ditanam 2-3 biji pada
lobang yang telah ditugal, dengan jarak tanam 80 cm X 80 cm,dengan jumlah 6
tanaman per plot.
Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Diupayakan lahan tetap
bersih, sehingga terhindar dari hama dan gulma, hama yang sering menyerang
adalah kutu daun, untuk mengatasinya dilakukan dengan cara mekanis yaitu
mencabut daun yang diserang hama lalu membakarnya agar tanaman lain tidak
terjangkit. Tanaman dapat dipanen setelah berumur 3 bulan.
Pengukuran Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah:
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur setiap minggunya
b. Produksi Buah Segar (gr)
Produksi buah segar dihitung pada saat panen
c. Temperatur Tanah
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan alat termometer tanah yang
diukur setiap minggunya
d. Pengamatan Kandungan Zat Besi dalam bunga rosela
Pengamatan dilakukan dengan menganalisis di laboratorium Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian(BPTP) Medan dengan menggunakan metode Atomic
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian pupuk anorganik
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, produksi, temperatur tanah serta
kandungan zat besi (Fe) dalam buah rosela namun pemberian pupuk organik dan
interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh nyata
terhadap semua parameter.
Dari pengamatan parameter tinggi tanaman, produksi berat buah segar
rosela, temperatur tanah dan kandungan Fe dalam buah rosela diperoleh bahwa
pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata. Hal ini bisa di sebabkan oleh
faktor keadaan tanah yang digunakan dalam penelitian, dimana telah banyak
penggunaan pupuk anorganik pada pengolahan-pengolahan sebelumnya, sehingga
tanah sulit untuk menyerap unsur hara dari pupuk organik dengan baik. Hal ini
didukung oleh pendapat Isnaini (2006) bahwa kandungan unsur hara organik
mudah hilang yang disebabkan penguapan, pencucian oleh air dan dekomposisi.
Proses ini dapat menghilangkan kandungan nitrogen, fosfat atau kalsium dalam
jumlah besar, bahkan dapat mencapai setengah kadar semula, sehingga fungsi dari
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 3, 6, 9, 12, 15, dan 18,)
bahwa pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan
anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman namun pemberian
pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-6 Minggu Setelah
Tanam (MST).
Hasil Uji beda rataan Duncan pengaruh pemberian pupuk anorganik
terhadap tinggi tanaman pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Nilai Tinggi Tanaman Rosela Karena Pengaruh Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.
Pemberian Pupuk
2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.
Dari Tabel.1 menunjukkan bahwa perlakuan A2 (50 gr NPK) tidak berbeda
nyata dengan perlakuan A1 (25 gr NPK) namun berbeda nyata terhadap perlakuan
Pemberian dosis pupuk 50 gr/tanaman lebih baik dibandingkan
pemberian dengan dosis lain. Hal ini diakibatkan karena penyerapan nitrogen
oleh tanaman dari pupuk yang diberikan yang berguna untuk menunjang
pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2003) pada dosis 50 gr/tanaman
lebih sesuai untuk kebutuhan hara tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan
Maryani dan Lusi (2008) yang menyatakan bahwa pupuk susulan pertama
menggunakan NPK 30-50 gr/tanaman dan Hasibuan (2006) yang menyatakan
bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila terlalu rendah tidak
ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan bila terlalu banyak
dapat menggang kesetimbangan hara dan dapat meracun akar tanaman.
Dari data tinggi tanaman 6 MST diketahui bahwa pemberian pupuk
anorganik (NPK) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman rosela.
Dimana yang tertinggi pada perlakuan A2 (50 gr NPK) yaitu 41,86 cm. Hal ini
sesuai dengan literatur Sutedjo (2002) bahwa nitrogen merupakan unsur hara
utama bagi tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, sehingga
pemberian pupuk NPK ini mempercepat pertumbuhan tanaman rosela dengan
baik.
Produksi Berat Buah Segar Rosela (gr)
Dari hasil analisa sidik ragam (Lampiran 21) bahwa pemberian pupuk
organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi berat buah segar rosela namun pemberian pupuk
Hasil Uji beda rataan Duncan produksi buah rosela akibat pemberian
pupuk anorganik terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Rataan Nilai Produksi Buah Segar Rosela Karena Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.
2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap produksi. Perlakuan A3 (NPK 75 gr) tidak berbeda nyata dengan
A1 (NPK 25 gr) dan A2 (NPK 50 gr), dan berbeda nyata dengan perlakuan A0
(NPK 0 gr).
