• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Aplikasi Pengendali Scanner dan Vector Network Analyzer pada Test Range Ground Penetrating Radar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembuatan Aplikasi Pengendali Scanner dan Vector Network Analyzer pada Test Range Ground Penetrating Radar"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pembuatan Aplikasi Pengendali Scanner dan Vector Network Analyzer

pada Test Range Ground Penetrating Radar

Triadimas Arief Satria (13204133), Dr Andriyan B. Suksmono, Ir. Endon Bharata, MT. Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro (LTRGM) ITB

Email: triadimas@students.ee.itb.ac.id

Abstrak

Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian Stepped Frequency Ground Penetrating Radar (SFGPR) adalah Vector Network Analyzer (VNA) dan scanner GPR. Saat ini fungsi kedua instrumen tersebut masih dijalankan secara terpisah, sehingga proses pengukuran membutuhkan waktu yang cukup lama dan kurang praktis.

Pada tugas akhir ini, dibuat suatu aplikasi yang dapat mengendalikan scanner GPR, melakukan akuisisi data VNA, dan menampilkan hasil pencitraan bawah tanah secara otomatis. Aplikasi ini dilengkapi Graphic User Interface (GUI) yang dapat mempermudah user dalam mengendalikan scanner GPR dan VNA, sehingga proses deteksi bawah tanah dapat dilakukan lebih cepat dan efektif.

Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menguji kinerja program ini. Cukup dengan menjalankan aplikasi dan menekan satu tombol pada GUI, citra bawah tanah dapat diperoleh dan ditampilkan di layar monitor secara otomatis.

Kata kunci:

GPR, scanner, VNA, GUI, LAN

1. Pendahuluan

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan radar yang digunakan untuk mendeteksi keadaan bawah tanah. GPR menggunakan propagasi dan hamburan gelombang elektromagnetik untuk menggambarkan dan menentukan letak suatu benda yang berada di dalam tanah. Saat ditransmisikan melalui berbagai macam material yang terdapat dalam lapisan-lapisan tanah, kecepatan dari gelombang elektromagnetik tersebut akan mengalami perubahan, bergantung pada karakteristik fisik maupun kimia dari material-material dalam tanah yang dilalui.

Di akhir 1990-an penelitian tentang GPR telah banyak dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan deteksi material dalam tanah. Stepped Frequency Ground Penetrating Radar (SFGPR) merupakan jenis GPR yang paling banyak dikembangkan saat ini karena performansinya yang lebih baik daripada pulse GPR, jenis GPR yang telah lebih dulu dikembangkan.

Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian SFGPR adalah Vector Network Analyzer (VNA) dan scanner GPR. VNA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur parameter S dari suatu jaringan 1-port atau 2-port, sedangkan scanner GPR merupakan alat yang digunakan untuk menggerakkan antena GPR menyisir

titik demi titik secara diskrit pada daerah observasi. Saat ini fungsi kedua instrumen tersebut masih dijalankan secara terpisah. Untuk mendapatkan hasil pengukuran pada beberapa titik observasi, user harus menggerakkan antena GPR selangkah demi selangkah menuju titik-titik tersebut dan menyimpan hasil pengukurannya satu per satu secara manual pada VNA. User juga harus mengambil hasil pengukuran dari VNA terlebih dahulu sebelum mengolahnya menggunakan software tertentu pada komputer untuk mendapatkan suatu citra bawah tanah.

Jika pengukuran hanya dilakukan pada tiga atau empat titik observasi saja, mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun jika pengukuran dilakukan pada puluhan atau bahkan ratusan titik observasi, maka hal ini akan membuat proses deteksi menjadi kurang praktis dan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem yang terintegrasi yang dapat mengendalikan scanner GPR dan melakukan akuisisi data VNA secara otomatis sehingga proses pengukuran dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.

2. Perancangan sistem

Perangkat keras yang digunakan untuk mendukung aplikasi ini antara lain adalah antena GPR, scanner GPR, stepping motor driver, VNA, dan komputer sebagai pengendali eksternal. Sedangkan perangkat lunak yang dibutuhkan adalah Matlab 7.0 yang digunakan untuk menjalankan aplikasi dan Agilent Connection Expert sebagai driver untuk menghubungkan VNA dengan komputer.

