• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SATKER DEKONSENTRASI 05

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SATKER DEKONSENTRASI 05"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SATKER DEKONSENTRASI 05

DINAS KESEHATAN DIY 2020

(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dari 7 Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020 yang dijanjikan oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY dengan Direktur Jenderal P2P, 4 indikator melebihi target yang ditetapkan dan 3 target indikator kurang dari target yang

ditetapkan, dengan rincian sebagai berikut :

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV, tercapai 70,6% dari target 77%, dengan capaian kinerja 91,68%

2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC, tercapai 31% dari target 80% sehingga capaian kinerja 38,75%

3. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap tercapai 96,69% dari target 92,9%, dengan capaian kinerja 104,07%.

4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat tercapai 88% dari target 87%, dengan capaian kinerja 101,14%.

5. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar tercapai 100% dari target 95% sehingga capaian kinerja 105,26%

6. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker dari target 5 Kab/Kota tercapai 5 Kab/Kota dengan capaian 0%, sehingga capaian kinerja 0%

7. Nilai kinerja pengangggaran tercapai 92,45% dari target >80% sehingga capaian kinerja sebesar 115,56%

8. Rata rata kinerja capaian indikator Dinas Kesehatan DIY adalah 79,58%

9. Untuk kinerja keuangan pada tahun 2020, data per 1 Februari 2020 berdasarkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), realisasi anggaran semua jenis belanja mencapai 89% atau sebesar Rp 1.171.265.600 dari total pagu sebesar Rp 1.323.120.000.

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle

Income Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan

publik, serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai bidang yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Tantangan dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan sudah tidak lagi

(5)

1. masih tingginya angka kesakitan penyakit menular seperti tuberkulosis, diare, malaria, demam berdarah, dll,

2. tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular misalnya hipertensi, diabetes mellitus, penyakit cardiovaskuler (CVD), kanker, dll,

3. munculnya penyakit baru (new emerging disease dan re-emerging disease) seperti COVID-19, avian influenza, anthrax, Mers CoV, dll.

Tantangan tersebut telah mendorong Dinas Kesehatan DIY tidak terkecuali Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) untuk melakukan upaya-upaya pengendalian sesuai dengan paradigma kesehatan yang baru dengan lebih mengedepankan aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan kuratif dan rehabilitatif.

Pada bulan Maret tahun 2020, D.I.Yogyakarta mengalami Pandemi covid-19. Sampai dengan Bulan Februari tahun 2021 kasus Covid DIY mengalami kenaikan. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan DIY, kasus Covid di DIY sampai dengan tanggal 24 februari 2021 adalah sebanyak 26.822 kasus, kasus sembuh sebanyak 20.567 kasus dan kematian sebanyak 652 kasus. Kasus Covid-19 di DIY tertinggi ada di Kabupaten Sleman dan yang terendah ada di Kabupaten Kulon Progo. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pengendalian Covid-19 diantaranya penyediaan logistik covid-19, Penerapan Kebijakan PPKM, Pengadaan masa tanggap darurat dll.

Dinas Kesehatan DIY menerima dana dekonsentrasi salah satunya dekonsentrasi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan sejak tahun 2017 telah dilakukan Penandatangan Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan Direktur Jenderal P2P terhadap indikator dan target kinerja atas pemanfaatan dana dekonsentrasi. Dalam perjanjian disampaikan bahwa Ditjen P2P akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan DIY atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2020 dengan menggunakan anggaran Dekonsentrasi. Laporan kinerja ini merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 28 menyatakan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan

(6)

dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi kepada gubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Selain itu Peraturan Menteri PAN/RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang mengamanatkan bahwa Pimpinan Satuan Kerja menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Pimpinan Unit Kerja. Pimpinan unit kerja menyusun laporan kinerja tahunan tingkat unit kerja berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakatidan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga.

1.2 Visi dan Misi

Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengikuti Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:

1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;

2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. 3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan

4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.

5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.

7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga. 8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.

9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan. 10. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.

(7)

Visi dan Misi Gubernur DIY adalah sebagai berikut :

1. Visi : Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja

2. Misi :

a. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup – kehidupan – penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban, melui peningkatan kemampuan dan peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia Jogja yang berdaya saingMenjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan

b. Terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat, serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal, untuk pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus pemerataan ekonomi yang berkeadilan.

c. Terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama, baik pada lingkup masyarakat maupun pada lingkup birokrasi atas dasar toleransi, tenggang rasa, kesantunan dan kebersamaan.

(8)

d. Terwujudnya tata dan perilaku penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis. e. Terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara

pemerintahan atas dasar tegaknya nilai – nilai integritas yang menjunjung tinggi kejujuran, nurani rasa malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan penyimpangan dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan D.I.Yogyakarta

a. Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan.

b. Fungsi :

1) Penyusunan program kerja Dinas ;

2) Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan;

3) Penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian penyakit ;

4) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, rujukan, dan kesehatan khusus, mutu dan akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan lain ;

5) Penyelenggaraan kesehatan masyarakat; 6) Pengelolaan sumber daya kesehatan

7) Pengembangan upaya kesehatan tradisional ;

8) Pemberian fasilitasi penyelenggaraan urusan kesehatan Kabupaten / Kota ;

9) Pemberdayaan sumber daya dan mitra kerja urusan kesehatan ; 10) Pelaksanaan koordinasi, pemantauan , evaluasi, pembinaan, dan

pengawasan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Kabupaten / Kota;

11) Pelaksanaan kegiatan kesekertariatan ;

12) Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan ;

13) Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan ;

14) Penyusunan laporan pelaksanaan tugas Dinas ; dan

15) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas.