Pemberian dosis pupuk 75 gr/tanaman lebih baik dibandingkan
pemberian dengan dosis lain. Hal ini diakibatkan karena penyerapan fosfor oleh
tanaman dari pupuk yang diberikan yang berguna untuk pembentukan bunga,
buah dan biji (Hardjowigeno, 2003) pada dosis 75gr/tanaman lebih sesuai untuk
kebutuhan hara tanaman tersebut. Sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2006)
yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, bila
terlalu rendah tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, sedangkan
bila terlalu banyak dapat mengganggu kesetimbangan hara dan dapat meracun
Dari data produksi tanaman rosela (lampiran 20) didapati rata-rata
produksi berkisar antara 124-245 gr/tanaman atau setara 0.124-0.245 kg/tanaman
sesuai dengan pernyataan Mardiah., dkk (2009) yang menyatakan bahwa di
P.Jawa setiap pohon rosela baru dapat menghasilkan 0.2-1 kg per tanaman.
Temperatur Tanah (o C)
Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 24, 27, 30, 33, 36, dan 39) bahwa
pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik
tidak berpengaruh nyata terhadap temperatur tanah namun pemberian pupuk
anorganik berpengaruh nyata terhadap temperatur tanah 1-6 MST.
Hasil Uji beda rataan Duncan temperatur tanah pada 6 MST akibat
pemberian pupuk anorganik dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Suhu Tanah 6 MST Minggu Karena Pengaruh
temperatur. Temperatur tanah tertinggi pada perlakuan A1 (25 gr NPK) tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A2 (50 gr NPK) dan A3 (75 gr NPK), dan
Temperatur terendah yang terdapat pada A0 disebabkan oleh tidak
adanya pemakain pupuk anorganik sehingga peranan bahan organiknya lebih
tinggi.Dengan adanya bahan organik akan meningkatkan total ruang pori tanah
sehingga udara dapat keluar masuk secara bebas dan ini akan membuat suhu
tanah lebih rendah.
Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk anorganik dapat dilihat
bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin menurunkan
temperatur tanah . Hal ini bisa diakibatkan karena pengaruh pemberian pupuk
anorganik meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan semakin baiknya
pertumbuhan tanaman maka tajuk dan kanopi tanaman tumbuh semakin rapat
sehingga radiasi sinar matahari tidak secara langsung menembus ke permukaan
tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) yang menyatakan
bahwa kanopi tanaman mempengaruhi suhu tanah,kanopi tanaman menjaga
tanah dari pertambahan suhu dengan menyimpan radiasi sinar matahari .
Pemberian pupuk anorganik NPK menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap temperatur tanah pada 1-6 MST. . Hal ini menunjukkan bahwa
unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk,garam-garam yang terlarut mulai
bereaksi dengan zat-zat kimia tanah untuk menyediakan hara yang diperlukan
oleh tanaman sehingga mempengaruhi temperatur dalam tanah sesuai dengan
pernyataan Lubis (2007) yang menyatakan bahwa panas dalam tanah merupakan
keadaan yang timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi,
reaksi-reaksi kimia dalam tanah .
Kandungan Fe dalam Buah Rosela
Dari hasil analisis pada daftar sidik ragam (Lampiran 42) bahwa
pemberian pupuk organik dan interaksi pemberian pupuk organik dan anorganik
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe dalam buah rosela, namun
pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe dalam
buah rosela.
Hasil Uji beda rataan Duncan kandungan Fe dalam buah rosela akibat
pemberian anorganik dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4. Rataan Nilai Kandungan Fe Dalam Buah Rosela Karena Pengaruh Perlakuan Pemberian Pupuk Anorganik.
182.357 258.517 371.090 314.977 281.735
O2 230.113 255.080 265.603 339.973 187.699
O3 219.980 232.450 236.903 372.163 172.333
Rataan 210.817 c 248.682bc 291.199b 342.371a
Keterangan : 1.O1: Kompos kemasan, O2: Pupuk kandang ayam,O3: Abu sekam padi , A0; 0 gr NPK , A1; 25 gr NPK , A2: 50 gr NPK, A3:75 gr NPK.
2.Angka yang diikuti oleh notasi yang sama, pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5 %.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian anorganik berpengaruh nyata
terhadap kandungan Fe dalam buah rosela. Kandungan Fe tertinggi terdapat pada
perlakuan A3 ( NPK 75 gr) dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya.
sebesar 407.603 ppm dan terendah pada perlakuan O1A0 (pemberian kompos
kemasan dan 0 gr NPK) yaitu sebesar 182.357 ppm.
Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe
produksi tampak nilai tertinggi adalah pada perlakuan A3 ( NPK 75 gr) Dari
pertumbuhan terbaik ini,maka tanaman memerlukan dan menyerap hara yang
tinggi dari dalam termasuk unsur besi(Fe). Pupuk anorganik NPK meningkatkan
serapan hara lebih baik oleh tanaman,dimana penggunaan pupuk NPK dapat
merangsang pembentukan bunga dan meningkatkan kualitas buah sehinga
kandungan Fe yang diserap juga ikut meningkat seiring dengan pertumbuhan dan
produksi tanaman yang juga meningkat. Novizan (2002) menyatakan bahwa
pupuk majemuk digunakan sebagai pupuk susulan untuk tanaman pada saat akan
memasuki fase generatif. Kandungan P dan K yang tinggi dapat merangsang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe) .
2. Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe) .
3. Interaksi pupuk organik dan anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, produksi, temperatur tanah, dan kandungan zat besi ( Fe).
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
, 2004. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pupuk Organik.
Instalasi Penelitian Teknologi Pertanian, Jakarta.
2009).
, 2005a. Plantologi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (Diakses pada 11 Juli 2009).
, 2005b. Publikasi Sekam Padi http:///www.pustaka-deptan.go.id (Diakses pada 11 Juli 2009).
, 2007. Zat Besi (Fe). http:///www.idionline.com. (Diakses pada 20 Juli 2009).
, 2009b. Studi Difustasi Termal pada Medium Tanah Melalui Pengukuran Suhu. http://fmipa.unipa.ac.id. (Diakses pada 20 Februari 2010).
Djuarnani, N., Kristian dan B.S. Setiawan., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Elisa, 2008. Bahan Organik. Pengaruh Bahan Organik Tarhadap Produksi Tanaman, Jakarta.
Foth,H.D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke Tujuh, Terjemahan Purbayanti, Lukiwati, Trimulatsih. Penerbit Gajah Mada University, Yogyakarta.
Gardner,F.P., R.Brent Pearce, dan Roger L.M., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta.
Hakim.N; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis; S.G Nugroho; M.R. Saul; G.B Hong; dan H.H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Hanafiah, K.A., 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno,S., 2003. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-Press, Medan.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Penunjang Ekonomi dan Kelestarian Bumi. Penerbit Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Lubis, K. S., 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. USU Repository. Medan.
Mardiah, Arifah. R., Reki, W.A., dan Sawarni (2009). Budi Daya dan Pengolahan Rosela. Simerah Sigudang Manfaat. PT Agromedia Pustaka, Bogor.
Maryani,H. dan Lusi K., 2005. Khasiat dan Manfaat Rosela. PT Agroomedia Pustaka, Surabaya.
Murbandono,L. 2000. Membuat Kompos. Penabar Swadaya. Edisi Revisi. Jakarta.
Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif Membuat.. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sanchez, P., A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Terjemahan Johara. T. Jayadinata. Penerbit ITB, Bandung.
Silalahi, F., Y. Saragih, A. Marpaung, R. Hutabarat, Karsina dan S. R. Purba., 2004. Laporan Akhir Uji Pemupukan NPK Pada Tanaman Buah. Balai Penelitian Buah Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB), Berastagi.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutanto, R., 2002a. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lampiran 2. Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 3. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 1 MST (cm)
Lampiran 4. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 1MST
Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 6. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 2.077017 1.038508 0.48815 3.44 5.72
Perlakuan 11 55.09181 5.008346 2.354167 2.26 3.18
O 2 5.097517 2.548758 1.198041tn 3.44 5.72
A 3 29.05125 9.683751 4.551836* 3.05 4.82
OxA 6 20.94304 3.490506 1.640708tn 2.55 3.76
Galat 22 46.80365 2.127439 Total 35 103.9725 2.970642
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 7. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 2 MST
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………cm.……….
O1 12.573 16.320 15.390 17.030 61.313 15.328
O2 14.490 14.137 15.450 14.980 44.077 11.019
O3 13.270 15.050 13.583 15.757 41.903 10.476
Total 40.333 45.507 44.423 47.767
Lampiran 8. Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 9. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Lampiran 10. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 3 MST
Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 12. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 111.6039 55.80194 3.039702 3.44 5.72
Perlakuan 11 443.803 40.34573 2.197755 2.26 3.18
O 2 121.9084 60.95422 3.320362tn 3.44 5.72
A 3 178.1233 59.37444 3.234307* 3.05 4.82
OxA 6 143.7713 23.96188 1.305277tn 2.55 3.76
Galat 22 403.8694 18.3577 Total 35 959.2764 27.4079
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 13. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 4 MST
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………cm.……….