Scanner GPR merupakan alat yang digunakan untuk menggerakkan antena GPR menuju titik observasi. Scanner ini memiliki tiga motor, yaitu motor pada sumbu-x, y, dan z. Untuk menggerakkan motor-motor tersebut, digunakan stepping motor driver yang terhubung ke komputer melalui port paralel.

Tabel 2.1 Nomer PIN dan fungsinya[5]

Stepping motor driver mengunakan nomer-nomer pin yang ada pada tabel 2.1untuk menjalankan motor-motor

(2)

scanner. Resolusi motor pada sumbu-x dan y secara teoritis adalah 0,0365778 mm/step. Sedangkan resolusi motor pada sumbu-z adalah 0,0204499 mm/step.

2.1

Arsitektur dan cara kerja sistem

Gambar 2.1 menunjukkan arsitektur sistem yang telah dirancang. Untuk mengendalikan scanner GPR, motor-motor scanner dihubungkan dengan output dari stepping motor driver dan kemudian driver tersebut dihubungkan ke komputer sebagai pengendali eksternal menggunakan kabel port paralel. Agar dapat berkomunikasi dengan VNA, komputer dihubungkan ke VNA melalui Local Area Network (LAN). Sedangkan VNA yang berfungsi sebagai alat pengukur dihubungkan dengan antena GPR menggunakan kabel sucoflex.

Gambar 2.1 Arsitektur sistem

Untuk melakukan proses scanning, komputer akan memberikan perintah ke scanner untuk menggerakkan antena GPR menuju titik observasi. Kemudian data pengukuran dalam domain frekuensi yang diperoleh di tiap titik pengukuran akan disimpan di dalam VNA. Melalui komputer, data yang berada dalam VNA tersebut akan diolah sedemikian rupa hingga dihasilkan suatu citra bawah tanah dan kemudian ditampilkan di layar monitor.

2.2 Desain perangkat lunak

2.2.1 Graphic User Interface

Aplikasi ini menampilkan suatu Graphic User Interface (GUI) yang dapat membantu user dalam mengendalikan scanner dan VNA sehingga proses deteksi bawah tanah dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Gambar 2.2 menunjukkan tampilan utama dari GUI yang telah dibuat.

Dalam GUI tersebut terdapat beberapa komponen, antara lain kolom X-axis, Y-axis, Z-axis, Nama Folder, Nama File, tombol Gerak Ke X, Gerak Ke Y, Gerak Ke Z, dan Scan Bidang XY. Selain itu juga terdapat dua buah axes yang akan menampilkan hasil pengukuran secara grafis.

Kotak pertama kolom X-axis digunakan untuk menentukan jumlah grid atau langkah yang diinginkan dalam melakukan scanning, sedangkan kotak yang ke-2 digunakan untuk menentukan panjang tiap langkah dalam

satuan centimeter. Hal yang sama juga berlaku untuk kolom Y-axis dan Z-axis.

Gambar 2.2 Graphic User Interface (GUI)

Tombol Scan Ke X dan Scan Ke Y digunakan untuk melakukan scanning (menggerakkan antena GPR menuju titik-titik observasi dan mengakuisisi data VNA) masing-masing kearah sumbu-x dan y, serta menampilkan hasil pencitraannya, yaitu A scan dan B scan pada bidang axes. Tombol Gerak Ke Z digunakan untuk mengendalikan scanner pada sumbu-z sesuai dengan nilai yang dimasukkan dalam kolom Z-axis. Sedangkan tombol Scan Bidang XY digunakan untuk melakukan scanning pada bidang-xy. Hasil pencitraan (A Scan dan C Scan) dari proses scanning pada bidang-xy tersebut kemudian akan ditampilkan pada axes.

Data hasil pengukuran VNA dapat disimpan dengan nama file dan pada folder tujuan (pada direktori VNA) yang diinginkan, yaitu dengan mengisikan nama file data yang akan disimpan dan nama folder tujuan pada kolom yang tersedia pada GUI tersebut. Nama file akan diberi indeks berupa angka di setiap proses penyimpanan data pengukuran VNA secara otomatis. Indeks angka tersebut akan terus bertambah sesuai dengan banyaknya titik pengukuran yang diambil dalam proses scanning. Jika folder tujuan yang diinginkan belum tersedia, maka folder tersebut harus dibuat terlebih dahulu.