(9)

2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kesehatan ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 69 tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kesehatan.

Gambar 1. Struktur Organisasi dan Tata laksana Dinas Kesehatan DIY Berdasarkan Perda DIY No. 69 tahun 2019

(10)

1.4 Sumber Daya Manusia

Pada tahun 2020, jumlah pegawai di Bidang P2P Dinas Kesehatan D.I.Yogyakarta sebanyak 25 orang dengan distribusi pegawai di seksi Pengendalian Penyakit sebanyak 16 orang dan di Seksi Pencegahan Penyakit sebanyak 8 orang.

a. Grafik Distribusi Pegawai berdasarkan pendidikan

Gambar 2. Grafik Distribusi Pegawai Bidang P2P berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2020

Tingkat pendidikan pegawai Bidang P2P Dinas Kesehatan DIY, memiliki jenjang SMA sampai S2. Pegawai di Bidang P2P kebanyakan memiliki tingkat pendidikan D4/S1 dan S2.

b. Grafik Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan fungsional.

1 2 12 10 0 2 4 6 8 10 12 14 SMA D3 D4/S1 S2

Distribusi Pegawai Bidang P2P

berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2020

3 20 2 0 5 10 15 20 25

Struktural Fungsional Umum Fungsional Tertentu

(11)

Gambar 3. Distribusi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional

Gambar 4. Grafik Distribusi Pegawai Fungsional Tertentu Bidang P2P Tahun 2020

1.5 Sistematika Penulisan 1. Bab 1. Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi organisasi.

2. Bab 2. Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2020.

3. Bab 3. Akuntabilitas Kinerja a. Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.

b. Realisasi Anggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja

4 1 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Epidemiolog Kesehatan Entomolog Kesehatan

(12)

4. Bab 4. Penutup

Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(13)

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Perencanaan Kinerja

Perencanaan kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Perencanaan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal P2P dan RKPD Dinas Kesehatan Provinsi.

Sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020-2024 adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular serta meningkatnya kesehatan jiwa. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

1. Persentase Orang dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART) sebesar 60% pada akhir tahun 2024;

2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate) sebesar 90% pada akhir tahun 2024;

3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria sebanyak 405 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

5. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi sebanyak 190 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun sebanyak 350 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

8. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan sebesar 95% pada akhir tahun 2024;

9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

(14)

10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan pengendalian KKM sebesar 86% pada akhir tahun 2024;

11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan sebanyak 472 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;

12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 100% pada akhir tahun 2024;

13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 100% pada akhir tahun 2024.

Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut. Indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yakni:

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART 2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

3. Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

5. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar 6. Jumlah kabupaten/kota endemis yang melakukan POPM filariasis 7. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

8. Nilai kinerja penganggaran

Secara lengkap cascading indikator Program Pencegahan dan Pengendalian adalah sebagai berikut:

(15)

Tabel 2.1

Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Tahun 2020

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART)

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART

2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate)

2. Cakupan pengemuan dan pengobatan TBC (TBC treatment coverage)

2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria

3. Jumlah Kab/Kota yang mencapai API<1/1.000 penduduk

3. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar

4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta

4. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 5. Jumlah kabupaten/kota endemis

filariasis yang mencapai eliminasi

5. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%

5. Jumlah kabupaten/kota endemis yang melakukan POPM filariasis

6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun

6. Jumlah Kab/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

7. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti merokok (UBM)

-

7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM

8. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥80% populasi usia ≥ 15 tahun

9. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥80% populasi usia 30-50 tahun

6. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

(16)

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi

10. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi 8. Persentase kabupaten/kota yang

mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan

11. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

12. Persentase anak usai bulan yang mendapat imunisasi lanjutan campak rubella

13. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Papua dan Papua Barat

7. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza

8. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan

9. Penyalahguna Napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

10. Presentase penderita Depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan

11. Presentase penderita Gangguan Mental Emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan

8. Jumlah Kab/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA

10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan pengendalian KKM

12. Persentase Kab/Kota yang memiliki Pelabuhan/Bandar Udara/PLBDN yang mempunyai kapasitas sesuai standar dalam pencegaham dan pengendalian kedaruratan kesehatan masyarakat

-

11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan

13. Jumlah Kab/kota dengan eradikasi frambusia -

12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan

14. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan

- 13. Persentase rekomendasi hasil

surveilans faktor risiko dan

15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan

(17)

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat/Setditjen P2P

Indikator Kinerja Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi

penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan

Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 14. Nilai Reformasi Birokrasi

Kementerian Kesehatan

16. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

17. Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit

(18)

2.2 Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja merupakan wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja Aparatur. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan DIY. dengan Ditjen P2P telah ditandatangani dan didokumentasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan DIY

NO Sasaran NO Indikator Kinerja TARGET

1

Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular, serta

meningkatnya kesehatan jiwa

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

77% 2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan

TBC

80% 3. Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan

Imunisasi Dasar Lengkap

92,9% 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 87% 5. Persentase kasus malaria positif yang diobati

sesuai standar

95% 6. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi

dini kanker

5 kab/kota 2 Terkelolanya anggaran

pencegahan dan pengendalian penyakit yang efisien dan akuntabel

7. Nilai kinerja penganggaran >80%

Anggaran sesuai Perjanjian Kinerja (PK)

No Kegiatan Anggaran

1. Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp. 632.346.000

2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Rp. 557.128.000

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Rp. 412.722.000 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Rp. 849.122.000 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Rp. 370.500.000

(19)

Efisiensi anggaran Dekon tahun 2020 dilaksanakan bulan April dan diefisiensi sebesar 60% dari jumlah Pagu Anggaran. Hal ini dikarenakan anggaran tersebut digunakan untuk pengendalian Pandemi Covid-19. Jumlah anggaran setelah diefesiensi adalah sebagai berikut

No Kegiatan Anggaran

1. Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp. 223.232.000

2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Rp. 325.120.000

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Rp. 170.171.000 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Rp. 378.640.000 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Rp. 225.957.000

(20)

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian kinerja

Pada bab ini disajikan disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja per setiap indikator :

1. Indikator: Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV a. Definisi Operasional: Persentase ODHA yang baru ditemukan masuk dalam

layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus.