O1 20.277 30.903 30.997 30.113 112.290 28.073
O2 22.663 21.817 26.920 22.990 71.400 17.850
O3 23.860 28.377 26.440 26.537 78.677 19.669
Total 66.800 81.097 84.357 79.640
Lampiran 14. Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 15. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Lampiran 16. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 5 MST
Lampiran 17. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 18. Analisa Sidik Ragam Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 370.7024 185.3512 6.443597 3.44 5.72
Perlakuan 11 877.7015 79.79104 2.773876 2.26 3.18
O 2 181.8752 90.9376 3.161378tn 3.44 5.72
A 3 320.7118 106.9039 3.716436* 3.05 4.82
OxA 6 375.1145 62.51908 2.173429tn 2.55 3.76
Galat 22 632.8339 28.76518 Total 35 1881.238 53.74965
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 19. Nilai Rataan Tinggi Tanaman 6 MST
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………cm.……….
O1 30.260 45.887 45.163 38.720 160.030 40.008
O2 36.023 32.550 39.770 31.830 108.343 27.086
O3 39.917 42.887 40.663 34.883 123.467 30.867
Total 106.200 121.323 125.597 105.433
Lampiran 20. Data Produksi Buah Segar (g)
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 21. Analisa Sidik Ragam Produksi Buah Segar (g)
Lampiran 22. Nilai Rataan Produksi Buah Segar (g)
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A) Total Rataan
Lampiran 24. Analisa Sidik Ragam Data Suhu 1 MST (0C)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 0.666667 0.333333 1 3.44 5.72
Perlakuan 11 6.75 0.613636 1.840909 2.26 3.18
O 2 2.166667 1.083333 3.25tn 3.44 5.72
A 3 1.638889 0.546296 1.638889tn 3.05 4.82
OxA 6 2.944444 0.490741 1.47222tn 2.55 3.76
Galat 22 7.333333 0.333333
Total 35 14.75 0.421429
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 25. Nilai Rataan Data Suhu 1 MST (0C)
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………oC.……….
O1 33.000 34.000 34.000 33.333 134.333 33.583
O2 34.000 33.667 34.333 34.000 102.000 25.500
O3 33.667 34.333 34.000 34.667 102.000 25.500
Total 100.667 102.000 102.333 102.000
Lampiran 26. Analisa Data Suhu 2 MST (0C)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 28. Nilai Rataan Data Suhu 2 MST (0C)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 30. Analisa Sidik Ragam Suhu 3 MST (0C)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 0.722222 0.361111 1 3.44 5.72
Perlakuan 11 9.638889 0.876263 2.426573 2.26 3.18
O 2 2.388889 1.194444 3.307692tn 3.44 5.72
A 3 4.972222 1.657407 4.589744** 3.05 4.82
OxA 6 2.277778 0.37963 1.051282tn 2.55 3.76
Galat 22 7.944444 0.361111 Total 35 18.30556 0.523016
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 31. Nilai Rataan Data Suhu 3 MST (0C)
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………. oC..……….
O1 32.667 34.000 34.000 33.333 134.000 33.500
O2 33.667 34.000 34.333 34.000 102.000 25.500
O3 33.333 34.333 34.000 34.667 101.667 25.417
Total 99.667 102.333 102.333 102.000
Lampiran 32. Analisa Data Suhu 4 MST (0C)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 34. Nilai Rataan Data Suhu 4 MST (0C)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 36. Analisa Sidik Ragam Data Suhu 5 MST (0C)
SK Db JK KT Fhit F5% F1%
Blok 2 1.055556 0.527778 1.525547 3.44 5.72
Perlakuan 11 9.638889 0.876263 2.532847 2.26 3.18
O 2 1.388889 0.694444 2.007299 3.44 5.72
A 3 6.972222 2.324074 6.717762 3.05 4.82
OxA 6 1.277778 0.212963 0.615572 2.55 3.76
Galat 22 7.611111 0.34596 Total 35 18.30556 0.523016
Keterangan: tn : tidak nyata
* : nyata pada taraf 5% ** : sangat nyata pada taraf 1%
Lampiran 37. Nilai Rataan Data Suhu 5 MST (0C)
Pemberian Pupuk Organik (O)
Pemberian Pupuk Anorganik (A)
Total Rataan
A0 A1 A2 A3
………OC.……….
O1 32.000 32.667 32.667 32.667 130.000 32.500
O2 32.000 33.667 33.000 33.000 98.667 24.667
O3 31.667 32.667 33.000 32.667 97.333 24.333
Total 95.667 99.000 98.667 98.333
Lampiran 40. Nilai Rataan Data Suhu 6 MST (0C)
Lampiran 41. Data Pengamatan Kandungan Fe dalam Bunga Rosela (ppm)
Perlakuan Blok Total Rataan
Lampiran 42. Analisa Sidik Ragam Data Pengamatan Kandungan Fe dalam
Lampiran 43. Nilai Rataan Kandungan Fe dalam Bunga Rosela (ppm)
Pemberian Pupuk
Total 632.450 746.047 873.597 1027.113