Dalam GUI ini ditampilkan empat buah menu bar, yaitu Program, VNA, Gambar dan Petunjuk. Pada menu Program terdapat dua submenu, yaitu Scanner dan Keluar. Jika submenu Scanner ditekan, maka akan ditampilkan suatu GUI yang berfungsi untuk mengatur posisi antena pada scanner GPR, yaitu pada sumbu-x, y, dan z (Gambar 2.3). Selanjutnya submenu Keluar digunakan untuk keluar dari aplikasi.

Gambar 2.3 Submenu Scanner

Pada menu VNA ditampilkan tiga submenu pilihan, yaitu Frekuensi, Buat folder, dan Hapus folder. Submenu

(3)

Frekuensi (Gambar 2.4) berfungsi untuk mengatur rentang frekuensi kerja VNA. Submenu Buat folder (Gambar 2.5) digunakan untuk membuat folder baru yang akan digunakan untuk menyimpan data pengukuran VNA. Folder baru ini akan diletakkan dalam VNA pada direktori “D:\Data\”. Kemudian untuk menghapus folder, digunakan submenu Hapus folder (Gambar 2.6).

Menu gambar memiliki tiga buah submenu, yaitu Scan ke X, Scan ke Y, dan Scan Bidang XY. Scan ke X berfungsi untuk menampilkan hasil pencitraan oleh gerakan scanning pada sumbu-x. Scan ke Y berfungsi untuk menampilkan hasil pencitraan oleh gerakan scanning pada sumbu-y. Kemudian Scan Bidang XY berfungsi untuk menampilkan hasil pencitraan oleh gerakan scanning pada bidang xy.

Gambar 2.4 Submenu Frekuensi

Gambar 2.5 Submenu Buat folder

Gambar 2.6 Submenu Hapus folder

Menu yang terakhir adalah Petunjuk (Gambar 2.7). Menu ini berisi petunjuk bagaimana cara menggunakan aplikasi ini untuk melakukan proses scanning secara otomatis.

Gambar 2.7 Menu Petunjuk

2.2.2 Pemrograman GUI

Berikut ini adalah beberapa algoritma yang dirancang untuk menjalankan komponen-komponen yang terdapat dalam GUI agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan.

2.2.2.1 Tombol Scan ke X dan Scan ke Y

Gambar 2.8 Diagram alir pemrograman untuk tombol Scan ke X Gambar 2.8, merupakan gambaran umum dari kinerja yang diinginkan jika tombol Scan ke X ditekan. Saat tombol tersebut ditekan, maka nilai yang dimasukkan dalam kolom X-axis akan diambil dan diproses. Nilai yang dimasukkan pada kotak ke-2 kolom X-axis dikalikan dengan 273 dan dimasukkan dalam variabel Xstep. Nilai 273 ini diperoleh dari nilai resolusi motor scanner pada sumbu-x, yaitu sebesar 0,0365778 mm/step. Sehingga untuk menempuh jarak 10 mm dibutuhkan 10/0,0365778≈273 step.

Pada posisi awal antena, yaitu saat n=1, dilakukan proses akuisisi data pengukuran VNA. Kemudian diberikan delay (waktu tunda) selama 2 detik sebelum hasil pencitraan ditampilkan di layar monitor. Pemberian delay dilakukan agar perintah-perintah yang diberikan sebelumnya dapat diselesaikan dengan sempurna sebelum perintah berikutnya dikerjakan. Setelah itu diberikan delay lagi selama 2 detik sebelum dilakukan proses iterasi yang ditunjukkan dengan perintah “for k=1:abs(Xstep)” yang berfungsi untuk menggerakkan motor scanner pada sumbu-x. Proses iterasi ini dilakukan untuk membuat motor pada sumbu-x berputar hingga menggerakkan antena satu langkah. Untuk menentukan kearah mana

(4)

antena digerakkan, maka akan diperiksa terlebih dahulu apakah nilai Xstep positif atau negatif. Jika nilainya positif, maka antena akan digerakkan kearah sumbu-x positif dan sebaliknya jika nilainya negatif akan digerakkan ke arah sumbu-x negatif.