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus (ODHA yang inisiasi ART), dibagi dengan jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), dalam kurun waktu tertentu, dikali 100 persen.

c. Capaian Indikator

Capaian indikator Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV belum mencapai terget yang ditetapkan. Dimana capaian di tahun 2020 adalah sebesar 70,6 % sedangkan target nya adalah 77%. Jumlah ODHA baru di tahun 2020 sebesar 903 dan yang memulai pengobatan sebanyak 638 pasien.

Jika dibandingkan dengan capaian di tahun - tahun sebelumnya terjadi perubahan meskipun masih belum mencapai target, seperti yang terlihat pada grafik sebagai berikut:

64,10% 76,33% 73,27% 78,04% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 2017 2018 2019 2020

Persentase ODHA baru ditemukan yang

memulai pengobatan ARV DIY

(21)

- Apabila dilihat dari grafik dapat dilihat bahwa di tahun 2020 terjadi penurunan capaian ODHA baru yang memulai pengobatan. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan persentase ODHA baru yang memulai pengobatan sedikit banyak dipengaruhi oleh situasi pandemi Covid – 19.

- Tambahkan grafik capaian per Kab/Kota

Apabila dilihat dari presentase nya capaian terendah ada di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, tetapi kalau dilihat secara angka absolut jumlah ODHA memang paling banyak ada di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

Indikator renstra Kemenkes Tahun 2020 – 2024 adalah Persentase ODHA yang menjalani terapi ARV (ODHA on ARV) dengan target di tahun 2020 sebesar 45 %.

Hal ini belum sejalan dengan target yang akan dicapai di tahun 2020. Beberapa hal yang mungkin bisa menghambat capaian indikator belum tercapai diantaranya:

 Keterbatasan layanan PDP. Kesenjangan antara layanan yang mampu melakukan tes HIV dengan yang mampu memberikan pelayanan pengobatan cukup tinggi. Meskipun di tahun 2020 ada penambahan layanan yang mampu melakukan pengobatan yaitu sebanyak 37 fasilitas kesehatan, tetapi itu baru sekitar 25,8 % dari layanan yang ada di DIY. Hal tersebut dapat menyebabkan pasien tidak sampai ke layanan rujukan.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 97,26 64,34 69,01 91,67 74,60

Persentase ODHA Baru Mendapat ARV Tahun

2020 Berdasar Kabupaten / Kota

(22)

 Stigma dan diskriminasi yang cukup tinggi, membuat odha enggan mengakses ARV karena takut statusnya diketahui orang lain.

 Meskipun sekarang sudah diberlakukan kebijakan test and treat, artinya setiap yang positif langsung dapat diberikan pengobatan, tetapi tidak semua ODHA langsung mau mengakses ARV.

 Ketersediaan ARV yang tidak stabil. Di awal tahun 2020 sempat terjadi keterbatasan ARV untuk beberapa jenis obat. Tetapi di pertengahan tahun sudah mulai dapat diatasi.

Beberapa upaya / solusi yang telah dilakukan di tahun 2021 untuk meningkatkan kasus HIV yang diobati :

 Sosialisasi penurunan stigma dan diskriminasi

 Memastikan ketersediaan ARV di provinsi dan di kabupaten / kota

 Pelatihan PDP

 Pelatihan Konselor

Kegiatan yang didanai oleh dekon tahun 2020 berupa validasi data dan distribusi logistik. Kegiatan yang bersumber anggaran Global Fund antara lain supervise ke kabupaten / kota, pertemuan evaluasi semester 1 dan semester 2, pelatihan notifikasi pasangan.

Capaian kinerja indikator Persentase kasus HIV yang diobati adalah 104% dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran sebesar 57,37%, yang artinya terdapat efisiensi sumber sumber pembiayaan sebesar 46,63%. Capaian kinerja sebesar 104% tidak hanya diperoleh dari anggaran dekonsentrasi tetapi juga adanya bantuan dana Global Fund dan APBD Dinkes Provinsi.

2. Indikator: Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC

a. Definisi Operasional: Persentase semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan insiden TB.

(23)

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB resistan obat) yang diobati dan dilaporkan dibagi perkiraan insiden TB dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Capaian indikator TB di tahun 2020 sebesar 31% masih jauh di bawah target yang ditetapkan sebesar 80%. Angka TB Senstif obat (baru dan kambuh) sejumlah 2782, sedangkan TB resisten obat 30 pasien. Sedangkan Estimasi insidensi TBC di DIY tahun 2021 adalah 9074 kasus., 2022 9064 kasus, 2023 9053 kasus dan 2024 sebanyak 9042 kasus.

Jika dibandingkan dengan capaian di tahun-tahun sebelumnya mengalami penurunan, seperti yang dapat terlihat pada grafik dibawah ini :

Dari data di atas bisa dilihat Terjadi penurunan sebesar 13,4% dibandingkan tahun 2019. Hal ini terjadi karena Musim pandemi Covid-19 menyebabkan kunjungan pasien ke faskes juga turun sedangkan kegiatan penemuan aktif melalui pemeriksaan kontak serumah pasien TB juga turun.