Proses iterasi akan terus berlangsung hingga antena mencapai posisi terakhirnya, yaitu saat n=grid dan k=abs(Xstep). Pada posisi akhir ini, kembali dilakukan proses akuisisi data VNA. Setelah 2 detik berlalu, hasil pencitraan akan ditampilkan dan proses scanning pada arah sumbu-x selesai.

Algoritma yang digunakan untuk tombol Scan ke Y juga sama seperti yang digunakan pada tombol Scan ke X. Nilai resolusi motor scanner pada sumbu-y juga sama, yaitu sebesar 0,0365778 mm/step. Yang berbeda hanya arah sumbu pergerakannya.

2.2.2.2 Tombol Scan Bidang XY

Gambar 2.9 Pola pergerakan proses scanning pada bidang XY Pola pergerakan proses scanning pada bidang XY yang diinginkan dapat dilihat dalam Gambar 2.9. Untuk membuat pola pergerakan seperti itu, maka disusun algoritma seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 menunjukkan gambaran umum tentang proses-proses yang akan terjadi saat tombol Scan Bidang XY ditekan. Antena akan digerakkan scanner berdasar nilai-nilai yang dimasukkan dalam kolom X-axis dan Y-axis. Kedua kolom tersebut harus diisi. Jika salah satunya kosong, maka proses scanning tidak akan berjalan.

Dari diagram alir tersebut, dapat dilihat bahwa saat tombol Scan Bidang XY ditekan, maka nilai-nilai yang diisikan dalam kolom X-axis dan Y-axis akan diambil dan diproses. Kemudian dilakukan proses iterasi pada sumbu-y menggunakan perintah “for m=1:Ygrid”. Untuk tiap iterasi tersebut, terdapat beberapa proses di dalamnya. Yang pertama adalah proses pembalikan arah gerak antena pada sumbu-x untuk tiap iterasi pada sumbu-y tersebut, yang ditunjukkan oleh “Xdir=-1^(m-1)”. Jadi untuk tiap iterasi nilai m, arah gerak antena pada sumbu-x akan berubah-ubah.

Proses berikutnya adalah proses scanning kearah sumbu-x positif dan kemudian dilanjutkan dengan gerakan antena ke arah sumbu-y sebanyak satu langkah. Pada iterasi nilai m berikutnya, kembali dilakukan proses scanning ke arah sumbu-x dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya, yaitu ke sumbu-x negatif. Demikian seterusnya hingga antena mencapai posisi terakhirnya, yaitu saat m=Ygrid dan i=abs(Ystep), maka proses

scanning pada bidang XY berakhir. Pada posisi akhir ini tidak terjadi proses akuisisi data VNA.

Gambar 2.10 Diagram alir pemrograman untuk tombol Scan Bidang XY

2.2.2.3 Tombol Gerak ke X, Gerak ke Y, dan Gerak ke Z

Gambar 2.11, menunjukkan beberapa proses yang akan terjadi saat tombol Gerak ke Z ditekan. Algoritma yang digunakan sedikit berbeda dengan yang digunakan untuk melakukan scanning pada sumbu-x dan y. Di sini tidak terdapat proses akuisisi data VNA. Selain itu nilai resolusi motor scanner pada sumbu-z juga berbeda dari sumbu lainnya, yaitu sebesar 0,0204499 mm/step.

Algoritma yang digunakan untuk tombol Gerak ke X dan Gerak ke Y sama seperti pada tombol Gerak ke Z. Yang membedakan hanya arah pergerakannya dan juga nilai resolusi dari motor scanner pada sumbu-x dan y, yaitu 0,0365778 mm/step.

(5)

Gambar 2.11 Diagram blok pemrograman untuk tombol Gerak ke Z

3. Pengujian dan evaluasi

Pengujian ini dilakukan di ruang GPR Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro (LTRGM) ITB. Medium yang digunakan dalam pengujian ini adalah pasir, sedangkan benda yang dideteksi adalah bola besi yang dikubur dalam pasir. Selanjutnya evaluasi dilakukan dengan cara mengamati apakah aplikasi yang dibuat telah bekerja dengan baik dan sesuai dengan tujuan.