Angka keberhasilan pengobatan (Success rate) naik dari 84,3% menjadi 86,3% artinya walaupun pandemi Covid-19 pasien TB yang sedang diobati tidak Drop Out dan tetap menyelesaikan pengobatan. Sebagai pembanding cakupan penemuan TB Nasional 2019 (67%) dan tahun 2020 (41%) mengalami penurunan 26%. Sedangkan DIY hanya menurun 13,4% dari 44,4% (2019) menjadi 31% (2020). 80% 80% 80% 80% 30,70% 34,20% 44,40% 31% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 2017 2018 2019 2020

Persentase cakupan penemuan dan pengobatan

TBC tahun 2017 -2020

(24)

Capaian cakupan penemuan dan pengobatan TBCDIY tahun 2020 per kab /kota menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta mencapai cakupan tertinggi yaitu 56,1% sedangkan kabupaten Kulon Progo mencapai cakupan terendah yaitu 24,1%

Capaian kinerja indikator Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC adalah 38,25% dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran sebesar 98,61%, yang artinya terdapat efisiensi sumber sumber pembiayaan sebesar -60,36%. Meskipun realisasi anggaran tinggi tetapi anggaran tersebut adalah anggaran yang telah diefisiensi sebesar 60%. Selain itu pencapaian anggaran juga dipengaruhi oleh kegiatan bersumber dana APBD dan GF TB

3. Indikator: Persentase anak 0-11 tahun yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap a. Definisi Operasional: Persentasi anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis

Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis Hep B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dibagi dengan jumlah seluruh bayi yang bertahan hidup di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Capaian indikator persentae anak usia 0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada tahun 2020 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 96,69 %. (39.261 anak) 56,10% 28,30% 24,10% 20% 29,30% 30,99% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

Kota Bantul Kulon Progo

Gunung Kidul

Sleman DIY

Capaian Cakupan Penemuan dan Pengobatan

TBC DIY tahun 2020 per Kab/Kota

(25)

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka capaian indikator IDL di DIY

mengalami penurunan seperti pada grafik 3.1

Grafik 3.1. Cakupan IDL di DIY tahun 2015 – 2020

Pada grafik 3.1 nampak bahwa trend capaian IDL tahun 2020 menurun dibanding dengan tahun sebelumnya. Capaian IDL tahun 2020 di DIY juga telah mencapai target yang telah ditetapkan di daerah maupun nasional.

Tabel 3.1. Target dan Realisasi IDL DIY dan Nasional Tahun 2020

Agar tujuan program imunisasi tercapai yaitu dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian terhadap Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), maka dibutuhkan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap wilayah sebesar > 95 %.

97,2 97,3 97,4 97,3 97,7 96,8 96,2 96,4 96,6 96,8 97 97,2 97,4 97,6 97,8 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)

di DIY tahun 2015-2020

Indikator DIY Renstra Nasional

Target Realisasi Ket Target Realisasi Ket IDL >95 % 96,8 % tercapai 93 % 96,69 % Tercapai

(26)

Grafik 3.2 Cakupan IDL Di Kabupaten/Kota Tahun 2015-2020

Pada grafik 3.2 terlihat bahwa cakupan IDL tahun 2020 di seluruh kabupaten/kota telah mencapai target > 95 % sehingga kekebalan kelompok (heard immunity) tercapai. Cakupan IDL tahun 2020 tertinggi di Kabupaten Kulon Progo (97,75 %) dan terendah di Kabupaten Gunung Kidul (95,65 %). Diharapkan dengan cakupan IDL > 95 % maka dapat melindungi anak-anak di wilayah DIY terhadap penyakit PD3I.

Tingginya cakupan IDL di DIY tidak lepas dari dukungan lintas sektor terkait antara lain :

- Instruksi Gubernur No 3/INSTR/2013 tentang Penyelenggaraan Lima Imunisasi Dasar Lengkap Dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah

- Rekomendasi Dewan Pimpinan MUI D.I.Yogyakarta NO.B_23 6/MUI_D IY/VIII 20 13 Tentang Penyelenggaraan Program Imunisasi Pada Bayi, Batita Dan Anaksekolah Dasar/Sederajat

- Dukungan dari TP-PKK secara berjenjang mulai DIY, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Posyandu

.

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan DIY dalam mencapai target IDL > 95 % adalah :

- demografi wilayah DIY yang mudah dijangkau

99,8 99,4 99,3 99,4 99 97,75 96,5 96 97,1 98 96,4 96,78 98,7 98,1 97,6 98,4 98,2 95,65 95,6 97,1 97,1 95,3 97,9 96,3 97,9 96,6 96,7 96,8 97,4 96,2 93 94 95 96 97 98 99 100 101 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)DIY

Tahun 2015- 2020 per Kab/Kota

(27)

- keberhasilan edukasi program imunisasi kepada masyarakat yang telah terbina sejak tahun 2000, sehingga masyarakat DIY merasa bahwa imunisasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang harus terpenuhi - fasyankes swasta membantu penyelenggaraan pelayanan program

imunisasi sehingga lebih mendekatkan jangkauan pelayanan imunisasi bagi masyarakat

Cakupan IDL tahun 2020 di DIY belum bisa mencapai cakupan 100 % dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi :

- masih ada beberapa kelompok masyarakat yang belum sepaham dengan program imunisasi sehingga anak-anak tidak diperbolehkan untuk mendapatkan imunisasi

- masih ada masyarakat yang lupa untuk melengkapai imunisasi pada usia 9-11 bulan.

- Pandemi Covid juga dijadikan alasan sebagian masyarakat untuk tidak melengkapi imunisasi walaupun sudah diberi undangan dari puskesmas - Dari 5 kab/kota yang ada maka seluruhnya sudah mencapai kondisi IDL >

80 %, artinya bahwa di DIY telah tercapai 100 % jumlah kab/kota yang telah mencapai IDL 80 % (renstra nasional)

Untuk menyikapi masalah tersebut di atas, Dinas Kesehatan DIY telah melakukan beberapa hal:

- sosialisasi program imunisasi /pendekatan kepada kelompok masyarakat yang belum sepaham dengan program imunisasi,

- meningkatkan koordinasi dengan kader posyandu sebagai salah satu kelompok masyarakat yang “peduli imunisasi” , sehingga diharapkan kader bisa mengingatkan tentang jadwal imunisasi pada orang tua di wilayahnya

- memfasilitasi aplikasi sistim pencatatan dan pelaporan imunisasi (SIMUNDU) yang bisa menginformasikan anak-anak yang belum lengkap imunisasinya sehingga bisa segera dilakukan upaya

(28)

Upaya lain yang dilakukan untuk mencapai indikator IDL ini diantaranya meningkatkan koordinasi teknis dengan kabupaten/kota, puskesmas dan ,fasilitas pelayanan imunisasi swasta, meningkatkan mutu / kualitas sistim pencatatan dan pelaporan melalui program ‘SIMUNDU’ (Sistim Informasi Imunisasi Terpadu), pelatihan / refreshing /peningkatan kapasitas petugas imunisasi baik puskesmas maupun pelayanan swasta dan melakukan supervisi / assistensi program imunisasi secara berjenjang. Kegiatan Imunisasi juga didanai oleh sumber pendanaan hibah luar negeri yaitu GAVI. Kegiatan imunisasi GAVI tahun 2020 diantaranya adalah berfokus pada Pengenalan Antigen Baru/Imunisasi HPV di 3 kabupaten (Kota Yogyakarta, Bantul dan Sleman). Kegiatannya berupa Koordinasi lintas sektor, Demonstrasi BIAS HPV(Webinar), Pembuatan Media KIE dan Evaluasi pelaksanaan di 3 Kab/Kota.

Capaian kinerja indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap adalah 104,1% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan imunisasi sebesar 100 % yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 4,1%

4. Indikator: Persentase kasus kusta baru tanpa cacat

a. Definisi Operasional: Persentase kasus kusta baru yang ditemukan tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara kasus kusta baru

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi total jumlah kasus kusta baru dikali 100 persen

c. Capaian Indikator

Capaian indikator Kusta tahun 2020 sudah melebihi target yang ditetapkan. Dimana capaiannya mencapai 88% dan target yang ditetapkan 87%. Pada tahun 2020 jumlah kasus kusta baru yang ditemukan yaitu 68 kasus dengan kasus cacat untuk kasus baru sebanyak 8 orang.

(29)

Berdasarkan grafik di atas Capaian indikator Persentase cakupan penemuan kasus kusta tanpa cacat tahun 2020 sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017-2019. Untuk pencapaian tertinggi berada pada tahun 2016 sedangkan pencapain terdendah pada tahun 2017. Persentase peningkatan capaian dari tahun 2019 ke 2020 sebanyak 3 persen. Untuk pencapaian penemuan kasus kusta tanpa kasus cacat sebanyak 88 persen pada tahun 2020 disebabkan karena pelacakan kontak erat yang dilakukan oleh Kabupaten/Kota yang berfokus pada daerah endemis, sehingga penemuan kasus kusta dilakukan secara dini. Selain itu, di masa pandemi covid 19 Dinas kesehatan Kabupaten/Kota melalui puskesmas melakukan promosi yang bersinergi dengan covid 19, sehingga suspek dapat melakukan pemeriksaan di puskesmas. Selain itu, ediduga juga dengan adanya pandemi covid maka intensifikasi penemuan kasus kusta secara aktif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan semakin terbatas sehingga kunjungan pasien juga semakin berkurang.

Untuk pencapaian per Kabupatan/Kota pada penemuan kasus kusta tanpa cacat adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Gunungkidul : 91 % 2. Kabupaten Kulonprogo : 50 % 3. Kabupaten Bantul : 100 % 4. Kabupaten Sleman : 100 % 5. Kota Yogyakarta : 0 % 6. RSUP Dr Sardjito : 81,48

Untuk RSUP DR Sarjdjito pencatatan dan pelaporan masih masuk ke dalam pencatatn dan pelaporan Dinas Keehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan untuk kasus yang berada di DIY diberikan ke kabupaten/kota domisi pasien. Pencapaian ini masih dibawah standar nasional dengan indicator pencapai sebesar 91 %

91% 100% 91% 91% 91% 87% 31,91% 74,28% 85% 88% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Cakupan Penemuan

Kasus Kusta Tanpa Cacat tahun 2016-2020

(30)

disebabkan kusta merupakan penyakit yang terabaikan sehinga dukungan pemerintah daerah sangat minim baik dalah hal kebijakan, sumber daya dan dana. Penemuan kasus kusta tanpa cacat belum mencapai 100% karena salah satunya Kusta merupakan penyakit yang terabaikan sehingga tidak menjadi prioritas daerah, sehingga penemuan pasien secara aktif kurang maksimal pelaksanaannya. Selain itu, pada tahun 2020, dengan adanya pandemi covid 19 menjadikan kegiatan untuk intensifikasi penemuan kasus kusta sangat terbatas. Dilain hal, pengetahuan tentang ksuta pada tenaga kesehatan juga terbatas sehingga adanya ketidak percayaan diri melakukan diagnosa kusta ketika ditemukan suspek. Penemuan kasus kusta banyak tergantung pada penemuan pasif dimana pasien sudah berada pada tingkat MB dan cacat baru ke fasilitas kesehatan.