3.1 Pengujian aplikasi

3.1.1 Mengatur rentang frekuensi kerja VNA

Nilai awal frekuensi kerja VNA adalah antara 300KHz sampai 3GHz. Dalam pengujian ini, frekuensi kerja tersebut diubah menjadi antara 500KHz hingga 1.5GHz. Setelah pengisian nilai frekuensi dilakukan dan tombol OK ditekan, maka sesaat kemudian frekuensi kerja VNA berubah menjadi 500KHz hingga 1.5GHz.

3.1.2 Membuat folder

Dalam pengujian ini, dibuat beberapa folder baru yang akan digunakan dalam proses pengujian selanjutnya. Nama folder baru tersebut antara lain adalah sumbux, sumbuy, scan, dan coba.

Setelah nama folder diisikan dan tombol Proses ditekan, dalam beberapa detik kemudian folder-folder baru tersebut telah terbentuk di dalam VNA pada direktori “D:\Data\”.

3.1.3 Menghapus folder

Dalam pengujian ini, folder yang dihapus adalah folder yang bernama coba, yang telah dibuat pada pengujian sebelumnya.

Setelah nama folder diisikan dan tombol Proses ditekan, maka sesaat kemudian folder coba langsung

terhapus dari direktori “D:\Data\” yang terdapat dalam VNA.

3.1.4 Mengatur Posisi Antena GPR pada Scanner

Posisi antena pada sumbu-x, y, dan z, masing-masing dapat diatur dengan menggunakan tombol Gerak ke X, Gerak ke Y, dan Gerak ke Z.

Gambar 3.1 adalah pengujian yang telah dilakukan untuk mengatur posisi antena pada sumbu-x. Saat tombol Gerak ke X ditekan, maka antena akan digerakkan sejauh 9 cm sebanyak 10 langkah ke arah sumbu-x positif. Jika ingin menggerakkan antena ke sumbu-x negatif, maka ditambahkan tanda minus(-) di depan angka 9. Cara yang sama juga berlaku untuk Y-axis dan Z-axis.

Gambar 3.1 Gerak ke arah sumbu-x positif

3.1.5 Proses scanning

Cara melakukan scanning hampir sama dengan cara yang digunakan dalam pengaturan posisi antena GPR pada scanner. Yang berbeda, di sini user harus memasukkan nama file dan nama folder yang akan digunakan sebagai tempat menyimpan hasil pengukuran VNA.

Gambar 3.2 Scan ke arah sumbu-y negatif

Gambar 3.2 adalah hasil pengujian untuk proses scanning ke arah sumbu-y negatif. Nama folder diisi sumbuy dan nama file diisi ymin. Nilai pada kolom Y-axis menunjukkan bahwa antena digerakkan sejauh 5cm ke arah sumbu-y negatif sebanyak 30 langkah. Setelah tombol Scan ke Y ditekan, maka proses scanning berjalan dan hasil pencitraan (A Scan dan B Scan) langsung ditampilkan di tiap titik pengukuran. Di akhir proses scanning ini, diperoleh 31 file (ymin1 hingga ymin31) yang berisi hasil pengukuran di 31 titik.

(6)

Saat menu GambarScan ke Y ditekan, hasil pencitraan (A Scan dan B Scan) yang lebih jelas langsung ditampilkan di layar monitor seperti yang terlihat dalam Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Cara yang sama juga berlaku dalam melakukan proses scanning ke arah sumbu-x.

Gambar 3.3 Hasil A Scan pada arah sumbu-y negatif

Gambar 3.4 Hasil B Scan pada arah sumbu-y negatif

Untuk melakukan scanning pada bidang xy, semua kolom yang terdapat pada X-axis dan Y-axis harus diisi. Jika salah satu ada yang kosong, maka akan tampil pesan kesalahan. Gambar 3.5 adalah hasil pengujian proses scanning pada bidang xy. Dari proses scanning tersebut dihasilkan diperoleh 70 file (s1 hingga s70) yang berisi hasil pengukuran di 70 titik. Saat menu GambarScan Bidang XY ditekan, hasil pencitraan (A Scan dan C Scan) yang lebih jelas langsung ditampilkan di layar monitor seperti yang terlihat dalam Gambar 3.6 dan Gambar 3.7. Pengujian untuk proses scanning pada sumbu-x juga telah dilakukan dan berhasil dengan baik.