Upaya – upaya yang sudah dilakukan dalam indikator penemuan kusta sebagai berikut:

1) Pelayanan kusta berkualitas diintegrasikan dgn yankes dasar dan rujukan, 2) Eliminasi stigma terhadap OYPMK dan keluarganya,

3) Peningkatan penemuan kasus secara dini oleh masyarakat, 4) Penyebarluasan informasi tentang kusta di masyarakat,

5) Pemberdayaan dan penguatan partisipasi OYPMK dalam upaya pengendalian kusta,

6) Penguatan dukungan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan 7) KIE: PHBS,Tanda & Gejala,Cara Cegah Cacat

Capaian indikator Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat tahun 2020 adalah 101,14% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan kusta sebesar 100% yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 1,14%.

5. Indikator: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar

a. Definisi Operasional: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar program,

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus positif malaria yang diobati sesuai standar program dibagi dengan jumlah seluruh kasus positif malaria dikali 100 persen c. Capaian Indikator

Indiktator Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar tahun 2020 telah melebihi target yang ditetapkan (95%) yaitu mencapai 100%. Pada tahun

(31)

2020 kasus malaria DIY sejumlah 12 kasus dengan kasus yang dibati sesuai tatalaksana standar berjumlah 12 kasus

Capaian selama 4 tahun terakhir selalu mencapai 100%. Kasus malaria di DIY selama 4 tahun terakhir sudah di bawah 100 kasus

Keberhasilan pencapaian indikator malaria ini merupakan hasil kerjasama dari tingkat pusat sampai ke unit terkecil di Puskesmas dan Fasyankes dengan rincian sebagai berikut:

1) Kemenkes selalu bekerjasama dengan Dinkes Provinsi tentang Rencana Kebutuhan obat sehingga tidak pernah putus stok

95% 95% 95% 95%

100% 100% 100% 100%

2017 2018 2019 2020

Persentase kasus malaria positif yang di

obati sesuai standar DIY tahun 2017-2020

Target Capaian 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00%

Kota Bantul Kulon Progo

Gunung Kidul

Sleman DIY

Distribusi Persentase kasus malaria positif

yang diobati sesuai standar di DIY tahun

(32)

2) Dinkes DIY memastikan Farmasi Dinkes Kab/Kota stok Obat Anti Malaria selalu ada dan memantau pendistribusiannya ke Fasyankes 3) Dinkes Kab/Kota aktif meminta kebutuhan obat ke Dinkes Provinsi dan

dengan cepat mendistribusikan ke Fasyankes yang membutuhkan 4) Puskesmas dan Juru malaria Desa aktif memantau pengobatan pasien

malaria, sampai pengobatan standar selesai dilakukan

Sedangkan upaya – upaya nyata Dinas Kesehatan DIY untuk mencapai indikator adalah sebagai berikut :

1. Penguatan tenaga mikroskopis dan crosscheckker malaria Refreshing Kader dan Juru Malaria Desa

2. Penguatan Tatalaksana Malaria 3. Evaluasi Surveilans Migrasi

4. Penyelidikan Epidemiologi Malaria

Anggaran Malaria bersumber APBD I Dinkes DIY tahun 2020 adalah sebagai berikut:

No Nama kegiatan Anggaran

1. Pendanaan Honor JMD 495.000.000 2. Reagensia Malaria 11.500.000

Capaian indikator Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar adalah 105,26% dan dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran layanan malaria sebesar 92,16 % yang berarti terdapat efisiensi sumber pembiayaan sebesar 13,1%.

6. Indikator: Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker

a. Definisi Operasional: Kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki cakupan deteksi dini kanker payudara paling kurang 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita yang memiliki riwayat sexual aktif

(33)

c. Capaian Indikator

Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim pada perempuan DIY paling kurang 80 persen sebanyak 0 kab/kota sehingga capaian indikator sebanyak 0 %.

Adapun capaian deteksi dini kanker masing masing kabupaten /kota adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Gunungkidul : 5,63 % (614 orang) 2. Kabupaten Kulonprogo : 3 % (457 orang ) 3. Kabupaten Sleman : 3 % (4859 orang) 4. Kabupaten Bantul : 3 % (643 orang) 5. Kota Yogyakarta : 9,36 % (1812 orang)

Pada tahun 2020 output kegiatan terkait dengan deteksi dini di Dinas Kesehatan DIY hanya berada pada angka 4 % pada populasi Wanita Usia Subur. Hal ini dikarenakan melihat capaian dari tahun lalu yang hanya berada pada kisaran 3 persen wanita usia subur yang melakukan deteksi dini kanker melalui IVA test dan Sadanis. Ada beberapa kendala untuk pencapaian deteksi dini kanker iva antara lain:

 Target 80 % yang terlalu besar dan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan atau di masyarakat.

 Tahun 2020 memperburuk keadaan dengan adanya pandemi covid maka meminimalisir kegiatan untuk melakukan pemeriksaaan deteksi dini kanker malalui IVA test dan Sadanis, sehingga kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan menurun bahkan ada beberapa puskesmas yang tidak mendapatkan pasien untuk IVA tes di tahun 2020. Selain itu, salah satu tartegi peningkatan cakupan dengan melakukan skrining massal menjadi terbatas dikarenakan pandemic covid 19.