Gambar 3.5 Scan pada bidang XY

Gambar 3.6 Hasil A Scan pada bidang XY

Gambar 3.7 Hasil C Scan pada bidang XY

3.2 Evaluasi

Secara keseluruhan, aplikasi yang dibuat telah berfungsi dengan baik dan dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Hasil pengukuran VNA dapat disimpan dan ditampilkan sebagai suatu citra secara otomatis di tiap titik pengukuran. Hal ini membuat proses deteksi bawah tanah menjadi lebih cepat, mudah, dan praktis.

Total waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran pada satu titik observasi secara manual adalah sekitar 10 detik. Total waktu ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mulai menggerakkan motor scanner dan waktu yang diperlukan untuk menyimpan data pengukuran pada VNA, belum termasuk waktu yang diperlukan untuk mengolah data pengukuran hingga menjadi suatu citra. Total waktu tersebut bisa bertambah besar seiring dengan bertambahnya jumlah titik observasi, yang dapat disebabkan oleh menurunnya konsentrasi dan stamina seseorang selama proses pengukuran. Jika menggunakan aplikasi ini, maka total waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 4 detik untuk tiap titik observasi. Nilai ini sudah termasuk waktu yang dibutuhkan untuk mengolah data pengukuran, dan besarnya tidak akan berubah meskipun jumlah titik observasi bertambah.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kemampuan VNA Agilent E5062A yang mampu berkomunikasi menggunakan TCP/IP semakin mempermudah user dalam mengendalikan perangkat tersebut dari jarak jauh. Direktori-direktori VNA bisa diakses dengan mudah dari suatu komputer yang terhubung ke VNA melalui LAN, sehingga proses pengolahan data pengukuran yang tersimpan di dalam VNA bisa dilakukan dengan lebih cepat.

(7)

Hasil pengolahan data pengukuran yang ditampilkan di sini adalah A Scan, B Scan, dan C Scan. A Scan merupakan representatif sinyal dalam domain waktu yang menyatakan letak dan kekuatan pemantul sepanjang perjalanan gelombang, sedangkan B Scan merupakan sekumpulan A Scan yang menyatakan letak-letak pemantul pada kedalaman tertentu sepanjang garis. Jika B Scan dilakukan berkali-kali sehingga meliputi suatu bidang datar, maka hasilnya disebut C Scan. C Scan, yang menampilkan garis-garis kontur yang menunjukkan besarnya level tegangan yang diterima oleh antena penerima, biasanya digunakan untuk menentukan footprint dari suatu antena GPR.

Meskipun aplikasi ini telah berfungsi dengan baik, namun masih terdapat kinerja yang kurang optimal dan perlu untuk dikembangkan. Aplikasi ini belum dilengkapi dengan sistem yang mampu mendeteksi posisi antena pada scanner, sehingga user tidak bisa mengetahui posisi koordinat antena berada. Belum adanya sistem pendeteksi ini membuat seorang user harus benar-benar memperhatikan posisi antena sebelum mengoperasikan scanner GPR. User harus mengetahui dengan baik cara kerja dan arah gerak dari motor-motor scanner.

Misalkan posisi antena sedang berada di tepi sisi kanan scanner dan sudah tidak memungkinkan lagi untuk digerakkan ke kanan, kemudian user melakukan kesalahan dengan memberikan perintah untuk menggerakkan antena ke kanan, maka hal ini bisa menyebabkan motor scanner pada sumbu-x mengalami kerusakan. Dengan adanya sistem pendeteksi ini, diharapkan jika kesalahan semacam itu terjadi, aplikasi yang sedang berjalan dapat segera dihentikan secara otomatis sehingga kerusakan dapat dihindari.

4. Kesimpulan

Program aplikasi yang dibuat telah berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan. Cukup dengan menekan satu tombol yang terdapat pada GUI, hasil pencitraan bawah tanah dapat diperoleh dan langsung ditampilkan di layar monitor secara otomatis di tiap titik pengukuran. Proses pengolahan data pengukuran yang tersimpan dalam VNA dapat dilakukan dengan cepat karena proses tersebut bisa dilakukan dari jarak jauh tanpa harus memindahkan data-data tersebut terlebih dahulu ke komputer pengendali. Dengan menggunakan aplikasi ini, proses deteksi bawah tanah dapat dilakukan dengan lebih cepat dan praktis daripada menggunakan cara manual. Total waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran pada satu titik observasi secara manual adalah sekitar 10 detik, sedangkan jika aplikasi ini digunakan, total waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 4 detik.

5. Saran

Sistem otomasi ini masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan menambahkan sistem pendeteksi posisi antena pada scanner GPR, agar proses deteksi bawah tanah bisa dilakukan dengan lebih mudah lagi. Selain itu, sebaiknya dibuat pengkodean

menggunakan bahasa pemrograman lain untuk membandingkan kinerja yang dihasilkan, sehingga bisa didapatkan hasil yang paling optimal.

Daftar pustaka

[1] Lubetsky, N., Mikhnev,V. and Palto, A., (2003), A Portable Step-Frequency Radar For The Non-Destructive Visualization Of Building Constructions, http://www.ndt.net/article/ndtce03/papers/v090/v090.htm, 16 juni 2008, 20.10 WIB.

[2] Mngadi, Andile, “Design of a SystemView Simulation of a Stepped Frequency Continuous Wave Ground Penetrating Radar”, BSc. Thesis, University of Cape Town, October 2004.

[3] Suksmono, A.B. (2008), Radar Frekuensi Kontinyu Penembus Permukaan, http://suksmono.wordpress.com/-2008/06/09/radar-frekuensi-kontinyu-penembus-permukaan, 14 Juni 2008, 01.05 WIB.

[4] Sugiharto, Aris, “Pemrograman GUI dengan Matlab”, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2006.

[5] Teguh, Operating Manual Scanner, Innovative Design Engineering, February 7, 2006.

[6] _____, Agilent E5061A/E5062A ENA Series Programmer’s Guide, Agilent Technologies, February 2007.

[7] _____, Agilent E5061A/E5062A ENA Series User’s Guide, Agilent Technologies, June 2007.

[8] _____, Data Acquisition Toolbox : For Use with Matlab, The MATH WORKS Inc., 2005.

[9] _____, Instrument Control Toolbox : For Use with Matlab, The MATH WORKS Inc., 2005.

Gambar

Tabel 2.1 Nomer PIN dan fungsinya [5]
Gambar 2.1 menunjukkan arsitektur sistem yang telah  dirancang.  Untuk  mengendalikan  scanner  GPR,   motor-motor  scanner dihubungkan  dengan  output dari  stepping  motor  driver dan  kemudian  driver tersebut  dihubungkan  ke  komputer  sebagai  pengen
Gambar 2.4 Submenu Frekuensi
Gambar 2.9  Pola pergerakan proses scanning pada bidang XY Pola  pergerakan  proses  scanning pada  bidang XY  yang  diinginkan  dapat  dilihat  dalam  Gambar  2.9
+3

Referensi

Dokumen terkait

Panduan Penyusunan Skripsi | 31 Bagian akhir berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung) dan nomor halaman dari artikel tersebut. 4)

Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan dan kepada

Pembuatan model uji penghitungan nilai tebal paruh (HVL) menggunakan pengolahan citra digital telah digunakan untuk menghitung HVL pesawat sinar- X konvensional yang dibuat

Berdasarkan hasil penelitian dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh: (1) Hasil belajar matematika siswa kelas VIII A lebih baik jika dibandingkan dengan siswa

Dari hasil pengamatan dan foto struktur makro dapat dilihat bahwa perpatahan yang terjadi akibat uji kelelahan adalah patah getas, perpatahan ini ditandai dengan bentuk permukaan

Pimpinan Unit kerja Pranata Komputer atau pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian kepada pejabat sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (I) huruf c, untuk angka kredit

Dengan adanya relasi sosial interpersonal terutama dalam bentuk klientisasi antara pedagang pengumpul pasar nagari dengan pedagang besar (supra lokal) di tingkat

[r]