 Deteksi dini melalui sadanis dan IVA test sudah tidak termasuk lagi ke dalam pembiayaan BPJS

 Keterlibatan masyarakat yang masih belum optimal

 Masyarakat yang masih takut dan malu untuk melakukan deteksi dini kanker melalui IVA test dan sadanis.

 Pencatatan dan pelaporan deteksi dini kanker melalui iva test dan sadanis yang belum optimal. Sampai pada saat ini beberapa Kabupaten/kota masih

(34)

mengandalkan pencatatn dan pelapporan yang berasal dari puskesmas, untuk praktek praktek swasta masih dilakukan ‘SOP” terkiat dengan pencatatan dan peaporannya.

Untuk upaya pemecahan masalah antara lain :

1. Target sapaian indikator yang tidak terlalu tinggi dalam Renstra Kemenkes untuk dipertimbangkan dikarenakan pencapaian yang sulit di lapangan.

2. Optimalisasi kegiatan promotif dan preventif dalam deteksi dini kanker khususnya melalui IVA test dan Sadanis.

3. SOP Pencatatan dan pelaporan untuk semua layanan baik yang berada di sektor pemerintah maupun di sektor non pemerintah.

4. Keterlibatan masyarakat sebagai peran utama dalam melakukan deteksi dini kanker lebih ditingkatkan

Capaian indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker adalah 0 % dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran sebesar 83,09 %, yang artinya terdapat efisiensi sumber sumber pembiayaan sebesar 116,91 %.

7. Indikator: Nilai Kinerja Penganggaran

a. Definisi Operasional: Capaian keluaran kegiatan diukur dari realisasi Volume Keluaran (RVK) dan realisasi volume keluaran kegiatan (RIKK) dengan menggunakan formula rata geometrik

b. Rumus/Cara perhitungan: Realisasi volume kegiatan / target volume kegiatan x realisasi indikator kegiatan / target indikator kegiastan

c. Capaian Indikator

Capaian indikator Nilai Kinerja Penganggaran pada tahun 2020 di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 92,45%.

(35)

Capaian indikator Nilai Kinerja Penganggaran DIY tahun 2020 adalah 115,56 % 3.2 Realisasi Anggaran No Sasaran Pagu Anggaran Realisasi Anggaran Persentase Realisasi 1. Surveilans dan Karantina

Kesehatan 223.232.000 205.371.600 92%

2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

325.120.000 279.103.000 85,85% 3. Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Menular Langsung 170.171.000 157.626.150 92,63% 4. Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular 378.640.000 321.714.000 84,97% 5. Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

225.957.000 207.450.050 91,81%

Tabel 3.5. Tabel Realisasi Anggaran berdasarkan Direktorat

Penjelasan Realisasi Anggaran

1. Realisasi anggaran kegiatan surveilans dan karantina kesehatan sebesar 92%, tidak mencapai 100% karena adanya anggaran yang tidak direalisasikan terkait Pelacakan

80% 92,45% 115,56% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%

Target 2020 Capaian 2020 Perbandingan Target dan Capaian

Perbandingan Target Dan Capaian Kinerja

(36)

kasus dan Penyelidikan Epidemiologi dimana Kegiatan dilaksanakan ketika ada kasus dan terjadi KLB penyakit. Selain itu terdapat efisiensi terkait sewa hotel dan perjalanan Dinas Narasumber Pusat

2. Realisasi anggaran Kegiatan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik sebesar 85,85%, tidak mencapai 100% karena adanya anggaran yang tidak direalisasikan terkait Pengendalian Malaria yaitu Penyelidikan Epidemiologi 125. Kegiatan tersebut dapat direalisasikan ketika ada kasus positif di suatu wilayah, sedangkan kasus malaria di DIY tahun 2019 hanya 21 kasus positif. Dan kegiatan pendampingan POPM Cacingan oleh Kabupaten dan Puskesmas yang tidak semua melaksanakan terkait pandemi Covid-19

3. Realisasi anggaran Kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung sebesar 92,63% tidak mencapai 100% karena adanya anggaran yang tidak direalisasikan terkait intensifikasi penemuan kasus kusta tidak mampu melaksanakan sesuai target yang sudah ditentukan, sehingga dana dikembalikan. Selain itu terdapat efisiensi terkait anggaran distribusi logistic kusta.

4. Realisasi anggaran Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular sebesar 84,97% tidak mencapai 100% karena adanya efisiensi honor pengajar, ATK, paket meeting, fotokopi, dan efisiensi anggaran konsumsi berbagai macam pelatihan dan deteksi dini FR PTM sebagai konsekuensi protokol kesehatan di masa pandemi (pembatasan peserta dan teknis kegiatan)

5. Realisasi anggaran Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 91,81% tidak mencapai 100% karena adanya anggaran yang tidak direalisasikan terkait efisiensi perjalanan Dinas Desk E – Renggar Kementrian Kesehatan, efisensi narasumber pusat dan efisiensi Bimbingan teknis ke Kab/Kota

(37)

No Sasaran Pagu Anggaran (dalam Rp) Realisasi Anggaran (dalam Rp) Persentase Realisasi (dalam %)

1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV

23.788.000 13.648.250 57,37

2. Persentase penemuan dan pengobatan cakupan TBC

125.683.000 123.930.400 98,61

3. Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap

25.900.000 24.100.000 93,05 4 Persentase kasus kusta baru

tanpa cacat 20.700.000 20.047.500 96,85

5 Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar

46.100.000 42.485.000 92,16

6 Jumlah melaksanakan deteksi dini Kab/Kota kanker

94.688.000 78.675.000 93,09

Tabel 3.6. Tabel Realisasi Anggaran per Indikator

Penjelasan Realisasi Anggaran

1. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV sebesar 57,37%. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan jumlah peserta dalam pertemuan karena pandemi Covid-19

2. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC sebesar 98,16%. Hal ini terjadi karena adanya efisiensi sewa ruangan, efisiensi perjalanan dinas.

3. Realisasi anggaran untuk Indikator Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebesar 93,05%. Hal ini terjadi karena adanya terdapat efisiensi perjalanan dinas akibat Pandemi Covid-19

4. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase kasus kusta baru tanpa cacat sebesar 96,85%. Hal ini terjadi karena efisiensi sewa ruangan, efisiensi perjalanan dinas. 5. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase kasus malaria positif yang di obati

(38)

6. Realisasi anggaran untuk indikator Jumlah Kab/Kota melaksanakan deteksi dini kanker sebesar 93,09%. Karena adanya efisiensi pengadaan ATK, fotokopi, sewa ruang dan perjalanan dinas.

KODE

OUTPUT NAMA OUTPUT

PAGU ANGGARAN TOTAL REALISASI % Realisasi 2.058.004 Layanan Kewaspadaan Dini dan Respon Penyakit Potensial KLB 136.348.000 124.182.000 91,08 2.058.006 Layanan Imunisasi 25.900.000 24.100.000 93,05 2.058.007 Layanan Kekarantinaan Kesehatan 60.984.000 57.089.600 93,61 2.059.005 Layanan Intensifikasi Eliminasi Malaria 46.100.000 42.485.000 92,16 2.059.006 Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis 46.200.000 46.169.500 99,93 2.059.007 Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis 24.000.000 24.000.000 100 2.059.008 Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

197.920.000 155.548.500 78,59

2.059.009

Layanan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

10.900.000 10.900.000 100

2.060.500

Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV AIDS 23.788.000 13.648.250 57,37 2.060.502 Layanan Pengendalian Penyakit TBC 125.683.000 123.930.400 98,61 2.060.503 Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta 20.700.000 20.047.500 96,85

(39)

2.061.516

Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

103.980.000 98.580.000 94,81

2.061.519 Layanan Upaya Berhenti

Merokok 44.850.000 44.400.000 99

2.061.521 Deteksi dini kanker 94.688.000 78.675.000 83,09

2.061.522 Deteksi dini gangguan

indera 60.242.000 38.739.800 64,31

2.061.523 Layanan Terpadu PTM 74.880.000 61.320.000 81,89

2.063.970 Layanan Dukungan

(40)

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan DIY Tahun 2020 telah berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan dengan rata –rata capaian kinerja sebesar 95 %

2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan DIY dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020, dari 7 Indikator kinerja sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020, sebanyak 4 indikator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), dan 3 indikator tidak mencapai target. 3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran Bidang P2P Dinas

Kesehatan DIY tahun 2020 diketahui bahwa kinerja anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 95%, dengan realisasi 88,52% dengan realisasi tertinggi pada program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung sebesar 92,63% dan realisasi paling rendah pada program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yakni sebesar 84,97 %. 4. Berdasarkan pengukuran efisiensi sumber daya, dari 7 indikator, terdapat 4

indikator telah berjalan dengan efisien dimana capaian kinerja dapat mencapai atau melebihi target dengan anggaran yang lebih rendah dan semua kegiatan telah dilaksanakan dengan baik.

4.2 Tindak Lanjut

1. Capaian kinerja tahun 2020 belum tercapai optimal karena adanya pandemi COVID-19, oleh karena itu Dinas Kesehatan DIY akan melakukan upaya percepatan pencapaian kinerja yakni:

a. Mensosialisasikan petunjuk teknis pelayanan kesehatan pada masa pandemi b. Melakukan evaluasi capaian target akhir tahun perencanaan, menilai

keberhasilan dan pembelajaran yang dihasilkan.

c. Meningkatkan koordinasi berjenjang dari Faskes sampai Kemenkes mengeai pelaksanaan kegiatan dan situasi Covid-19

(41)
(42)

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi dan Tata laksana Dinas Kesehatan DIY  Berdasarkan Perda DIY No
Gambar  2.  Grafik  Distribusi  Pegawai  Bidang  P2P  berdasarkan  Tingkat  Pendidikan Tahun 2020
Gambar 3. Distribusi Pegawai berdasarkan Jabatan Fungsional
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan DIY
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dua hal ini tentunya menjadi salah satu pintu masuk yang strategis untuk mencoba mengangkat bambu sebagai material alternatif yang mampu masuk sebagai material

Persentase Penanganan Sampah Tahun 2020. diketahui realisasi capaian indikator kinerja yaitu %. Jika dibanding target yang telah ditetapkan sebesar 90%, maka pencapaian ini

befanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran pe{aljian ini, dalam rangka mencapai target kine4'a jangka menengah seperti yang telah

tahun 2020 sebesar 67,552% dengan target 74,32% dimana untuk realisasi capaiannya tidak mencapai target atau kurang dari target yang ditetapkan , sedangkan untuk realisasi

Capaian indikator kinerja tingkat ketepatan laporan keuangan dan kinerja pada tahun 2020 mencapai target dan realisasi yang telah di tentukan dengan realisasi dan

Poster adalah sebuah media luar ruangan ( outdoor) ataupun dalam ruangan (indoor) media ini biasa dipasang pada dinding pengumuman ataupun dinding yang

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep berpengaruh

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2379-penimbun-obat-penjahat-kemanusiaan Bagian struktur teks editorial yang tersaji dalam kutipan teks